• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI

B. Kajian Mengenai Keterampilan Menyusun Kalimat

Bagi siswa tunarungu, keterampilan dalam melakukan komunikasi merupakan modal penting di dalam hubungan interaksi. Keterampilan menurut Slamet Riadi, dkk (1984:165) yaitu kemampuan khusus untuk memanipulasi alat, ide dan prinsip dalam melaksanakan suatu kegiatan maupun memecahkan suatu persoalan, meliputi aspek komunikasi, komputasi, dan mekanisasi. Siswa tunarungu mengalami kesulitan berkomunikasi akibat dari terhambatnya perkembangan kemampuan bahasanya. Salah satu kelemahan yang dihadapi siswa tunarungu dalam

perkembangan aspek bahasanya yaitu berkaitan dengan keterampilan menyusun kalimat sesuai dengan struktur dan atau pola yang benar. Siswa mengalami kesulitan dalam mengurutkan dan menempatkan kosakata dalam suatu kalimat hingga dapat membentuk kalimat utuh sesuai struktur yang benar. Hal tersebut tentunya memiliki keterkaitan dengan karakteristik miskinnya pemahaman kosakata yang dimiliki siswa. Masalah tersebut menyebabkan siswa memerlukan pengetahuan mengenai fungsi dan kedudukan dari masing-masing unsur kalimat beserta contoh-contoh kosakatanya sebagai gambaran mengenai konsep penyusunan kalimat. 2. Pengertian Keterampilan Menyusun Kalimat

Kalimat merupakan salah satu sarana yang diperlukan dalam melakukan komunikasi, baik secara lisan maupun tertulis. Hasan Alwi, dkk ( 2014: 317) menyatakan kalimat merupakan satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan yang mengungkapkan pikiran utuh. Menurut Abdul Chaer ( 2006: 327) kalimat merupakan satuan bahasa yang berisi suatu “pikiran” atau “amanat” yang lengkap. Fachruddin A.E. ( 1988: 75) menyatakan belum diketahui secara pasti apa yang dimaksud dengan pikiran yang lengkap. Dilihat dari segi bentuknya, kalimat merupakan kelompok kata yang mempunyai arti tetentu, terdiri atas subyek dan predikat dan tidak tergantung pada suatu konstruksi gramatika yang lebih besar. Berdasarkan pengertian kalimat yang telah dijelaskan di atas, peneliti menyimpulkan kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang memuat ide atau

informasi secara untuh sesuai dengan struktur gramatika denan mengikutsertakan jenis unsur-unsurnya.

Keterampilan menyusun kalimat dalam ilmu Bahasa Indonesia merupakan cakupan dari aspek sintaksis. Samuel A. Kirk & James J. Gallagher (1991: 11) menyatakan bahwa sintaksis merupakan susunan kata, yaitu suatu cara yang mengatur kata-kata dalam kalimat dan hubungan dari antar kata tersebut. Pengertian sintaksis berarti bagian-bagian kalimat, mengetahui bahwa subjeknya sebagai pelaku, kata kerjanya adalah perbuatan, dan objek merupakan penerima perbuatan yang dilakukan. Endang Supartini (2003: 17) menyatakan sintaksis berarti mempelajari isi bahasa yang berhubungan dengan tata bahasa. Tata bahasa tersebut memiliki hubungan dengan pola kalimat dan pembentukan kalimat.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa keterampilan menyusun kalimat merupakan suatu kemampuan khusus untuk dapat mengurutkan dan memposisikan satuan bahasa terkecil, terbentuk dari kelompok kata yang mempunyai arti atau pikiran tertentu pada suatu konstruksi gramatika atau pola yang telah ditentukan sehingga ide atau pesan yang disampaikan mampu ditangkap dan dipahami dengan baik dan benar. Oleh karena itu seseorang perlu memiliki pengetahuan mengenai jenis unsur pada kalimat, fungsi dan kedudukan setiap unsur kalimat, dan berbagai macam pola kalimat sehingga mampu menyusun kalimat sesuai dengan struktur yang benar.

3. Jenis Kalimat

Menurut Abdul Chaer (2006: 329), kalimat berkenaan dengan intonasi yang menyiratkan amanat pernyataan, pertanyaan, dan perintah, maka dibagi menjadi (1) kalimat berita, (2) kalimat tanya, (3) kalimat perintah, dan (4) kalimat seruan. Sedangkan menurut Hasan Alwi, dkk (2014: 343-344), jenis kalimat dapat ditinjau dari sudut (a) jumlah klausanya (b) bentuk sintaksisnya (c) kelengkapan unsurnya, dan (d) susunan subjek dan predikatnya. Berdasarkan jumlah klausanya, kalimat dapat dibagi atas kalimat tunggal dan kalimat majemuk. Kalimat tunggal dapat dibedakan lagi berdasarkan kategori predikatnya menjadi (1) kalimat berpredikat verbal, (2) kalimat berpredikat adjektival, (3) kalimat berpredikat nominal (termasuk pronominal), (4) kalimat berpredikat numeral, dan (5) kalimat berpredikat frasa preposisional. Kalimat majemuk juga dapat dibagi lagi atas (1) kalimat majemuk setara dan (2) kalimat majemuk bertingkat. Bedasarkan bentuk atau kategori sintaksisnya, kalimat lazim dibagi atas (1) kalimat deklaratif atau kalimat berita, (2) kalimat imperatif atau kalimat perintah, (3) kalimat interogatif atau kalimat tanya, dan (4) kalimat eksklamatif atau kalimat serum.

Pada penelitian ini tidak semua jenis kalimat akan diberikan kepada subjek, penelitian berfokus pada peningkatan keterampilan menyusun kalimat tipe klausa tunggal dengan predikat adjektival dan bentuk sintaksis kalimat berita. Kalimat tipe klausa tunggal dengan predikat adjektival dipilih agar kalimat masih dapat diberi perluasan unsur

objek dan keterangan. Kalimat berita dipilih karena kalimat tersebut berisi berita atau pernyataan yang perlu diketahui oleh orang lain (pendengar dan pembaca) sesuai dengan pendapat yang dinyatakan oleh Abdul Chaer (2006: 349).

4. Unsur Kalimat

Telah dijelaskan bahwa kalimat merupakan satuan bahasa yang berisi pikiran lengkap. Lengkap mengartikan bahwa di dalam satuan bahasa yang disebut dengan kalimat mengandung unsur-unsur berikut (Abdul Chaer, 2006: 327-328) :

a. Unsur atau bagian yang menjadi pokok pembicaraan, yang lazim disebut dengan istilah subjek (S). Misalnya kata “adik” dalam kalimat “Adik membaca buku.”

b. Unsur atau bagian yang menjadi “komentar” tentang subjek, disebut dengan istilah predikat (P). Misalnya kata “membaca” pada kalimat “Adik membaca buku.”

Kata predikat biasanya berupa kata kerja seperti contoh di atas, tetapi dapat pula berupa frase kerja, kata sifat, atau frase sifat seperti contoh berikut: 1) Saya tidak akan datang, 2) Rumah itu besar, 3) Rumah itu besar sekali.

c. Unsur atau bagian yang merupakan pelengkap dari predikat, lazim disebut dengan istilah objek (O). Misalnya kata “buku” dalam kalimat “Adik membaca buku”. Yang biasa menjadi objek adalah kata benda

seperti contoh di atas, tetapi dapat juga berupa frase benda seperti contoh berikut: Adik membaca buku sejarah.

d. Unsur atau bagian yang merupakan “penjelasan” lebih lanjut terhadap predikat dan subjek, disebut dengan istilah keterangan (K). Misalnya frase “di perpustakaan” pada kalimat “ Adik membaca buku di perpustakaan.”

Unsur keterangan ini dapat memberi penjelasan tentang tempat seperti contoh di atas, tetapi dapat juga memberi berbagai penjelasan lain seperti keterangan waktu, sebab, akibat, syarat, alat, dan sebagainya.

1) Hari ini dia datang terlambat. (Keterangan waktu) 2) Dia terlambat karena hujan. (Keterangan sebab)

3) Dia dipukuli orang ramai sampai babak belur. (Keterangan akibat) 4) Saya akan hadir di sana. (Keterangan tempat)

5) Adik menulis dengan pensil. (Keterangan alat)

Subjek dan predikat merupakan unsur yang harus ada di dalam setiap kalimat, sedangkan unsur objek dan keterangan tidak harus selalu ada. Apabila unsur objek dan unsur keterangan tidak ada di dalam kalimat, maka kalimat tersebut masih tetap merupakan kalimat sempurna.

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan seluruh unsur-unsur kalimat seperti yang telah dijelaskan di atas, yaitu meliputi subjek, predikat, objek dan keterangan. Hanya saja peneliti memberikan batasan pada luas cakupan dari masing-masing unsur tersebut. Adapun batasan

tersebut diantaranya, unsur subjek yang digunakan berfokus pada pelaku (manusia), unsur predikat berfokus pada kata-kata kerja sehingga mampu dikembangkan menjadi kalimat yang lebih luas. Ida Bagus Putrayasa (2012: 27) menyatakan predikat yang terdiri atas kata kerja mempunyai kemungkinan paling banyak untuk dikembangkan, yaitu dapat dikembangkan dengan penambahan dua jenis unsur meliputi perluasan objek dan keterangan. Unsur objek pada penelitian ini berfokus pada kosakata benda. Unsur keterangan dibatasi pada jenis keterangan tempat dan waktu. Batasan tersebut ditetapkan agar siswa tidak mengalami kesulitan dan kebingungan. Inti dari keterampilan yang diberikan yaitu siswa mulai mengetahui dan memahami bahwa suatu kalimat harus disusun sesuai dengan struktur yang telah ditentukan agar mampu ditangkap dan dimaknai dengan mudah dan benar.

5. Pola Kalimat

Berdasarkan batasan jenis kalimat yang telah ditentukan dalam penelitian, yaitu kalimat berklausa tunggal berprdeikat kata kerja aktif dengan sintaksis kalimat berita maka pola-pola kalimat yang akan diberikan kepada subjek merupakan pola-pola kalimat dasar. Kalimat dasar menurut Hasan Alwi, dkk (2014: 326) yaitu kalimat yang (i) terdiri atas satu klausa yaitu setidaknya terdiri dari unsur subjek dan predikat yang memuat satu informasi secara utuh (klausa tunggal), (ii) unsur-unsurnya lengkap, (iii) susunan unsur-unsur-unsurnya menurut urutan yang paling umum, dan (iv) tidak memuat unsur kalimat pertanyaan atau

pengingkaran yang diartikan bahwa kalimat tersebut bukan merupakan kalimat pertanyaan maupun kalimat yang bermakna negatif karena memuat unsur kosakata tidak. Pola-pola kalimat dasar menurut Hasan Alwi, dkk (2014: 329) antara lain yaitu: (1) Kalimat dasar bepola S-P, (2) Kalimat dasar berpola S-P-O, (3) Kalimat dasar berpola S-P-Pelengkap, (4) Kalimat dasar berpola Keterangan, (5) Kalimat dasar berpola S-P-O-Pelengkap, dan (6) Kalimat dasar berpola S-P-O-Keterangan.

Telah dijelaskan sebelumnya bahwa Hasan Alwi, dkk (2014:343) menyatakan unsur predikat pada kalimat dapat berupa kata verbal, adjektif, nominal, numeral dan frasa prepoposional. Namun, pada penelitian ini peneliti membatasi ruang lingkup kalimat dengan bentuk predikat berupa kata verbal (kerja) saja agar dapat dikembangkan menjadi kalimat yang lebih luas (ditambahkan objek dan keterangan). Tidak semua pola kalimat di atas akan diberikan kepada siswa, peneliti membatasi pola kalimat yang akan diberikan. Pola kalimat yang akan diberikan diantaranya yaitu pola kalimat S-P (Subjek-Predikat), S-P-O (Subjek-Predikat-Objek), dan pola kalimat S-P-O-K (Subjek-Predikat-Objek-Keterangan). Hal tersebut dengan alasan bahwa pola-pola tersebut merupakan pola-pola dasar yang wajar diberikan terlebih dahulu kepada siswa agar setidaknya siswa mampu menangkap konsep mengenai struktur kalimat yang terdiri dari unsur-unsur penyusun dengan fungsi dan kedudukan yang berbeda-beda.Unsur subjek, predikat, objek dan keterangan merupakan unsur utama penyusun kalimat yang harus dipahami siswa.

6. Penilaian Keterampilan Menyusun Kalimat

Keterampilan menyusun kalimat terdiri atas beberapa komponen yang perlu dikuasai oleh subjek agar dapat dinyatakan terampil. Sabbati Akhaidah, dkk (1988:117) menyatakan kalimat terdiri atas kata-kata. Kata- kata ini merupakan unsur kalimat yang secara bersama-sama dan menurut sistem tertentu membentuk struktur. Sebagai unsur kalimat kata-kata tersebut masing-masing menduduki fungsi tertentu. Pernyataan tersebut dimaknai oleh peneliti bahwa untuk dapat menyusun sebuah kalimat yang tepat sesuai tata bahasa, seorang individu harus memiliki pengetahuan bahwa di dalam kalimat terdapat beberapa jenis unsur dengan fungsi dan kedudukan masing-masing sehingga mampu membentuk kalimat yang sesuai dengan struktur maupun pola tertentu yang telah ditetapkan.

Komponen-komponen yang telah dijelaskan di atas mampu dijadikan pedoman dalam menunjukkan tingkat keterampilan menyusun kalimat setiap subjek melalui kegiatan tes. Oleh karenanya komponen yang dimuat dalam instrumen tes terdiri dari pengetahuan mengenai jenis unsur kalimat, menentukan kalimat sesuai dengan pola kalimat dasar yang tepat, menentukan kedudukan kosakata dalam kalimat sesuai dengan jenis unsur dan fungsingya, serta mampu menyusun kosakata acak menjadi kalimat yang sesuai dengan struktur. Setiap komponen tersebut dijabarkan oleh peneliti ke dalam soal tes yang ditetapkan untuk mengetahui tingkat keterampilan menyusun kalimat setiap subjek. Soal tes yang diberikan berbentuk pilihan ganda dan isian (menyusun kosakata acak menjadi

kalimat yang sesuai dengan struktur). Rubrik penilaiann tes keterampilan menyusun kalimat secara rinci dijelaskan di Bab III mengenai kisi-kisi intrumen tes.

C.Kajian Mengenai Metode Mind Map