• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Materi Aljabar SMP

Dalam dokumen BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR (Halaman 28-31)

Marshal Cavendish Education (2016) menyebutkan bahwa ketika belajar aljabar sama artinya dengan “uses a new set of symbolic notation to communicate Mathematical expressions, introducing alphabetical letters to represent variables in a calculation”, artinya menggunakan satu set simbol/ notasi baru untuk menyampaikan pernyataan matematika, mengenalkan huruh abjad untuk mewakili suatu peubah-peubah dalam suatu perhitungan. Melihat karakteristik aljabar yang erat kaitannya dengan simbol/ notasi, peubah, dan bermacam-macam operasi bilangan, maka dapat memberikan kesulitan kepada siswa untuk memahaminya.

Oleh karena itu dalam pembelajaran aljabar, siswa harus menerapkan pola pikir aljabar pula (algebraic thingking).

Van de Walle (2010) sebagaimana dikutip oleh Paridjo dan Waluya (2017: 62) menyebutkan 3 aspek berpikir aljabar, yaitu: 1) generalisasi, 2) pola (pattern), dan 3) fungsi. Pendapat tidak jauh berbeda diutarakan oleh Kieran, Carolyn (2004) sebagaimana disadur oleh Paridjo dan Waluya (2017: 62) menyatakan bahwa berpikir aljabar adalah menggeneralisasi pengalaman-pengalaman mengenai bilangan dan perhitungan-perhitungan, menyusun ide ke dalam bentuk/ sistem symbol, dan memeriksa konsep-konsep dari suatu pola dan fungsi. Berdasar pada pendapat di atas, berpikir aljabar erat kaitannya dengan mengubah suatu ide-ide matematika ke dalam bentuk simbol.

Jackson (2016) menyebutkan beberapa hal yang menjadi penyebab para siswa kesulitan dengan aljabar, diantaranya: 1) kurangnya keterampilan matematika yang penting seperti pemecahan masalah, abstraksi, generalisai; 2) kurangnya pemahaman yang mendalam; 3) Merasakan bahwa aljabar membosankan dan tidak relevan; dan 4) kurangnya latihan/ pengalaman.

Koedinger dan Nathan sebagaimana disadur oleh Marshal Cavendish Education (2016) menyebutkan dalam studinya bahwa “biggest struggle was understanding the letter symbolic form of the algebraic equations presented to them”, artinya kesulitan terbesar pada siswa adalah sulit memahami notasi huruf (peubah) pada persamaan aljabar yang disajikan. Selanjutnya studi tersebut

commit to user

menyebutkan bahwa “...difficulties in understanding the equal sign”, artinya kesulitan dalam memahami simbol persamaan.

Sejalan dengan pendapat di atas, dalam beberapa observasi dan wawancara diperoleh informasi mengenai kesulitan siswa dalam aljabar diantaranya: 1) kesalahan konsep (tidak bisa membedakan antara peubah dan konstanta), 2) kesalahan dalam pengoperasian suku sejenis dan yang bukan, 3) Kesulitan untuk membedakan operasi dan persamaan, 4) kesulitan dalam mengubah soal cerita ke dalam bentuk persamaan matematika, 5) siswa merasa bahwa aljabar tidak ada kaitannya dengan dunia nyata.

Jackson (2016) menyebutkan beberapa hal yang perlu dipahamkan kepada siswa dalam belajar aljabar, diantaranya adalah sebagai berikut.

a. Konsep (concepts)

Ketika belajar mengenai konsep aljabar, siswa sebaiknya mengeksplor ide-ide.

Siswa-siswa tidak harus belajar bagaimana permasalahan diselesaikan dengan rumus yang dimilikinya, tetapi lebih kepada bagaimana mendapatkan pemahaman yang mendalam mengenai apa yang diminta/ disajikan oleh soal/

masalah tersebut. Hal ini penting untuk memahamkan siswa bahwa aljabar tidak bisa berdiri sendiri (bekerja bersama-sama).

b. Keterampilan (skills)

Ketika siswa telah memahami konsep aljabar sepenuhnya, langkah selanjutnya adalah bagaimana bekerja dengan konsep tersebut. Ketika keterampilan dan konsep menyatu, maka akan memberikan kemudahan bagi siswa untuk memahami masalah yang disajikan.

c. Proses (processes)

Proses dalam pembelajaran aljabar merupakan hal yang kompleks mengingat adanya keterlibatan penalaran, komunikasi, koneksi, aplikasi dan modeling yang akan melahirkan keterampilan berpikir. Penalaran diartikan sebagai kemampuan untuk melihat secara hati-hati situasi aljabar dalam berbagai konteks dan secara logika menerapkan konsep dan keterampilan yang dimiliki untuk memecahkan masalah. Komunikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan ide-ide matematika. Koneksi diartikan sebagai kemampuan untuk commit to user

mengaitkan konsep yang satu dengan konsep lainnya. Aplikasi dan modelling diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan apa yang telah dipelajari mengenai bagaimana memecahkan masalah untuk memilih pendekatan dan cara terbaik pada situasi tertentu.

d. Sikap (attitude)

Sikap dalam hal ini dapat dipahami mengenai apa yang dirasakan siswa terhadap aljabar. Sikap ini akan muncul bersamaan dengan pengalaman apa yang diperoleh selama siswa belajar aljabar. Tentu saja ketika siswa merasa senang ketika belajar aljabar, akan memberikan kemudahan dalam memahami konsep, memiliki ide positif, dan kepercayaan diri untuk memecahkan masalah yang diberikan.

e. Metakognisi (metacognition)

Metakognisi adalah kemampuan untuk berpikir mengenai apa yang ia pikirkan. Artinya, tidak hanya sekedar sadar mengenai apa yang dipikirkan tetapi juga mengetahui bagaimana mengendalikan apa yang dipikirkan. Dalam aljabar, metakognisi dipahami sebagai kemampuan untuk membuat rencana pemecahan masalah, menjelsakan apa yang harus dilakukan untuk memecahkan masalah, berpikir secara kritis bagaimana rencana ini bekerja, dan berpikir pilihan/ alternatif lain untuk memecahkan masalah.

Berdasarkan pada hal di atas, maka dalam pembelajaran aljabar yang perlu dilakukan pertama kali adalah memahamkan konsep aljabar kepada siswa yang meliputi: variabel, suku, konstanta, operasi bilangan (+, - ×, ÷), dan simbol persamaan dan pertidaksamaan (=, <, >, <, >). Kaitannya dengan berpikir aljabar, maka pembelajaran harus mampu mendorong siswa untuk bisa memahami/

mengubah soal-soal cerita ke dalam konsep-konsep aljabar. Hal inilah yang selama ini menjadi kesulitan bagi para siswa.

Berasarkan pada pendapat-pendapat di atas dan sejalan dengan teori perkembangan kognitif oleh Piaget yang menyebutkan siswa SMP berada pada fase operasional konkret dan teori presentasi pembelajaran Bruner mengenai tiga tahap pemahaman konsep (enaktif, ikonik, dan simbolik), maka pembelajaran aljabar hendaknya sejalan dengan teori tersebut. Artinya, pemahaman materi commit to user

aljabar dapat dimulai dengan memberikan contoh nyata/ konkret yang secara perlahan-lahan dibawa ke pemahaman yang bersifat asbtrak.

Dalam kaitannya dengan meningkatkan keterampilan berpikir tingkat tinggi dan komunikasi matematika, maka dalam penelitian ini pembelajaran matematika materi aljabar akan disajikan dengan memulai pembelajaran dari hal konkret yang selanjutnya di bawa ke dalam bentuk semi konkrit/ piktorial dan akhirnya menuju ke bentuk abstrak. Selain itu, juga akan disajikan soal-soal/

masalah matematika berbentuk soal cerita untuk meningkatkan keterampilan mengubah bahasa/ pernyataan ke dalam simbol/ operasi aljabar.

Dalam dokumen BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR (Halaman 28-31)

Dokumen terkait