BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Dengan mempertimbangkan tujuan penelitian dan sifat obyek penelitian maka
metode penelitian yang akan dijalankan adalah metode kualitatif mengingat obyek
yang akan diteliti adalah perilaku dan ekspresi tindakan keruangan para responden
PKL di Kota Binjai.
Penelitian ini berupa penelitian lapangan (field research) dengan maksud untuk mengetahui permasalahan serta mendapatkan informasi-informasi dan data
yang langsung peroleh di lokasi penelitian dengan cara observasi secara cermat dan
wawancara terstruktur dengan acuan pustaka dinamika PKL dan pustaka metodologi
penelitian kualitatif.
Untuk mencapai tujuan dalam penelitian ini dilakukan analisa secara
deskriptif kualitatif terhadap obyek penelitian antara lain:
1. Kondisi eksisting kawasan disekitar Lapangan Merdeka Kota Binjai berupa
letak/posisi terhadap tata ruang kota, status peruntukan dan fungsi
peruntukan, luas dan batas lokasi, kegiatan pemanfaatan lahan;
2. Karakteristik dan aktivitas PKL disekitar Lapangan Merdeka Kota Binjai
3. Perilaku PKL disekitar Lapangan Merdeka Kota Binjai berupa kegiatan
rutin dan non rutin PKL;
4. Ekspresi tindakan keruangan PKL disekitar Lapangan Merdeka Kota Binjai
berupa jenis dagangan, sarana fisik dagangan dan sebaran, luasan tempat
berdagang, waktu berdagang, pola pelayanan, bentuk lapak pedagang,
struktur dan konstruksi lapak, statis dan movable lapak, perilaku sanitasi
dan kebersihan, kelembagaan yang ada di lokasi.
3.2 Populasi /Sampel
Populasi merupakan keseluruhan individu obyek penelitian yang dimaksudkan
untuk diteliti. Populasi adalah kumpulan dari ukuran-ukuran tentang sesuatu yang
bisa digunakan sebagai inferensi yang dalam hal ini populasi berkenaan dengan data
bukan pada orangnya atau bendanya (Nazir, 1999). Berdasarkan pendapat tersebut,
maka yang dimaksud dengan populasi adalah keseluruhan individu, gejala, ataupun
peristiwa yang akan diselidiki dan memiliki karakteristik spesifik sebagai sumber
data dan sebagai batasan generalisasi hasil penelitian. Merujuk hal tersebut maka
populasi dalam penelitian ini adalah seluruh PKL yang berkegiatan di lokasi sekitar
Lapangan Merdeka Kota Binjai.
Pengertian sampel menurut Nazir (1999:325) dinyatakan bahwa sampel
adalah wakil dari populasi yang dipergunakan untuk menentukan sifat serta ciri yang
dikehendaki dari populasi amatan dimana sampel yang akan diambil harus dapat
dalam penelitian ini sejumlah responden diambil dari jumlah populasi yang ada untuk
digunakan sebagai sampel.
Secara umum, jumlah ukuran sampel yang dibutuhkan dapat dihitung dengan
rumus (Slovin:1960) sebagai berikut:
�= �
(���) + �
………(3.1)
dimana:
n = sampel N = populasi
d = derajat kesesuaian yaitu sebesar 10 %
Teknik sampling digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan
stratified random sampling, dipilihnya teknik ini maksudkan agar sampel yang akan diambil secara acak nantinya dapat membentuk sub populasi yang mempunyai
homogenitas tertentu dan benar-benar dapat mewakili kondisi populasi yang
sesungguhnya dan menurut M. Nazir bahwa dalam teknik stratified random sampling, pengambilan sampel dilakukan dengan cara membagi populasi menjadi sub-sub populasi yang disebut sebagai strata, lapisan, atau kelompok yang lebih kecil.
Jumlah sampel yang diperlukan terhadap populasi PKL disekitar lapangan
merdeka kota Binjai yang dirinci berdasarkan sesuai kategori sarana fisik yang
digunakan PKL yang digunakan berdagang atau menggunakan jasanya dapat dilihat
Tabel 3.1
Rincian Jumlah Sampel yang Diperlukan Pada Populasi PKL disekitar Lapangan Merdeka Kota Binjai
Sumber: analisa penyusun, 2014
�= ��
���� �,���+� maka n = 42
Dengan demikian dari hasil perhitungan diatas dapat diketahui sampel yang
dibutuhkan adalah sebanyak 42 responden yang lebih realistis dapat mewakili
populasi PKL disekitar lapangan merdeka kota Binjai. Kemudian besar sample
kembali diproporsikan sehingga dapat mewakili populasi yang ada. Untuk
menentukan alokasi sample yang berimbang dengan besarnya strata maka diperlukan
sampling fraction per stratum yang menghasilkan sebagaimana proporsi pada table diatas. Sedangkan sample besarnya pengunjung penyusun mengambil besaran sama
yaitu 10 sample pada tiap-tiap strata sampling.
diajukan kepada 60 pengunjung sebagai bagian dari kegiatan jual beli yang berkaitan
dengan kegiatan berdagang para PKL tersebut dengan asumsi bahwa terjadi proses
interaksi berupa adanya need, demand (keinginan para pembeli) dengan supply (layanan dari pedagang kaki lima).
3.3 Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
melalui:
1. Kuesioner, yaitu teknik pengumpulan data dengan menggunakan daftar
pertanyaan yang sifatnya tertutup dan terbuka. Dalam penelitian ini
dipakai kuesioner bersifat tertutup dan terbuka, kuesioner tertutup
dimaksud adalah bahwa jawaban kuesioner telah tersedia dan responden
tinggal memilih beberapa altematif yang telah disediakan, sedangkan
kuesioner terbuka dimaksud adalah bahwa jawaban kuesioner tidak
tersedia dan responden diminta bebas untuk menuliskan jawaban
kuesioner yang menurutnya paling sesuai guna memperoleh informasi
lebih mendalam.
Untuk memudahkan dalam pengumpulan dan menganalisa data nantinya,
disusun matriks parameter mewakili variable mencapai tujuan penelitian.
a. Tujuan: mendeskripsikan aktivitas pedagang kaki lima; hal ini akan
memperlihatkan pengelompokan pedagang berdasarkan jenis barang,
modal usaha.
Indikator: Profil pedagang kaki lima
Parameter:
1. Peta sebaran PKL (lokasi penyebaran PKL di lokasi penelitian,
dasar pemilihan tempat);
2. Karakteristik PKL (asal, jenis kelamin, umur, status, lama
berdagang, dan jumlah anggota);
3. Tipologi PKL (jenis barang, kepemilikan, waktu usaha,
pendapatan, dan lokasi pilihan);
4. Organisasi ( mandiri, koperasi, paguyuban, dan lainnya).
b. Tujuan: mendeskripsikan pengunjung; hal ini akan memperlihatkan
masyarakat pengunjung (konsumen) berdasarkan waktu operasional,
pekerjaan, dan kebutuhannya.
Indikator: profil Konsumen
Parameter: karakteristik pengunjung (asal, pekerjaan, usia, jenis
kelamin, dan kebutuhan)
c. Tujuan: mendeskripsikan kebutuhan penataan lokasi penelitian;
keberadaan peran dan fungsi lokasi study menjadi dasar dalam
melakukan penanganan PKL. Legalitas dan probabilitas keberadaan
PKL menjadi bagian penataan Lapangan Merdeka.
Indikator: gambaran umum lokasi penelitian (rencana pemanfaatan
Lapangan Merdeka
Parameter : profil kota, RTRW, RDTR, Perda, SK/Perwal.
Dalam pengolahan datanya, setiap jawab responden pada kuesioner yang
sifatnya terbuka diklasifikasikan sesuai pertimbangan peneliti guna
memudahkan penyajian distribusi frekwensinya.
2. Wawancara, yaitu teknik pengumpulan data me1alui wawancara yang
dilakukan terhadap beberapa nara sumber yang dianggap mempunyai
kompetensi dalam permasalahan. Teknik ini dipakai secara simultan dan
sebagai cara utama untuk memperoleh data secara mendalam yang tidak
diperoleh dengan data dokumentasi, menanyakan hal-hal yang belum ada
atau belum jelas yang mungkin terlewatkan dalam data dokumentasi.
3. Observasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan cara melakukan
pengamatan hal-hal yang penting berkaitan dengan obyek yang sedang
diteliti, sehingga peneliti mampu menggambarkan secara nyata kondisi di
lapangan dalam penelitiannya. Hasil dari pengamatan tersebut ditulis
secara deskriptif dan direkam dengan kamera.
3.4 Lingkup Wilayah Penelitian
Lingkup wilayah penelitian ini dibatasi pada sekitar Lapangan Merdeka Kota
Binjai diwilayah administrasi Kelurahan Tangsi, Kecamatan Binjai Kota, Kota Binjai,
belakang feniomena PKL yang terjadi di lokasi, yang membangkitkan keingintahuan
adanya masalah penelitian ini. Adapun batas administrasi kota Binjai dapat dilihat
dalam Gambar 3.2
3.5 Metode Analisa Data
Metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif. Analisa
model ini digunakan untuk menjelaskan dan mengungkapkan keleluasaan, ketajaman
dan kedalaman kajian penelitian. Proses analisis terhadap data dalam penelitian
kualitatif dilakukan secara interaktif dengan mencari dan keterkaitan antar informasi
yang diperoleh. Aktivitas dalam analisis data yaitu: reduksi data, data display berupa narasi, grafis, dan matrik sebagai media analisis dan pengambilan kesimpulan.
Teknik analisis data dalam penelitian kualitatif di mulai dengan menelaah
seluruh data yang terkumpul dari berbagai sumber yaitu dari hasil wawancara, catatan
pengamatan lapangan, foto dan sumber informasi terkait lainnya selanjutnya akan
dilakukan analisis data dengan cara mengorganisir data kedalam kategori, klasifikasi,
menjabarkan ke dalam unit-unit, menyusun kedalam pola, melakukan sintesa dan
mencari korelasi guna menyusun kesimpulan. Sejalan itu teknik analisis data
dilakukan dengan cara reduksi data, kategorisasi dan penafsiran terhadap data. Secara
1. Reduksi Data
Reduksi data dilakukan dengan proses pemilihan dan pengurangan data
yang dianggap tidak mendukung dari kerangka analisis sehingga data
dikategorikan valid untuk dapat di proses ke langkah selanjutnya.
Data yang dihimpun dalam penenletian ini terdiri data primer dan data
sekunder yanag diperoleh dengan menggunakan beberapa teknik,
kuisioner, wawancara, dokumentasi, dan observasi partisipatif.
2. Penyajian atau Display Data dan Analisis
Setelah data direduksi, maka dilakukan langkah menyajikan data. Dalam
hal ini penyajian data dilakukan dalam bentuk uraian perilaku keruangan
para PKL diperjelas dengan gambar suasana perilaku dan peta lokasi PKL.
Melalui penyajian data atau display maka data akan terorganisir sehingga akan mudah dipahami untuk kemudian dilakukan dianalisis.
Teknis analisa yang diperlukan dalam studi mengenai penataan pedagang
kaki lima dengan memanfaatkan ruang terbuka di Kota Binjai dengan
analisis kualitatif yaitu interprestasi sehingga makna yang terkandung dari
setiap informasi dapat dipahami dan dipergunakan pada analisis dan
penarikan kesimpulan. Beberapa pertanyaan sebagai fokus tujuan
penelitian akan dijabarkan sebagai berikut:
1. Untuk menjawab pertama, yaitu mengetahui profil pedagang kaki lima dan
pengunjung dimulai dengan mengkompilasi data yang terkumpul. Setelah
1. Profil Pedagang Kaki Lima;
a.Tahap persiapan pentabulasian data, karakteristik, tipologi, dan
organisasi dan lainnya;
b. Tahap penafsiran data dan pemaknaan data.
2. Profil pengunjung/pengguna barang dan jasa pedagang kaki lima;
a. Tahap persiapan pentabulasian data, karakteristik, tipologi,
b. Tahap penafsiran data dan pemaknaan data.
Dari hasil telaah angket wawancara yang telah dibagikan, diharapkan dapat
menjelaskan lebih lanjut mengenai karekateristik pedagang dan
pengaruhnya terhadap lokasi (wilayah perencanaan) yang ditempati.
2. Untuk kedua, yaitu menyimpulkan mangemen penataan yang dibutuhkan
pada lokasi (Lapangan Merdeka Binjai) dimasa depan. Terkait penanganan
pedagang kaki lima yang berorientasi pada fungsi Lapangan Merdeka.
Penataan ini tentu akan melihat kesempatan bertahan atau tidak dari
produks legalitas di Kota Binjai atau pun, kajian dan produk-produk
perencanaan yang sudah disusun, seperti RTRW, RDTR, RTBL, dan
lainnya.
3. Kesimpulan sementara dari analisis
Sesuai dengan model analisa kualitatif menurut, maka dilakukan penarikan
kesimpulan awal. Kesimpulan awal ini masih bersifat sementara sebelum
mendapatkan penguatan dari langkah berupa pembahasan yang akan
diperoleh tersebut didukung oleh bukti-bukti yang baik, maka kesimpulan
tersebut dapat dikatakan shahih.
Secara aktual dalam penelitian ini, berbagai sumber data dan informasi
tentang data dan bentuk perilaku dan faktor pembentuk perilaku telah
diperoleh dari hasil observasi dan wawancara di lokasi penelitian,
kemudian diadakan pengecekan informasi pemuka masyarakat, pejabat
pemerintahan, pakar yang berkompeten dengan permasalahan PKL di Kota
Binjai. Selain itu juga, akan dilakukan pengecekan terhadap dokumen
penataan ruang wilayah Kota Binjai yang tersedia dan relevan seperti
RDTRK dan RTBL kawasan Lapangan Merdeka Binjai.
Kesimpulan akhir ini lebih lanjut dilengkapi dengan rekomendasi yang
berkaitan dengan manfaat dari penelitian ini yaitu model penataan PKL
dengan memanfaatkan ruang terbuka yang dapat dijadikan sebagai acuan
BAB IV
GAMBARAN UMUM DAN TINJAUAN PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DI KAWASAN LAPANGAN MERDEKA KOTA BINJAI
4.1 Gambaran Umum Kota Binjai
Berdasarkan pertimbangan kedudukan Kota Binjai dalam konstelasi regional,
isu strategis Kota Binjai dan peran dan fungsi Kota Binjai. Tujuan penataan ruang
Kota Binjai hingga tahun 2029 adalah:
1. Terwujudnya kegiatan pemukiman skala besar pusat perdagangan/jasa
regional dan kota industri skala regional dan nasional yang aman,
nyaman, berkelanjutan, produktif dengan pertumbuhan ekonomi tinggi
dan meningkatkan kesejahteraan penduduk Kota Binjai;
2. Terwujudnya keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan
buatan secara berkelanjutan dan berwawasan lingkungan sesuai dengan
daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup;
3. Terwujudnya keseimbangan dan keserasian perkembangan antar bagian
wilayah kota dan pusat-pusat pertumbuhan kota; keseimbangan dan
keserasian kegiatan antarsektor;
4. Terwujudnya pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan bagi
peningkatan kesejahteraan masyarakat Kota Binjai;
5. Terwujudnya penetapan lokasi-lokasi investasi pembangunan baik yang
4.2 Gambaran Kegiatan Kecamatan Binjai Kota 4.2.1 Administrasi Kecamatan
Kecamatan Binjai Kota merupakan salah satu kecamatan di Kota Binjai yang
memiliki luas 4,12 km2 (412 Ha), yang terletak pada koordinat 3031’40’-3040’2’ LU
dan 98027’3’-98032’32 BT. Terdiri dari 7 kelurahan yaitu: Kelurahan Berngam,
Satria, Setia, Kartini, Tangsi, Binjai dan Pekan Binjai. Adapun luas masing-masing
dari kelurahan tersebut dapat di lihat pada tabel 4.1.
Tabel 4.1 Administrasi Kecamatan Binjai Kota
No Desa/Kelurahan Luas Wilayah (Ha)
Sumber : Kecamatan Binjai Kota Dalam Angka 2013
Secara administrasi, adapun batas-batas dari Kecamatan Binjai Kota adalah
sebagai berikut:
Sebelah Utara : Kecamatan Binjai Utara
Sebelah Selatan : Kecamatan Binjai Selatan
Sebelah Timur : Kecamatan Binjai Timur
Lapangan Medeka sebagai lokasi penelitian berada di Kelurahan Tangsi yang
merupakan pusat Kota Binjai. Keadaan penggunaan lahan di Kecamatan Binjai Kota
umumnya didominasi oleh penggunaan lahan terbangun yaitu seluas 210,15 Ha yang
merata terdapat di seluruh kelurahan yang ada di Kecamatan Binjai Kota.
Penggunaan lahan non terbangun seperti lahan kosong, lapangan, pekarangan dan
lainnya terdapat sekitar 201,85 Ha.
Pemanfaatan lahan pada lokasi ini terdiri oleh berbagai kegiatan, adapaun
kegiatan-kegiatan tersebut memiliki pelayanan skala kota, diantaranya Kantor DPRD
Kota Binjai, Kantor Cabang (unit pelayanan) PU Sumatera Utara, Perguruan tinggi,
Rumah sakit umum, dan rumah dinas Walikota Binjai. Pemanfaatan ruang demikian
memberikan tarikan pengunjung pada kawasan ini, bahkan melebihi fungsi
Kelurahan Tangsi sebagai pusat pelayanan lingkungan sebagai mana yang
diamanatkan dalam rencana detail tata ruang Kecamatan Binjai Kota.
4.2.2 Karakteristik kependudukan Kecamatan Binjai Kota
Pada tahun 2012, jumlah penduduk di Kecamatan Binjai Kota sekitar 30.551
jiwa. Jika dibandingkan dengan luas wilayah, maka kepadatan penduduk rata-rata di
kecamatan ini adalah 9.037 jiwa/Km2
Dari data struktur penduduk menurut jenis kelamin di Kecamatan Binjai Kota,
dapat dilihat bahwa jumlah penduduk perempuan lebih banyak dibandingkan jumlah
penduduk laki-laki.
atau 90 jiwa/Ha. Untuk lebih jelasnya dapat
Tabel 4.2.
Distribusi dan Kepadatan Penduduk Kecamatan Binjai Kota Tahun 2011
No Desa/Kelurahan
Sumber: Kecamatan Binjai Kota dalam Angka, 2012
Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa kepadatan penduduk tertinggi
terdapat di Kelurahan Bergam dengan kepadatan 9.378 jiwa/Ha. Sedangkan
kelurahan dengan kepadatan penduduk tertinggi adalah Kelurahan Pekan Binjai
dengan kepadatan 129,7 jiwa/Ha.
4.2.3 Arahan Rencana Detail Tata Ruang Kecamatan Binjai Kota
Pengembangan Kecamatan Binjai Kota sebagai bagian dari Pembangunan Kota
Binjai, pada dasarnya juga mempunyai tujuan untuk mewujudkan suatu masyarakat
yang adil dan makmur, merata material dan spiritual. Tujuan tersebut pada
masyarakat Indonesia. Rencana detail tata ruang Kecamatan Binjai Kota 2008-2028
telah mengarahkan;
1. Rencana Sistem Pelayanan Lingkungan
Rencana sistem pusat pelayanan bertujuan mendistribusikan jenis dan
pelayanan kegiatan yang ditetapkan dalam struktur ruang dengan cara
pembagian rencana pembagian lingkungan dan rencana pembagian blok
peruntukan kawasan Kecamatan Binjai Kota. Dengan adanya rencana
sistem pusat pelayanan dalam struktur ruang diharapkan terciptanya ruang
yang seimbang, serasi dan terpadu dalam rangka memberikan
kenyamanan pelayanan terhadap masyarakat juga untuk meningkatkan
kualitas lingkungan dan kehidupan di wilayah Kecamatan Binjai Kota.
Kecamatan Binjai Kota terdiri dari 7 (tujuh) kelurahan. Dalam penataan
dan pemanfaatan ruang wilayah Kecamatan Binjai Kota, maka
selanjutnya wilayah Kecamatan Binjai Kota akan dibagi menjadi
beberapa unit lingkungan, dimana diharapkan untuk dapat
mengakomodasi penduduk serta arahan pola ruang maupun arahan
struktur ruang Kecamatan Binjai Kota tahun 2029.
Berdasarkan arahan di atas maka lokasi-lokasi pusat lingkungan di
Kecamatan Binjai Kota dapat diarahkan sebagai berikut:
a. Pusat lingkungan Pekan Binjai berpusat di Jalan Jenderal Sudirman
dan Kawasan Pasar Tavip;
c. Pusat lingkungan Tangsi terletak disekitar depan Kantor Camat dan
sekitar alun-alun kota;
d. Pusat lingkungan Setia terletak disekitar persimpangan Jalan Imam
Bonjol- Jalan Irian;
e. Pusat lingkungan Kartini terletak disekitar Jalan Jenderal Ahmad Yani;
f. Pusat lingkungan Satria terletak disekitar Jalan Hasanudin;
g. Pusat lingkungan Berngam terletak disekitar Jalan Samanhudi.
2. Rencana Pola Ruang
Kegiatan kawasan budidaya perkotaan yang akan ditampung di wilayah
Kecamatan Binjai Kota mencakup:
a. Kegiatan perumahan dan permukiman;
b. Kegiatan perdagangan dan perniagaan/bisnis;
c. Kegiatan industri kecil;
d. Kegiatan pelayanan umum dan sosial-budaya (pendidikan, kesehatan,
peribadatan, rekreasi, olahraga dan fasilitas sosial lainnya);
e. Kegiatan perkantoran (pemerintah dan swasta).
Untuk lebih jelasnya luasan Pola ruang yang ada di kecamatan Binjai
Kota dapat dilihat pada tabel 4.3. Pengaturan pemanfaatan ruang/lahan
untuk kegiatan-kegiatan budidaya tersebut memperhatikan beberapa hal,
yaitu:
a. Perkembangan sosial-kependudukan;
b. Prospek pertumbuhan ekonomi;
d. Daya dukung prasarana dan fasilitas perkotaan;
e. Kondisi fisik dasar dan daya dukung lahan;
f. Penggunaan lahan eksisting dan Kecenderungan perkembangan fisik
kota;
g. Batas kawasan lindung;
h. Kebijakan pembangunan dan tata ruang yang hendak dituju;
i. Perkembangan dan kebijakan pembangunan wilayah sekitar.
Tabel 4.3
Luas Rencana Pola Ruang Kecamatan Binjai Kota Tahun 2029
N
o Penggunaan Lahan
N
o Penggunaan Lahan
Kelurahan
Sumber : Rencana Detail Tata Ruang Kota Binjai Tahun 2009-2029.
4.3 Gambaran Lapangan Merdeka Kota Binjai
Gambaran umum Lapangan Merdeka Binjai sebagai lokasi kajian, adalah
memberikan gambaran kondisi pedagang kaki lima (PKL) terhadap Lapangan
Merdeka Binjai dimaksud. Keberadaan PKL di Lapangan Merdeka ditinjau dari
perilaku dan eksistensinya terhadap pemanfaatan ruang, serta secara umum terhadap
konsep perancangan dan citra kota.
Adapun keterkaitan antara keberadaan PKL di Lapangan Merdeka terhadap
elemen perancanagan kota, maupun elemen citra kota, secara garis besar dapat dilihat
sebagai gambaran umum adalah pemanfaatan lahan baik tata guna lahan dan tata
massa bangunan yang ada, kemudian aksesbilitas seperti kondisi parkir, sirkulasi
pergerakan,. Secara keseluruhan kegiatan PKL berpotensi dengan pembentukan citra
estetika kota yang disampaikan dalam tabel 4.4.
4.3.1 Tinjauan perilaku PKL di Lapangan Merdeka Binjai
Lapangan Merdeka Binjai sehari-hari digunakan oleh seluruh lapisan
masyarakat kota Binjai dalam fungsinya sebagai ruang terbuka publik berwujud alun-
Tabel 4.4
Keterkaitan Potensi Elemen Perancangan Kota dengan Pembentukan Citra Kota di Binjai
Citra Kota (Kevin Lynch)
Tinjauan
Masa Bangunan Potensi pembentuk landmark Arsitektural
Signage Potensi pembentuk landmark
Activity Support
Potensi pembentuk
landmark, node
Lingkungan
RTH Potensi pembentuk distrik
Sumber: olah data penyusun
digunakan sebagai tempat upacara atau kegiatan pemerintahan yang membutuhkan
tempat konsolidasi massa dalam jumlah banyak selain dari kegiatan bazaar rakyat,
kampanye dll yang membutuhkan ruang tempat massa banyak berhimpun pada suatu
waktu tertentu.
Pemanfaatan Lapangan Merdeka lainnya adalah dilakukan oleh keluarga
dan khalayak ramai yang datang disini untuk berekreasi, berolah raga, bersosialisasi
antar warga yang menciptakan suasana ruang publik kota yang hidup dan berfungsi
Sebagai suatu fasilitas umum yang menarik maka lapangan merdeka Binjai
merupakan tempat berkumpulnya masyarakat Kota Binjai. Hal ini menimbulkan
kebutuhan akan pelayanan dan fasilitas penyedia kenyamanan dan variasi kenikmatan
dalam berekreasi yang kemudian menjadi pemicu timbulnya masyarakat yang
berpikir ekonomis untuk menyediakan makanan, minuman, penjualan barang-barang
rekreatif, permainan anak-anak, souvenir dan tempat makan-minum rekreatif di
seputaran Lapangan Merdeka Binjai.
Dengan merujuk kepada kelengkapan sarana dan prasarana perencanaan
kawasan urban yaitu tata guna lahan lokasi berkegiatan, sarana aksesibilitas, sarana
fisik bangunan (shelter), sarana sistem santasi, ditunjang oleh sistem kelembagaan
yang baik akan meningkatkan vitalitas suatu kawasan (Lynch, 1981, The image of
The good City Form) maka tinjauan khusus berikut akan berfokus kepada
kriteria-kriteria urban design process (Shirvani, 1985).
4.3.2 Perilaku PKL dalam tinjauan pemanfaatan lahan
Tinjauan dalam penataan tata guna lahan terlihat bahwa PKL di Lapangan
Merdeka Binjai menempati wilayah lapangan Merdeka bagian tepian sebelah utara
dan barat mendominasi dengan penempatan lapak semi permanen sepanjang 500
meter dalam kelompok menurut jenis dagangan yaitu warung makan dan minum.
Kelompok ini juga ditandai dengan warna yang sama yaitu warna plastik biru. Zona
kelompok ini juga menempati trotoar di depan lapak masing-masing dengan
Tatanan penempatan lapak PKL menempatkan parkir pengunjung menyita
badan jalan di depan lapak masing-masing menyita ruang jalan yang beralih fungsi
menjadi ruang parkir sepeda dan sepeda motor membentuk suatu zona tersendiri.
Adapun tatanan pedagang kaki lima jenis gerobak mainan menetap, gerobak dorong,
kereta kuda, asongan menempati zona campuran di depan kantor Walikota Binjai
tidak dalam tatanan yang teratur namun secara menyeluruh menyebar di tepian badan
jalan, trotoar, tepi lapangan Merdeka. Zona parkir kendaraan roda empat juga
tersusun sepanjang tepian badan jalan di depan kantor Walikota Binjai berbaur
dengan para pedagang kaki lima, adapun Tinjauan Prilaku PKLdalam Tinjauan
Pemanfaatan Lahan Lapangan Merdeka Binjai diilustrasikan dalam gambar 4.1.
4.3.3 Perilaku PKL dalam tinjauan Penataan Aksesibilitas Kawasan
Tinjauan penataan aksesibilitas dalam hal ini menyangkut mengenai
pencapaian ke lokasi PKL, jalur pejalan kaki (pedestrian), jalur kendaraan bermotor,
parkir, halte dan kegiatan khusus sirkulasi lainnya. Pencapaian atau akses kepada para
pedagang kaki lima mengindikasikan pola campuran yang didominasi oleh pola linear
dan kluster. Pola linear yang terbentuk karena umumnya para pedagang kaki lima
menempati wilayah sepanjang badan jalan. Sementara akses pola kluster terbentuk
oleh daya tarik dagangan dan penempatan lapak dagang PKL.
Para pengunjung mencapai lokasi ini menggunakan kendaraan umum dan
kendaraan pribadi melalui jalan umum dan masuk melalui lapangan Merdeka
membentuk pola pencapaian tanpa mempertimbangkan hirarki jalan, sedangkan arah
khusus yang disebut fenomena pasar senggol. Adapun ilustrasi Prilaku PKL dalam
tinjauan Penataan Aksesibilitas Kawasan dapat dilihat pada gambar 4.2.
4.3.4 Perilaku PKL dalam tinjauan fisik arsitektural
Tinjauan fisik arsitektural dalam tatanan PKL ini menyangkut beberapa hal
mengenai penempatan bangunan, bentuk dan jenis bangunan, bahan bangunan,
struktur bangunan, waktu keberadaan bangunan PKL, kemampuan berpindah sarana
dagang PKL.
Lahan yang dipergunakan oleh para PKL ini terindikasikan menempati lahan
datar dan tidak banjir. Pilihan penempatan adalah pada tanah padat tepian lapangan,
badan jalan dan lahan yang teduh di bawah pohon besar atau di bawah atap bangunan.
Beberapa memilih penempatan karena dekat dengan parit sehingga pembuangan
sampah dagangan menjadi mudah (sampah air cucian dan sampah makanan).
Beberapa PKL menempati lokasi yang dianggap strategis yaitu gerbang taman
(dimana banyak pengunjung lalu lalang disini), sekitar tempat parkir kendaraan,
pulau jalan, sudut persimpangan jalan. Para PKL ini juga menempati lokasi yang
dianggap menguntungkan dengan luasan yang disesuaikan dengan kegiatan dagang
Gambar 4.1. Gambaran Perilaku PKL Dalam Tinjauan Pemanfaatan Lahan Lapangan Merdeka Binjai Zona PKL permanen
Zona PKL non permanen
Zona parkir PKL
Zona PKL permanen
Zona PKL permanen
Zona PKL permanen
Zona PKL permanen
Gambar 4.2 Gambaran Perilaku PKL Dalam Tinjauan Aksesibilitas di Lapangan Merdeka Binjai
Jenis sarana dagangan PKL adalah permanen (lapak yang tak bisa dibongkar
dan berdinding, beratap), non permanen (lapak yang bisa dibongkar dan tak
berdinding hanya ada atap). Adapun bentuk bangunan umumnya olahan lantai
sederhana papan atau keramik, dinding plastik/tripleks, atap tripleks lapis plastik dan
terpal. Mengenai pedagang gerobak dan asongan terdiri atas bentukan yang beragam
dengan atau tanpa roda yang membedakan antara sarana dagang yang bergerak atau
tak bergerak (perbedaan movabilitas).
Mengenai waktu keberadaan umumnya para PKL kuliner permanen mulai
buka pukul 15.00 wib sampai malam hari, sementara PKL mainan, dagangan non
permanen lebih tidak teratur namun kebanyakan sore hari kecuali pada hari Minggu
dan hari libur sepanjang hari mulai pagi sampai malam hari seperti yang terlihat pada
Gambar 4.3.
4.3.5 Perilaku PKL dalam tinjauan prasarana kawasan
Tinjauan mengenai pengelolaan lingkungan para pedagang PKL Lapangan
Merdeka menggambarkan mengenai jenis, jarak, model sarana dan prasarana
drainase, parit, air bersih, listrik. Disamping itu digambarkan mengenai model sistem
drainase lingkungan, sistem pengelolaan drainase lingkungan, Sistem dan
pengelolaan persampahan PKL dan kelembagaan pengelola sanitasi lingkungan yang
ada di kawasan tersebut.
Sanitasi berupa saluran terbuka, para PKL menggunakan saluran drainase kota
alat-alat dagangan. Sementara sistem pengelolaan drainase untuk buangan sisa
makanan dan air kotor PKL tidak cukup baik karena sebagian dibuang ke jalan atau
ke tumpukan sampah. Terdapat KM/WC umum yang menjadi fasilitas bagi taman
kota yang digunakan oleh pengunjung maupun PKL dalam buangan keseharian.
Untuk kebersihan pengumpulan sampah terdapat penyapu jalan yang dikelola
pemerintah kota bekerja sama dengan pedagang PKL walaupun jumlahnya kurang
memadai dan tidak adanya TPS tempat pembuangan sampah sementara yang
terencana di lokasi PKL tersebut dan digambarkan pada gambar 4.4.
Untuk pengelolaan keseluruhan sistem sanitasi PKL belum adanya lembaga
formal yang dibentuk mengurusi sanitasi PKL.
4.3.6 Perilaku PKL dalam Tinjauan Peraturan Daerah Kota Binjai
Kebijakan merupakan keputusan-keputusan atau pilihan tindakan yang secara
langsung mengatur pengelolaan dan pendistribusian sumberdaya alam, financial, dan
manusia demi kepentingan publik .
Kota Binjai melalui Peraturan daerah No 3 Tahun 2006 tentang pengaturan
dan pembinaan pedagang kaki lima, diharapkan dapat memberi pengaturan dan
pembinaan terhadap pedagang kaki lima di Kota Binjai. Adapun menjadi
pertimbangan adalah, bahwa sejalan dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk
dan meningkatnya pertumbuhan kegiatan dibidang usaha yang dilaksanakan
Bab 2 (dua) dalam peraturan daerah Kota Binjai No.3 tahun 2006 pasal 2 ayat (1)
mengatakan untuk melindungi kepentingan umum serta mewujudkan ketentraman,
ketertiban, kebersihan, dan keindahan maka dilarang menggunakan tempat-tempat
atau fasilitas umum, seperti daerah milik jalan, badan jalan, trotoar parit, jalur hijai,
taman, dan lapangan untuk dipergunakan sebagai tempat kegiatan usaha penjualan
barang dan jasa (gambar 4.5. dan gambar 4.6). Dengan pengecualian yang tertuang
pada pasal (2) bahwa pemerintah dapat member pengecualian dengan pertimbangan
sosial, keagamaan, ekonomi, ketertiban, keindahan, dan kebersihan lingkungan
sekitarnya.
Beberapa pasal diatas dapat disimpulkan bahwa perlunya suatu legalitas bagi
masyarakat untuk melakukan kegiatan usaha jual barang dan jasa pada suatu lokasi.
Lapangan Merdeka sudah menjadi icon bagi masyarakat luar dan dalam kota, dimana
sebagai ruang yang memiliki pola pemanfaatan intensitas tinggi juga padat, dengan
fungsi sebagai lahan terbuka juga dimanfaatkan kegiatan pedagang kaki lima yang
saat ini melekat padanya. Perlunya suatu visi kedepan dimana masyarakat
penjual/pedagang menjadi bagian pemanfaatan yang memiliki kepastian hukum.
Retribusi sampah dan lokasi dihimpun dari pedagang adalah suatu hal yang
diharuskan. Petugas melakukan pemungutan setiap harinya. Penelitian ini akan
menjadi suatu rangkuman dengan melihat keterbukaan pada peraturan daerah
tersebut, sehingga penataan pedagang kaki lima dalam hubungan dengan
Gambar 4.4 Gambaran Permasalahan disebabkan Keberadaan PKL dan Lokasi Sarana Toilet Umum
Taman Segitiga
Gambar 4.5 Gambaran Singgungan Antara Lokasi Dagangan, dan Parkir Kendaraan di Lapangan Merdeka Binjai 1. Pedestrian Tidak Berfungsi, disebabkan digunakan
sebagai lokasi Penikmat Hidangan (Meja dan Kursi 2. Mempersempit Jalur Lintasan Kendaraan
Gambar 4.6 Gambaran Singgungan Antara Lokasi Jualan dan Pejalan Kaki di Lapangan Merdeka Binjai 1. Kegiatan Jasa Permainan menggunakan Kendaaraan
Mobil seperti pickup maupun Motor Becak.
sebagai elemen Kota Binjai. Kehadiran pedagang kaki lima apakah akan menjadi
kepentingan sosial, atau menjadi kepentingan ekonomi masyarakat, sehingga
pedagang kaki lima disekitar Lapangan Merdeka mendapat kepastiaan hukum dan
pembinaan oleh Kepala Daerah sebagaimana diamanatkan dalam peraturan daerah
BAB V
KAJIAN PENATAAN PKL DI SEKITAR LAPANGAN MERDEKA KOTA BINJAI
5.1 Profil PKL di Sekitar Lapangan Merdeka Binjai
Profil PKL di Lapangan Merdeka akan dilihat dari beberapa aspek yang diantaranya
karaktersitik pedagang kaki, tipologi, dan presepsi pedagang terhadap penataan
kawasan lapangan Merdeka. Kajian terhadap perilaku PKL di lapangan Merdeka
yang dilakukan adalah identifikasi, klarifikasi dan justifikasi penalaran terhadap
fenomena perilaku keruangan PKL dalam penataan tata guna lahan, aksesibilitas
kawasan, sanitasi lingkungan dan kelembagaan guna mengungkap potensi keruangan
yang dapat dimanfaatkan sebagai model dalam penataan PKL dengan memanfaatkan
ruang terbuka hijau.
Hasil analisis dari sebaran kuesioner yang diajukan kepada para pedagang PKL
menunjukkan model partisipasi dan persepsi para pedagang terhadap beberapa hal
yang berkaitan dengan tatanan spatial dan keinginan akan kondisi tempat dan ruang
yang diinginkan oleh para pedagang PKL tersebut. Berikut disampaikan analisis atas
perilaku dan persepsi pedagang kaki lima di Lapangan Merdeka Binjai tersebut.
5.1.1 Karakteristik PKL di sekitar Lapangan Merdeka Binjai
Berdasarkan kuisioner yang telah dibagikan kepada pedagang, maka dapat diperoleh
Lapangan Merdeka Binjai awalnya hanya dimulai oleh beberapa pedagang makanan
saja, seperti mie, siomay, dan warung nasi gurih. Kegiatan-kegiatan ini mencoba
memenuhi peluang pasar yang tersedia. Lapangan Merdeka sebagai pusat kota
merupakan kawasan perkantoran dan komersil. Kehadiran karyawan, pekerja yang
berasal dari kegiatan ini menjadi daya tarik yang sangat besar kepada masyarakat
Binjai untuk ikut berpartisipasi meraih rezeki.
Berkembangnya pedagang kaki lima dari hasil tabulasi data, saat ini didominasi oleh
pedagang yang berdomisili di Kota Binjai, sedangkan beberapa pedagang luar kota
diantaranya adalah pedagang dari Medan dan Deli Serdang. Dari 4 orang pedagang
luar kota umumnya jenis dagangannya adalah gelaran seperti mainan anak, dan
buku-buku bacaaan.
Kemudian usia para pedagang didominasi oleh usia produktif, ini diperlihatkan dari
42 responden, 42,8% adalah para pemuda-pemudi, dan tidak jauh berbeda jauh
dengan usia 31-40 tahun dengan jumlah 13 orang atau 30,9%. Dari hasil diatas
memberikan pertanyaan apakah pedagang usia produktif ini memperlihatkan
rendahnya tingkat pendidikan, Tanya jawab dilakukan ternyata sebagian kecil para
pemudi ini berjualan bergantian dengan orang tua atau kakak/abang mereka, selepas
sekolah atau sebelum sekolah. Sebagian lagi adalah mereka-mereka yang baru
menyelesaikan pendidikan lanjutan atas. Kondisi berhubungan secara langsung
bahwa jumlah pedagang yang masih sendiri (belum menikah) yaitu 40,4% atau 19
Tabel 5.1
Karakteristik Pedagang Kaki Lima di Lapangan Merdeka Binjai
No Karakteristik Klasifikasi Jumlah Prosentase
1 Domisili Kota Binjai 38 90,48
Sumber: Olahan hasil wawancara, 2013
Jika dilihat dari hasil lapangan, memperlihatkan bahwa pedagang kaki lima sudah
menjalankan usahanya diatas 7 bulan. 50% dari responden telah berjualan lebih dari
5.1.2 Tipologi Pedagang Kaki Lima (PKL) di Lapangan Merdeka Binjai
Hasil observasi memperlihatkan bahwa tipologi PKL dibedakan berdasarkan jenis
dagangan, model berjualan, dan waktu berjualan yang dapat dilihat pada tabel 5.2.
Berdasarkan hasil kuisioner memperlihatkan jenis dagangan makanan minuman
menjadi kegiatan dagang yang paling banyak sekitar 33,3%. Hal ini sesuai dengan
kondisi lokasi penelitian yang memiliki keterikatan dengan kegiatan makanan dan
minuman.
Tabel 5.2
Tipologi Pedagang Kaki Lima di Lapangan Merdeka Binjai
No Karakteristik Klasifikasi Jumlah Prosentase
1 Jenis Dagangan Makanan 5 11,90
Kegiatan PKL di Lapangan Merdeka memperlihatkan sifat layanan PKL yang
menetap, semi menetap, dan bergerak. Sesuai dengan cirinya PKL menetap adalah
PKL yang berjualan menetap pada suatu tempat tertentu dengan sarana fisik
berdagang berupa kios atau meja, kereta beratap. Sedangkan unutk PKL semi
menetap adalah disebabkan berdagang dengan waktu tertentu dan dapat berpindah
sewaktu-waktu.
PKL di lokasi penelitian pada umumnya adalah pedagang dengan sifat layanan
menetap, secara kondisi bangunan tempat berjualan terdiri warung (lapak) bergerak
yaitu 30,9%, untuk warung (lapak) semipermanen sebanyak 33,3%. Permasalah
estetika sebenarnya adalah pada kondisi bangunan berjualan yang diperlihatkan oleh
pedagang semipermanen, kehadiran bangunan ini terdiri tenda-tenda, rak-rak jualan
(stealing), meja, dan kursi yang posisinya tetap selama 24 jam.
Jenis usaha bergerak atau lapak gelaran yang banyak dilakukan adalah jenis
permainan dan aksesoris lainnya, kegiatan ini berlangsung setiap hari, dalam kurun
waktu seminggu sebagian pedagang kaki lima mengatakan bahwa mereka tidak
memiliki hari libur, bahkan pada hari libur menjadi hari dimana terjadi peningkatan
pendapatan disebabkan meningkatnya kunjungan warga. Keanekaragaman warna,
bentuk sarana berjualan yang ada, akhirnya secara visualisasi memberi kesan kumuh
pada sisi timur laut Lapangan Merdeka.
Waktu yang digunakan oleh PKL adalah pukul 10.00-17.00 sebanyak 19 pedagang,
untuk waktu pukul 17.00-22.00 sebanyak 9 pedagang, dan 14 pedagang
model berjualan maka didapati kegiatan dagang menggunakan jenis lapak
semipermanen adalah responden yang menggunakan waktu berjualan dari pukul
10.000 sampai 22.00.
5.2 Kajian persepsi PKL terhadap penataan Lapangan Merdeka
Kebijakan penataan akan menjadi proses dinamika yang meliputi interaksi banyak
faktor teridentifikasi, persepsi pedagang menjadi awal dasar dalam menampilkan
informasi sehingga kebijakan dapat menjadi advis planning bagi proses implementasi kedepannya.
Pendekatan yang digunakan dalam menganalisis implementasi kebijakan tentang
pedagang kaki lima di Lapangan Merdeka Binjai dapat disesuaikan dengan
implementasi dapat dimulai dari kondisi abstrak dan sebuah pertanyaan tentang
apakah syarat agar implentasi kebijakan dapat berhasil, ada empat variabel yang
dikemukan olehnya, penataan yang dilakukan akan menjadi kebijakan public yang
harus dilaksanakan secara simultan karena satu dengan lainnya memiliki hubungan
yang erat. Adapun variabel tersebut adalah komunikasi, sumber daya, sikap
(dispositions or attitudes) serta struktur birokrasi.
Beberapa karaktersitik rensponden yang menjadi indikator penataan Lapangan
Merdeka Kota Binjai diantaranya adalah alasan lokasi berjualan, apa pendapat
pedagang sebagai responden memilih Lapangan Merdeka atau bagian dari lapangan
merdeka sebagai lokasi berjualan. Klasifikasi karakter 30,9% responden memilih
dikarenakan banyak pengunjung selain sebagai ruang terbuka lokasi juga berada di
di pusat kota, Lapangan Merdeka Binjai telah dikenal seluruh warga Binjai dan
menjadi lokasi tujuan warga kota, seperti yang terlihat pada tabel 5.3.
Tabel 5.3
Persepsi Pedagang Kaki Lima Terhadap Lapangan Merdeka Binjai
No Karakteristik Klasifikasi Jumlah Prosentase
1 Alasan berlokasi
teduh dan nyaman 9 21,43
sarana jalan dan parkir baik 2 4,76 ada fasilitas pendukung 0 0,00
banyak pengunjung 13 30,95
mudah dijangkau kendaraan 7 16,67 pusat kota, sehingga dikenal
oleh masyarakat 11 26,19
2
Daya tarik Lokasi untuk berdagang
terdapat kelompok jualan yang
sama 17 40,48
kelompok yang tidak sama
dagangannya 0 0,00
pusat kegiatan perkotaan 14 33,33 mudah dijangkau kendaraan 0 0,00 tempat yang aman dari
singgungan dan ramai 11 26,19
Sumber: Olahan hasil wawancara, 2013
Daya tarik lokasi bagi pedagang diperoleh dari wawancara, bahwa para pedagang
berjualan melihat keberadaan usaha yang sudah ada. Terdapat kelompok usaha yang
sama menjadi pilihan bagi pedagang kaki lima dengan jumlah pemilih 17 responden
atau 40,8% disertai 33,33% responden memilih pusat perkotaan sebagai daya tarik
lapangan merdeka.
Konsumen pedagang kaki lima didominasi oleh remaja/i, hasil pengamatan
dilapangan responden mengatakanpengunjung-pengunjung kebanyakan adalah para
bersama pasangannya. Waktu berkunjung para pemuda ini berkisar pukul 15.00
sampai 19.00 setelah waktu tersebut konsumen berpindah kepada klasifikasi keluarga
baik bapak dan anaknya, atau ibu dan anak-anaknya. Kunjungan ini tentunya untuk
menikmati segmen jasa permainan seperti kolam pancing, odong-odong, dan
permainan keluarga lainnya.
Tabel 5.4
Persepsi Pedagang Kaki Lima Terhadap Penataan Lapangan Merdeka Binjai
No Karakteristik Klasifikasi Jumlah Prosentase
1 Konsumen
ibu-ibu dan anaknya 10 23,81
bapak-bapak 9 21,43
Keluarga (bapak/ibu dan anak) 3 7,14
remaja (putra-putri) 20 47,62
orang tua (lansia) 0 0,00
2 Pilihan lokasi berdagang
terdapat kelompok jualan yang sama 25 59,52
kelompok yang tidak sama dagangannya 0 0,00
mencari sesama saudara/suku 11 26,19
tepi jalan yang ramai dilalui 0 0,00
tempat yang aman 6 14,29
3 Persepsi Terhadap
Lapangan Merdeka
tempat pelaksanaan acara Kota Binjai 15 35,71
sarana olahraga Kota Binjai 15 35,71
ruang terbuka sebagai pusat kota Binjai 5 11,90
lapangan kebanggaan Kota Binjai 7 16,67
4 lokasi penataan PKL
di dalam lapangan merdeka 4 9,52
di badan jalan 2 4,76
di lokasi yang baik tetapi tidak lepas dari
pengunjung lapangan Merdeka 32 76,19
di lokasi lainnya yang diperbolehkan
berdagang 4 9,52
5
Persepsi penataan
pembatasan lapak serta peningkatan
fasilitas 22 52,38
pembatasan waktu serta peningkatan
No Karakteristik Klasifikasi Jumlah Prosentase kepastian hukum disertai naiknya
restribusi 6 14,29
pemindahan lokasi PKL kelokasi yang
lain 8 19,05
6 Fasilitas yang
diinginkan
lapak permanen 17 40,48
penanganan sampah 8 19,05
kamar mandi dan air bersih 9 21,43
tempat parkir 3 7,14
jalur pembeli 5 11,90
Sumber: Olahan hasil wawancara, 2013
Kemudian bagaimana dengan persepsi pedagang terhadap Lapangan Merdeka, adalah
sama responden mengatakan bahwa Lapangan Merdeka Kota Binjai yang berada di
Kelurahan Tangsi Binjai Kota merupakan tempat pelaksanaan kegiatan Pemerintah
Kota Binjai, seperti halnya acara seni pemuda dan olahraga, upacara proklamasi
kemerdekaan Indonesia dan sebagainya. Sebagai penilaian, pedagang kaki lima
menyadari bahwa lokasi mereka saat ini bukanlah tempat yang memiliki legalitas,
dalam artian bahwa lokasi saat ini bisa saja sewaktu-waktu dilakukan penertiban.
Mereka (pedagang) memaklumi bahwa Pemerintah Kota Binjai dapat melakukan
penertiban dengan alasan bahwa Lapangan Merdeka harus tertib dari hal-hal yang
mengganggu fungsinya. Tabulasi hasil wawancara telah menyatakan 76,1% pedagang
diantara kebimbingan, jika akan dilakukan penataan maka keinginannya adalah
dilokasi yang baik dengan lokasi yang tetap memiliki konsumen sama. Adapun
konsumen dimaksud adalah pengunjung tarikan dari Lapangan Merdeka dengan
aktivitas bangkitannya, perkantoran, dan sekolah atau kegaitan komersil disekitar
lokasi dimana mereka saat ini.
Jika demikian bentuk penataan terhadap sarana dan kepastian hukum menjadi penting
untuk melihat karakteristik pedagang terhadap implikasi pengaturan yang akan
disusun. Persepsi atas penataan penyusun coba untuk memberikan pilihan dalam
wawancara yang dilakukan, maka 52,33% dari total responden mengatakan bagian
dari tindakan penataan adalah pembatasan lapak dan diiringi oleh peningkatan
fasilitas pedagang seperti tersedianya air, tempat sampah, dan lainnya. Pembatasan
lapak dimaksud adalah bagian manakah yang boleh dipakai sebagai tempat dagangan,
bagaimana pengaturannya, apakah hanya pada jumlah pedagang yang ada saat ini
atau pemerintah membuka peluang baru bagi pedagang-pedagang lainnya.
Menjawab pertanyaan mengenai fasilitas apa yang diinginkan oleh PKL maka
hasilnya menyatakan bahwa bahwa 17 orang atau 40,48% responden menyatakan
bahwa tempat permanen /tidak berpindah merupakan hal yang penting untuk
berdagang. Sementara fasilitas kamar mandi dan ketersediaan air bersih menjadi
prasarat yang cukup diinginkan (diajukan oleh 9 orang atau 21,4% responden).
Adapun tempat parkir yang baik untuk pembeli diajukan sebagai fasilitas yang perlu
oleh 3 orang atau 7,14% responden. Selebihnya penanganan sampah diajukan oleh 8
orang atau 19% responden dan 5 orang atau 11,9% responden menyatakan jalur
pembeli untuk pelengkap fasilitas berdagang,seperti yang terlihat pada tabel 5.4.
Pilihan diatas disikapi lebih baik, daripada mereka harus membayar lebih tinggi
restribusi ketika lokasi ini menjadi syah (legal) secara hukum. Atau lebih baik dari
secara baik. Pilihan tersebut sangat lebih baik daripada harus dipindahkan ke lokasi
lainnya, yang belum dapat dipastikan apakah bebas dari restribusi resmi atau tidak
resmi.
5.3 Kajian prilaku dan persepsi pengunjung Lapangan Merdeka Binjai 5.3.1 Karaktersitik pengunjung di Lapangan Merdeka Binjai
Profil pengunjung Lapangan Merdeka akan dilihat dari beberapa aspek yang
diantaranya karaktersitik dan presepsi pengunjung terhadap penataan kawasan
Lapangan Merdeka. Perilaku perilaku pengunjung dalam berkegiatan di pasar PKL
merupakan hal yang menarik, kegiatan tersebut tak lepas dari andil pengunjung ketika
melakukan kegiatan jual-beli.
Hasil pengumpulan data melalui wawancara (tabel5.5), pengunjung Lapangan
Merdeka Binjai berasal dari dalam kota sejumlah 49% atau 81,67%, sedangkan luar
kota berjumlah 11 orang dengan presentasi 18,33%. Pertanyaan yang acapkali
disuguhkan secara lisan kepada pengunjung asal luar kota adalah, “sedang ada urusan
apa” maka beberapa diantaranya adalah sedang ada urusan di instansi Pemerintah
Kota Binjai, kemudian beberapa pemuda asal dari Deli Serdang Sunggal dan
sekitarnya sengaja berkunjung disebabkan ramainya Lapangan Merdeka saat
menjelang sore hari.
Kunjungan masyarakat ke lokasi PKL ini mempunyai pola yang rutin ini berkaitan
diberikan 17 responden dengan presentasi 28,33%. Sedangkan responden tidak
terjadwal dipilih 38 responden dengan presentasi 63,33%.
Untuk berkunjung responden menyatakan lebih sering berkunjung di siang hari
karena merupakan waktu untuk berkumpul teman dengan memanfaatkan jam istirahat
makan siang. 9 orang responden lainnya menyatakan kunjungan sambil mengajak
anak main2 di sore hari. 11 responden berkunjung di kawasan PKL ini seringnya di
hari minggu dan hari libur. Kunjungan sambil berolahraga sore hari disampaikan oleh
3 responden untuk piliha berkunjung seminggu sekali.
Tabel 5.5
Karakteristik Pengunjung Lapangan Merdeka Binjai
No Karakteristik Klasifikasi Jumlah Prosentase
1 Asal daerah Binjai 49 81,67
6 Transportasi digunakan Motor 35 58,33
Mobil 19 31,67
Sepeda 0 0,00
Jalan kaki 0 0,00
No Karakteristik Klasifikasi Jumlah Prosentase
Lainnya 4 6,67
7 Barang yang sering dibeli Makanan/minuman 47 78,33
Minuman 12 20,00
Sumber: Olahan hasil wawancara, 2013
Dari sisi pengunjung sebagai pelaku kegiatan perdagangan jual beli di kawasan PKL
Lapangan Merdeka Binjai diperoleh beberapa informasi yang berkaitan dengan daya
tarik kegiatan PKL bagi pengunjung yang dinyatakan oleh 7 orang atau 11.67%
responden yang sangat tertarik oleh kualitas barang yang diperoleh yaitu dengan
harga yang relative murah dapat memeperoleh makanan cukup enak atau barang
aksesoris yang cukup memiliki kualitas bagus. Harga yang ditawarkan di lokasi ini
relatif murah terjangkau 6 orang atau 10% responden, selanjutnya alasan lainnya
adalah alasan dipilih oleh responden dengan jumlah 44 responde atau 73,33%. Pilihan
ini dengan penjelasan bahwa lokasi ini mudah dijangka, terdapat permainan dan
mainan yang ditawarkan di Lapangan Merdeka ini sangat menarik minat anakanak
untuk berkunjung.
Barang yang sering dibeli pada lokasi ini adalah makanan dan minuman dengan
responden 47 orang atau 78,33%. Sementara itu keaneka ragaman kegiatan di
menjadikan 18 orang atau 20% responden tertarik untuk datang ke kawasan PKL ini.
Kemudahan menjangkau atau mencapai kawasan ini dinyatakan oleh 12 orang atau
15% responden menjadi daya tarik kunjungan tersendiri bagi masyarakat.
5.3.2 Kajian Persepsi Pengunjung Terhadap Penataan PKL di Lapangan Merdeka Kota Binjai
Beberapa karakteristik rensponden yang menjadi indikator penataan lapangan
merdeka Kota Binjai diantaranya adalah dimanakah seharusnya pedagang kaki lima
beraktivitas, pertanya ini disesuai dengan lokasi Lapangan Merdeka Binjai, seperti
yang terlihat pada tabel 5.6, 23 responden atau sejumlah 38% menyatakan PKL
seharusnya berada di dalam areal taman Lapangan Mereka, kemudian pilihan lainnya
adalah pilihan yang mendominasi responden dengan jumlah pemilih 34 orang atau
56,7%. Adapun lainnya yang dimaksud adalah di kawasan pertokoan, kawasan yang
telah ditentukan, simpang jalan, dan kawasan perkantoran.
Tabel 5.6
Indikator Pengunjung Terhadap Penataan Lapangan Merdeka Binjai
No Karakteristik Klasifikasi Jumlah Prosentase
1 PKL seharusnya berada
Trotoar 0 0
Badan Jalan 0 0
Taman 23 38,3
Atas saluran air 3 5,0
Lainnya 34 56,7
2 Lokasi PKL seharusnya Berkelompok 40 66,7
Bercampur 20 33,3
3 Alasan
Mudah memilih 0 0,0
No Karakteristik Klasifikasi Jumlah Prosentase
Warung Semipermanen 29 48,3
Gelaran 5 8,3
Lainnya 0 0,0
5 Persepsi Terhadap Lapangan Merdeka
tempat pelaksanaan acara Kota
Binjai 13 21,67
sarana olahraga Kota Binjai 10 16,67 ruang terbuka sebagai pusat Kota
Binjai 18 30,00
lapangan kebanggaan Kota Binjai 19 31,67
Sumber: olahan hasil wawancara, 2013
Kemudian PKL yang berkelompok sesuai dengan jenis dagangannya akan memberi
kemudahan bagi pengunjung untuk menentukan tujuannya. 40 responden menyatakan
bahwa dengan tertata PKL sesuai dengan jenis dagangannya maka tercipta keragaman
konsumen. Sarana dagang yang diminati oleh responden adalah warung semi
permanen dengan jumlah 29 responden. Alasan yang diutarakan adalah bahwa semi
permanen menurut responden adalah lapak bangunan terdiri dari tenda-tenda. Duduk
makan dan minum di warung tenda akan memberikan suasana lebih terbuka, dan
mudah dalam bercanda gurau, serta dapat melihat suasana sekitar lokasi.
Persepsi pengunjung terhadap keberadaan Lapangan Merdeka adalah hal yang dapat
menjadi tolak ukur bagi pengamat, alasan berkunjung berhubungan dengan rasa
ketika berada dilokasi dimaksud. 18 responden menyatakan bahwa Lapangan
Merdeka adalah ruang terbuka hijau kota, taman kota yang memiliki perbedaan
dari total responden merasa bahwa Lapangan Merdeka adalah lokasi dimana
acara-acara pemerintahan Kota Binjai dilakukan, pilihan ini dari menurut pengamatan
adalah berasal dari responden yang datang sering ketika berlangsungnya suatu acara.
Sedangakan 19 responden mengatakan bahwa Lapangan Merdeka sebagai taman
kebanggaan Kota Binjai, adalah respoden yang lebih mengerti secara baik kondisi
dan fungsi Lapangan Merdeka.
5.4 Pembahasan penataan PKL dengan memanfaatkan ruang terbuka hijau Kajian potensi perilaku PKL diatas disajikan sebagai bentuk pembahasan kajian atas
hasil jawaban kuesioner bab sebelumnya yang divalidasi dengan teori pemanfaatan
elemen perancangan kota versi Hamid Shirvani dan acuan Rencana Detail Tata
Ruang Kota Kecamatan Binjai Kota. Adapun keluaran pembahasan adalah penataan
PKL yang memperhatikan kontribusi partisipasi masyarakat. Partisipasi masyarakat
disini dimaksudkan adalah bagaimana perilaku positif keruangan dan ekspresi
penempatan lokasi, bentuk bangunan, pemanfaatan drainase PKL dalam kegiatan
berdagang mereka keseharian yang berpotensi sebagai suatu tatanan perencanaan kota
mencapai citra kawasan yang baik.
5.4.1 Karakteristik pedagang dan pengunjung PKL Lapangan Merdeka Binjai
Kesimpulan dari hasil wawancara dengan menggunakan pedagang sebagai
responden adalah:
1. Pedagang di Lapangan Merdeka Binjai dominan adalah penduduk Kota
2. Waktu yang digunakan responden sebagai pedagang adalah cukup baik
yaitu berkisar 1-4 tahun;
3. Tipologi dilihat dari jenis pelayanan pedagang kaki lima terdiri dari
menetap, semi menetap, dan sementara (bergerak), dengan dominasi jenis
kontruksi dagangan tenda-tenda berserta alat/sarana dagang yang tetap
berada pada lokasi Lapangan Merdeka. Waktu operasional yang puncak
adalah pukul 17.00 hingga pukul 22.00;
4. Pilihan lokasi berdagang adalah berkelompok dengan jenis dagangan yang
sama, dan berada pada lokasi yang baik tidak terlepas dari pengunjung
lapangan merdeka;
5. Persepsi PKL terhadap penataan adalah peningkatan fasilitas Lapangan
Merdeka yang diperuntukan juga untuk PKL. Pembatasan lapak dalam
artian pembatasan PKL dan sesuai jenisnya, jika penataan dilakukan maka
menurut pengamat harus disesuaikan (prioritas) PKL yang saat ini ada.
Adapun fasilitas yang diinginkan adalah tempat yang tetap, jika tempat
permanen maka tidak perlu membongkar lapak-lapak yang ada.
5.4.2 Potensi Lapangan Merdeka dan keberadaan PKL sebagai citra kota
Menurut Kevin Lynch, image adalah produk dari sensasi yang dirasakan pada saat ini
dan adanya memori dari pengalaman masa lampau terhadap suatu lingkungan
informasi yang didapat dan atau sebagai pedoman untuk bertingkah laku. Sehingga
image sangat mempunyai kepentingan emosional terhadap individu.
Menurutnya kembali, bahwa karakteristik arsitektur kota diperlukan untuk
memberikan pemahaman tentang identitas kota, sesuai dengan potensi yang ada. Ciri
fisik suatu kota tersebut dominan terhadap kesan visual seseorang serta mampu
menjadi wakil dari keberadaan lingkungan tersebut. Melalui teori ini sebagaimana
telah dipaparkan pada bab 2 (dua), maka Lapangan Merdeka memiliki kreteria
sebagai elemen pembentuk citra kota, beberapa elemen citra kota yang diidentifikasi
menjadi tolak ukur dimana Lapangan Merdeka perlu dilakukan penataan terutama
berhubungan dengan pedagang kaki lima yang ada.
Selain Lapangan Merdeka sebagai center point, kehadiran pedagang kaki lima juga
dapat menjadi mereka sebagai bagian dari terbentuknya image citra kota. Gert Urban
dan Milos Bobic (Setyowati, 2004) menyatakan bahwa identitas bagi kota adalah
salah satu dari kondisi utama dan memberi vitalitas bagi lingkungan alamiah kota.
Identitas atau ciri lingkungan sebuah kota merupakan sesuati yang menyatu dengan
keberadaan kota tersebut, atau dengan artian lain bahwa karakteristik kota yang unik
dan khas harus dibangun berdasarkan potensi berupa ciri atau penampilan fisik yang
menyatu dengan tapaknya. Dalam penelitian bahwa hal yang menjadi korelasi
hubungan adalah pedagang kaki lima, maka dari itu selanjutnya akan dilihat potensi
PKL dalam citra kota.
Potensi yang mendukung dalam olah perencanaan tata guna lahan ditunjukkan oleh
juga dapat tampil dalam tatanan tersendiri (solitaire) sebagai suatu focal point. Potensi demikian dalam tinjauan citra kawasan versi Kevin Lynch disebut sebagai
pembentuk distrik.
Tabel 5.7
Identifikasi Lapangan Merdeka Sebagai Elemen Citra Kota
No Elemen
Citra Artian Identifikasi Kawasan
1 Path
Path merupakan rute-rute sirkulasi yang biasanya digunakan orang untuk melakukan pergerakan secara umum, yakni jalan, gang-gang utama, jalan transit, lintasan kereta api, saluran, dan sebagainya. jelas yaitu Ruang terbuka dan pepohonan.
2 Egde
Edge (tepian) adalah elemen linear yang tidak dipakai/dilihat sebagai path. Edge berada pada batas antara dua kawasan tertentu dan berfungsi sebagai pemutus linear, misalnya pantai, tembok, batasan antara lintasan kereta api, topografi, dan sebagainya.
bukan penghalang dan pengakhiran dari sebuah distrik dengan lainnya.
3 Distric
Sebuah kawasan district memiliki ciri khas yang mirip (bentuk, pola, dan wujudnya) dan khas pula dalam batasnya, di mana orang merasa harus mengakhiri atau memulainya
memiliki batas yang terlihat jelas tampilannya (RTH), merupakan kawasan kota dalam skala dua dimensi (bentuk, pola, dan wujud)
4 Node
Node (simpul) merupakan simpul atau lingkaran daerah strategis di mana arah atau aktivitasnya saling bertemu dan dapat diubah ke arah atau aktivitas lain, misalnya persimpangan lalu lintas, stasiun, lapangan terbang, jembatan, kota secara keseluruhan dalam skala makro besar, pasar, taman, square, dan sebagainya
Landmark adalah elemen eksternal dan
merupakan bentuk visual yang menonjol dari kota, misalnya gunung atau bukit, gedung tinggi, menara, tanda tinggi, tempat ibadah,
bukan merupakan bentuk visual yang menonjol dari kota, belum memiliki
No Elemen
Citra Artian Identifikasi Kawasan
pohon tinggi, dan sebagainya. membedakan dengan lainnya.
Sumber: Olahan Penyusun,2013
Potensi yang mendukung dalam olah perencanaan aksesibilitas ditunjukkan oleh para
PKL tersebut dalam bentuk pola linear dan kluster kelompok pedagang disamping
mereka juga dapat tampil dalam tatanan tersendiri (campuran linear dan kluster)
sebagai suatu sirkulasi yang fungsional. Maka keadaan demikian dalam tinjauan citra
kawasan versi Kevin Lynch disebut sebagai pembentuk path dan node.
Potensi yang mendukung dalam olah perencanaan fisik arsitektural ditunjukkan oleh
para PKL disekitar Lapangan Merdeka dalam bentuk yang similar, movable, berbahan ringan namun kokoh, dalam kelompok pedagang disamping mereka juga
dapat tampil dalam tatanan khas misalnya asongan dan gerobak dorong sebagai suatu
wadah aktifitas yang efektif dan efisien secara fungsional. Kondisi demikian dalam
tinjauan citra kawasan versi Kevin Lynch disebut sebagai pembentuk landmark. Potensi yang mendukung dalam olah perencanaan sanitasi lingkungan ditunjukkan
oleh para PKL tersebut dalam bentuk fleksibilitas sarana drainage portabel dan
kemauan untuk menjaga kebersihan lapak masing-masing dalam kelompok pedagang
disamping mereka juga dapat berusaha mengadakan air bersih dan listrik dengan
genset pribadi sebagai penyediaan sarana dan prasarana sanitasi yang efisien secara
sebagai pembentuk landmark kawasan dalam hal kebersihan lingkungan, untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel 5.7.
5.4.3 Lapangan Merdeka Binjai sebagai elemen perancangan kota
Kota terbentuk sebagai fungsi dari aktivitas manusia yang luas dan kompleks
yang terakumulasi dari waktu ke waktu. Disisi lain kota dapat dipandang sebagai
bentukan fisik buatan manusia (urban artifact) dalam skala besar yang terbentuk
karena adanya fungsi-fungsi kegiatan yang berlangsung. Keberadaan Lapangan
Medeka sebagai ruang terbuka hijau kota merupakan salah satu elemen fisik sebagai
kerangka rancangan kota, maka dari itu penting melihat posisi Lapangan Merdeka
dalam teori perancangan Hamid Shirvani.
1. Penggunaan Lahan (land use);
Tata guna lahan (land use) adalah pengaturan penggunaan lahan untuk
menentukan pilihan yang terbaik dalam pengalokasian fungsi tertentu,
kebijaksanaan tata guna lahan mempertimbangkan gabungan antara
sirkulasi/parkir dengan kepadatan aktivitas/penggunaan individual.
Dalam tinjauan penataan tata guna lahan terlihat bahwa PKL di lapangan
Merdeka Binjai menempati wilayah Lapangan Merdeka bagian tepian
sebelah utara dan barat (timur laut) mendominasi dengan penempatan
lapak semi permanen sepanjang 500 meter dalam kelompok menurut jenis
dagangan yaitu warung makan dan minum. Kelompok ini juga ditandai
juga menempati trotoar di depan lapak masing-masing dengan
penempatan kursi dan meja bagi pengunjung untuk kegiatan berekreasi
kuliner.
Adapun tatanan pedagang kaki lima jenis gerobak mainan menetap,
gerobak dorong, kereta kuda, asongan menempati zona campuran di
depan kantor Walikota Binjai tidak dalam tatanan yang teratur namun
secara menyeluruh menyebar di tepian badan jalan, trotoar, tepi Lapangan
Merdeka. Pemusatan atau pengelompokkan pedagang sejenis atau
pedagang yang mempunyai sifat komoditas yang sama atau saling
menunjang
Sehingga ada kecenderungan penggunaan ruang kota bagi aktivitas usaha
PKL ini tidak lepas dari adanya keberadaan sektor formal yang ada di
sekitar Lapangan Merdeka. Hal ini terlihat dengan adanya interaksi
ekonomi antara sektor formal (perkantoran dan pertokoan) dengan sektor
informal (PKL).
2. Tata massa bangunan (building form and massing);
Lapangan Merdeka menjadi indikator pembentuk tata massa bangunan
disekitarnya. Kecenderungan penekanan floor area ration, KDB, dan KLB disesuaikan dengan ruang terbuka yang ada (Lapangan Merdeka)
sinar matahari pada bangunan-bangunan sehingga dapat menghasilkan
bangunan dengan bentuk harmonis.
Urban mass, pada dasarnya meliputi bangunan-bangunan, permukaan tanah dan obyek dalam ruang yang mungkin dapat dirangkai untuk
membentuk urban space dan pola aktivitas dalan skala besar dan kecil.
Penataan lapangan Merdeka akan memberikan ruang aktivitas warga baik
skala besar ataupun kecil.
3. Sirkulasi dan parkir (circulation and parking)
Sirkulasi di dalam kota merupakan salah satu alat yang paling kuat untuk
menstrukturkan lingkungan perkotaan karena dapat membentuk,
mengarahkan, dan mengendalikan pola aktifitas dalam suatu kota. Selain
itu sirkulasi dapat membentuk karakter suatu daerah, tempat aktifitas, dan
lain sebagainya.
Elemen ruang parkir memiliki dua efek langsung pada kualitas
lingkungan, yaitu; kelangsungan aktifitas komersil dan pengaruh visual
yang penting pada bentuk fisik dan susunan kota.
Tatanan penempatan lapak PKL menempatkan parkir pengunjung
menyita badan jalan di depan lapak masing-masing menyita ruang jalan
yang beralih fungsi menjadi ruang parkir sepeda dan sepeda motor
4. Ruang terbuka hijau (open space);
Ruang terbuka umum dalam suatu perancangan kota memegang peranan
penting dalam memberi rasa tentang kehidupan social (sense of public
space) bagi masyarakat kota sebagai tempat bertemu, berbincang, dan
sebagainya.
Menurut Eko Budihardjo (1984), ruang terbuka hijau ditinjau dari
aktifitas terbagi dua kategori, Lapangan Merdeka Binjai masuk dalam
kategori dimana merupakan ruang terbuka yang mengandung unsur-unsur
kegiatan didalamnya, seperti bermain, olahraga, upacara, dan jalan.
5. Jalur Pejalan Kaki (pedestrian ways);
Jalur pedestrian atau pejalan kaki merupakan elemen inti dari urban design, bukan hanya bentuk keindahan (estetika) saja. System pejalan kaki yang baik mengurangi ketergantungan diri dari kendaraan bermotor
dalam areal perkotaan. Pengalaman berjalan merupakan kreteria dalam
perancangan pejalan kaki yaitu aman, senang, nyaman dan menarik. Jika
melihat dan berada pada kawasan Lapangan Merdeka Binjai jalur pejalan
kaki merupakan hal yang wajib, sebagai pengikat hubungan fungsi dan
pemanfataan lahan yang ada.
6. Pendukung Kegiatan (activity support);
Dukungan aktivitas meliputi semua penggunaan dan kegaitan yang
membantu memperkuat ruang-ruang umum diperkotaan, hal ini
satu sama lainnya. Sebuah aktivitas cenderung akan mencari tempat yang
paling mampu memenuhi syarat yang dibutuhkan demi berlangsungnya
aktivitas tersebut. Saling ketergantungan antara ruang dan kegunaannya
adalah elemen penting dalam perencanaan kota.
Lapangan Merdeka dengan pedagang Kaki Lima termasuk dalam elemen
aktivitas penunjang yang didefenisikan sebagai elemen potensial
mendukung kegiatan suatu elemen kota yang mendukung dua atau lebih
kegiatan umum pada kawasan pusat kota dengan konsentrasi pelayanan
luas.
7. Penandaan (signages);
Tata informasi dari sudut pandang desain perkotaan, ukuran, dan kualitas
desain dari furniture jalan, menciptakan keserasian, dan mengurangi
dampak negative visual dan dalam waktu bersamaan menghapuskan
kebingungan antara rambu lalulintas dan rambu lainnya yang memang
diperlukan. Lapangan Merdeka dengan beberapa fungsi termasuk PKL
didalamnya memerlukan penanda yang di desain baik, visualisasi penanda
dapat menghidupkan kawasan selain memebrikan informasi Lapangan
Merdeka sebagai RTH maupun informasi barang dan jasa pedagang yang
memanfaatkan lahannya.
8. Pemeliharaan (preservation)
Dalam perencanaan kota, usaha pemeliharaan harus mampu memberikan
taman, plaza, daerah perbelanjaan, dan sebagainya) selain bangunan dan
tempat bersejarah.
Lapangan Merdeka akan membutuhkan pemeliharaan dalam hal fungsinya
sebagai ruang terbuka hijau kota, maupun pemeliahraan fasilitas yang disediakan
untuk kegiataan-kegiatan lainnya disekitarnya sebagai kesatuan kawasan (distrik).
Dan beberapa uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa jika dalam menentukan pilihan
lokasi bagi aktivitas usahanya, para PKL akan mempertimbangkan beberapa hal
sebagai berikut:
1. Adanya orientasi kepada konsentrasi konsumen, dalam arti PKL akan
memilih lokasi sedekat mungkin dengan konsumennya;
2. Adanya pertimbangan terhadap faktor kedekatan lokasi, baik dengan
pusat kegiatan masyarakat, tempat tinggal, sumber bahan baku,
permukiman penduduk terdekat;
3. Adanya pertimbangan terhadap kemudahan transportasi.menjangkau
lokasi PKL
4. Fasad bangunan merupakan unsur perancangan penting sehingga ruang
yang terbentuk menjadi teratur, dan garis langit horizontal (skyline) menjadi dinamis serta menghindari adanya lost space (ruang tidak
terpakai).
5. Building form and massing dapat meliputi kualitas yang berkaitan dengan penampilan bangunan, yaitu:
b. Kepejalan Bangunan
c. Koefisien Lantai Bangunan (KLB)
d. Koefisien Dasar Bangunan (Building Coverage)
e. Garis Sempadan Bangunan (GSB)
f. Langgam
g. Skala
h. Material
i. Tektur
j. Warna
6. Perencanaan open space akan senantiasa terkait dengan perabot taman/jalan (street furniture) yang bisa berupa lampu jalan, tempat
sampah, papan nama, bangku taman dan lain sebagainya. Ruang luar
dipisahkan dengan alam dengan memberi “frame”. Elemen ruang terbuka kota meliputi lansekap, jalan, pedestrian, taman, dan ruang-ruang
rekreasi.
7. Penandaan tersebut dapat menambah keindahan visual bangunan di
belakangnya. Oleh karena itu, pemasangan penandaan haruslah dapat
mampu menjaga keindahan visual Lapangan Merdeka maupun
bangunan-bangunan disekitarnya. Beberapa arahan diantaranya memperhatikan
pedoman;