• Tidak ada hasil yang ditemukan

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.2. Kajian Model Ekonomi Rumahtangga

Dalam hal pengambilan keputusan produksi, konsumsi, dan alokasi tenaga kerja, model ekonomi rumahtangga dapat dilakukan pembahasan secara simultan, dimana pembahasannya tidak dipisahkan atau non-separable, merupakan model non-rekursif, sebaliknya jika pembahasannya dapat dipisahkan atau separable, merupakan model rekursif. Dengan adanya asumsi pasar yang bersaing sebagai syarat kecuk upa n (sufficient) untuk semua output dan semua faktor produksi, dimana harga- harga ada lah eksogen, maka biaya transaks i ada lah nol, da n biaya imba ngan (opportunity cost) beberapa output atau faktor input adalah harga pasar itu sendiri, sehingga dapat digunakan model rekursif. Separabilitas berimplikasi pada pengambilan keputusan produksi dari rumahtangga yang tidak dipengaruhi oleh keputusan konsumsi, sementara itu keputusan konsumsi bergantung pada keputusan produksi.Keputusan produksi dengan memaksimumkan keuntungan ditentukan pada tahap pertama, sedangkan keputusan konsumsi dengan memaksimumkan utilitas dengan kendala produksi, pendapatan, dan waktu, dipecahkan pada tahap kedua.

Secara teoritis, model ekonomi rumahtangga pertanian mempunyai kekhususan pada hubungan antara keputusan prod uks i dan keputusan ko nsumsi. Secara empiris, analisis hubungan antara produksi dan konsumsi dilakukan secara simultan menggunakan teori ekonomika dengan model ekonometrika serta uji statistika. Rumahtangga pertanian diperlakukan sebagai perusahaan, yaitu bertujuan memaksimumkan keuntungan. Analisis Kusnadi (2005), membedakan antara pengertian model rekursif dan model non-rekursif, serta model separable

dan model non-separable. Model rekursif menunjukkan hubungan simultan satu arah, dari produksi ke konsumsi, dan tidak sebaliknya, sedangkan model non- rekursif adalah hubungan simultan timbal balik antara keputusan produksi dan keputusan konsumsi, dengan asumsi pasar yang dilonggarkan yaitu pada pasar

persaingan tidak sempurna. Kebanyakan model penelitian ekonomi rumahtangga pertanian, kajiannya menggunakan persamaan tunggal dengan segala kesederhanaannya, sehingga perlu metode pendugaan yang lebih kompleks untuk memecahka n hubunga n antar pe uba h yang semakin ko mpleks.

Awal penelitian ekonomi rumahtangga adalah pada pendapat Becker (1965) tentang teori alokasi waktu, dan pendapat Becker (1979) tentang pendekatan ekonomi perilaku manusia.Becker (1994) juga membuat pendekatan linear programming untuk teori keseimbangan subyektif pada pertanian masyarakat tradisional di Mali. Teori Becker (1965) kemudian dikembangkan oleh Gronau (1980) tentang waktu santai, produksi rumahtangga, dan waktu bekerja, sebagai sebuah teori alokasi waktu, dimana dipelajari alokasi waktu rumahtangga (wanita) yang dipengaruhi oleh umur, pendidikan, dan upah (laki- laki), karakter anak, dan karakter rumahtangga lain. Strauss (1984) meneliti surplus pasar komoditas pangan pada rumahtangga pertanian di Siera Leone – Afrika, yang merupakan bagian produk atau tenaga kerja yang dijual kepasar setelah dikurangi konsumsi rumahtangga. Elastisitasnya positif terhadap harga sendiri, dimana karakteristik rumahtangga dan pilihan terhadap teknologi produksi menyebabkan perbedaan surplus pasar, yang merupakan ciri khas perilaku rasional rumahtangga. Strauss (1986) membuat pendekatan umum model ekonomi rumahtangga secara teoritis dan komparatif statis. Strauss (1986) juga mencoba mengestimasi determinan dari konsumsi pangan dan ketersediaan kalori di pedesaan Sierra- Leone.

Model Gronau (1980) dan Strauss (1984) menempatkan peubah harga atau upa h seba gai pe ubah kebijaka n (eksogen), de ngan asumsi subs titusi yang sempurna dalam alokasi waktu. Analisis komparatif statisnya bersifat rekursif atau

separable. Elastisitas surplus pasar diambil dari parameter dugaan dari fungsi produksi dan fungsi permintaan. Analisis Hardaker et.al. (1985) tentang model ekonomi rumahtangga petani padi di Jawa Tengah, melihat sisi produksi dengan fungsi produksi Cobb-Douglass, dan sisi konsumsi dengan sistem pengeluaran linear, yang merupakan modifikasi dari pendekatan Barnum dan Squire (1979), yaitu untuk teori ekonomi rumahtangga pertanian dengan aplikasi ekonometrika dalam kasus rumahtangga petani padi di Jawa Barat.

Penelitian lebih ko mpleks dilakukan oleh Sawit (1993), dengan membangun model ekonomi rumahtangga petani padi dan palawija di pedesaan Jawa Barat, dengan penekanan pada model multi- input dan multi-output, sehingga merupakan model rekursif yang terpisah. Sisi produksi didekati dengan fungsi keuntungan, sisi konsumsi didekati dengan AIDS (Almost Ideal Demand System) menggunakan model SUR (Seemingly Unrelated Regression). Sawit (1993) membandingkan perilaku ekonomi rumahtangga dengan pendekatan konvensional, dimana sisi produksi dan sisi konsumsi dianalisis terpisah. Perbedaan besaran dan tanda pada parameter dugaannya menghasilkan implikasi kebijakan yang berbeda. Sawit dan O’Brien (1991) sebelumnya melakukan aplikasi teori ekonomi rumahtangga pertanian untuk menganalisis pendapatan dan kesempatan kerja di pedesaan Jawa.

Penggunaan model persamaan simultan pada penelitian ekonomi rumahtangga, memungkinkan adanya keterkaitan berbagai perilaku ekonomi rumahtangga, yaitu dengan menganalisis dampak perubahan secara makro terhadap perilaku ekonomi rumahtangga di tingkat mikro melalui simulasi kebijaka n. Hanya saja, pe uba h harga ba ik harga inp ut maupun harga output diperlakukan seba gai pe uba h eksogen. Sisi prod uks i dan sisi ko nsumsi masih terpisah (separable), sehingga termasuk dalam model rekursif. Peubah eksogen sebagai peubah kebijakannya adalah dengan kenaikan harga gabah/padi, harga pupuk, upa h tenaga kerja, da n harga input usahatani.

Model ekonomi rumahtangga non-rekursif mencoba memasukkan peubah harga input menjadi pe uba h endo gen, dimana harga input tidak diukur dengan harga pasar sebagai peubah eksogen, tetapi menggunakan harga implisit seperti nilai produk marjinal atau harga bayangan. Penelitian ini antara lain dilakukan oleh Kusnadi (2005) tentang perilaku ekonomi rumahtangga petani dalam pasar persaingan tidak sempurna di Indonesia.

Penelitian Sonoda dan Maruyama (1999) tentang dampak upah tenaga kerja internal pada penawaran output, mengestimasi secara struktural petani padi di Jepang. Penelitian Sadoulet et.al. (1996) tentang perilaku rumahtangga dengan pasar tenaga kerja yang tidak sempurna, dan juga Lambert dan Magnac (1994) tentang pengukuran harga implisit tenaga kerja dalam keluarga sektor pertanian,

diaplikasikan di Pantai Gading. Penelitian Skoufias (1994) tentang penggunaan upah tenaga kerja bayangan, adalah untuk mengestimasi penawaran tenaga kerja rumahtangga pertanian, dengan mengukur utilitas tenaga kerja musiman dalam pertanian untuk pembuktian teoritis tentang ekonomi rumahtangga agraris di India (Skoufias, 1993). Penelitian Lopez (1986) tentang model struktural ekonomi rumahtangga pertanian adalah dengan mengikuti pengambilan keputusan tentang inter-dependensi utilitas maksimisasi profit.

Sonoda dan Maruyama (1999) menyatakan adanya kendala upah tenaga kerja, dimana upah yang dibayarkan lebih rendah dari upah yang diminta tenaga kerja keluarga, sehingga jumlah tenaga kerja yang ditawarkan lebih kecil dari yang seharusnya. Hasilnya, respon penawaran padi terhadap harga sendiri secara total negatif, sedangkan efek langsungnya positif dan efek tidak langsungnya negatif.

Sadoulet et.al. (1994) menganalisis biaya transaksi untuk tenaga kerja dengan perbedaan upah yang diterima dan upah yang dibayarkan, sehingga tenaga kerja dikelompokkan berdasarkan pasar tenaga kerja, yaitu rumahtangga pertanian yang menjual tenaga kerja, yang menyewa tenaga kerja, dan yang swasembada tenaga kerja. Model yang digunakan adalah non-rekursif, dimana opportunity- cost tenaga kerja keluarga diukur dengan tingkat upah internal. Perilaku rumahtangga pertanian di Meksiko, ternyata mengalokasikan tenaga kerjanya berdasarkan posisi asset usahataninya, keterampilan tenaga kerja, dan komoditas atau teknologi produksi yang digunakan.

Lambert dan Magnac (1994) menggunakan bentuk umum fungsi produksi Leontief unt uk menduga harga implisit, dimana respo n tenaga kerja lebih baik hasilnya untuk negara sedang berkembang. Skoufias (1994) menyatakan bahwa dalam model ekonomi rumahtangga tidak semua tenaga kerja bekerja di luar usahatani, sehingga opportunity-cost tenaga kerja keluarga tidak bisa diukur dengan upah yang berlaku di pasar, tetapi dengan produktivitas tenaga kerja. Perbedaan parameter dugaan dalam tanda dan besaran menjadi penting untuk menentuka n mode l rekursif da n mode l non-rekursif. Lopez (1986) membuat model yang saling bergantung antara sisi produksi (maksimisasi profit) dan sisi konsumsi (maksimisasi utilitas). Dalam mode l non-rekursif da n non-

separabledengan pendekatan dualitas, adalah dengan membuat spesifikasi model rumahtangga pertanian dengan restriksi peubah kredit pertanian, resiko, dan model dinamis, seperti kasus Kanada (Coyle, 1994).

Jadi model ekonomi rumahtangga non-rekursif diperlukan bila tidak ada tenaga kerja keluarga yang bekerja di luar usahatani, sehingga penggunaan tenaga kerja keluarga tidak terkait langsung dengan tingkat upah tenaga kerja yang berlaku di pasar, dan harga pasar tidak diperlakukan sebagai peubah eksogen (kebijakan). Pada model rekursif atau separable, tenaga kerja dalam dan luar ke luarga ada lah homogen da n dapat bersubstitusi secara sempurna, dimana da lam persamaan tunggal maka perilaku rumahtangga dapat diturunkan dari model ekonomi rumahtangga pertanian, seperti gagasan Singh et.al. (1986). Model yang sama dianalisis oleh Strauss (1986) dalam teori komparatif statis model rumahtangga pertanian, yaitu dengan mengestimasi determinan dari konsumsi pangan dan ketersediaan kalori di pedesaan Sierra-Leone. Strauss (1986) juga menganalisis surplus pasar untuk rumahtangga pertanian. Kompleksitas permasalahan membuat analisis simulasi mode l dalam persamaan simultan menjadi pilihan dalam mode l ekonomi rumahtangga pertanian, seperti dalam penelitian ini.

Dokumen terkait