• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian persepsi PKL terhadap penataan Lapangan Merdeka

KAJIAN PENATAAN PKL DI SEKITAR LAPANGAN MERDEKA KOTA BINJA

5.2 Kajian persepsi PKL terhadap penataan Lapangan Merdeka

Kebijakan penataan akan menjadi proses dinamika yang meliputi interaksi banyak faktor teridentifikasi, persepsi pedagang menjadi awal dasar dalam menampilkan informasi sehingga kebijakan dapat menjadi advis planning bagi proses implementasi kedepannya.

Pendekatan yang digunakan dalam menganalisis implementasi kebijakan tentang pedagang kaki lima di Lapangan Merdeka Binjai dapat disesuaikan dengan implementasi dapat dimulai dari kondisi abstrak dan sebuah pertanyaan tentang apakah syarat agar implentasi kebijakan dapat berhasil, ada empat variabel yang dikemukan olehnya, penataan yang dilakukan akan menjadi kebijakan public yang harus dilaksanakan secara simultan karena satu dengan lainnya memiliki hubungan yang erat. Adapun variabel tersebut adalah komunikasi, sumber daya, sikap (dispositions or attitudes) serta struktur birokrasi.

Beberapa karaktersitik rensponden yang menjadi indikator penataan Lapangan Merdeka Kota Binjai diantaranya adalah alasan lokasi berjualan, apa pendapat pedagang sebagai responden memilih Lapangan Merdeka atau bagian dari lapangan merdeka sebagai lokasi berjualan. Klasifikasi karakter 30,9% responden memilih dikarenakan banyak pengunjung selain sebagai ruang terbuka lokasi juga berada di kawasan pelayanan pemerintah, kemudian 26,19% memilih disebabkan lokasi berada

di pusat kota, Lapangan Merdeka Binjai telah dikenal seluruh warga Binjai dan menjadi lokasi tujuan warga kota, seperti yang terlihat pada tabel 5.3.

Tabel 5.3

Persepsi Pedagang Kaki Lima Terhadap Lapangan Merdeka Binjai

No Karakteristik Klasifikasi Jumlah Prosentase

1 Alasan berlokasi

teduh dan nyaman 9 21,43

sarana jalan dan parkir baik 2 4,76 ada fasilitas pendukung 0 0,00

banyak pengunjung 13 30,95

mudah dijangkau kendaraan 7 16,67 pusat kota, sehingga dikenal

oleh masyarakat 11 26,19

2

Daya tarik Lokasi untuk berdagang

terdapat kelompok jualan yang

sama 17 40,48

kelompok yang tidak sama

dagangannya 0 0,00

pusat kegiatan perkotaan 14 33,33 mudah dijangkau kendaraan 0 0,00 tempat yang aman dari

singgungan dan ramai 11 26,19

Sumber: Olahan hasil wawancara, 2013

Daya tarik lokasi bagi pedagang diperoleh dari wawancara, bahwa para pedagang berjualan melihat keberadaan usaha yang sudah ada. Terdapat kelompok usaha yang sama menjadi pilihan bagi pedagang kaki lima dengan jumlah pemilih 17 responden atau 40,8% disertai 33,33% responden memilih pusat perkotaan sebagai daya tarik lapangan merdeka.

Konsumen pedagang kaki lima didominasi oleh remaja/i, hasil pengamatan dilapangan responden mengatakanpengunjung-pengunjung kebanyakan adalah para pemuda yang mangkal bersama teman-teman, atau juga yang menghabiskan waktu

bersama pasangannya. Waktu berkunjung para pemuda ini berkisar pukul 15.00 sampai 19.00 setelah waktu tersebut konsumen berpindah kepada klasifikasi keluarga baik bapak dan anaknya, atau ibu dan anak-anaknya. Kunjungan ini tentunya untuk menikmati segmen jasa permainan seperti kolam pancing, odong-odong, dan permainan keluarga lainnya.

Tabel 5.4

Persepsi Pedagang Kaki Lima Terhadap Penataan Lapangan Merdeka Binjai

No Karakteristik Klasifikasi Jumlah Prosentase

1 Konsumen

ibu-ibu dan anaknya 10 23,81

bapak-bapak 9 21,43

Keluarga (bapak/ibu dan anak) 3 7,14

remaja (putra-putri) 20 47,62

orang tua (lansia) 0 0,00

2 Pilihan lokasi berdagang

terdapat kelompok jualan yang sama 25 59,52

kelompok yang tidak sama dagangannya 0 0,00

mencari sesama saudara/suku 11 26,19

tepi jalan yang ramai dilalui 0 0,00

tempat yang aman 6 14,29

3 Persepsi Terhadap

Lapangan Merdeka

tempat pelaksanaan acara Kota Binjai 15 35,71

sarana olahraga Kota Binjai 15 35,71

ruang terbuka sebagai pusat kota Binjai 5 11,90

lapangan kebanggaan Kota Binjai 7 16,67

4 lokasi penataan PKL

di dalam lapangan merdeka 4 9,52

di badan jalan 2 4,76

di lokasi yang baik tetapi tidak lepas dari

pengunjung lapangan Merdeka 32 76,19

di lokasi lainnya yang diperbolehkan

berdagang 4 9,52

5

Persepsi penataan

pembatasan lapak serta peningkatan

fasilitas 22 52,38

pembatasan waktu serta peningkatan

No Karakteristik Klasifikasi Jumlah Prosentase kepastian hukum disertai naiknya

restribusi 6 14,29

pemindahan lokasi PKL kelokasi yang

lain 8 19,05

6 Fasilitas yang diinginkan

lapak permanen 17 40,48

penanganan sampah 8 19,05

kamar mandi dan air bersih 9 21,43

tempat parkir 3 7,14

jalur pembeli 5 11,90

Sumber: Olahan hasil wawancara, 2013

Kemudian bagaimana dengan persepsi pedagang terhadap Lapangan Merdeka, adalah sama responden mengatakan bahwa Lapangan Merdeka Kota Binjai yang berada di Kelurahan Tangsi Binjai Kota merupakan tempat pelaksanaan kegiatan Pemerintah Kota Binjai, seperti halnya acara seni pemuda dan olahraga, upacara proklamasi kemerdekaan Indonesia dan sebagainya. Sebagai penilaian, pedagang kaki lima menyadari bahwa lokasi mereka saat ini bukanlah tempat yang memiliki legalitas, dalam artian bahwa lokasi saat ini bisa saja sewaktu-waktu dilakukan penertiban. Mereka (pedagang) memaklumi bahwa Pemerintah Kota Binjai dapat melakukan penertiban dengan alasan bahwa Lapangan Merdeka harus tertib dari hal-hal yang mengganggu fungsinya. Tabulasi hasil wawancara telah menyatakan 76,1% pedagang diantara kebimbingan, jika akan dilakukan penataan maka keinginannya adalah dilokasi yang baik dengan lokasi yang tetap memiliki konsumen sama. Adapun konsumen dimaksud adalah pengunjung tarikan dari Lapangan Merdeka dengan aktivitas bangkitannya, perkantoran, dan sekolah atau kegaitan komersil disekitar lokasi dimana mereka saat ini.

Jika demikian bentuk penataan terhadap sarana dan kepastian hukum menjadi penting untuk melihat karakteristik pedagang terhadap implikasi pengaturan yang akan disusun. Persepsi atas penataan penyusun coba untuk memberikan pilihan dalam wawancara yang dilakukan, maka 52,33% dari total responden mengatakan bagian dari tindakan penataan adalah pembatasan lapak dan diiringi oleh peningkatan fasilitas pedagang seperti tersedianya air, tempat sampah, dan lainnya. Pembatasan lapak dimaksud adalah bagian manakah yang boleh dipakai sebagai tempat dagangan, bagaimana pengaturannya, apakah hanya pada jumlah pedagang yang ada saat ini atau pemerintah membuka peluang baru bagi pedagang-pedagang lainnya.

Menjawab pertanyaan mengenai fasilitas apa yang diinginkan oleh PKL maka hasilnya menyatakan bahwa bahwa 17 orang atau 40,48% responden menyatakan bahwa tempat permanen /tidak berpindah merupakan hal yang penting untuk berdagang. Sementara fasilitas kamar mandi dan ketersediaan air bersih menjadi prasarat yang cukup diinginkan (diajukan oleh 9 orang atau 21,4% responden). Adapun tempat parkir yang baik untuk pembeli diajukan sebagai fasilitas yang perlu oleh 3 orang atau 7,14% responden. Selebihnya penanganan sampah diajukan oleh 8 orang atau 19% responden dan 5 orang atau 11,9% responden menyatakan jalur pembeli untuk pelengkap fasilitas berdagang,seperti yang terlihat pada tabel 5.4.

Pilihan diatas disikapi lebih baik, daripada mereka harus membayar lebih tinggi restribusi ketika lokasi ini menjadi syah (legal) secara hukum. Atau lebih baik dari pembatasan waktu berjualan, hal ini dapat menimbulkan keributan jika tidak diawasi

secara baik. Pilihan tersebut sangat lebih baik daripada harus dipindahkan ke lokasi lainnya, yang belum dapat dipastikan apakah bebas dari restribusi resmi atau tidak resmi.

5.3 Kajian prilaku dan persepsi pengunjung Lapangan Merdeka Binjai