Paradigma pembelajaran telah berubah dari teacher centered menjadi student centered. Pembelajaran yang berpusat pada siswa, menjadikan siswa sebagai subjek pembelajaran yang didorong, difasilitasi, dipandu, dan dibantu oleh guru untuk mengkonstruksi pengetahuannya sendiri dengan menggunakan pengetahuan dan pengalaman yang telah diperoleh sebelumnya melalui pembelajaran yang melibatkan situasi dan masalah dalam kehidupan nyata.
Prinsip pembelajaran tersebut didasarkan pada model pembelajaran Contextual Teaching and Learning. Untuk mendukung upaya pembelajaran yang demikian, maka perlu mengggunakan perangkat dan sumber belajar yang dapat dikembangkan secara mandiri oleh guru. Salah satu perangkat pembelajaran yang dapat digunakan adalah pemanfaatan bahan ajar digital dan mutimedia interaktif.
Perubahan paradigma pembelajaran dan pengembangan inovasi perangkat pembelajaran diperlukan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Salah satu tujuan pembelajaran sebagaimana tercantum dalam Permendiknas No 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi telah menetapkan tujuan pembelajaran matematika yang meliputi proses pemecahan masalah, penalaran matematika, komunikasi matematika, dan pembelajaran yang disajikan secara kontekstual. Hal ini sejalan dengan NCTM (2000) yang menyebutkan lima standar proses dari prinsip dan standar matematika sekolah, yaitu: 1) pemecahan masalah (problem solving), 2) Penalaran dan pembuktian (reasoning and proof), 3) Komunikasi (communication), 4) Koneksi (connenction), dan 5) penggambaran (representation) matematika. Sesuai dengan taksonomi Bloom yang menyebutkan kemampuan pada domain analisis, sintesis, evaluasi, dan kreasi merupakan keterampilan berpikir tingkat tinggi, maka kelima standar proses yang telah disebutkan ooleh NCTM dan Permendiknas di atas dapat dikategorikan sebagai higher-order thinking skills.
Hasil studi dari TIMSS maupun PISA menunjukkan bahwa siswa SMP di Indonesia belum memperoleh hasil/ prestasi yang membanggakan di bidang commit to user
matematika. Masalah/ soal yang disajikan pada tes TIMSS maupun PISA semuanya terkategorikan sebagai masalah untuk mengukur keterampilan berpikir tingkat tinggi. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa masih rendah dan perlu untuk ditingkatkan. Upaya peningkatan keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa dapat dilakukan dengan menerapkan strategi pembelajaran dan penggunaan perangkat pembelajaran yang tepat.
Penelitian ini mengupayakan terjadinya peningkatan keterampilan berpikir tingkat tinggi dan komunikasi matematika. Ketercapaian peningkatan keterampilan-keterampilan tersebut dapat dilihat dari terpenuhinya indikator-indikator keterampilan yang telah dibahas pada bagian sebelumnya. Penelitian ini akan mengkaji efek peningkatan keterampilan berpikir tingkat tinggi dan komunikasi matematika pada siswa melalui pemberian pembelajaran dengan model pembelajaran matematika PINTER. Sintaks dari model ini adalah Presentation to rel life, Investigation, Team activities, Explanation & Reasoning, dan Reinforcement. Masing-masing langkah pembelajaran telah disusun untuk pencapaian keterampilan-keterampilan tersebut.
Presentation tor real life. Tujuan dari langkah ini adalah menciptakan pengkaitan materi dengan kehidupan sehari-hari siswa sehingga menimbulkan pembelajaran yang bermakna. Kebermaknaan pembelajaran itulah yang menjadi dasar terwujudnya keterampilan berpikir tingkat tinggi. Disadari bahwa ketercapaian keterampilan berpikir tingkat tinggi haruslah dimulai dengan penanaman pengetahuan, pemahaman, dan penerapan materi yang selanjutnya dibawa ke dalam ranah atau tingkatan berpikir yang lebih tinggi lagi (HOT).
Langkah ini merupakan jembatan yang logis untuk menghubungkan LOT dengan HOT.
Investigation. Tujuan dari langkah ini adalah melakukan eksplorasi mandiri dengan melibatkan kemampuan berpikir yang telah dimiliki sebelumnya untuk memahami konsep/ materi baru, membedakan konsep satu dengan konsep commit to user
lainnya, dan keterkaitan materi yang satu dengan materi yang lainnya. Proses inilah yang disebut sebagai penalaran. Kemampuan siswa dalam melakukan investigasi secara mandiri, kelompok, maupun terbimbing akan mendorong siswa untuk berpikir ke tingkat yang lebih tinggi (HOT). Kebiasaan siswa dalam melakukan investigasi dalam mempelajari suatu hal akan mendorongnya untuk membuat generalisasi sebagai bagian dari keterampilan berpikir tingkat tinggi.
Kecerdasan siswa dalam melakukan investigasi untuk memahami suatu konsep akan mampu mengantarkan siswa memiliki pemahaman yang cukup untuk mengkomunikasikannya secara jelas kepada orang lain.
Team activities. Langkah ini dalam berbagai literatur disebutkan mampu mendorong keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa. Kegiatan diskusi, brainstorming, dan berdebat akan menimbulkan pertukaran informasi, ide, gagasan yang akan meningkatkan keterampilan berpikir siswa. Terciptanya suasana nyaman selama kegiatan diskusi akan meningkatkan motivasi siswa untuk tidak mudah menyerah dalam mencari solusi masalah yang diberikan melalui berbagai cara. Diskusi juga diakui sebagai cara yang sangat ampuh untuk membelajarkan keterampilan komunikasi siswa. Selama diskusi, siswa akan belajar bagaimana menyampaikan idenya secara lisan dan sescara tertulis akan dikoreksi oleh siswa lain jika mengalami kesulitan atau kesalahan.
Explanation & reasoning. Langkah ini mampu meningkatkan keterampilan berpikir tingkat tinggi maupun komunikasi matematika siswa.
Melalui kegiatan Explanation, siswa didorong untuk berpikir sekaligus mengkomunikasikan gagasan/ jawaban secara jelas kepada siswa lain. Proses explanation yang dibarengi dengan Reasoning menuntut siswa untuk menggunakan semua informasi/ pengetahuan yang telah dimilikinya kepada orang lain. Dengan demikia, keterampilan berpikir tingkat tinggi akan terasah dengan baik dan tanpa disadari komunikasi lisan maupuntulisan juga akan dimiliki.
Reinforcement. Langkah ini bertujuan sebagai bentuk penguatan dari pengalaman belajar yang telah dilalui. Penguatan dalam bentuk review materi, commit to user
refleksi, umpan balik, dan latihan akan menjadi sebuah bentuk pembiasaan yang merupakan kunci termilikinya keterampilan berpikir tingkat tinggi dan komunikasi matematika. Kegiatan review dan refleksi akan menjadikan pemahaman siswa semakin kuat dan tersimpan dalam waktu yang lama. Umpan balik dengan pemberian pertanyaan secara lisan juga akan membantu proses berpikir siswa. Latihan secara teratur tentu saja akan mengasah keterampilan berpikir siswa dengan menggunakan prosedur pemecahan yang telah dikuasasi sebelumnya serta terdorong untuk menemukan prosedur pemecahan yang baru.
Kegiatan pembelajaran yang terintegrasikan dalam langkah pembelajaran dengan model matematika PINTER, diharapkan akan terjadi peningkatan keterampilan berpikir tingkat tinggi dan komunikasi matematika pada siswa SMP.
commit to user