• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI

C. Kajian Mengenai Metode Mind Map

Guna mencapai tujuan pada suatu program, tentunya dibutuhkan suatu metode yang ditetapkan untuk dapat merealisasikannya. Metode dapat diartikan sebagai proses atau prosedur yang hasilnya adalah belajar atau dapat pula merupakan alat yang memiliki makna belajar menjadi aktif (Abdul Aziz Wahab, 2012: 83). Pendapat senada diungkap oleh Wina Sanjaya (2006: 147) yang menjelaskan metode merupakan suatu cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun pada kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun mampu tercapai secara optimal. Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa metode merupakan suatu prosedur atau cara yang ditempuh guna mensukseskan atau mencapai hasil optimal dari tujuan yang telah ditetapkan. Tujuan dari penelitian ini hendak dicapai dengan memanfaatkan metode mind map. 

Tony Buzan (2007: 4-9) menjelaskan mind map adalah cara termudah untuk menempatkan informasi ke dalam otak dan mengambil informasi keluar dari otak. Mind map adalah cara mencatat yang kreatif, efektif, dan secara harafiah akan “memetakan” pikiran. Mind map menggunakan kemampuan otak terhadap pengenalan visual untuk

mendapatkan hasil yang sebesar-besarnya. Mind map lebih merangsang secara visual daripada metode pencatatan tradisional yang cenderung linier dan satu warna. Tony Buzan (2003: 35) menyatakan otak kita tidak berpikir secara linier dan runtut, melainkan berpikir secara radial (memancar) dan meledak-meledak. Tony Buzan ( 2003: 113) menjelaskan membuat catatan secara linier bukan hanya sebagai penjara, tetapi mirip dengan sekumpulan irisan pedang. Mind map memungkinkan pikiran untuk menjelajahi jagad asosiatif tanpa batas yang dapat diciptakan otak.

Hal tersebut akan memudahkan proses mengingat informasi yang dicantumkan dalam mind map. Tony Buzan (2010: 60) menyatakan mind map melibatkan kedua sisi otak karena mind map menggunakan gambar, warna, dan imajinasi yang merupakan wilayah kerja otak kanan bersamaan dengan kata, angka, dan logika yang merupakan wilayah kerja otak kiri. Sutanto Windura (2009:26) mengemukakan mind map merupakan suatu teknik grafis yang memungkinkan adanya eksplorasi seluruh kemampuan otak dalam kegiatan berpikir dan belajar. Keterlibatan kedua belahan otak memungkinkan seseorang untuk lebih mudah mengatur dan mengingat segala informasi, baik secara verbal maupun tulisan. Mind map menggunakan sebuah gagasan atau gambar sentral. Kemudian gagasan tersebut dieksplorasi melalui cabang-cabang yang mewakili gagasan utama yang kesemuanya terhubung pada gagasan sentral (Tony Buzan, 2005: 6). Kemampuan mind map dalam melibatkan sisi kiri dan kanan otak mampu meningkatkan kekuatan berpikir secara sinergis. Masing-masing sisi otak

memberi umpan secara serentak dan memperkuat sisi lainnya dengan cara yang memberikan potensi kreatif yang tak terbatas (Tony Buzan, 2005: 7). Mind map membantu dalam proses belajar, mengatur, dan menyimpan sebanyak mungkin informasi yang diinginkan, serta menggolongkan informasi tersebut secara wajar sehingga memungkinkan munculnya akses seketika (daya ingat yang sempurna) (Tony Buzan, 2006: 13).

Oleh karena itu dapat disimpulkan mind map merupakan salah satu metode belajar yang memanfaatkan seluruh bagian otak secara optimal dalam mempelajari suatu konsep. Pada penelitian ini metode mind map diterapkan dengan bantuan media berupa bagan mind map. Bagan mind map pada penelitian ini dibuat dengan menyertakan gambar, warna dan garis lengkung yang merupakan wilayah kerja otak kanan dan menyertakan tulisan dan hubungan asosiatif yang merupakan wilayah kerja otak kiri. Konsep disampaikan dengan bantuan catatan berupa bagan mind map yang berbentuk radial (memancar) dan bersifat ringkas, menarik, serta kreatif apabila dibandingkan dengan cara mencatat tradisional yang cenderung linear dan satu warna. Hal tersebut merangsang kemampuan otak secara lebih optimal terhadap penamatan secara visual. Dengan demikian informasi maupun pengetahuan yang diperoleh menjadi lebih mudah diterima, dipahami dan diingat dengan memanfaatkan indra penglihatan. Karakteristik dari metode mind map yang telah dijelaskan di atas mendukung karakteristik siswa tunarungu yang memang lebih dapat menerima dan memahami informasi dari lingkungan melalui indra penglihatan atau

pengamatan secara visual. Contoh bentuk bagan mind map yang dibuat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Gambar 2. Bagan Mind Map sebagai Media untuk Menjelaskan Konsep Mengenai Unsur-Unsur pada Kalimat

Berdasarkan gambar di atas, diketahui bahwa peneliti benar-benar telah menerapkan beberapa karakteristik dari metode mind map, yaitu menyertakan gambar, warna dan garis lengkung yang merupakan wilayah kerja otak kanan dan menyertakan tulisan dan hubungan asosiatif yang merupakan wilayah kerja otak kiri. Pada penelitian ini, kata-kata penyusun kalimat diklasifikasikan berdasarkan unsur dan fungsinya, sehingga siswa lebih mudah menerima dan memaknai setiap kata yang diberikan. Penyajian yang singkat disertai bantuan gambar dan warna mampu menguatkan ingatan siswa tunarungu yang memang cenderung memahami suatu kata dengan cara mengamati bentuk tulisannya secara global yang kemudian

diperkuat dengan proses pemaknaan kata melalui bantuan gambar maupun pengalaman langsung. Misalkan saja siswa mengatahui kata “bunga” pertama-tama dengan mengamati bentuk tulisannya, kemudian memberikan pemaknaan dengan bantuan gambar maupun benda kongkrit. Dalam hal ini mind map membantu siswa untuk dapat mengklasifikasikan kata sesuai dengan unsur beserta fungsinya yang kemudian mampu disusun menjadi suatu kalimat utuh sesuai dengan struktur. Apabila kemampuan tersebut dapat ditingkatkan, maka secara bersamaan hal tersebut turut meningkatkan penguasaan kosakata pada siswa tunarungu.

2. Kelebihan Mind Map

Dipilihnya mind map sebagai metode yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian adalah karena menurut Bobbi De Poter (2007: 172) mind map memiliki manfaat antara lain: (1) fleksibel, mind map dapat dengan mudah ditambahkan di tempat yang sesuai dengan peta pikian anda tanpa merasa kebingungan, (2) dapat memusatkan pehatian, yaitu langsung bekonsentrasi pada gagasannya, (3) meningkatkan pemahaman, ketika membaca suatu tulisan maka peta pikiran akan memberikan pemahaman dan tinjauan ulang yang lebih berarti, (4) menyenangkan, imajinasi dan kreativitas tidak tebatas yan menjadikan pembuatan dan peninjauan ulang catatan lebih menyenangkan. Menambahkan pendapat yang telah dijelaskan sebelumnya, Michael Michalko (Tony Buzan, 2010: 6-7) mengungkapkan kelebihan mind map adalah sebagai berikut: (1) mengaktifkan seluruh bagian otak, (2) memungkinkan akal dari kekusutan mental, (3) membantu

menunjukkan hubungan antara bagian-bagian informasi yang saling terpisah, (4) memberikan gambaran yang jelas pada keseluruhan dan perincian, (5) memungkinkan dalam pengelompokkan konsep dan membantu dalam membandingkan, serta (6) mensyaratkan untuk memusatkan pehatian pada pokok bahasan yang membantu mengalihkan informasi dari ingatan jangka pendek ke ingatan jangka panjang.

Berdasarkan kelebihan-kelebihan yang dijelasakan pada paragraf sebelumnya, peneliti membuat keputusan untuk menggunakan metode mind map dalam upaya meningkatkan keterampilan menyusun kalimat pada siswa tunarungu. Peneliti memiliki anggapan bahwa metode mind map dapat digunakan sebagai salah satu metode alternatif dalam kegiatan belajar anak tunarungu, khususnya pada kegiatan pembelajaran menyusun kalimat. 3. Langkah Penerapan Mind Map

Setiap metode yang akan dimanfaatkan dalam suatu tindakan tentunya memiliki langkah-langkah atau tahapan yang perlu dilakukan agar metode tersebut dapat berfungsi secara optimal. Tony Buzan (2010: 35-36) ada tujuh langkah yang dapat digunakan untuk membuat mind map yang lengkap dengan cara yang sederhana, mudah, dan menyenangkan. Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:

a. Memulai dari bagian tengah kertas yang sisi panjangnya diletakkan mendatar. Memulai dari tengah ketas memberikan kesan kepada otak untuk menyebarkan ke segala arah dan untuk mengungkapkan dirinya dengan lebih bebas dan alami.

b. Menggunakan gambar dan foto sebagai ide sentral. Dengan sebuah gambar dapat membantu untuk berimajinasi, karena sebuah gambar bermakna seribu kata. Sebuah gambar sentral akan lebih menarik, membuat kita tetap fokus, berkonsentrasi dan mengaktifkan otak.

c. Menggunakan warna selama proses pembuatan. Alasannya warna dapat merangsang berfikir keatif, membantu kita memilah-milah areanya, merangsang pusat-pusat warna pada otak dan menangkap perhatian serta minat mata kita.

d. Menghubungkan cabang-cabang utama ke gambar pusat dan menghubungkan cabang-cabang tingkat dua dan tiga ke tingkat satu dan dua serta seterusnya. Otak bekerja bedasarkan asosiasi dan jika cabang-cabang tersebut saling berkaitan maka akan menyalakan lebih banyak pikiran kreatif.

e. Membuat garis melengkung, bukan garis lurus. Garis lurus akan membosankan otak. Cabang-cabang melengkung dan organis seperti cabang pohon jauh lebih menarik bagi mata.

f. Menggunakan satu kata kunci untuk setiap baris. Kata kunci tunggal memberi lebih banyak daya dan fleksibel pada mind map. Setiap kata tunggal atau gambar adalah seperti pengganda, menghasilkan sedeet asosiasi dan hubungannya sendiri. Bila kita menggunakan kata tunggal, setiap kata ini akan bebas dan karenanya lebih bisa memicu ide dan pikiran baru.

Sesuai dengan penjelasan pada bagian latar belakang, bentuk mind map yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu memanfaatkan gagasan utama berupa tulisan dan atau gambar yang diletakkan di bagian tengah bidang kerja. Pada mulanya, siswa diberikan informasi mengenai unsur-unsur pada kalimat disertai dengan fungsi dan contoh dari setiap unsur tersebut. Informasi tersebut juga disampaikan dengan bantuan metode mind map. Kemudian peneliti memanfaatkan bagan mind map yang lain untuk menjelaskan konsep pola kalimat, mulai dari SP, SPO hingga SPOK. Di sekeliling gagasan utama pada setiap bagan mind map, dibuat cabang-cabang yang dibagi menjadi cabang subjek, cabang predikat, cabang objek dan cabang keterangan. Jumlah cabang disesuaikan dengan gagasan utama yang akan dibahas atau dijabarkan, misalkan pada bagan mind map dengan gagasan utama “unsur-unsur pada kalimat” maka di sekelilingnya dilengkapi dengan cabang unsur subjek, predikat, objek dan keterangan beserta dengan pengembangan sub cabangnya. Sementara ketika siswa diberikan penjelasan mengenai konsep pola kalimat Subjek – Predikat, maka pada bagan mind map tersebut hanya dilengkapi dengan cabang unsur subjek dan predikat beserta pengembangan sub cabangnya.

Setiap cabang unsur kalimat dilengkapi dengan gambar yang berfungsi sebagai simbol setiap unsur, meliputi gambar sebuah keluarga sebagai simbol unsur subjek, gambar beberapa jenis kegiatan sebagai simbol unsur predikat, gambar beberapa benda sebagai simbol unsur objek. Gambar beberapa tempat sebagai simbol unsur keterangan tempat,

gambar jam dan kalender sebagai simbol dari unsur keterangan waktu. Simbol tersebut diharapkan mampu memberikan kemudahan kepada siswa untuk mengingat dan memahami kedudukan suatu kosakata tetentu sesuai dengan jenis unsurnya. Sebagai contoh pada cabang unsur subjek yang dilengkapi dengan simbol gambar sebuah keluarga, maka diharapkan siswa lebih mudah mengidentifikasi bahwa kosakata yang termasuk ke dalam unsur subjek diantaranya seperti ayah, ibu, kakak, adik dan sebagainya.

Cabang dari bagan mind map yang dibuat untuk memberikan penjelasan mengenai unsur-unsur pada kalimat dikembangkan lagi menjadi sub cabang yang memberikan informasi mengenai contoh kosakata yang sesuai dengan jenis unsurnya. Hal tersebut diharapkan memberikan kemudahan yang lebih besar kepada siswa untuk menentukan kedudukan kosakata pada sebuah kalimat. Langkah-langkah itulah yang akan diterapkan oleh peneliti dalam meningkatkan keterampilan menyusun kalimat pada siswa tunarungu kelas IV SD di SLB Negeri 2 Bantul dengan menggunakan metode mind map.