• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kaitan Antara Kepailitan dengan Penjamin dalam Perseroan

BAB II PENGATURAN HUKUM KEPAILITAN TERHADAP

D. Kaitan Antara Kepailitan dengan Penjamin dalam Perseroan

Perseron Terbatas (PT) merupakan bentuk usaha kegiatan ekonomi yang paling disukai saat ini, disamping karena pertanggungjawabannya yang bersifat terbatas, PT juga memberikan kemudahan bagi pemilik atau pemegang sahamnya untuk mengalihkan perusahaannya kepada setiap orang dengan menjual seluruh saham yang dimilikinya pada perusahaan tersebut.65

PT adalah kegiatan bisnis yang penting dan banyak terdapat di dunia ini, termasuk di Indonesia. Kehadiran PT sebagai salah satu kendaraan bisnis memberikan kontribusi pada hampir semua bidang kehidupan manusia. PT telah menciptakan lapangan kerja, meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan memberikan kontribusi yang tidak sedikit untuk pembangunan ekonomi dan sosial.

Kemudahan untuk menarik dana dari masyarakat dengan jalan penjualan saham merupakan alasan untuk mendirikan suatu badan usaha berbentuk PT.

66

Sebagai salah satu badan hukum, pada prinsipnya PT dapat memiliki segala hak dan kewajiban yang dapat dimiliki oleh setiap orang perorangan dengan pengecualian hal-hal yang bersifat pribadi, dan hanya mungkin dilaksanakan oleh orang perorangan, seperti yang diatur dalam Buku Pertama KUH Perdata, dan sebagian dari buku kedua KUH Perdata tentang kewarisan. Guna melaksanakan segala hak dan kewajiban yang dimilikinya tersebut, ilmu

65

Ahmad Yani & Gunawan Widjaja, Op.Cit., hal.1.

66

hukum telah merumuskan fungsi dan tugas dari masing-masing organ perseroan tersebut, yang berbeda satu dengan yang lainnya. Organ-organ tersebut dikenal dengan sebutan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), Dewan Komisaris dan Direksi.67

Dalam organ perseroan tersebut direksi bertugas menjalankan pengurusan perseroan untuk kepentingan perseroan dan sesuai dengan tujuan dan maksud perseroan

Salah satu organ yang cukup penting dalam menjalankan kegiatan perseroan adalah direksi. Disebut cukup penting, karena direksilah yang mengendalikan perusahaan dan kegiatan sehari-hari. Oleh karena itu tidaklah berlebihan jika masyarakat awam berpandangan posisi direksi dalam suatu perusahaan acap kali diidentikkan dengan pemilik perusahaan. Pandangan yang demikian tidaklah sepenuhnya dapat disalahkan, terlebih lagi dalam perseroan tertutup dimana pemegang sahamnya didominasi oleh kalangan keluarga, hampir dapat dipastikan yang duduk diposisi direksi pun juga adalah dari kalangan perusahaan sendiri.

Akan tetapi dalam peta bisnis modern posisi direksi tidak selamanya dipegang oleh pemilik perusahaan, melainkan dipegang oleh para profesional di bidangnya. Dengan dikelolanya suatu badan usaha secara profesional, kemungkinan terjadinya konflik kepentingan dalam perusahaan dapat dicegah sedini mungkin.

68

67

Ahmad Yani & Gunawan Widjaja, Op.Cit., hal.77. 68

Pasal 92 angka (1) UUPT No. 40 Tahun 2007.

. Sedangkan dewan komisaris melakukan pengawasan atas kebijakan pengurusan pada umumnya, baik mengenai perseroan maupun perseroan dan

memberi nasihat kepada direksi.69

1. Memberikan hak dan kekuasaan kepada bank untuk mendapatkan pelunasan dari hasil penjualan barang-barang jaminan tersebut, apabila nasabah melakukan cidera janji, yaitu tidak membayar kembali utangnya pada waktu yang telah ditetapkan dalam perjanjian.

RUPS merupakan organ perseroan yang memiliki wewenang yang tidak diberikan kepada direksi atau dewan komisaris dalam batas yang ditentukan dalam Undang-Undang ini dan anggaran dasar.

Karena adanya organ-organ tersebut dalam perseroan dan pertanggungjawaban yang terbatas maka banyak pelaku usaha yang membuat badan usaha berbentuk Perseroan Terbatas. Walaupun dalam mendirikan sebuah perseroan harus memiliki modal dasar dan memiliki modal disetor dan ditempatkan akan tetapi dalam perjalanannya untuk mengembangkan usahanya perseroan membutuhkan pinjaman berupa kredit dari bank ataupun fasilitas pinjaman dari kreditur. Namun bagi para kreditur khususnya bank, setiap pemberian kredit atau pinjaman mengandung risiko. Oleh karena itu perlu pengamanan dalam pengembaliannya. Bentuk pengamanan ini dalam prakteknya dilakukan dalam pengikatan jaminan.

Fungsi utama dari jaminan adalah untuk meyakinkan bank atau kreditur bahwa debitur mempunyai kemampuan untuk melunasi kredit yang diberikan kepadanya sesuai dengan perjanjian kredit yang telah disepakati bersama.

Selain untuk mengantisipasi risiko maka adapun kegunaan lain dari jaminan dalam perbankan adalah:

69

2. Menjamin agar nasabah berperan serta dalam transaksi untuk membiayai usahanya, sehingga kemungkinan untuk meninggalkan usaha atau proyeknya dengan merugikan diri sendiri atau perusahaannya dapat dicegah atau sekurang-kurangnya kemungkinan untuk dapat berbuat demikian diperkecil terjadinya.

3. Memberi dorongan kepada debitur (tertagih) untuk memenuhi perjanjian kredit, khususnya mengenai pembayaran kembali sesuai dengan syarat- syarat yang telah disetujui agar ia tidak kehilangan kekayaan yang telah dijaminkan kepada bank.70

Adapun orang yang melakukan jaminan kepada kreditur disebut penjamin. Jadi penjamin atau penanggung atau orang (pihak ketiga) yang memberikan jaminan terhadap debitur kepada kreditur untuk melaksanakan prestasi debitur kepada kreditur.

Perseroan sebagai badan usaha yang senantiasa berupaya mencapai keberhasilan secara maksimal dalam bidang usahanya dan tidak ingin terhambat oleh berbagai kendala yang sebelumnya tidak terduga, termasuk dalam masalah kesulitan finansial sering melakukan perjanjian penjaminan/ borgtocht dengan kreditur atau bank untuk mendapatkan pinjaman.

Pada umumnya tidak ada satupun perseroan yang menginginkan terjadinya ketidakmampuan membayar utang, apalagi hingga terjadi kebangkrutan, termasuk bagi sebuah PT yang sudah mempunyai sejumlah modal, pemegang saham dan lingkup usaha yang sudah demikian kompleks dari segi kuantitas dan kualitas.

70

Akan tetapi perseroan tidak terlepas dari kemungkinan ketidakmampuan membayar utang-utangnya yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih oleh krediturnya, maka dengan adanya keadaan seperti ini perseroan dapat diajukan pailit. Berkaitan dengan pemberian jaminan dalam perseroan yang biasanya dilakukan oleh penjamin dalam perjanjian pemberian kredit, maka dengan adanya perjanjian jaminan, penjamin dapat melakukan kewajiban debitur apabila debitur dalam hal ini tidak dapat melakukan kewajibannya terhadap kreditur. Dan apabila penjamin tidak dapat melakukan kewajibannya maka penjamin dapat digugat pailit oleh kreditor.

Jadi kepailitan PT sangat berpengaruh kepada penjamin. Karena apabila PT tidak melakukan kewajibannya dalam hal ini telah lalai melakukan kewajibannya kepada kreditur maka PT tersebut dapat diajukan pailit, akibatnya penjamin juga dapat diajukan pailit oleh kreditur. Karena penjamin merupakan pihak ketiga yang memberikan jaminan kepada kreditur terhadap debitur untuk melaksanakan kewajiban debitur apabila debitur lalai melakukan kewajibannya. Akan tetapi penjamin tidak begitu saja langsung di pailitkan akibat dari PT tidak melakukan kewajibannya. Apabila PT tidak dapat membayar utangnya atau melakukan kewajibannya maka penjamin dapat dituntut pertanggungjawabannya untuk melakukan kewajiban PT. Tetapi apabila penjamin tidak dapat melakukan kewajibannya atau tidak mampu melakukan kewajibannya maka penjamin dapat diajukan pailit oleh kreditur.

Dokumen terkait