• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Penelitian Terdahulu

BAB II: KAJIAN PUSTAKA

2.4 Kajian Penelitian Terdahulu

Kajian penerjemahan Bahasa Indonesia ke Bahasa Inggris sudah banyak dilakukan sebelumnya tetapi untuk mengaplikasikannya ke dalam teori linguistik, peneliti menemukan sedikit kajian penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Kajian penelitian yang menjadi salah satu referensi dalam penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Syifa Asriany Ginting (2003), dalam penelitiannya Modalitas Pada Cerita Rakyat Karo Eri Turin-Turin Karo Beru Dayang Jile-Jile: Suatu Kajian

Fungsional Sistemik. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan pemakaian

Fungsional Sistemik (LFS) oleh Halliday (1994) dan Saragih (2001). Cerita rakyat Karo ini terdiri atas tiga jenis cerita yaitu jenis cerita nasib, jenis cerita asal mula kejadian sesuatu dan jenis cerita humor. Temuan penelitian menunjukkan bahwa cerita rakyat Karo menggunakan modalitas. Jenis modalitas yang paling dominan adalah jenis modalitas modulasi yang bersifat subjektif dengan tingkat keseringan kemunculan modalitas yang tinggi terdapat pada jenis cerita tentang nasib yaitu pada cerita Turi-Turin Padan Pangindo.

Penelitian ini memberi kontribusi kepada peneliti sebagai bahan referensi untuk informasi yang berkaitan dengan modalitas dan realisasinya pada cerita rakyat Karo. Penelitian ini juga dijadikan peneliti sebagai bahan bacaan untuk mendapatkan ilustrasi konsep penelitian yang akan dilakukan.

2. Liu Zequan (2003) di dalam jurnal yang berjudul Loss and Gain of Textual Meaning in Advertising Translation. Zequan menganalisis produk terjemahan teks iklan Inggris-Cina yang berkaitan tentang kecantikan ala spa. Dalam hal ini ia menganalisis strategi penerjemahan berdasarkan teori Linguistik Funsional Sistemik (LFS). Dalam kajian tersebut, ia menemukan bahwa terdapat strategi- strategi penerjemahan seperti penambahan pada tema, eksplikasi dengan menggunakan nominalisasi dan kombinasi dengan menggunakan metafora tatabahasa. Dari analisis yang dilakukannya ia mengambil simpulan bahwa dalam teks iklan bahasa Inggris terdapat 25 klausa sedangkan dalam teks sumbernya dalam hal ini Bahasa Cina terdapat 28 klausa dan dari 28 klausa tersebut terdapat 7 penambahan klausa, 2 kombinasi klausa, 2 pelepasan klausa dan 20 klausa yang mengalami proses penerjemahan harfiah, word for word. Dengan demikian antara BSu dan BSa terdapat perbedaan baik dari jumlah kata maupun klausa yang

disebabkan adanya penambahan maupun penghilangan unsur bahasa pada saat proses penerjemahan.

Penelitian ini memberi kontribusi kepada peneliti sebagai bahan referensi untuk informasi yang berkaitan dengan terjemahan dan realisasinya pada sebuah iklan produk kecantikan. Penelitian ini juga dijadikan peneliti sebagai bahan bacaan dan perbandingan karena penelitian ini menggunakan teori LFS dalam menganalisis strategi penerjemahan pada data. Selain itu penelitian ini membantu peneliti dalam mendapatkan ilustrasi konsep penelitian yang akan dilakukan. 3. Meisuri (2009), dalam jurnal “Penggunaan Modalitas dalam Bahasa

Minangkabau” melakukan penelitian modalitas pada bahasa masyarakat

Minangkabau. Penelitian ini mendeskripsikan empat bentuk modalitas di dalam penggunaannya dalam bahasa Minangkabau, serta apakah terdapat unsur lain dari modalitas yang dianggap penting di dalam bahasa Minangkabau. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori Semantis menurut Bloomfield (1933) yang menyatakan bahwa modalitas merupakan salah satu fenomena kesemestaan bahasa, dan ini berarti bahwa setiap bahasa alami pasti mempunyai unsur-unsur leksikal dalam tuturannya, meskipun masih tetap terdapat ciri-ciri khusus modalitas pada bahasa yang berlainan. Modalitas dibagi menjadi 4 jenis yaitu intensional, epistemik, deontik dan dinamik. Kajiannya pada buku-buku teks. Datanya diambil dari empat orang responden, dan hasilnya adalah kata tugas pembantu modal mengandung makna sikap penutur terhadap sesuatu kejadian atau keadaan. Modalitas waktu “KALA” yang menggambarkan tahapan waktu terjadinya peristiwa dan keadaan dengan penggunaan pemarkah leksikal seperti ‘ka’, ‘sadang’, ‘alah’, dan ‘alun’.

Penelitian ini memberi kontribusi kepada peneliti sebagai bahan referensi untuk informasi yang berkaitan dengan modalitas dan realisasinya pada cerita rakyat Minangkabau. Berbeda dengan sebelumnya yang mengambil cerita rakyat Karo sebagai data analisis, penelitian ini menambah khasanah bacaan bagi peneliti mengenai modalitas dan penjabarannya secara lebih vafiatif. Selain itu penelitian ini juga dijadikan peneliti sebagai bahan bacaan untuk mendapatkan ilustrasi konsep penelitian yang akan dilakukan.

4. Syarifuddin (2010), dalam penelitiannya Analisis Penambahan dan Pengurangan Unsur-Unsur Bahasa Dalam Teks Terjemahan Perang Kolonial

Belanda di Aceh “The Dutch Colonial Wai in Aceh”. Penelitian ini bertujuan

untuk mengklasifikasi penambahan dan pengurangan unsur-unsur bahasa, seperti kata, frasa dan klausa serta mendeskripsikan teknik-teknik penerjemahan dalam teks terjemahan buku sejarah Perang Kolonial Belanda di Aceh: The Dutch Colonial War in Aceh. Penelitian ini berfokus pada analisis produk terjemahan. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif, melalui metode ini unsur-unsur bahasa yang teridentifikasi adanya penambahan dan pengurangan dideskripsikan secara rinci dengan menggunakan teori kontrasif analisis yang membandingkan bahasa Indonesia sebagai TSu dan bahasa Inggris sebagai TSa. Selain itu peneliti juga menggunakan teori direct and indirect translation Molina- Albir, gain and lost Nida-Taber dan implicit-explicit meaning Larson untuk mengetahui teknik-teknik apa saja yang digunakan dalam teks terjemahan yang dimaksud. Setelah dianalisis, dari 519 sampel data, 271 data tidak mengalami penambahan dan pengurangan unsur-unsur bahasa dan selebihnya 248 data mengalami penambahan atau pengurangan unsur-unsur bahasa pada BSu atau

BSa. Ke 248 data yang mengalami penambahan dan pengurangan unsur-unsur bahasa tersebut terdiri atas 79 data (31,85%) mengalami penambahan unsur bahasa, 117 data (47,17%) adanya pengurangan unsur bahasa dan 52 data (20,95%) berupa data kuplet (penambahan + pengurangan sekaligus).

Penelitian ini memberi kontribusi kepada peneliti sebagai bahan referensi untuk informasi yang berkaitan dengan terjemahan dan realisasinya pada buku sejarah. Penelitian ini dijadikan sebagai bahan bacaan mengenai penambahan dan pengurangan kata yang terjadi pada proses penerjemahan dimana penambahan dan pengurangan tersebut merupakan salah satu ciri dari pergeseran pada penerjemahan. Peneliti dapat melihat beberapa bentuk/contoh kalimat yang telah dianalisis dan menjadikannya dasar pertimbangan dalam penelitian. Selain itu penelitian ini membantu peneliti dalam mendapatkan ilustrasi konsep penelitian yang akan dilakukan.

5. Ita Khairani (2010), dalam penelitiannya Modalitas Pada Teks Naskah Kaba Minangkabau “Anggun Nan Tungga Si Magek Jabang” Episode: Ke Balai

Nan Kodo Baha. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan realisasi modalitas,

menemukan modalitas yang dominan, dan bagaimana realisasi modalitas tersebut pada teks naskah Kaba Baha (selanjutnya disebut ANTSMJ Episode: KBNKB) berdasarkan teori Linguistik Fungsional Sistemik (LFS). Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif. Data penelitian adalah data tertulis pada teks naskah ANTSMJ Episode: KBNKB yang disampaikan oleh seorang tukang kaba atau sijobang. Berdasarkan hasil analisis modalitas diperoleh hasil penelitian bahwa dalam teks naskah Kaba Minangkabau ANTSMJ Episode: KBNKB terdiri dari 1368 klausa dan ditemukan sebanyak 897 modalitas yang

terdiri dari modalisasi (Probabilitas dan Keseringan) dan modulasi (Keharusan dan Kecenderungan), serta ditemukan modalitas yang dominan pada Probabilitas Menengah 315 (35,11%). Temuan penelitian ini telah menunjukkan bahwa teks naskah Kaba Minangkabau ANTSMJ Episode: KBNKB memiliki modalitas sebesar 621 atau 69,24% dibanding dengan jenis modalitas Modulation (modulasi) sebesar 276 atau 30,76%.

Penelitian ini memberi kontribusi kepada peneliti sebagai bahan referensi untuk informasi yang berkaitan dengan modalitas dan realisasinya pada cerita rakyat Minangkabau. Pada kajian terdahulu sebelumnya juga terdapat penelitian dengan sumber data yang berasal dari daerah yang sama sehingga penelitian ini dijadikan sebagai bahan perbandingan bentuk pemaparan modalitas pada teks Minangkabau. Penelitian ini juga menambah khasanah bacaan bagi peneliti mengenai modalitas dan penjabarannya secara lebih vafiatif. Selain itu penelitian ini juga dijadikan peneliti sebagai bahan bacaan untuk mendapatkan ilustrasi konsep penelitian yang akan dilakukan.

6. Lutfiyah Alindah (2012), dalam penelitiannya yang berjudul Variasi Keluasan Makna Interpersonal Dalam Teks Translasional Multibahasa ‘IMR’AT’INDA NUQTHAT AL-SHIFR’ Berbahasa Arab, Inggris dan Indonesia.

Penelitian ini mengkaji teks translasional multibahasa yang direalisasikan dalam tiga novel IMR’AT’INDA NUQTHAT AL-SHIFR dalam bahasa Arab, Woman at Point Zero dalam bahasa Inggris, dan Perempuan di titik nol dalam bahasa Indonesia. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif. Subjek penelitian adalah ketiga novel multibahasa tersebut sedangkan objek penelitian adalah klausa yang mewujudkan satuan-satuan semantik tertentu. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa variasi makna secara denotatif diwujudkan oleh variasi KMI. Variasi KMI yang paling dominan adalah variasi 1 baik dalam T1:T2 maupun T1:T3 yakni variasi cenderung rendah.

Penelitian ini memberi kontribusi kepada peneliti sebagai bahan referensi untuk informasi yang berkaitan dengan variasi keluasan makna dan realisasinya pada Teks Translasional Multibahasa ‘IMR’AT’INDA NUQTHAT AL-SHIFR’

Berbahasa Arab, Inggris dan Indonesia. Penelitian ini menjadi dasar bacaan

dalam melihat variasi yang terjadi pada sebuah teks dengan penyajian melalui tiga bahasa. Selain itu penelitian ini juga dijadikan peneliti sebagai bahan bacaan untuk mendapatkan ilustrasi konsep penelitian yang akan dilakukan.

7. Nor Fauzan (2012), dalam tesisnya yang berjudul Variasi Keluasan Makna Interpersonal Teks Translasional Dwibahasa: Harry Potter and The Sorcerer’s Stone Karya J.K. Rowling dan Harru Potter dan Batu Bertuah Karya Listiana Srisanti. Penelitian ini mengkaji teks translasional dwi bahasa yang direalisasikan dalam dua buah novel Harry Potter and The Sorcerer’s Stone Karya J.K. Rowling

dan Harru Potter dan Batu Bertuah Karya Listiana Srisanti. Penelitian ini

merupakan penelitian deskriptif-kualitatif. Instrumen penelitian ini adalah peneliti sendiri dengan menerapkan konsep Komunikasi Semiotik Translasional (KST) dan konsep Halliday tentang makna interpersonal. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa wujud variasi KMI T1 dan T2 yang paling dominan adalah variasi 1 yaitu variasi cenderung rendah. Hal ini mencirikan bahwa fenomena translasional mempunyai keterikatan pada konteks.

Penelitian ini memberi kontribusi kepada peneliti sebagai bahan referensi untuk informasi yang berkaitan dengan variasi keluasan makna dan realisasinya

pada Teks Translasional Dwibahasa: Harry Potter and The Sorcerer’s Stone Karya J.K. Rowling dan Harru Potter dan Batu Bertuah Karya Listiana Srisanti. Jika pada penelitian sebelumnya yang dijadikan rujukan mengambil teks tiga bahasa sebagai data, penelitian ini hanya menggunakan teks dua bahasa sebagai datanya. Penelitian ini menjadi bahan perbandingan dan tambahan referensi peneliti dalam penjelasan variasi yang terjadi pada sebuah teks dengan penyajian melalui beberapa bahasa. Selain itu penelitian ini juga dijadikan peneliti sebagai bahan bacaan untuk mendapatkan ilustrasi konsep penelitian yang dilakukan.

Dokumen terkait