• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Implementasi Sistem Pengawasan Keamanan Pangan oleh Badan POM

TUJUAN PEMERIKSAAN: RUTIN/KASUS/TINDAK LANJUT/PROYEK

III. METODE PENELITIAN 3.1.Tempat dan Waktu

4.3. Kajian Implementasi Sistem Pengawasan Keamanan Pangan oleh Badan POM

4.3.1. Pengawasan Pre-Market

Berdasarkan implementasi pengawasan pre-market yang dilakukan pada saat pendaftaran produk, aspek kelengkapan persyaratan dokumen yang dilampirkan pada saat registrasi produk menjadi hal yang penting dalam menjamin keamanan pangan sebelum produk memperoleh nomor pendaftaran dan diedarkan di masyarakat. Selain itu keberhasilan fungsi pengawasan pre-market

sangat ditentukan oleh kompetensi petugas penilai pangan yang menangani langsung proses penilaian. Kompetensi yang dimiliki petugas disesuaikan dengan lingkup dan tanggung jawab yang diembannya dalam melakukan penilaian produk. Evaluasi terhadap proses pendaftaran produk pangan (registrasi) pada pengawasan pre-market dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Evaluasi proses pendaftaran produk pangan sebagai pengawasan pre-market

No Aspek Uraian Evaluasi/Kajian

1 Lokasi Direktorat Penilaian Keamanan Pangan, Deputi Bidang Pengawasan

Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya, BPOM, Gedung D lantai 3 Jakarta Pusat

Lokasi pendaftaran sudah jelas

2 Frekuensi/waktu Tergantung pendaftar, pada

hari kerja (Senin-Jum’at)

Frekuensi dan waktu kapan akan melakukan pendaftaran tergantung pada pendaftar dilakukan pada hari dan jam kerja

3 Acuan Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan

Republik Indonesia Nomor : HK. 00/05.1.2569 tentang Kriteria dan Tata Laksana Penilaian Produk Pangan tahun 2004

Acuan sudah jelas.

Pada tahun 2011 direvisi menjadi

Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor : HK. 03.1.5.12.11.09956 tahun 2011 tentang Tata Laksana Pendaftaran Pangan Olahan, mulai diberlakukan sejak diundangkan pada tanggal 12 Desember 2011.

4 Piranti Kelengkapan persyaratan

(administrasi, teknis, tambahan)

Kelengkapan persyaratan harus dipenuhi untuk memperoleh nomor pendaftaran MD atau ML

5 Pelaksana Petugas penilai pangan Direktorat PKP

Kompetensi dan jumlah petugas penilai pangan harus memadai sesuai dengan lingkup dan tanggung jawab yang diembannya

6 Skala prioritas Berdasarkan

pelayanan pendaftaran

Tidak ada skala prioritas, first in first out

Faktor penting keberhasilan dalam pengawasan pre-market yaitu aspek kelengkapan dokumen/berkas pendaftaran yang diajukan pendaftar saat registrasi. Kelengkapan dokumen/berkas pendaftaran tersebut dipersyaratkan dapat menjamin keamanan produk yang didaftarkan sebelum produk tersebut beredar di masyarakat yang berarti harus berkaitan dengan keamanan pangan. Evaluasi

terhadap berkas/dokumen yang dilampirkan pada saat pendaftaran dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Evaluasi terhadap kelengkapan dokumen saat pendaftaran yang berkaitan dengan keamanan pangan

No Aspek Terkait keamanan pangan (KP)* Kajian Persyaratan Administrasi 1 Fotokopi KTP pendaftar 2 Surat pernyataan bermaterai 3 Fotokopi ijin usaha industri

(IUI) atau tanda daftar industri (TDI)

4 Hasil pemeriksaan sarana produksi dari Balai

Besar/Balai POM setempat

Terkait KP Tergantung sistem jaminan yang diberlakukan oleh Balai Besar/Balai POM

Format penilaian sama untuk seluruh Balai Besar/Balai POM

Diperlukan SDM yang kompeten dalam bidang keamanan pangan 5 Surat persetujuan

pendaftaran produk pangan asli (untuk pelayanan ulang) 6 Fotokopi surat persetujuan

pendaftaran produk pangan sejenis (untuk pelayanan cepat). Persyaratan teknis No Aspek Terkait Keamanan Pangan (KP)* Kajian

1 Daftar bahan yang digunakan/komposisi diurutkan dari jumlah yang terbanyak

Terkait KP Cukup jelas

Berkaitan juga dengan mutu dan gizi pangan

Tabel 3. Evaluasi terhadap kelengkapan dokumen saat pendaftaran yang berkaitan dengan keamanan pangan

No Aspek Terkait

keamanan pangan (KP)*

Kajian

2 Proses produksi atau sertifikat HACCP/ISO 22000

Terkait KP Tergantung sistem jaminan institusi lain dalam proses sertifikasi

3 Informasi masa kadaluarsa Pencantuman informasi menjadi sangat penting untuk memberikan jaminan mutu pada saat produk sampai ke tangan konsumen

4 Hasil analisa produk akhir asli dari lab terakreditasi atau lab pemerintah

Terkait KP Tidak cukup jelas dicantumkan apa yang dianalisa pada produk akhir

Perlu adanya kejelasan apa yang harus dianalisa untuk produk akhir terkait dengan keamanan pangan

Diperlukan lebih dari satu hasil data analisa untuk memastikan keamanan pangan

5 Rancangan label berwarna

Persyaratan tambahan No Aspek Terkait keamanan pangan (KP)* Kajian

1 Surat kuasa untuk melakukan pendaftaran (apabila yang mendaftarkan bukan pimpinan

perusahaan)

2 Penjelasan untuk bahan-bahan tertentu antara lain : asal bahan (bahan yang berasal dari hewani atau nabati), status GMO (jagung, kentang, kedelai, tomat), dan kandungan

Terkait KP Diperlukan penjelasan keamanan pangan tentang bahan-bahan tertentu yang digunakan dalam produk yang didaftarkan

Tabel 3. Evaluasi terhadap kelengkapan dokumen saat pendaftaran yang berkaitan dengan keamanan pangan

No Aspek Terkait

keamanan pangan (KP)*

Kajian

kloramfenikol dalam madu; 3 Fotokopi surat kerjasama

pengemas

kembali/berlisensi/pengguna merek/makloon/model (jika diperlukan

4 Fotokopi sertifikat SNI (untuk produk AMDK, tepung terigu, garam beryodium, coklat bubuk, gula rafinasi)

Terkait KP Tergantung sistem jaminan institusi lain

Jejaring antar institusi dan jaminan bahwa sistem SNI sudah dapat menjamin keamanan pangan 5 Fotokopi sertifikat merek

6 Fotokopi sertifikat organik (jika mencantumkan tulisan/logo organik)

Tidak cukup jelas kaitannya dengan keamanan pangan Perlu adanya informasi apakah ada pengujian terkait

keamanan pangan untuk memperoleh sertifikat Tergantung sistem jaminan institusi lain

7 Fotokopi nomor kontrol veteriner (NKV) rumah pemotongan hewan (RPH) (untuk produk asal hewan)

Terkait KP Tergantung sistem jaminan institusi lain

Kepastian jaminan apakah sistem NKV sudah baik terkait keamanan pangan

8 Surat persetujuan

pencantuman tulisan halal pada label (jika

mencantumkan tulisan halal pada label (jika

mencantumkan tulisan/logo halal)

9 Fotokopi SIPA (Surat Izin Pengambilan Air

Tabel 3. Evaluasi terhadap kelengkapan dokumen saat pendaftaran yang berkaitan dengan keamanan pangan

No Aspek Terkait keamanan pangan (KP)* Kajian Tanah)/surat kerjasama dengan PDAM (untuk AMDK);

10 Data pendukung produk berklaim (jika diperlukan).

Terkait KP Tidak cukup jelas data yang dimaksud. Perlu adanya penjelasan lebih lanjut mengenai data apa yang dimaksud dan kategorisasi terkait KP

Berdasarkan Tabel 3 untuk kelengkapan persyaratan administrasi yang berkaitan langsung dengan aspek keamanan pangan yaitu persyaratan hasil pemeriksaan sarana produksi dari Balai Besar/Balai POM setempat. Sarana produksi dipersyaratkan memperoleh nilai minimal B untuk dapat memperoleh nomor pendaftaran MD atau ML.

Pemeriksaan sarana produksi diantaranya mencakup penilaian terhadap penerapan Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik (CPPB). Sistem yang dibangun untuk pemeriksaan sarana produksi mengacu pada petunjuk teknis pemeriksaan sarana produksi yang dikeluarkan oleh Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Pangan Badan POM RI. CPPB merupakan pondasi terwujudnya keamanan pangan. Untuk menjamin bahwa hasil penilaian terhadap sarana produksi telah menerapkan CPPB maka diperlukan petugas penilai yang kompeten dalam bidang keamanan pangan sehingga hasil pemeriksaan benar-benar dapat dipertanggung jawabkan.

Untuk aspek persyaratan teknis, dokumen yang berkaitan dengan keamanan pangan yaitu kelengkapan dokumen daftar bahan yang digunakan/komposisi diurutkan dari jumlah yang terbanyak dan proses produksi/sertifikat HACCP/ISO 22000. Daftar bahan yang digunakan atau komposisi produk berkaitan dengan jenis dan sifat produk pangan dengan tingkat resiko keamanannya (ringan, sedang

atau tinggi). Sedangkan untuk proses produksi/sertifikat HACCP/ISO 22000 merupakan bukti bahwa industri telah melakukan sertifikasi berkaitan dengan penerapan keamanan pangan. Dokumen sertifikat HACCP/ISO 22000 dikeluarkan oleh instansi lain sehingga perlu adanya jaminan bahwa sertifikat yang dikeluarkan dapat dipertanggungjawabkan dalam menjamin keamanan pangan. Instansi yang melakukan sertifikasi merupakan instansi yang kredibel dan dapat dipercaya. Dalam hal ini perlu adanya jejaring yang baik antar Badan POM dengan instansi lain.

Dokumen kelengkapan pada persyaratan tambahan yang berkaitan dengan keamanan pangan yaitu penjelasan untuk bahan-bahan tertentu antara lain : asal bahan (bahan yang berasal dari hewani atau nabati), status GMO (jagung, kentang, kedelai, tomat), dan kandungan kloramfenikol dalam madu; fotokopi sertifikat SNI (untuk produk AMDK, tepung terigu, garam beryodium, coklat bubuk, gula rafinasi); fotokopi nomor kontrol veteriner (NKV) rumah pemotongan hewan (RPH) (untuk produk asal hewan); dan data pendukung produk berklaim (jika diperlukan).

Perlu adanya penjelasan untuk bahan-bahan tertentu yang digunakan pada produk untuk menjamin keamanannya. Penjelasan keamanan asal bahan pangan yang digunakan (untuk pengental, pengemulsi, enzim, minyak, lemak, dan lain-lain), status GMO untuk bahan pangan kedelai, jagung, kentang, dan tomat dari pabrik asal (lokal atau impor) disertai surat pernyataan dari importir/distributor tentang status GMO, serta surat pernyataan tidak mengandung kloramfenikol untuk pangan yang mengandung madu.

Untuk fotokopi sertifikat SNI (untuk produk AMDK, tepung terigu, garam beryodium, coklat bubuk, gula rafinasi) dan fotokopi nomor kontrol veteriner (NKV) rumah pemotongan hewan (RPH) (untuk produk asal hewan); jaminan keamanan pangan berkaitan dengan institusi lain yang mengeluarkan sertifikat tersebut. Institusi yang terlibat memberikan jaminan bahwa sertifikasi yang diberikan dapat menjamin keamanan pangan produk yang dimaksud. Jejaring yang baik perlu dikembangkan antar Badan POM dan institusi lain yang melakukan sertifikasi sehingga pangan dapat terjamin keamanannya. Untuk data

pendukung produk berklaim, data yang dimaksud tidak cukup jelas, sehingga kaitannya dengan keamanan pangan diperlukan kejelasan data yang dimaksud dan kategorisasinya terkait dengan keamanan pangan.

4.3.1. Pengawasan Post-Market

a. Pemeriksaan Sarana Produksi Pangan

Pada pengawasan post-market pemeriksaan sarana produksi pangan telah disusun petunjuk teknis dan formulir penilaian serta formulir hasil pemeriksaan yang secara substansi telah mencakup aspek-aspek yang diperlukan dalam pemenuhan cara produksi pangan yang baik (CPPB). Berdasarkan implementasi sistem tersebut menunjukkan masih rendahnya cakupan pemeriksaan untuk sarana produksi MD (10.54%) yang merupakan area kewenangan Badan POM dengan produk yang memenuhi syarat (MS) sebesar 18.79%. Pemeriksaan sarana produksi cenderung banyak dilakukan terhadap sarana produksi industri rumah tangga pangan (IRTP) yang berada di catchmen area Balai Besar/Balai POM setempat dan industri pangan yang tidak terdaftar (TTD). Peningkatan kerja sama perlu dilakukan Badan POM dengan PEMDA setempat dalam hal pengawasan dan pembinaan IRTP.

Penetapan prioritas pemeriksaan sarana produksi diserahkan kepada Balai Besar/Balai POM setempat (belum dilakukan prioritas secara nasional), berdasarkan kasus yang terjadi dan disesuaikan dengan anggaran. Sarana produksi yang dipilih sedemikian rupa sehingga dapat mewakili keseluruhan produksi pangan yang ada di wilayah Balai Besar/Balai POM setempat.

Petugas pengawas pangan memiliki peranan yang sangat penting dalam melaksanakan pemeriksaan sarana ini. Luasnya cakupan area pemeriksaan memerlukan jumlah pengawas pangan dan kompetensi yang memadai yang dimiliki petugas pengawas pangan. Evaluasi terhadap pemeriksaan sarana produksi pangan pada pengawasan post-market dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Evaluasi pengawasan post-market pada pemeriksaan sarana produksi pangan tahun 2006-2010

No Aspek Uraian Evaluasi/Kajian

1 Lokasi Sarana produksi pangan (MD dan IRTP) terdaftar dan tidak terdaftar di 26 Balai Besar/Balai POM

• Sasaran pemilihan sarana produksi tidak cukup jelas

Perlu adanya prioritas

pemilihan sarana (misalnya berdasarkan kategori risiko) dan dititik beratkan pada pemeriksaan sarana produksi MD yang merupakan kewenangan Badan POM • Bekerjasama dengan

PEMDA setempat untuk pemeriksaan sarana produksi IRTP

Sarana produksi pangan

yang terdaftar lebih diutamakan

2 Frekuensi/waktu Rutin sesuai jadwal yang disusun Balai Besar/Balai POM setempat, dilaporkan setiap triwulan kepada Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Pangan

Jelas

3 Acuan Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia nomor 75/M-IND/PER/7/2010 tentang Pedoman Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik (Good

Manufacturing Practices)

• Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia nomor

HK.00.05.5.1639 tentang Pedoman Cara Produksi Pangan yang Baik untuk Industri Rumah Tangga

Acuan sudah cukup jelas. Pedoman CPPB yang dikeluarkan oleh Menteri Perindustrian merupakan pedoman umum dalam memproduksi pangan olahan yang merupakan acuan bagi industri pengolahan pangan, pembina industri pengolahan pangan dan pengawas mutu dan keamanan pangan olahan. Sedangkan pedoman CPPB-IRT yang dikeluarkan Kepala Badan merupakan acuan CPPB untuk IRT sebagai panduan bagi penyelenggara SPP-PIRT dan panduan bagi Penyuluh Keamanan Pangan (PKP) dan DFI dalam melakukan pengawasan dan pembinaan IRTP

Tabel 4. Evaluasi pengawasan post-market pada pemeriksaan sarana produksi pangan tahun 2006-2010

No Aspek Uraian Evaluasi/Kajian

(CPPB-IRT)

Petunjuk teknis

pemeriksaan sarana distribusi

4 Piranti Petunjuk penilaian penerapan CPMB Sarana Produksi Pangan Form A: kelompok A s.d. • Form RA : rekapitulasi hasil pemeriksaan sarana produksi makanan dan minuman

Secara substansi sudah mencakup aspek-aspek penerapan CPMB (sudah baik)

5 Pelaksana Petugas pengawas pangan tingkat nasional (NFI) dan tingkat daerah (DFI)

Evaluasi terhadap jumlah

petugas pengawas pangan (NFI maupun DFI) apakah sudah mencukupi untuk area pengawasan industri yang luas

NFI mengawasi industri pangan MD sedangkan DFI mengawasai IRTP.

• Peningkatan kompetensi petugas pengawas pangan NFI maupun DFI

6 Skala prioritas Prioritas

pemeriksaan sarana produksi diserahkan kepada Balai Besar/Balai POM setempat dan atau secara mendadak berdasarkan kasus yang terjadi

Disesuaikan dengan

anggaran

• Perlu adanya penyusunan prioritas pemeriksaan sarana produksi pangan

Penyusunan anggaran

berdasarkan prioritas yang disusun

b. Pemeriksaan Sarana Distribusi Pangan

Tabel 5 menunjukkan evaluasi terhadap pengawasan post-market yang dilakukan Badan POM yaitu pada pemeriksaan sarana distribusi pangan. Kegiatan ini dilakukan oleh Balai Besar/Balai POM di Indonesia secara rutin dan dilaporkan setiap triwulan kepada Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Pangan

Badan POM RI. Penentuan jenis sarana distribusi yang diawasi ditentukan oleh Balai Besar/Balai POM masing-masing, belum ada program prioritas pemeriksaan jenis sarana distribusi rutin secara nasional pertahunnya.

Jumlah sarana distribusi yang diawasi disesuaikan dengan anggaran yang dimiliki Balai Besar/Balai POM setempat dan belum diketahui apakah telah dilakukan secara random sehingga mewakili jumlah sarana distribusi yang terdaftar. Pengawasan secara nasional (operasi khusus) dilakukan menjelang peristiwa tertentu misalnya menjelang Idul Fitri, Natal dan Tahun Baru.

Dalam melaksanakan pengawasan, Balai Besar/Balai POM mempunyai piranti secara nasional yang telah disusun oleh Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Pangan Badan POM RI. Piranti ini berupa petunjuk teknis pemeriksaan sarana distribusi yang dilengkapi dengan borang/formulir penilaian dan formulir rekapitulasi hasil pemeriksaan sarana distribusi yang dilaporkan setiap triwulan kepada Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Pangan Badan POM RI yang secara substansi piranti ini telah memenuhi aspek-aspek Cara Distribusi Pangan yang Baik (CDPB).

Hasil pemeriksaan sarana distribusi tahun 2006-2010 menunjukkan sebagian besar (72.18%) sarana distribusi telah memenuhi ketentuan Cara Distribusi Pangan yang Baik (CDPB) dengan nilai B dan C sejumlah 20,268 sarana. Pengawasan dan pembinaan terhadap distributor perlu dilakukan supaya terjadi peningkatan nilai hasil pemeriksaan dan menekan jumlah produk yang TMS yang ditemukan di sarana distribusi.

Petugas pengawas pangan merupakan unsur yang penting untuk keberhasilan fungsi pengawasan ini. Evaluasi terhadap jumlah petugas di seluruh Balai Besar/Balai POM perlu dilakukan mengingat luasnya area pengawasan sehingga jumlah petugas harus memadai. Selain itu perlu adanya peningkatan kompetensi petugas sehingga mendukung keberhasilan fungsi pengawasan ini.

Tabel 5. Evaluasi pengawasan post-market pada pemeriksaan sarana distribusi pangan tahun 2006-2010

No Aspek Uraian Evaluasi/Kajian

1 Lokasi Sarana distribusi pangan (distributor, toko,

supermarket, hipermarket, swalayan, warung, kios, dan pasar tradisional) yang ada di wilayah Balai

Besar/Balai POM di 26 provinsi

Belum ada prioritas lokasi/tempat sarana distribusi yang menjadi sasaran dalam

pelaksanaan pemeriksaan sarana distribusi

Belum dikaitkan dengan produk yang diuji untuk kegiatan pengawasan sampling rutin

2 Frekuensi/waktu Rutin sesuai jadwal yang disusun Balai Besar/Balai POM setempat, dilaporkan setiap triwulan kepada Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Pangan

Jelas

3 Acuan Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 2 tahun 1991 tentang Peningkatan Pembinaan dan Pengawasan Produksi dan Peredaran Makanan Olahan

• Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 329/MEN.KES/PER/XI I/76 tentang Produksi dan Peredaran Makanan

• Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor HK.00.05.23.1455 tahun 2008 tentang Pengawasan Pemasukan Pangan Olahan. Jelas

4 Piranti Petunjuk teknis pemeriksaan sarana

Secara substansi sudah memenuhi aspek-aspek

Tabel 5. Evaluasi pengawasan post-market pada pemeriksaan sarana distribusi pangan tahun 2006-2010

No Aspek Uraian Evaluasi/Kajian

distribusi pangan

Petunjuk penilaian

pemeriksaan Sarana Distribusi Pangan Form B: kelompok A s.d. K

Form RB : rekapitulasi

hasil pemeriksaan sarana distribusi pangan

Cara Distribusi Pangan yang Baik (CDPB)

5 Pelaksana Petugas pengawas

pangan

Evaluasi terhadap jumlah petugas pengawas pangan apakah sudah mencukupi untuk area pengawasan yang luas

Peningkatan kompetensi

petugas pengawas pangan

6 Skala prioritas Prioritas pemeriksaan sarana distribusi diserahkan kepada Balai Besar/Balai POM setempat dan atau secara mendadak berdasarkan kasus yang terjadi

• Disesuaikan dengan anggaran • Perlu adanya penyusunan prioritas pemeriksaan sarana distribusi pangan • Penyusunan anggaran berdasarkan prioritas yang disusun

c. Sampling dan Pengujian Produk Pangan yang Beredar

Kegiatan sampling dan pengujian produk pangan yang beredar dilaksanakan oleh Balai Besar/Balai POM di seluruh Indonesia dengan menurunkan petugas pengawas pangan ke lapang. Pengambilan sampel dilakukan pada saat pemeriksaan sarana produksi maupun sarana distribusi, namun belum ada harmonisasi data yang diperoleh dengan data hasil pemeriksaan sarana produksi maupun sarana distribusi sehingga belum terlihat kesinambungan antara 3 kegiatan pengawasan post-market ini.

Skala prioritas untuk rencana sampling tahunan belum dilakukan secara nasional terutama untuk sampling pangan rutin. Jenis pangan untuk pengawasan pangan rutin disesuaikan dengan Balai Besar/Balai POM setempat. Evaluasi

pengawasan post-market pada kegiatan sampling dan pengujian produk pangan yang beredar dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Evaluasi pengawasan post-market pada kegiatan sampling dan pengujian produk pangan yang beredar

No Aspek Uraian Evaluasi/Kajian

1 Lokasi Sampling dilakukan di wilayah Balai Besar/Balai POM di 26 provinsi di Indonesia

Sampling dilakukan berdasarkan skema yang sudah disusun oleh BPOM. Pengambilan sampel pada saat pemeriksaan sarana produksi dan sarana distribusi 2 Frekuensi/waktu Sampling pangan

rutin : minimal 1 tahun sekali Jelas 3 Acuan PP No 28 tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan pasal 45

Jelas

4 Piranti Metode pengujian mengacu pada SNI dan petunjuk teknis yang disusun oleh Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Pangan Badan POM RI

Jelas

5 Pelaksana Petugas pengawas pangan di Balai Besar/Balai POM di Indonesia

Jelas

6 Skala prioritas Rencana sampling tahunan untuk pengawasan rutin

Belum ada skala prioritas

secara nasional pertahunnya untuk jenis dan jumlah sampel pangan yang disampling

• Perlu adanya kesesuaian dengan kegiatan pemeriksaan sarana produksi dan sarana distribusi

Perencanaan sampling

disesuaikan dengan tujuan sampling

4.3.Rekomendasi dan Indikator Kinerja untuk Perbaikan Sistem Pengawasan Keamanan Pangan oleh Badan POM

Berdasarkan hasil evaluasi terhadap implementasi pegawasan pre-market

dan post-market yang dilakukan oleh Badan POM maka untuk perbaikan sistem pengawasan keamanan pangan tersebut disusun beberapa rekomendasi dan indikator kinerja sesuai dengan tabel 7 di bawah ini.

Tabel 7. Rekomendasi dan indikator kinerja untuk perbaikan sistem pengawasan keamanan pangan yang diberlakukan oleh Badan POM

Sistem Faktor-faktor

pendukung sistem

Rekomendasi Indikator Kinerja

Pre-Market :

Registrasi Produk

Petugas penilai pangan pada saat registrasi produk Perlu adanya peningkatan kinerja terkait dengan perbaikan mutu pelayanan (pada unsur kecepatan pelayanan).

Jumlah petugas penilai pangan yang memadai sesuai dengan kompetensinya Kelengkapan dokumen persyaratan yang diperlukan terkait keamanan pangan Peningkatan jejaring dengan instansi lain berkaitan dengan sistem sertifikasi produk

Jumlah kerjasama dengan instansi lain dalam rangka sosialisasi sistem sertifikasi yang up to date Pendaftaran pelayanan cepat = 5 hari, pelayanan umum = 45 hari, dan pelayanan perubahan produk = 15 hari Peningkatan ketepatan waktu dalam proses penilaian Waktu proses penilaian untuk pelayanan cepat 5 hari, pelayanan umum

45 hari, dan pelayanan perubahan produk 15 hari Pendaftaran secara on line melalui web untuk produk resiko rendah Penyediaan fasilitas konsultasi on line berkenaan dengan registrasi produk melalui web Tersedianya fasilitas konsultasi on line di situs Badan POM

Salah satu syarat kelengkapan dokumen untuk

Perlu adanya harmonisasi dengan kegiatan pengawasan

Jumlah hasil penilaian sarana produksi pangan oleh Balai

Tabel 7. Rekomendasi dan indikator kinerja untuk perbaikan sistem pengawasan keamanan pangan yang diberlakukan oleh Badan POM

Sistem Faktor-faktor

pendukung sistem

Rekomendasi Indikator Kinerja

pendaftaran yaitu hasil pemeriksaan sarana produksi oleh Balai Besar/Balai POM setempat post-market pemeriksaan sarana produksi pangan Besar/Balai POM setempat untuk kelengkapan dokumen pendaftaran Post-Market : Pemeriksaan sarana produksi pangan Penentuan prioritas pemeriksaan sarana produksi diserahkan kepada Balai Besar/Balai POM setempat

Perlu adanya program secara nasional untuk penentuan prioritas jenis sarana produksi pangan yang diperiksa per tahunnya

Proporsi sarana produksi pangan yang diperiksa berdasarkan prioritas per tahunnya

Banyaknya industri pangan di wilayah Balai Besar/Balai POM setempat Peningkatan cakupan wilayah pemeriksaan sarana produksi pangan

Jumlah inspeksi yang dilakukan Pemeriksaan dilakukan oleh petugas pengawas pangan Peningkatan kompetensi dan kapabilitas petugas pengawas pangan Jumlah petugas pengawas pangan yang mengikuti pelatihan Pemeriksaan sarana produksi dilakukan secara rutin Adanya kesinambungan dalam pemeriksaan sarana produksi dan monitoring

Jumlah penurunan sarana produksi yang TMS Pemerintah daerah berperan dalam pengawasan dan pembinaan terhadap sarana produksi pangan skala IRT Peningkatan kerjasama dan koordinasi dengan pemerintah daerah (kabupaten/kota) dalam hal pengawasan, penyuluhan dan pembinaan Jumlah sarana produksi pangan IRT yang terdaftar dan memenuhi syarat (MS)

Tabel 7. Rekomendasi dan indikator kinerja untuk perbaikan sistem pengawasan keamanan pangan yang diberlakukan oleh Badan POM

Sistem Faktor-faktor

pendukung sistem

Rekomendasi Indikator Kinerja

Post-Market : Pemeriksaan sarana distribusi