• Tidak ada hasil yang ditemukan

6.1 Kesimpulan

Sesuai dengan tujuan penelitian ini setelah dilakukan analisis penataan pedagang kaki lima (PKL) dalam memanfaatkan ruang terbuka hijau (Lapangan Merdeka Binjai) maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Historia

Awal mula kegiatan PKL dimulai oleh beberapa pedagang makanan, seperti mie, siomay, dan bakso. Kecenderungan lokasi yang strategis maka peluang untuk memanfaatkan ruang sekitar Lapangan Merdeka yang ada menjadi pilihan bagi pedagang lainnya.

Kegiatan yang berlangsung saat ini menjadi usaha bersama atau dikatakan sebagai usaha keluarga, kakak-adik, ayah-anak, suami-istri, maupun saudara-sepupu, dengan lama usaha diatas 7 bulan dan didominasi oleh penduduk Kota Binjai. Eksisstensi mereka semakin dipacu dengan pembangunan taman bermain di Jalan Veteran.

2. Karaktersitik Pedagang di Sekitar Lapangan Merdeka Binjai

Kesimpulan dari hasil wawancara dengan menggunakan pedagang sebagai responden adalah:

a. Pedagang di lapangan Merdeka Binjai dominan adalah penduduk Kota Binjai

b. Waktu yang digunakan responden sebagai pedagang adalah cukup baik yaitu berkisar 1-4 tahun;

c. Tipologi dilihat dari jenis pelayanan pedagang kaki lima terdiri dari menetap, semi menetap, dan sementara (bergerak), dengan dominasi jenis kontruksi dagangan tenda-tenda berserta alat/sarana dagang yang tetap berada pada lokasi Lapangan Merdeka. Waktu operasional yang puncak adalah pukul 17.00 hingga pukul 22.00;

d. Pilihan lokasi berdagang adalah berkelompok dengan jenis dagangan yang sama, dan berada pada lokasi yang baik tidak terlepas dari pengunjung lapangan merdeka;

e. Persepsi PKL terhadap penataan adalah peningkatan fasilitas Lapangan Merdeka yang diperuntukan juga untuk PKL. Pembatasan lapak dalam artian pembatasan unit yang disesuaikan dengan jenis.

3. Persepsi Pedagang Terhadap Lapangan Merdeka

a. Pedagang memilih Lapangan Merdeka Binjai sebagai lokasi usaha disebabkan nyaman dan paling penting banyak dikunjungi, yang memiliki karakteristik konsumen variatif dalam segmen yang sama;

b. Sebagai penilaian, pedagang kaki lima menyadari bahwa lokasi mereka saat ini tidak seluruhnya berada ditempat yang memiliki legalitas, dalam artian bahwa lokasi saat ini bisa saja sewaktu-waktu dilakukan penertiban. Mereka (pedagang) memaklumi bahwa Pemerintah Kota Binjai dapat melakukan penertiban dengan alasan bahwa Lapangan Merdeka harus tertib dari hal-hal

yang mengganggu fungsinya. Hasil wawancara telah menyatakan 76,1% pedagang diantara kebimbingan, jika akan dilakukan penertiban,

c. Menjawab pertanyaan mengenai fasilitas apa yang diinginkan oleh PKL maka hasilnya menyatakan bahwa bahwa tempat permanen /tidak berpindah merupakan hal yang penting untuk berdagang. Sementara fasilitas kamar mandi dan ketersediaan air bersih menjadi prasara yang cukup diinginkan disertai dengan parkir kendaraan pengunjung.

4. Persepsi Pengunjung Terhadap Lapangan Merdeka

Persepsi pengunjung terhadap keberadaan Lapangan Merdeka adalah hal yang dapat menjadi tolak ukur bagi pengamat, alasan berkunjung berhubungan dengan rasa ketika berada dilokasi dimaksud.

a. 18 responden menyatakan bahwa Lapangan Merdeka adalah ruang terbuka hijau kota, taman kota yang memiliki perbedaan dengan taman-taman lainnya di Kota Binjai. Kemudian 13 responden atau 21,67% dari total responden merasa bahwa Lapangan Merdeka adalah lokasi dimana acara-acara pemerintahan Kota Binjai dilakukan, pilihan ini dari menurut pengamatan adalah berasal dari responden yang datang sering ketika berlangsungnya suatu acara. Sedangakan 19 responden mengatakan bahwa Lapangan Merdeka sebagai taman kebanggaan Kota Binjai, adalah respoden yang lebih mengerti secara baik kondisi dan fungsi Lapangan Merdeka,

b. Lapangan Merdeka menurut pengamat sudah menjadi tujuan bagi masyarakat baik dalam dan luar Kota Binjai. Ada fenomena baru bahwa kehadiran transportasi Kereta Api tujuan Medan –Binjai ikut memicu

pendapat/kunjungan pedagang di sekitar Lapangan Merdeka khususnya Jalan Veteran. Masyarakat Medan dan Deli Serdang yang sekedar ingin menikmati sarana Kereta Api menuju Binjai beberapa diantarnya menghabiskan waktu di Taman Bermain (Jalan Veteran) Lapangan Merdeka sampai pada waktu keberangkatan Kereta menju asal.

5. Potensi Lapangan Merdeka dan Keberadaan PKL

a. Lapangan Merdeka memiliki kreteria sebagai elemen pembentuk citra kota, beberapa elemen citra kota yang diidentifikasi seperti Path, Egde, Note, Landmark, dan pembentuk Distric;

b. Bahwa dari fenomena kegiatan berdagang PKL dapat diperoleh identifikasi bahwa PKL terdapat kecenderungan PKL memanfaatkan ruang kota secara terpola dan terklasifikasi antara lain berupa perilaku keruangan dalam hal penataan tata guna lahan (perencanaan tapak/site planning), penataan aksesibilitas, penataan bangunan, penataan sanitasi dan lingkungan di wilayah sekitar lapangan Merdeka Binjai. Pola dan klasifikasi tersebut teridentifikasi dari hasil tatanan order bangunan dan tatanan order perancangan tapak;

c. Hasil identifikasi tersebut diatas menampilkan potensi perilaku spatial dan partisipasi PKL yang dapat dijadikan sebagai kontribusi guna menunjang pembentukan citra kota Binjai antara lain potensi kemampuan penataan tapak (land use), potensi kemampuan rekayasa bangunan (massa bangunan), potensi kemampuan mengarahkan sirkulasi dan aksesibilitas, potensi kemampuan menggunakan drainase dan mengelola sampah, potensi kemampuan mendukung kegiatan ruang terbuka (open space);

d. Sesuai dengan sasaran penelitian ini maka dapat diungkapkan perilaku spatial PKL yang berkembang di kawasan Lapangan Merdeka Binjai. Dengan diketahuinya potensi perilaku spatial tersebut maka diajukan bentuk partisipasi PKL sebagai kontribusi masyarakat guna menunjang fungsi dan peran Lapangan Merdeka Binjai.

Akhirnya penelitian ini menyimpulkan bahwa:

1. Kajian ini dapat dijadikan acuan bagi perencanaan penataan PKL di tempat lain di wilayah Kota Binjai terutama yang berkaitan dengan konsep bottom-up development yang mengangkat potensi kemampuan positif para pedagang kaki lima dalam menyiasati keterbatasan sektor informal perekonomian kota;

2. Bagi pemerintah Kota Binjai yang sedang mencanangkan program pembangunan penataan kawasan PKL di lapangan Merdeka Binjai maka kajian ini merupakan sumbangan pemikiran bagi analisis penetapan lokasi yang paling cocok bagi relokasi PKL Lapangan Merdeka Binjai yaitu dengan mengikut sertakan kegiatan PKL dalam mewujudkan ruang terbuka kota sebagai citra kota Binjai yang lebih baik dimasa depan;

3. jika penataan dilakukan maka menurut pengamat harus disesuaikan (prioritas) PKL yang saat ini ada. Adapun fasilitas yang diinginkan adalah tempat yang tetap, jika tempat permanen maka tidak perlu membongkar lapak-lapak yang ada;

4. Kajian ini merupakan langkah awal dalam mengemukakan potensi pembangunan berbasis partisipasi masyarakat yang digali secara observatif

tanpa adanya suatu intervensi/pemaksaan rekayasa dalam mengungkap genius locus (kearifan lokal) sumber daya manusia pembangunan kota;

6.2. Rekomendasi

Langkah kajian ini mengungkap potensi masyarakat pedagang kaki lima sebagai unsur perancangan kota yang patut dipertimbangkan dan cukup menentukan dalam proses perencanaan kawasan urban.

1. Pembinaan Pedagang Kaki Lima

a. Pedagang kaki lima perlu untuk mendapatkan pembinaan dari pemerintah Kota Binjai untuk meningkatkan kemampuan wirausaha dan peningkatan kualitas barang dagangan dan pelayanan terhadap pembeli / konsumen sehingga bisa meningkatkan pendapatan, dan aktivitas pedagang kaki lima dapat memberi nilai tambah serta dapat memberikan peluang kerja dan pendapatan daerah yang dapat mengurangi tingkat pengangguran di Kota Binjai;

b. Bentuk pembinaan berupa penyuluhan yang diberikan berkala secara rutin. Program pembinaan diadakan oleh pemerintah;

c. Program pembinaan juga dapat dijadikan sarana untuk selalu mengingatkan hak dan kewajiban serta sangsi yang diterapkan bila PKL melanggar selama beroperasi di kawasan Lapangan Merdeka Binjai;

d. Sosialisasi tentang program harus melalui komunikasi yang baik dan juga komunikasi yang terjadi harus dua arah antara petugas dengan penerima program. Selain itu frekuensi sosialisasi harus ditambah intensitasnya

sehingga pedagang akan semakin jelas. Untuk memudahkan sosialisasi ini dalam penyampaiannya lebih baik untuk penambahan frekuensi sosialisasi yang telah dilakukan dengan pembentukan kelompok-kelompok pedagang. 2. Peningkatan Citra Kawasan Lapangan Merdeka

a. Penerapan tema khusus pada penataan PKL kawasan studi agar mempunyai ciri khas dan dapat mengangkat citra kawasan dan meningkatkan daya tarik kawasan;

b. Tema yang dipilih harus menunjukkan sisi kearifan lokal (local wisdom) Dapat berupa produk daerah Binjai atau kegiatan yang mencirikan kekhasan daerah. Penerapan tema dapat diaplikasikan pada sarana usaha PKL, finishing pedestrian, perabot kota dan elemen pendukung lainnya;

c. Pedestrian dirancang ulang dengan dilebarkan hingga area parkir on street sehingga jalur aktif kendaraan tidak mengalami penyempitan. Diberikan perbedaan yang tegas antara ruang PKL dan ruang pejalan kaki dan jalur kendaraan berupa perbedaan tinggi lantai .Sehingga di kemudian hari kios PKL tidak melebar ke segala sisi;

d. Perancangan ini memberikan keuntungan pada PKL berupa penyediaan ruang khusus PKL. Memberikan ruang transaksi bagi konsumen PKL. Menyediakan ruang yang lebih leluasa bagi pejalan kaki dan menyediakan akses bagi pedagang formal;

e. Level atap dari bangunan formal diperlebar sehingga membentuk archade yang dapat melindungi pedestrian dan kios PKL tanpa harus menambah atap

atau tenda . Konsep ini digunakan agar kios PKL tidak menutup akses visual, penghawaan dan pencahayaan pada bangunan formal;

f. Untuk kegiatan Pedagang yang menggunakan badan jalan, sebaiknya diarahkan untuk menggunakan satu sisi jalan Veteran terutama sisi yang berbatas dengan Lapangan Merdeka saja;

g. Peningkatan citra kawasan memberikan keuntungan pada PKL, dan pedagang formal berupa peningkatan pengunjung. Pemerintah mendapatkan kawasan yang tertata dan masyarakat mendapatkan pilihan alternatif belanja yang menarik.

3. Peningkatan dan penanganan keamanan dan kebersihan

a. Pedagang kaki lima kawasan studi dalam menangani masalah kebersihan dan keamanan dilakukan secara swadaya dibawah koordinasi kelompok pedagang atau dapat dikelola/ditangani oleh Petugas Kebersihan Kota Binjai dengan mengenakan restribusi sampah yang telah ditentukan;

b. Bagi pedagang kaki lima dengan jenis barang dagangan makanan dan minuman yang dimasak ditempat usaha, yaitu menyediakan tempat sampah pribadi pada waktu melakukan aktivitasnya;

c. Tempat sampah umum (penampungan sementara) disediakan dan ditempatkan disetiap ujung jalan dan setiap dan Pedagang Kaki Lima bertanggung jawab terhadap kebersihan lingkungan di sekitar lokasi usahanya;

d. Penanganan masalah keamanan harus dilakukan secara swadaya oleh pedagang di bawah koordinasi dari kelompok bersama PKL yang bekerjasama dengan aparat keamanan.

4. Arahan Penataan PKL

Arahan lokasi yang tepat bagi penataan pedagang kaki lima di Binjai adalah apabila memenuhi kriteria sebagai berikut:

a. Luasan yang memadai untuk wadah aktifitas PKL yang dipergunakan untuk tempat berdagang dan tempat untuk berkumpul dalam acara sosial rekreatif; b. Adanya jaminan keberlangsungan usaha masyarakat sebagai pedagang tetap

di Lapangan Merdeka;

c. Tersedianya sarana dan jalur transportasi yang mudah dan menjangkau lokasi PKL secara aman dan mudah;

d. Adanya eksisting fasilitas sarana dan prasarana dasar sanitasi perkotaan yang baik

e. Lokasi arahan sebaiknya berdekatan dengan lokasi PKL yang telah dikenal oleh masyarakat selama ini (kedekatan jarak dengan eksisting lokasi PKL saat ini).

f. Bangunan sesuai dengan type fungsi PKL yaitu kuliner (makan dan minuman), aksesoris, permainan dengan konstruksi permanen dan efesiensi bahan.

g. Estetika daerah ditonjolkan, penambahan langgam bangunan sehingga akan memberikan essent kearifan lokal pada PKL yang menjadi bagian dari Lapangan Merdeka;

h. Gabungan antara bangunan statis dan movable, yang dapat mengakomodi kegiatan yang dianggap perlu terdapat gerai-gerai khusus asongan, tentunya dilengkapi dengan jaringan utilitas yang baik;

i. Pengaturan iklan dan baliho yang estetis tidak mengganggu visual kota dalam hal besaran, tempat, jumlah, lighting, keamanan konstruksi serta perijinan; j. Perlu fungsi kelembagaan untuk dapat berperan dalam tahap perancangan,

pelaksanaan dan pemanfaatan ruang kota khususnya bagi PKL sebagai salah satu stakeholder perekonomian kota yang potensial. Perlu adanya koordinasi dan penguatan kelembagaan pemerintah, masyarakat dan swasta dalam upaya mengatur dan mensejahterakan PKL.

5. Legalitas Pedagang dan Lokasi Berdagang

a. Peraturan Walikota memberian pengecualian atau dispenisasi kepada pedagang kaki lima untuk berdagang pada ruas beberap ruas jalan. Ruas jalan ini sebagaimana termaktum dalam pasal 2 ayat (2) yaitu:

b. Pinggiran tanah Lapang Merdeka, Jalan Veteran dimulai dari samping gardu PLN s/d Pintu Tribun 1;

c. Jika disikapi pada poin c maka terlihat bahwa satu-satu ruas yang tidak memiliki pengecualian pembatasan waktu adalah Lapangan Merdeka. Hal ini menjadi kekuatan bagi para pedagang disekitar Lapangan Merdeka untuk tetap bertahan. Beberapa potensi yang terlihat adalah bahwa Lapangan Merdeka dapat menjadi lokasi berdagang bagi pedagang kaki lima, dengan kata lain bahwa Lapangan Merdeka adalah lokasi legal bagi kegiatan pedagang kaki lima di Kota Binjai, tanpa disertai petunjuk teknis pemanfaatan ruang yang ada. Oleh karena itu perlu disusun konsep penataan (juknis) dari implementasi PeraturanWalikota disertai sosialiasasi sehingga pedagang akan

lebih tahu tentang tujuan dan maksud program dan juga kejelasan dari peraturan dimaksud;

d. Perlu ditingkatkan efektivitas informasi yang disampaikan oleh pemerintah kota sampai pada setiap PKL. Karena tindakan individu yang rasional sangat tergantung dari informasi yang dimilikinya, bukan saja informasi untung rugi dalam jangka pendek, melainkan juga kemungkinan-kemungkinan yang bisa terjadi dimasa mendatang (jangka menengah dan jangka panjang). Semakin lengkap informasi yang diperoleh para PKL mengenai konsekuensi, disinsentif yang ditetapkan semakin mungkin para pedagang menuruti kehendak pemerintah kota untuk menempati daerah-daerah baru yang telah disediakan;

e. PKL berhak mendapatkan perlindungan hukum, namun sebagai sektor resmi para pedagang akan dikenakan pajak penghasilan dan retribusi. Besarnya pajak Pajak penghasilan dibedakan dari sektor formal;

f. Rekomendasi lainnya para Pedagang wajib mendukung program-program penertiban yang dilakukan pemerintah. Apabila para pedagang melanggar kesepakatan yang telah diputuskan, akan berimbas pada keberadaannya, dicabut izin atau dipindahkan ketempat lainnya.