• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian kecepatan dan resistensi

Dalam dokumen 5 HASIL DAN PEMBAHASAN (Halaman 33-39)

Kecepatan dan resistensi kapal selain dipengaruhi oleh bentuk badan kapal juga dipengaruhi oleh tenaga penggerak yang digunakan (Fyson, 1985). Ukuran utama, koefisien kemontokan, trim, jenis mesin dan sebagainya merupakan faktor yang menentukan kecepatan kapal (Nomura, 1975). Selain itu kecepatan kapal juga dipengaruhi langsung oleh besarnya tenaga mesin yang dipakai. Pemakaian mesin yang sesuai sangat penting untuk efisiensi eksploitasi kapal ikan. Tenaga mesin yang terlalu besar memerlukan biaya yang lebih besar, pemakaian bahan bakar yang banyak serta pemeliharaan yang lebih besar. Sebaliknya, tenaga mesin yang terlalu kecil akan menghasilkan pekerjaan yang mengecewakan. Oleh karena itu, tenaga mesin haruslah seimbang dengan ukuran, bentuk, dan tipe kapal. Sejalan dengan itu, Dolfi (2006) menyatakan bahwa penggunaan daya mesin yang kurang sesuai dengan ukuran kapal dapat menurunkan kecepatan kapal ikan tuna.

Hasil analisis kecepatan dan resistensi berdasarkan input datum water line (DWL) setiap kondisi muatan kapal pada Lampiran 15 sampai 18 yang dilanjutkan dengan analisis kecepatan dan resistensi pada Lampiran 19 sampai 22, diperoleh nilai kecepatan dan resistensi sebagaimana disajikan pada Tabel 19 dan 20. Hasil analisis tersebut menunjukkan adanya perbedaan kecepatan dan resistensi antara kapal kayu dan kapal fiberglass pada setiap kondisi muatan, baik pada kapal tipe inboard maupun pada kapal tipe outboard. Hal ini mengindikasikan bahwa kecepatan dan resistensi kapal turut dipengaruhi oleh kondisi muatan yang ada pada kapal, karena bobot dan distribusi muatan yang ada pada kapal akan menetukan tinggi rendahnya nilai DWL dan displacement kapal. Bertambahnya nilai DWL kapal akibat pertambahan bobot muatan, menyebabkan bagian badan kapal yang tercelup dalam air (immersed depth) akan bertambah dan resistensi yang terjadi pada lambung kapal akan menjadi lebih besar sehingga kecepatan kapal yang dihasilkan akan lebih tinggi dan sebaliknya.

Tabel 19 Hasil analisis kecepatan dan resistensi kapal tipe inboard antara kapal kayu dan kapal fiberglass berdasarkan kondisi distribusi muatan

Tabel 20 Hasil analisis kecepatan dan resistensi kapal tipe outboard antara kapal kayu dan kapal fiberglass berdasarkan kondisi distribusi muatan

Dilihat dari nilai kecepatan dan resistensi pada kedua tabel di atas, kapal fiberglass umumnya memiliki kecepatan yang relatif lebih tinggi dibanding kapal kayu tipe yang sama. Umumnya, resistensi gerak kapal terbesar terjadi pada kondisi kapal beroperasi. Pada kondisi tersebut kapal kayu tipe inboard dengan resistensi sebesar 0,98 kN menghasilkan kecepatan hanya 14,37 knot sedangkan kapal fiberglass tipe yang sama dengan nilai resistensi yang tidak jauh berbeda yaitu 0,95 kN dapat memperoleh kecepatan sebesar 15,17 knot. Begitu pula pada kapal kayu tipe outboard dengan resistensi 0,90 kN kecepatannya 14,79 knot, dan kapal fiberglass dengan resistensi 0,88 kN kecepatannya mencapai 15,24 knot. Kurva yang memperlihatkan perbedaan kecepatan antara kapal kayu dengan kapal fiberglass dalam kajian ini diterakan pada Gambar 15 dan 16.

Kecepatan yang dibutuhkan kapal pancing tonda untuk melakukan perjalanan dari dan ke daerah penangkapan dan melakukan operasi penangkapan, minimal 15 knot. Bila berpatokan pada kecepatan tersebut maka kapal kayu dengan kecepatan di bawah 15 knot akan selalu mengalami lost momentum pada setiap upaya untuk menemukan, menangkap, dan membawa ikan tepat waktu. Upaya yang mungkin dapat dilakukan untuk mendapatkan kecepatan dinas tertentu yaitu dengan jalan menambah daya mesin (HP) yang lebih besar atau dengan menambah efisiensi (%) penggunaan daya mesin yang ada.

Kondisi muatan

Kapal kayu Kapal fiberglass Resist. (kN) Speed (Kts) Resist. (kN) Speed (Kts)

Kapal kayu Kapal fiberglass Resist. (kN) Speed (Kts) Resist. (kN) Speed (Kts)

Kondisi kosong

Kondisi berangkat

Kondisi beroperasi

Kondisi pulang

Gambar 17 Kurva hubungan antara tenaga mesin penggerak dengan kecepatan kapal kayu dan kapal fiberglass tipe inboard.

Kondisi kosong

Kondisi berangkat

Kondisi beroperasi

Kondisi pulang

Gambar 18 Kurva hubungan antara tenaga mesin penggerak dengan kecepatan kapal kayu dan kapal fiberglass tipe outboard.

Hasil analisis kecepatan pada Lampiran 19 sampai 22 menunjukkan bahwa kecepatan kapal juga ditentukan oleh badan kapal dan mesin penggerak yang dipakai.

Badan kapal yang dimaksud meliputi bentuk lambung, kedalaman lambung, volume dan ton displacement kapal yang tercelup dalam air. Sedangkan mesin penggerak meliputi tenaga/daya mesin (HP) dan efisiensi (%) penggunaannya. Bila efisiensi tenaga mesin yang digunakan berbeda akan menghasilkan kecepatan yang berbeda pada setiap kondisi muatan kapal. Semakin tinggi efisiensi tenaga mesin yang digunakan maka kecepatan kapal yang dihasilkan juga akan semakin tinggi.

Kondisi tersebut dapat dilihat pada Tabel 21 dan 22 di bawah ini.

Tabel 21 Hasil analisis kecepatan kapal kayu dan fiberglass tipe inboard berdasarkan kondisi muatan dan efisiensi penggunaan tenaga mesin yang berbeda

No

. Kondisi muatan

Kecepatan kapal (knot) pada

Efisiensi 60% Efisiensi 70% Efisiensi 80%

Kayu Fiber Kayu Fiber Kayu Fiber 1. Kapal kosong 16,65 18,07 17,62 19,10 18,48 20,03 2. Kapal berangkat 15,24 16,20 16,14 17,13 16,94 18,00 3. Kapal beroperasi 14,37 15,17 15,21 16,10 16,04 16,91 4. Kapal pulang 14,50 15,33 15,37 16,23 16,17 17,07 Tabel 22 Hasil analisis kecepatan kapal kayu dan fiberglass tipe outboard

berdasarkan kondisi muatan dan efisiensi penggunaan tenaga mesin yang berbeda

No

. Kondisi muatan

Kecepatan kapal (knot) pada

Efisiensi 60% Efisiensi 70% Efisiensi 80%

Kayu Fiber Kayu Fiber Kayu Fiber 1. Kapal kosong 17,17 17,20 18,13 18,19 19,03 19,10 2. Kapal berangkat 15,62 16,20 16,52 17,13 17,36 18,00 3. Kapal beroperasi 14,79 15,24 15,65 16,14 16,46 16,94 4. Kapal pulang 15,03 15,33 15,91 16,23 16,71 17,10

Hasil analisis di atas menunjukkan bahwa kecepatan kapal turut ditentukan oleh besarnya efisiensi tenaga mesin yang digunakan. Semakin besar efisiensi penggunaan tenaga mesin maka semakin tinggi kecepatan kapal yang dihasilkan.

Pada efisiensi penggunaan tenaga yang sama, kapal fiberglass memiliki kecepatan yang lebih tinggi dibanding kapal kayu, baik pada tipe inboard maupun outboard.

Selain itu, kecepatan kapal juga ditentukan oleh kondisi muatan yang ada padanya, karena muatan kapal dapat mempengaruhi ton displacement dan DWL

kapal. Pertambahan nilai DWL menyebabkan immersed depth bertambah sehingga resistensi gerak pada lambung kapal yang berada di bawah garis air menjadi lebih besar. Hasil perhitungan pada Lampiran 15 dan 16 menunjukkan nilai DWL dan ton displacement kapal kayu lebih tinggi dibanding kapal fiberglass. Umumnya nilai DWL dan ton displacement tertinggi terjadi pada kondisi kapal beroperasi.

Pada kondisi demikian kecepatan kapal kayu cenderung menurun hingga berada di bawah batas kecepatan dinas yang dibutuhkan kapal pancing tonda, sedangkan kapal fiberglass masih berada dalam batas kecepatan yang diinginkan yaitu

Kapal pancing tonda membutuhkan kecepatan yang tinggi terutama saat berangkat ke daerah penangkapan atau kembali ke pangkalan, dan saat mengejar pergerakan gerombolan ikan, tetapi sewaktu mengoperasikan alat tangkap hanya diperlukan kecepatan yang lebih rendah, bahkan mesin dimatikan saat menarik ikan atau sedang menggunakan alat dengan cara tertentu dalam mengoperasikannya.

Jarak daerah penangkapan tuna dengan tempat nelayan di Kabupaten Buton minimal 60 mil laut. Jarak ini ditandai dengan adanya rumpon yang digunakan untuk penangkapan umpan hidup sebelum melakukan penangkapan tuna, maka dengan kecepatan dinas minimal 15 knot dapat ditempuh dalam waktu 4 jam. Dengan pertimbangan waktu operasi penangkapan yang terbaik adalah pagi hari antara pukul 7.00 - 8.00, ditambah dengan waktu untuk melakukan penangkapan umpan hidup yang diperlukan dalam penangkapan tuna, maka nelayan harus berangkat menuju daerah penangkapan antara pukul 2.00 – 4.00 dini hari. Operasi penangkapan berlangsung hingga siang hari pukul 12.00 – 13.00, karena pada waktu tersebut selain aktivitas makan dari ikan tuna mulai menurun juga pertimbangan waktu kembali ke pangkalan harus membawa hasil tangkapan dalam kondisi segar.

Umumnya nelayan yang mendarat di pangkalan dan menjual hasilnya lebih awal mendapatkan harga jual lebih baik dibanding yang terlambat, apalagi hasil tangkapan yang didaratkan masih dalam bentuk gelondongan tanpa es.

Kenyataannya, banyak nelayan kembali ke pangkalan dan menjual hasil tangkapannya antara pukul 16.00 – 19.00, ini berarti waktu yang dipakai untuk perjalanan pulang sekitar 4 - 6 jam.

Berdasarkan hasil analisis kecepatan terhadap kondisi kapal berangkat, kapal beroperasi, dan kapal pulang dengan distribusi muatan yang ada pada masing-masing kapal, diperoleh bahwa kapal tipe inboard dengan daya mesin sebesar 16 HP dapat menghasilkan kecepatan 15 knot dengan efisiensi 70 - 80 %, sedangkan kapal tipe outboard dengan daya mesin 15 HP untuk mendapatkan kecepatan yang sama dibutuhkan efisiensi yang lebih besar yaitu 80% atau lebih.

Umumnya kapal fiberglass memiliki kecepatan lebih tinggi dibanding kapal kayu baik tipe inboard maupun outboard.

Dalam dokumen 5 HASIL DAN PEMBAHASAN (Halaman 33-39)

Dokumen terkait