BAB III
Penataan Ruang Terbuka Hijau di Perkotaan
3.1 Peran Ruang Terbuka Hijau di Perkotaan
Ruang terbuka hijau adalah ruang yang bisa diakses oleh masyarakat dikawasan
perkotaan baik secara langsung dalam kurun waktu terbatas maupun secara tidak langsung dalam
kurun waktu tidak tertentu. Ruang terbuka itu sendiri bisa berbentuk jalan, trotoar, ruang terbuka
hijau seperti taman kota, hutan dan sebagainya.
Ruang Terbuka Hijau (RTH) sebagai infrastruktur hijau perkotaan adalah bagian dari ruang-ruang terbuka (open spaces) suatu wilayah perkotaan yang diisi oleh tumbuhan, tanaman, dan vegetasi (endemik, introduksi) guna mendukung manfaat langsung dan/atau tidak langsung yang dihasilkan oleh ruang terbuka hijau dalam kota tersebut yaitu keamanan, kenyamanan, kesejahteraan, dan keindahan wilayah perkotaan tersebut. Sedangkan secara fisik ruang terbuka hijau dapat dibedakan menjadi ruang terbuka hijau alami yang berupa habitat liar alami, kawasan lindung dan taman-taman nasional, maupun ruang terbuka hijau non-alami atau binaan yang seperti taman, lapangan olah raga dan kebun bunga.
Secara umum penataan ruang ditujukan untuk menghasilkan suatu perencanaan tata ruang yang kita inginkan dimasa yang akan datang. Rencana tersebut lalu diwujudkan dalam bentuk pemanfaatan ruang yang sesuai dengan rencana yang ditetapkan.
terhadap bencana (prone to natural hazards) seperti gempa, longsor, banjir maupun bencana alam lainnya. Dengan demikian perencanaan tata ruang di perkotaan seyogyanya harus dapat mengakomodasi kepentingan-kepentingan social untuk mewadai aktifitas masyarakat, serta kepentingan-kepentingan lingkungan untuk menjamin keberlanjutan.
Agar keberadaan ruang terbuka hijau di perkotaan dapat berfungsi secara efektif baik secara ekologis maupun secara planologis, perkembangan ruang terbuka hijau tersebut sebaiknya dilakukan secara hierarki dan terpadu dengan system struktur ruang yang ada di perkotaan. Dengan demikian keberadaan ruang terbuka hijau bukan sekedar menjadi elemen pelengkap dalam perencanaan suatu kota semata, melainkan lebih merupakan sebagai pembentuk struktur ruang kota, sehingga kita dapat mengidentifikasi hierarki struktur ruang kota melalui keberadaan komponenpembentuk ruang terbuka hijau yang ada.
Pentingnya peran Ruang Terbuka Hijau terlihat dari kewajiban ketersediaan Ruang
Terbuka Hijau di suatu wilayah. Proporsi ruang terbuka hijau pada wilayah kota paling sedikit
30% dari luas wilayah kota, terdiri dari ruang terbuka hijau publik sebesar 20% dan sisanya
merupakan ruang terbuka hijau privat. Pengelolaan ruang terbuka hijau merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari dokumen perencanaan penataan ruang daerah, dengan ruang lingkup
mencakup perencanaan pemanfaatan ruang terbuka hijau, pelaksanaan, pengawasan,
pengendalian, dan evaluasi.
3.2 Tujuan Ruang Terbuka Hijau di Perkotaan
Menurut Peraturan Menteri Nomor 5 Tahun 2008 Tujuan dari penyelenggaraan Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah :
b. Menciptakan aspek planologis perkotaan melalui keseimbangan antara lingkungan alam dan lingkungan binaan yang berguna untuk kepentingan masyarakat.
c. Meningkatkan keserasian lingkungan perkotaan sebagai sarana pengaman lingkungan perkotaan yang aman, nyaman, segar, indah, dan bersih.
3.3 Kebutuhan Masyarakat akan Ruang Terbuka Hijau
Peran serta masyarakat dalam pengelolaan Ruang Terbuka Hijau merupakan salah satu
faktor penting guna mengeliminasi, setidaknya mengurangi potensi timbulnya konflik
kepentingan dalam pemanfaatan ruang.Tujuan akhir penataan ruang, baik RTRW maupun RTR
Kawasan dan RRTR adalah untuk kepentingan seluruh lapisan masyarakat.Lebih lanjut
Hardjasoemantri mengatakan apabila tindakan-tindakan diambil untuk kepentingan masyarakat
dan apabila masyarakat diharapkan untuk menerima dan patuh pada tindakan tersebut, maka
masyarakat harus diberi kesempatan untuk mengembangkan dan mengutarakan
pendapatnya.Melihat fungsi dari ruang terbuka hijau, maka pengelolaannya tidak dapat
dipisahkan dari masyarakat.
Peningkatan fungsi RTH (Ruang Terbuka Hijau) harus memberikan manfaat bagi
masyarakat di daerah yang mencakup:
1. Manfaat langsung yang bersifat nyata (tangible) dan cepat, dalam bentuk keindahan
(estetika) dan kenyamanan, sarana penelitian, pendidikan dan penyuluhan, sarana rekreasi
aktif dan pasif;
2. Sarana aktivitas sosial bagi warga kota, serta sarana ruang evakuasi untuk keadaan darurat;
dan manfaat tidak langsung yang berjangka panjang dan bersifat tidak nyata (intangible),
penyeimbang ekosistem kota.
Pengelolaan ruang terbuka hijau merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
dokumen perencanaan penataan ruang daerah, dengan ruang lingkup mencakup perencanaan
pemanfaatan ruang terbuka hijau, pelaksanaan, pengawasan, pengendalian, dan evaluasi.Objek
pengelolaaan ruang terbuka hijau yang dimaksud di sini meliputi seluruh ruang terbuka hijau
yang ada dalam lingkup wilayah Kota Bandung. Perencanaan pemanfaatan ruang terbuka hijau
meliputi kebijakan penyusunan master plan, kebijakan penetapan tipologi ruang terbuka hijau
dan jenis ruang terbuka hijau, kebijakan penyusunan desain teknis, kebijakan penyusunan
estimasi pembiayaan sesuai dengan besaran dan jenis ruang terbuka hijau, dan penjadwalan.
Peran serta masyarakat dalam proses pengambilan keputusan dapat dibedakan berdasarkan
sifatnya, yaitu yang bersifat konsultatif dan bersifat kemitraan. Dalam peran serta masyarakat
dengan pola hubungan konsultatif antara pihak pejabat pengambil keputusan dengan kelompok
masyarakat yang berkepentingan, anggota-anggota masyarakatnya mempunyai hak untuk
didengar pendapatnya dan untuk diberi tahu, dimana keputusan terakhir tetap berada di tangan
pejabat pembuat keputusan tersebut.Sedang dalam konteks peran serta masyarakat yang bersifat
kemitraan, pejabat pembuat keputusan dan anggota-anggota masyarakat merupakan mitra yang
relatif sejajar kedudukannya.Mereka bersama-sama membahas masalah, mencari alternatif
pemecahan masalah dan membahas keputusan. Karenanya, peran serta masyarakat tidak saja
digunakan sebagai sarana untuk mencapai tujuan, tetapi juga digunakan sebagai tujuan
(participation is an end itself).18
Masyarakat dalam Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2010 tentang Bentuk dan Tata
18
Cara Peran Masyarakat Dalam Penataan Ruang adalah orang perseorangan, kelompok orang
termasuk masyarakat hukum adat, korporasi, dan/atau pemangku kepentingan non pemerintah
lain dalam penataan ruang. Peran masyarakat diartikan sebagai partisipasi aktif masyarakat
dalam perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.Bentuk
peran masyarakat adalah kegiatan/aktivitas yang dilakukan masyarakat dalam perencanaan tata
ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.
Peran serta masyarakat dapat dipandang (sebagai suatu upaya) untuk membantu Negara
dan lembaga-lembaganya guna melaksanakan tugas dengan cara yang lebih dapat diterima dan
berhasil guna. Peran serta masyarakat ini mensyaratkan pemberian informasi kepada masyarakat
dengan cara yang berhasil guna dan berdaya guna. Untuk itu, hal yang perlu diperhatikan
diantaranya:
1. Kepastian penerimaan informasi;
2. Informasi lintas batas (transfrontier information) terutama berkaitan dengan dampak kegiatan
pada daerah perbatasan termasuk batas Negara;
3. Informasi tepat waktu (timely information);
4. Informasi lengkap (comprehensive information); dan
5. Informasi yang dapat dipahami (comprehensible information).
Penaatan ruang pada dasarnya mengatur kegiatan masyarakat dalam ruang.Dalam hal ini,
masyarakat tidak hanya merupakan pihak yang mendapatkan manfaat dari penataan ruang,
namun juga merupakan pihak yang memiliki andil terhadap penataan ruang
wilayahnya.Masyarakat memiliki hak dan kewajiban untuk menentukan kualitas ruang yang
ditinggalinya.
1. Memberi informasi kepada pemerintah. Peran serta masyarakat ini terutama
akanmenambah perbendaharaan pengetahuan pemerintah mengenai suatu aspek tertentu
yang diperoleh dari pengetahuan khusus masyarakat itu sendiri maupun dari para ahli
yang dimintai pendapat oleh masyarakat. Peran serta ini sangat diperlukan untuk
memberi masukan kepada pemerintah tentang masalah yang dapat ditimbulkan oleh suatu
rencana tindakan pemerintah, termasuk berbagai kepentingan yang dapat terkena
tindakan tersebut yang perlu diperhatikan dalam proses pengambilan keputusan, sehingga
dapat meningkatkan kualitas keputusan dan tindakan-tindakan yang diambil oleh
pemerintah dan lembaga-lembaganya menyangkut rencana tertentu seperti untuk
melindungi lingkungan hidup, termasuk tentunya penetapan RTRW.
2. Meningkatkan kesediaan masyarakat untuk menerima keputusan. Warga masyarakat
yang telah memperoleh kesempatan untuk berperan serta dalam proses pengambilan
keputusan dan tidak dihadapkan pada suatu fait accompli, akan cenderung memiliki
kesediaan yang lebih besar untuk menerima dan menyesuaikan diri dengan keputusan
tersebut. Lebih penting lagi ialah bahwa peran serta masyarakat dalam proses
pengambilan keputusan akan mengurangi kemungkinan timbulnya berbagai pertentangan
(konflik), dengan pengertian bahwa peran serta masyarakat dilaksanakan pada saat yang
tepat. Perlu dicatat, bahwa keputusan tidak pernah memuaskan semua kepentingan dan
semua golongan warga masyarakat, tetapi kesediaan masyarakat untuk menerima
keputusan pemerintah dapat ditingkatkan.
3. Membantu perlindungan hukum. Apabila suatu keputusan akhir, memperhatikan
keberatan-keberatan (termasuk saran-saran) yang diajukan oleh masyarakat selama proses
untuk mengajukan perkara ke pengadilan. Selanjutnya dikemukakan, bahwa apabila
sebuah keputusan dapat mempunyai konsekuensi begitu jauh, maka sangat diharapkan
bahwa setiap orang yang terkena akibat keputusan itu perlu diberitahukan dan diberi
kesempatan untuk mengajukan keberatan sebelum keputusan itu diambil.
4. Mendemokratisasikan pengambilan keputusan. Sehubungan dengan peran serta
masyarakat ini, ada yang berpendapat bahwa dalam pemerintahan dengan sistem
perwakilan, hak untuk melaksanakan kekuasaan ada pada wakil-wakil rakyat yang dipilih
oleh rakyat, sehingga tidak ada keharusan adanya bentuk-bentuk dari peran serta
masyarakat karena wakil-wakil rakyat itu bertindak untuk kepentingan rakyat.
Argumentasi lain, bahwa dalam sistem perwakilan, peran serta masyarakat dalam proses
pengambilan keputusan administratif dapat menimbulkan masalah keabsahan demokrasi,
karena warga masyarakat, kelompok atau organisasi yang turut serta dalam proses
pengambilan keputusan tersebut, tidak dipilih atau diangkat secara resmi.
Peran masyarakat dalam kegiatan penataan ruang ini juga telah diamanatkan dalam
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang yang selanjutnya diatur
dalam Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2010 tentang Bentuk dan Tata Cara Peran
Masyarakat dalam Penataan Ruang. Tujuan pengaturan bentuk dan tata cara peran
masyarakat dalam penataan ruang adalah:
1. Menjamin terlaksananya hak dan kewajiban masyarakat di bidang penataan ruang sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
2. Mendorong peran masyarakat dalam penataan ruang;
4. Mewujudkan pelaksanaan penataan ruang yang transparan, efektif, akuntabel, dan
berkualitas; dan
5. Meningkatkan kualitas pelayanan dan pengambilan kebijakan penataan ruang.
Hak Masyarakat
Dalam kegiatan penataan ruang, masyarakat memiliki hak untuk:
1. Mendapatkan informasi dan akses informasi tentang pemanfaatan ruang melalui media
komunikasi;
2. Menerima sosialisasi rencana tata ruang yang telah ditetapkan;
3. Melaksanakan pemanfaatan ruang sesuai peruntukannya yang telah ditetapkan dalam
rencana tata ruang;
4. Memberikan tanggapan dan masukan kepada pemerintah daerah mengenai pemanfaatan
ruang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
5. Menikmati pertambahan nilai ruang sebagai akibat penataan ruang;
6. Memperoleh penggantian yang layak atas kerugian yang timbul akibat pelaksanaan
kegiatan pembangunan yang sesuai dengan rencana tata ruang;
7. Mengajukan keberatan kepada pejabat berwenang terhadap pembangunan yang tidak
sesuai dengan rencana tata ruang di wilayahnya;
8. Mengajukan tuntutan pembatalan izin dan penghentian pembangunan yang tidak sesuai
dengan rencana tata ruang kepada pejabat berwenang; dan
9. Mengajukan gugatan kepada pemerintah dan/atau pemegang izin apabila kegiatan
pembangunan tidak sesuai dengan rencana tata ruang.
Dalam mendukung masyarakat untuk mengetahui rencana tata ruang dan peraturan
peraturan pelaksanaannya.Pengumuman atau penyebarluasan tersebut diselenggarakan
melalui penempelan/pemasangan peta rencana tata ruang yang bersangkutan pada
tempat-tempat umum dan kantor-kantor pelayanan umum, penerbitan booklet atau brosur,
pengunggahan pada situs pemerintah daerah, atau pada media cetak dan elektronik lainnya
yang sah.Masyarakat dapat menikmati manfaat ruang dan/atau pertambahan nilai ruang
berupa manfaat ekonomi, sosial dan lingkungan dilaksanakan atas dasar pemilikan,
penguasaan atau pemberian hak tertentu berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.Selain itu jika terdapat pelaksanaan kegiatan pembangunan sesuai RTRW yang
menyebabkan timbulnya kerugian atas masyarakat, maka masyarakat berhak memperoleh
penggantian yang layak yang diselenggarakan secara musyawarah dengan pihak terkait dan
tetap memperhatikan kepentingan masyarakat.Namun jika tidak tercapai kesepakatan
mengenai penggantian yang layak maka penyelesaiannya dilakukan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Kewajiban Masyarakat
Dalam kegiatan penataan ruang kota, kewajiban masyarakat adalah sebagai berikut:
1. Mentaati rencana tata ruang yang telah ditetapkan;
2. Memanfaatkan ruang sesuai dengan izin pemanfaatan ruang dari pejabat yang
berwenang;
3. Mematuhi ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin pemanfaatan ruang; dan
4. Memberikan akses terhadap kawasan yang oleh ketentuan peraturan perundang-undangan
Sementara itu pelaksanaan kewajiban masyarakat dalam penataan ruang dilaksanakan dengan
mematuhi dan menerapkan kriteria, kaidah, baku mutu, dan aturan-aturan penataan ruang yang
ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Kaidah dan aturan
pemanfaatan ruang yang dipraktekkan masyarakat secara turun temurun dapat diterapkan
sepanjang memperhatikan faktor-faktor daya dukung lingkungan, estetika lingkungan, lokasi,
dan struktur pemanfaatan ruang serta dapat menjamin pemanfaatan ruang yang serasi, selaras
dan seimbang.
Bentuk dan Tata Cara Masyarakat
Bentuk dan tata cara peran masyarakat dalam kegiatan penataan ruang sifatnya
kontekstual, tergantung pada tingkat dan proses kegiatan penataan ruang (perencanaan,
pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang). Pelibatan masyarakat dalam kegiatan
penataan ruang setidaknya memperhatikan hal berikut:
1. Masyarakat yang terlibat dan dilibatkan harus mewakili semua kelompok kepentingan
dengan komposisi yang proporsional termasuk juga kepentingan kelompok yang
terpinggirkan;
2. Penentuan masyarakat yang terlibat dan dilibatkan dilakukan secara acak dengan melakukan
analisis stakeholder berdasarkan kriteria sebagaimana telah disebutkan sebelumnya.
Bentuk peran masyarakat dalam perencanaan tata ruang menurut Pasal 6 Peraturan
Pemerintah Nomor 68 Tahun 2010 tentang Bentuk dan Tata Cara Peran Masyarakat Dalam
1. Masukan mengenai persiapan penyusunan rencana tata ruang, penentuan arah
pengembangan wilayah atau kawasan, pengidentifikasian potensi dan masalah
pembangunan wilayah atau kawasan, perumusan konsepsi rencana tata ruang dan/atau
penetapan rencana tata ruang.
2. Kerja sama dengan Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau unsur masyarakat dalam
perencanaan tata ruang.
Dalam perencanaan tata ruang, bentuk peran masyarakat dapat berupa masukan mengenai
beberapa aspek dan kerjasama dengan Pemerintah Daerah dan/atau sesama unsur masyarakat
dalam perencanaan tata ruang. Masukan dari masyarakat dalam perencanaan tata ruang adalah
mengenai aspek-aspek sebagai berikut:
1. Persiapan penyusunan rencana tata ruang;
2. Penentuan arah pengembangan wilayah;
3. Pengidentifikasian potensi dan masalah pembangunan wilayah atau kawasan;
4. Perumusan konsepsi rencana tata ruang; dan/atau
5. Penetapan rencana tata ruang.
Bentuk peran masyarakat dalam pemanfaatan ruang menurut Pasal 8 Peraturan Pemerintah
Nomor 68 Tahun 2010 dapat berupa:
1. Masukan mengenai kebijakan pemanfaatan ruang;
2. Kerja sama dengan Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau sesama unsur masyarakat
3. Kegiatan memanfaatkan ruang yang sesuai dengan kearifan lokal dan rencana tata ruang
yang telah ditetapkan;
4. Peningkatan efisiensi, efektivitas, dan keserasian dalam pemanfaatan ruang darat, ruang
laut, ruang udara, dan ruang di dalam bumi dengan memperhatikan kearifan lokal serta
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
5. Kegiatan menjaga kepentingan pertahanan dan keamanan serta memelihara dan
meningkatkan kelestarian fungsi lingkungan hidup dan sumber daya alam; dan
6. Kegiatan investasi dalam pemanfaatan ruang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Peran masyarakat dalam pemanfaatan ruang kota dapat berbentuk:
1. Masukan mengenai kebijakan pemanfaatan ruang;
2. Kerjasama dengan Pemerintah Daerah dan/atau sesama unsur masyarakat dalam
pemanfaatan ruang;
3. Kegiatan memanfaatkan ruang yang sesuai dengan kearifan lokal dan rencana tata ruang
yang telah ditetapkan;
4. Peningkatan efisiensi, efektivitas, dan keserasian dalam pemanfaatan ruang darat, ruang
udara, dan ruang di dalam bumi dengan memperhatikan kearifan lokal serta sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan;
5. Kegiatan menjaga kepentingan pertahanan dan keamanan serta memelihara dan
6. Kegiatan investasi dalam pemanfaatan ruang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Peran masyarakat dalam pengelolaan RTH diantaranya:
1. Menjaga keberadaan RTH dengan cara:
a) Tidak membangun pada jalur sempadan sungai;
b)Tidak mengubah fungsi taman yang ada; dan
c) Tidak menebang pohon pada jalur hijau sempadan jalan.
2. Memelihara RTH pada Kawasan Perumahan;
3. Turut mengawasi proses pemeliharaan dan keberadaan RTH dengan memberi masukan
kepada instansi pengelola jika terjadi penyimpangan penggunaan RTH;
4. Menyediakan lahan untuk penyelenggaraan RTH;
5. Memberikan bantuan dalam mengidentifikasi komponen RTH yang ada maupun yang
potensial dikembangkan; dan
6. Memberikan informasi, saran, pertimbangan atau pendapat dalam penyelenggaraan RTH.
Bentuk peran masyarakat dalam pengendalian pemanfaatan ruang menurut Pasal 9 Peraturan
Pemerintah Nomor 68 Tahun 2010 tentang Bentuk dan Tata Cara Peran Masyarakat Dalam
1. Masukan terkait arahan dan/atau peraturan zonasi, perizinan, pemberian insentif dan
disinsentif serta pengenaan sanksi;
2. Keikutsertaan dalam memantau dan mengawasi pelaksanaan rencana tata ruang yang telah
ditetapkan;
3. Pelaporan kepada instansi dan/atau pejabat yang berwenang dalam hal menemukan dugaan
penyimpangan atau pelanggaran kegiatan pemanfaatan ruang yang melanggar rencana tata
ruang yang telah ditetapkan; dan
4. Pengajuan keberatan terhadap keputusan pejabat yang berwenang terhadap pembangunan
yang dianggap tidak sesuai dengan rencana tata ruang.
Sedangkan, peran masyarakat dalam pengendalian pemanfaatan ruang, dapat berbentuk:
1. Masukan terkait arahan dan/atau peraturan zonasi, perizinan, pemberian insentif dan
disinsentif serta pengenaan sanksi;
2. Keikutsertaan dalam memantau dan mengawasi pelaksanaan rencana tata ruang yang telah
ditetapkan.
3.4 Konsep Penataan Ruang Terbuka Hijau sesuai dengan peraturan perundang-undangan
Ketentuan perencanaan tata ruang wilayah sesuai wilayah administrasinya diatur dalam
UU penataan ruang, yang memuat tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang pada di
masing-masing wilayah yang selanjutnya dapat dijadikan acuan dalam pelaksanaan pemanfataan ruang
dan pengendalian pemanfaatan ruang.
Undang – undang Penataan Ruang Nomor 26 Tahun 2007 secara khusus mengamanatkan
paling sedikit 30% dari total luas wilayah, peraturan tersebut diatur dalam rangka mewujudkan
ruang kawasan perkotaan yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan. Penyediaan dan
pemanfaatan ruang terbuka hijau kemudian lebih lanjut diantur dalam Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 1 Tahun 2007 tentang Pentaan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan dan
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 5 Tahun 2008 tentang Pedoman Penyediaan Ruang
Terbuka hijau.
Penyediaan Ruang Terbuka Hijau sebagai penyeimbang ekosistem, baik itu sistem
hidrologi, klimatologi, keanekaragaman hayati, maupun sistem ekologi lainnya bertujuan
meningkatkan kualitas lingkungan hidup, estetika kabupaten/kota, kesehatan, dan kesejahteraan
masyarakat (quality of life, human well being).19
Di dalam Undang – Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, telah diatur
bahwa perecanaan tata ruang wilayah kabupaten kota harus memuat rencana penyediaan dan
pemanfaatan ruang terbuka hijau yang luas minimalnya sebesar 30% dari luas wilayah kota. 3.5 Penyediaan Ruang Terbuka Hijau di Perkotaan
20
1. Penyediaan Ruang Terbuka Hijau berdasarkan luas wilayah di Perkotaan adalah sebagai
berikut:
Penyediaan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan dapat didasarkan pada:
a) Ruang Terbuka Hijau di perkotaan terdiri dari RTH publik dan RTH privat;
19
Nirwono Joga dan Iwan Ismaun, RTH 30%! Resolusi (Kota) Hijau, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2011, hlm. 95.
20
b) Proporsi RTH pada wilayah perkotaan adalah sebesar minimal 30% yang terdiri dari 20%
ruang terbuka hijau public dan 10% terdiri dari ruang terbuka hijau privat;
c) Apabila luas RTH baik public maupun privat di kota yang bersangkutan telah memiliki
total luas lebih besar dari peraturan atau perundangan yang berlaku, maka proporsi
tersebut harus tetap dipertahankan keberadaannya;
d) Proporsi 30% merupakan ukuran minimal untuk menjamin keseimbangan ekosistem kota,
baik keseimbangan sistem hidrologi dan keseimbangan mikroklimat, maupun sistem
ekologis lain yang dapat meningkatkan ketersediaan udara bersih yang diperlulan
masyarakat, serta sekaligus dapat meningkatkan nilai estetika kota.
2. Penyediaan Ruang Terbuka Hijau berdasarkan Jumlah Penduduk
Untuk menentukan luas RTH berdasarkan jumlah penduduk, dilakukan dengan mengalikan
antara jumlah penduduk yang dilayani dengan standar luas RTH per-kapita sesuai peraturan yang
berlaku.
• 250 jiwa : Taman RT, ditengah lingkungan RT
• 2500 jiwa : Taman RW, di pusat kegiatan RW
• 30.000 jiwa : Taman Kelurahan, dikelompokkan dengan sekolah/pusat kelurahan
• 120.000 jiwa : Taman Kecamatan, dikelompokkan dengan sekolah/ pusat kecamatan
• 480.000 jiwa : Taman Kota di Pusat Kota, Hutan Kota (didalam/kawasan pinggiran),
dan Pemakaman(tersebar)
3. Penyediaan Ruang Terbuka Hijau Berdasarkan Kebutuhan Fungsi Tertentu
Fungsi RTH pada kategori ini adalah untuk perlindungan atau pengamanan, sarana dan
prasarana misalnya melindungi kelestarian sumber daya alam, pengaman pejalan kaki atau
RTH kategori ini meliputi:
a) Jalur Hijau Sempadan Kereta Api
b) Jalur Hijau Jaringan Listrik tegangan tinggi
c) Ruang Terbuka Hijau(RTH) kawasan perlindungan setempat berupa RTH sempadan sungai,
RTH sempadan pantai dan RTH pengamanan sumber air baku/mata air.
BAB IV
PENATAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA BATAM
4.1 Konsep Ruang Terbuka Hijau di Batam
Konsep atau anggitan adalah
pada
bahasa latin conceptum, artinya sesuatu yang dipahami. Aristoteles dalam "The classical theory
of concepts" menyatakan bahwa konsep merupakan penyusun utama dalam pembentukan
pengetahuan ilmiah dan filsafat pemikiran manusia.Konsep merupakan abstraksi suatu ide atau
gambaran mental, yang dinyatakan dalam suatu kata atau simbol.Konsep dinyatakan juga
sebagai bagian dari pengetahuan yang dibangun dari berbagai macam kharakteristik.
Berbagai pengertian konsep dikemukan oleh beberapa pakar. Konsep didefinisikan
sebagai suatu arti yang mewakili sejumlah objek yang mempunyai ciri-ciri yang sama. Konsep
diartikan juga sebagai suatu abstraksi dari ciri-ciri sesuatu yang mempermudah komunikasi antar
yang umum atau representasi intelektual yang abstrak dari situasi, objek atau peristiwa, suatu
akal pikiran, suatu ide atau gambaran mental.
Suatu konsep adalah
Konsep adalah abstrak di mana mereka menghilangkan
segala
universal di mana mereka bisa diterapkan secara merata untuk setiap extensinya.
Konsep adalah
pun. Konsep bisa dinyatakan dengan 'Hund' dalam bahasa Jerman, 'chien' dalam bahasa Prancis,
'perro' dalam bahasa Spanyol.
Konsep adalah satuan arti yang mewakili sejumlah objek yang mempunyai ciri yang
sama. Orang yang memiliki konsep mampu mengadakan abstraksi terhadap objek-objek yang
dihadapi, sehingga objek-objek ditempatkan dalam golongan tertentu.Objek-objek dihadirkan
dalam kesadaran orang dalam bentuk representasi mental tak berperaga.Konsep sendiri pun dapat
dilambangkan dalam bentuk suatu kata.21
Konsep adalah ide abstrak yang dapat digunakan untuk mengadakan klasifikasi atau
penggolongan yang pada umumnya dinyatakan dengan suatu istilah atau rangkaian kata
(lambang bahasa).22
Aspek Geografi dan Demografi
Yang dimaksud dengan konsep ruang terbuka hijau adalah struktur atau klasifikasi dari
ruang terbuka hijau itu sendiri.
4.1.1 Profil Umum Kota Batam
21
Bahri, 2008, hal. 30
22
Luas wilayah Kota Batam seluas 426,560 Ha, terdiri dari luas wilayah darat 108,265 Ha dan luas
wilayah perairan/laut 318,295 Ha. Kota Batam meliputi lebih dari 400 (empat ratus) pulau, 329
(tiga ratus dua puluh sembilan)di antaranya telah bernama, termasuk di dalamnya pulau-pulau
terluar di wilayah perbatasan negara.
Dalam hal ini Kota Batam berbatasan dengan:
Sebelah Utara : Singapura dan Malaysia
Sebelah Selatan :Kabupaten Lingga
Sebelah Barat : Kabupaten Karimun dan Laut Internasional
Sebelah Timur : Kabupaten Bintan dan Kota Tanjung Pinang.
Delapan Atribut Kota Hijau di Batam
ATRIBUT BENTUK EKSISTING
Green Planning and Design 1)Perda No 2 Tahun 2004 tentang RTRWKota Batam tahun 2004-2014
2)Perda No 8 Tahun 2003 tentang Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup
3)Perda No 5 Tahun 2007 tentang KebersihanKota Batam 4)Perda No 16 Tahun 2007 tentang Ketertiban Umum Kota
Batam
Green Open Space 5)RTH publik :15.81 % RTH privat: 8,1 %
6)Pemberian bibit-bibit kepada sekolah, perusahaan dan LSM
7)Bekerja sama dengan beberapa perusahaan untuk melakukan penanaman pohon secara rutin setiap tahunnya
8)Implementasi dari deklarasi Kyoto (penanaman bakau di sejumlah lahan yang belum pernah ditanami)
9)Penghijauan lapangan-lapangan bola dan stadion 10) Penghijauan pada 105 titik pemakaman (TPU, TPK,
11) Rehabilitasi lahan
12) Penataan Taman Kota< median jalan dan jalur hijau
Green Community 13) Komunitas sepeda (Komunitas Hijau Engku Putri,
Batam Bikers, Bifza Cycling Community)
14) Forum Masyarakat Peduli Lingkungan-Kota Batam 15) LSM KEMAS Waldi, konseptor peduli lingkungan 16) Kelompok Pemberdayaan Masyarakat di sekitar
kawasan hutan
17) Progam Adiwiyata (Penyuluhan bapedalda ke sekolah-sekolah terkait lingkungan hidup yang kemudian diper lombakan)
Green Energy 18) Pemenuhan kebutuhan listrik masyarakat salah
satunya dengan menggunakan PLTS (Pembangkit Listrik Tenaga Surya)
Green Waste 19) Kegiatan Pengomposan
20) Kampanye pengurangan plastik di pusat perbelanjaan
Green Water 21) Pengelolaan DAS Duriangkang
22) Program SPM (Standar Prosedur Minimum), dimana perusahaan dikenakan wajib taat administarsi dan teknis dalam pengolahan limbah pabriknya.
Green Transportation 23) Penetapan kegiatan “Car free day”
24) Kegiatan uji emisi yang diadakan setiap tahun
Green Building 25) Menghijaukan bangunan (Roof Garden)
4.1.2 Pola Ruang Wilayah
Merujuk pada Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Batam Tahun 2011-2031, dalam kurun
waktu tersebut, rencana potensi pengembangan wilayah, dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Mengembangkan ragam Ruang Terbuka Hijau Kota (hutan lindung, hutan kota, jalur
hijau, taman median jalan, tamankota, taman lingkungan, bumi perkemahan dll) dalam
rangka mewujudkan tutupan hijau minimal 30 % dari luas wilayah darat kota, untuk
meningkatkan fungsi lindung wilayah kota, peresapan air, pengaturan iklim mikro, dan
2. Mengembangkan kawasan-kawasan budidaya sesuai kondisi, potensi, serta karakteristik
sumber daya alam dan lahan berdasarkan kriteria lokasi kegiatan dan standar teknik
pemanfaatan ruang menurut ketentuan perundang-undangan;
3. Memanfaatkan secara optimal areal lahan yang diserahkan pengembang kepada
Pemerintah Kota untuk peningkatan fasilitas pelayanan umum dan bangunan pemerintah,
secara serasi dan selaras dengan pengembangan pusat-pusat kegiatan pelayanan
perkotaan dan ruang terbuka hijau kota;
4. Mengintensifkan pemanfatan ruang pada kawasan-kawasan budidaya yang memiliki nilai
ekonomi tinggi di P. Batam, P. Rempang dan pulau-pulau yang lain dengan mengarahkan
pembangunan secara vertikal;
5. Menciptakan keseimbangan perkembangan dan pemerataan pembangunan antara ketujuh
pulau yang ditetapkan sebagai Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas
dengan pulau-pulau sekitar melalui pengembangan Kawasan Strategis, Kawasan Khusus,
dan Kawasan-kawasan Prioritas atau melalui pendekatan Kawasan Ekonomi Khusus
Indonesia (KEKI)
6. Mengintensifkan pemanfatan ruang pada kawasan-kawasan budidaya yang memiliki nilai
ekonomi tinggi di P. Batam, P. Rempang dan pulau-pulau yang lain dengan mengarahkan
pembangunan secara vertikal
7. Mengalokasikan pemanfaatan ruang untuk pengembangan Kawasan Perdagangan Bebas
dan Pelabuhan Bebas Batam di Pusat-pusat Pelayanan Primer sesuai prioritas sektoral PP
Nomor 5 Tahun 2011, tahap pertama pada kawasan-kawasan pemanfaatan yang tersedia
8. Mengendalikan kegiatan reklamasi di kawasan-kawasan pengembangan pantai untuk
mengurangi tekanan dan tingkat kerusakan kawasan bukit dan perbukitan di P. Batam,
dan melakukan subtitusi bahan timbun dengan pasir darat dan/atau pasir laut
Gambar 4.2.Master Plan Ruang Terbuka Hijau
a. Hutan Kota seluaskurang lebih 6.450 Ha yang tersebar di Kecamatan Nongsa, Kecamatan
Sungai Beduk, Kecamatan Sagulung, Kecamatan Batu Ampar, Kecamatan Bulang,
Kecamatan Galang, dan Kecamatan Belakang Padang;
b. Jalur Hijau Kota seluas kurang lebih 1.900 Ha yang tersebar di Kecamatan Nongsa,
Kecamatan Batu Ampar, Kecamatan Sekupang, Kecamatan Batu Aji, Kecamatan Batam
Kota, Kecamatan lubuk Baja, Kecamatan sagulung, Kecamatan Sungai Beduk, Kecamatan
Bengkong, Kecamatan Bulang, Kecamatan Galang;
c. Taman Kota di terdiri atas Kebun Raya dan Bumi Perkemahan di Kecamatan Nongsa,
Taman Bukit Clara,Taman Aspirasi, Taman Engku Putri, Taman Kolam Batam Centre di
Kecamatan Batam Kota, Taman Kolam Sekupang, Taman Tanjung Pinggir, Taman Kota
Baloi di Kecamatan Batam Kota dan taman-taman kota di Pulau Rempang, Galang dan
Galang Baru dengan luas kurang lebih 1.250 Ha
d. Taman Lingkungan seluas kurang lebih 600 Ha tersebar di pusat-pusat Kelurahan dan
kawasan-kawasan perumahan;
e. Zona Penyangga Hijau seluas kurang lebih 1.500 ha yang tersebar di Kecamatan Nongsa,
Kecamatan Batu Ampar, Kecamatan Sekupang, Kecamatan Batu Aji, Kecamatan Batam
Kota, Kecamatan lubuk Baja, Kecamatan sagulung, Kecamatan Sungai Beduk, Kecamatan
Bengkong, Kecamatan Bulang, Kecamatan Galang;
f. Tempat pemakaman di Kecamatan Sekupang, Kecamatan Batam Kota, Kecamatan Nongsa,
Kecamatan Batu Aji, Kecamatan Bulang, Kecamatan Galang dan Kecamatan Belakang
Padang dengan luas kurang lebih 200 Ha;
g. Lapangan olahraga seluas kurang lebih 50 Ha di Kecamatan Sei Beduk, Kecamatan Batu
h. Sempadan pantai seluas 1.030 Ha, Sempadan Sungai/Saluran seluas kurang lebih 205 Ha,
dan Sempadan Waduk seluas 430 Ha sebagaimana dimaksud pada pasal 40.
RTH (Ruang Terbuka Hijau) privat eksisting meliputi kawasan seluas kurang lebih 6.835 Ha atau 7,9% (tujuh koma sembilan persen) dari luas wilayah kota yang terdiri atas :
a. Lapangan Golf di Kecamatan Nongsa, di Kecamatan Sekupang, KecamatanBatam Kota,
dengan luas kurang lebih 600 Ha;
b. Taman kawasan industri di Kecamatan Batu Ampar, Kecamatan Batam Kota, Kecamatan
Nongsa, Kecamatan Sungai Beduk, Kecamatan Batu Aji dan Kecamatan Sagulung dengan
luas kurang lebih 1.310 Ha;
c. Taman kawasan pariwisata/ Resort di Kecamatan Nongsa, Kecamatan batam kota,
Kecamatan Sekupang, Kecamatan Sagulung, Kecamatan Sungai Beduk, Kecamatan Bulang,
Kecamatan Galang dan Kecamatan Belakang Padang dengan luas kurang lebih 2.535 Ha;
d. Taman kawasan perumahan seluas kurang lebih 1.770 Ha;
e. Taman kawasan perdagangan dan jasa seluas kurang lebih 280 Ha; dan
f. Taman kawasan Bandara Hang Nadim seluas kurang lebih 340 Ha
Rencana pengembangan RTH (Ruang Terbuka Hijau) seluas kurang lebih 29.020 Ha atau sekitar kurang lebih 33,7% dari luas wilayah perkotaan Batam terdiri atas :
a. RTH publik seluas kurang lebih 19.490 Ha atau 22.63 % (dua puluh dua koma enam tiga
persen)
b. Rencana RTH privat seluas kurang lebih 9.530 Ha atau kurang lebih 11,1 (sebelas koma
4.1.3 Matrik RTH Eksisting dan Rencana pengembangan di Kota Batam
A. Luas Administratif Kota Batam
No JENIS LUAS (Ha) LUAS (Ha)
1 LUAS DARATAN 108,265
a. Daratan Alami 102,405 b. Rencana Reklamasi 5,860
2 Luas Laut 318,295
3 Luas Total 426,560
No JENIS KAWASAN LINDUNG LUAS (Ha) PROSENTASI (%)
1 Hutan Lindung 15,120
2 Resapan Air 3,965
3 Suaka Alam (Hutan Konservasi)
a. Hutan Wisata Muka Kuning 895 b. Hutan Buru Pulau Rempang 2,170
Total Kawasan Lindung 22,150 20.5%
LUAS KAWASAN LINDUNG
Dengan demikian luasan wilayah perkotaan Batam adalah 86,115 Ha, diperoleh dari luas total
daratan Batam (108,265 Ha) dikurangi dengan luas kawasan lindung (22,150 Ha).
A. EKSISTING
No JENIS LUAS PROSENTASE (%)
1 Hutan Kota 6,450
2 Jalur Hijau Kota 1,900
3 Taman Kota 1,250
4 Taman Lingkungan 600 5 Sempadan Pantai 1,030 6 Sempadan Sungai 205 7 Sempadan Waduk 430 8 Zona Penyangga 1,500
9 Pemakaman 200
10 Lapangan Olah Raga 50
Total 13,615 15.81
Luas RTH Publik eksisting terhadap luas wilayah perkotaan adalah 15.81% (13,615 Ha)
No JENIS LUAS PROSENTASE (%)
1 Lapangan Golf 600 2 Taman Kawasan Industri 1,310 3 Taman Kawasan Perumahan 1,770 4 Taman Kawasan Wisata 2,535 5 Taman Kawasan Perdagangan & Jasa 280 6 RTH Bandara 340
Total 6,835 8.1
LUAS RTH PRIVAT EKSISTING
Luas
RTH Privat eksisting seluas kurang lebih 6,835 Ha (8.1%)
No JENIS LUAS PROSENTASE (%)
1 Hutan Kota 7,310
2 Jalur Hijau Kota 3,645
3 Taman Kota 1,370
4 Taman Lingkungan 1,900 5 Sempadan Pantai 1,030 6 Sempadan Sungai 205 7 Sempadan Waduk 430 8 Zona Penyangga 3,000
9 Pemakaman 400
10 Lapangan Olah Raga 200
Total 19,490 22.63
Luas rencana pengembangan RTH Publik adalah 22.63% (19,490 Ha)
No JENIS LUAS PROSENTASE (%)
1 Lapangan Golf 600 2 Taman Kawasan Industri 1,575 3 Taman Kawasan Perumahan 2,655 4 Taman Kawasan Wisata 3,800 5 Taman Kawasan Perdagangan & Jasa 560 6 RTH Bandara 340
Total 9,530 11.3
LUAS RTH PRIVAT
Luas
4.2 Pelaksanaan Penataan Ruang Terbuka Hijau di Kota Batam jika dikaitkan dengan peraturan perundang-undangan
Untuk saat ini Raperda RTH masih menjadi satu dengan raperda RTRW 2011-2031 Kota
Batam yaitu pada pasal 41 sampai pasal 43.
Menurut raperda RTRW 2011-2031, Rencana Kawasan RTH (Ruang Terbuka Hijau)
terdiri atas:
a. RTH publik; dan
b. RTH privat.
Peningkatan Kualitas dan Kuantitas Ruang Terbuka Hijau melalui Peraturan:
a. Perda Rencana Tata Ruang Wilayah 2004 – 2014
b. Peraturan Daerah Kota Batam No. 5 Tahun 2001 tentang Kebersihan Kota Batam dan
c. Peraturan Daerah No. 8 Tahun 2003 tentang Pengendalian Pencemaran dan Perusakan
Lingkungan Hidup
d. Penyusunan Perda RTRW 2011-2031
e. Penyusunan Rencana Induk RTH dan melegalisasi Perda RTH
f. PenyusunanRencana Detail Tata Ruang (RDTR)RDTR danRencana Tata Bangunan dan
Lingkungan (RTBL)
4.3 Peran Pemerintah Kota Batam dalam Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau
Untuk menambah danmemelihara kualitas juga kuantitas Ruang Terbuka Hijau, Pemerintah
Kota Batam melibatkan peranserta dari masyarakat.Berikut peran serta masyarakat yang ada di
Batam terhadap lingkungan dan program yang berkaitan dengan sosialisasi pentingnya
penghijauan.
1. Komunitas sepeda (Komunitas Hijau Engku Putri, Batam Bikers, Bifza Cycling Community)
2. Forum Masyarakat Peduli Lingkungan-Kota Batam
4. Progam Adiwiyata (Penyuluhan bapedalda ke sekolah-sekolah terkait lingkungan hidup yang
kemudian di lombakan)
5. LSM KEMAS Waldi peduli lingkungan
6. LSM Batam Hijau (salah satu lembaga penilai adipura)
4.3.1 Program-program Peningkatan Ruang Terbuka Hijau(RTH) Publik
No Program Utama Lokasi Sumber Dana Insatansi Pelaksana
1 a. Perlindungan setempat
- Penghijauan kawasan sempadan sungai/saluran Sungai Jodoh, Bengkong, Sungai Baloi
Kec. Lubuk Baja, Batu Ampar, Bengkong
APBN/ APBD Prov/ APBD Kota/ Badan Pengusahaan Kawasan
Dinas KP2K (kehutanan), Badan Pengusahaan Kawasan
- Penghijauan kawasan sempadan sungai/saluran Tiban Selatan, Sungai Langkai, Muka Kuning
Kec. Sekupang, Sungai Beduk
APBN/ APBD Prov/ APBD Kota/ Badan Pengusahaan Kawasan
Dinas KP2K (kehutanan), Badan Pengusahaan Kawasan
- Penghijauan kawasan sempadan waduk Sungai Harapan, Sungai Ladi
Kec. Sekupang APBN/ APBD Prov/ APBD Kota/ Badan Pengusahaan Kawasan
Dinas KP2K (kehutanan), Badan Pengusahaan Kawasan
- Penghijauan kawasan sempadan waduk Sekanak, Pemping, Bulang Lintang
Kec. Belakang Padang APBN/ APBD Prov/ APBD Kota Dinas KP2K
2 b. Ruang Terbuka Hijau
- Pembangunan Kebun Raya
Batam Kec. Nongsa APBN LIPI/ Dinas Tata Kota Batam
- Penataan hutan kota Pulau
Batam Pulau Batam APBN/ APBD prov/ APBD Kota Dinas KP2 K
- Penghijauan kawasan bumi
perkemahan Kec. Nongsa APBD Prov/ APBD Kota
Kantor Pemuda & Olah raga/ Dinas KP2K
- Pengembangan kawasan taman kolam Sekupang, taman kolam Nongsa
Kec. Sekupang, Kec.
Nongsa APBN/ APBD Kota
Dinas Pertamanan/ Dinas Tata Kota Batam
- Pembangunan taman Bukit
Klara Kec. Batam Kota APBN/ APBD Kota
Dinas Pertamanan/ Dinas Tata Kota Batam
- Penataan taman Engku Puteri, dataran Elang Laut
Kec. Batam Kota, Kec.
Belakang Padang APBD Kota Dinas Tata Kota Batam
- Penataan RTH jalur hijau koridor jalan Arteri
Pulau
Batam-Rempang-Galang APBN/ APBD Kota
Dinas Pertamanan/ Dinas Tata Kota Batam
- Penataan RTH jalur hijau koridor jalan Kolektor
Pulau
Batam-Rempang-Galang APBN/ APBD Kota
Dinas Pertamanan/ Dinas Tata Kota Batam
- Penataan RTH pemakaman Pulau Batam APBD Kota Dinas Sosial dan Pemakaman
- Penataan RTH penyangga hijau
kota Pulau Batam APBD Kota
Dinas Pertamanan/ Dinas Tata Kota Batam
- Pengembangan nursery dan
pembibitan Kec. Sekupang APBD Kota
Dinas Pertamanan/ Dinas Tata Kota Batam
3 c. Kawasan Rawan Bencana
- Penghijauan/penanaman
No Program Utama Lokasi Sumber Dana Insatansi Pelaksana
- Pembangunan tebing penahan pantai
Kec. Nongsa, Kec.
Belakang Padang APBD Prov/ APBD Kota Dinas PU Prov/ Dinas PU Kota
4.3.2 Program Unggulan
1. Pembangunan Kebun Raya Batam
Keberadaan sebuah kebun raya di Kota Batam, tidak terlepas dari visi dan misi Kota Batam
dan diharapkan akan membawa kemaslahatan bagi kota Batam secara lokal, regional, nasional
maupun internasional. Maka perencanaannya dimulai sejak tahun 2008 hingga saat ini diatas
tanah seluas ±85.662 M2
Dari segi pandang di atas maka pembangunan Kebun Raya Batam diharapkan akan dapat: .
a. Menambah daya pikat dan pesona Kota Batam dari segi citra dan kekhasan kota ini,
terutama bilamana dapat di ciptakan sebuah kebun raya yang dapat menjadi alternatif yang
komplementer terhadap Kebun Raya Singapura.
b. Menjadi hutan kota yaitu pengendali air tanah yang terpadu, pengendalian daur ulang
sampah, penyejuk dan pembersih udara (paru-paru kota)
c. Meningkatkan fungsi kebun raya disamping untuk kepentingan ilmu pengetahuan botani,
menjadi sebuah ruang pembelajaran atau learning space bagi masysrakat luas mengenai
pelestarian lingkungan alam dan penghijauan ruang perkotaan.
d. Menjadi simpul jaringan kerjasama antar kebun raya di tingkat regional, nasional dan
internasional dengan jati dirinya koleksi konservasi tumbuhannya yang khas, yaitu koleksi
tumbuhan pulau-pulau kecil.
e. Menata lingkungan kebun raya sedemikian rupa sehingga dapat menjadi etalase
estetika menata pemandangan alam (lansekap), dan pemandangan arsitektur perkotaan
untuk kawasan Metropolitan Barelang.
f. Menjadi aset ekonomi untuk meningkatan pendapatan daerah bila dikelola secara progresif
dan dinamik yang dikaitkan dengan perannya sebagai leisure park yang dipadukan dengan
jaringan kepariwisataan pulau Batam dan Metropolitan Barelang.
2. Green City Walk
Program ini bertujuan untuk memberikan akses dan kenyamanan para pelaku wisata belanja
di Kawasan Nagoya – Jodoh dan para pekerja industri dengan membangun green city walk
antara kantong-kantong permukiman pekerja (rusun) di kawasan industri kabil, batam center dan
mukakuning yang dimulai pada tahun 2009 sampai sekarang.
3. Penetapan Program “Batam Kota Hijau”
Menjadikan Kota Batam sebagai kawasan kota hijau dengan pepohonan yang memenuhi tepi
jalan-jalan raya, taman-taman yang terawat, serta hutan lindung yang bebas dari perusakan.
Dengan beberapa langkah, yaitu :
1. Menjalankan program penanaman ratusan ribu pohon setiap tahun, seperti pohon
angsana, sengon, pulai, trembesi, ketapang, johar dan mahoni, masing-masing tempat
ditanam sedikitnya 12.000pohon.
2. Melaksanakan pemeliharaan tanaman penghijauan Kota Batam sebanyak 125.000 batang
untuk kanan kiri jalan.
3. Menjaga dan mengawasi kawasan hutan lindung di Kota Batam.
4. Pembangunan/peningkatan/ ruang terbuka publik.
5. Membangun Pedestrian.
Pemerintah kota Batam menghargai dan memberikan apresiasi bagi para pihak yang telah
sama-sama membantu menyelesaikan permasalahan lingkungan di Kota Batam, salah satunya
adalah dalam bentuk penghargaan yang diberikan pada tahun 2008. Dari 200 perusahaan dan
instansi yang diseleksi, Pemerintah telah menetapkan, 15 penerima penghargaan peduli
penghijauan/pertamanan, yaitu :PT Nusatama Properta Panbil, PT Batamino Pertiwi (SPBU No
14294722), SMP 4 Bengkong, Kantor Camat Sagulung, PT Arsikon, PT Yamamoto Asri, Ketua
RT02/RW 02 Aspol, Bank Indonesia, Hotel Harmoni, PT Indosat, SD 007 Tiban, Sekolah Global
Indo Asia, SMP 6 Sei Panas, LSM Batam Hijau, dan LSM Bilik.
5. Pameran Lingkungan Hidup
Sebuah bentuk komitmen berkelanjutan dari Pemerintah Kota Batam untuk menjadikan
Batam sebagai Kota yang bersih, hijau, indah dan nyaman, maka Pemerintah Kota Batam
melakukan serangkaian Pameran lingkungan, antara lain:
1. Melalui Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Batam menggelar Batam Green & Clean
Exhibition 2009, di Nagoya Hill Batam.Pameran ini dirancang khusus untuk mempromosikan
upaya penanganan Kebersihan dan Pertamanan dalam rangka untuk menciptakan Green &
Clean City baik berupa produk maupun teknologi pengelolaan sampah, produk daur ulang,
jasa konsultan landscape dan rancangan penataan taman yang telah, sedang dan akan
diwujudka n di Batam.
2. Pekan Flora Florist yang menghadirkan berbagai macam tanaman dan dapat dibeli oleh
6. Kegiatan Uji Emisi
Kualitas lingkungan Kota Batam pada komponen fisik udara ambient dan kebisingan secara
umum dalam kondisi baik. Hasil pemantauan kualitas udara ambient yang dilaksanakan Bapedal
pada tahun 2007-2009 di delapan titik pantau : Sei Beduk, Sekupang, Lubuk Baja, Batu Ampar,
Bengkong, Batam Kota, dan Batu Aji nilainya masih memenuhi ambang baku mutu Peraturan
Pemerintah No. 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara dan KepMENLH No.
Kep-48/MENLH/1996 tentang Baku Ambang Kebisingan.
Namun pada beberapa titik lokasi, nilainya mendekati dan melampaui batas baku mutu.
Untuk itu dilakukan upaya peningkatan kualitas udara ambient dilakukan dengan pengawasan
terhadap sumber dampak, yaitu kendaraan bermotor melalui uji emisi dan upaya reboisasi di
sempadan jalan.Pengendalian pencemaran udara juga termasuk pengendalian pencemaran emisi
dari gas buang kendaraan bermotor.
Hasil pemantauan emisi gas buang kendaraan bermotor yang dilaksanakan oleh Bapedal pada
tahun 2007 terhadap 1130 dan sebanyak 1100 kendaraan berbahan bakar bensin pada tahun
2009, diketahui hasil uji emisi pada tahun 2007 lulus uji sebanyak 841 (74,4%), dan mengalami
peningkatan kelulusan menjadi 94,2% pada tahun 2009. Pada tahun 2010, diketahui hasil
pemantauan terhadap 770 kendaraan berbahan bakar bensin, sebanyak 713 lulus uji (92,6%) dan
hasil kelulusan pada tahun 2011 dengan tingkat kelulusan 92,4% (973 kendaraan dari 1053
kendaraan).
7. Pengolahan Limbah
A. Pengolahan Limbah Domestik
1) Tersedia Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) dengan kapasitas 33 liter perdetik
2) Sudah tersedia sistem pengolahan limbah domestic off site 0,35% (1.103 unit rumah)
hanya dibangun di kawasan percontohan, terutama di kawasan Batam Center (perum
Seruni,perum Citra Batam, perum Rose Dale)
3) Program jangka menengah Kota Batam untuk meningkatkan pelayanan pengolahan
limbah domestic adalah dengan revitalisasi Waste Water Treatment Plant (WWTP) di
Batam Center dan membangun jaringan pengolahan air limbah perpipaan
diprioritaskan di Kawasan Batam Center.
B. Pengolahan Limbah Industri
1. Pengolahan limbah industri dilakukan pada Kawasan Pengelolaan Limbah Industri-B3
pada lahan seluas : 9,7 Ha sudah operasional dan 10 Ha dalam tahap konstruksi.
2. Tersedia fasilitas pengolahan limbah industri sebagai berikut:
1) Fasilitas TDLI berupa gudang tertutup 390 m2 dan gudang terbuka 840 m
2) Fasilitas Pengolahan B3 berupa : incinerator, Destilasi (”Solvent”), Waste Water
Treatment Plant, Metal Recovery, ’Cooper Slag” dan Karbid, Oil and
sludge,Treatment,Daur Ulang Limbah Cair
8. Program Pengurangan Penggunaan Kantong Plastik
Bapedal pernah melaksanakan kegiatan pengurangan penggunaan kantong plastic pada tahun
2009 dalam rangka Memperingati Hari Lingkungan Hidup bersama Tim Dharma Wanita dan
PKK Kota Batam, diselenggarakan dengan supermarket di Kota batam, antara lain : Hypermart
Mega Mall, Hypermart Nagoya Hill, Gelael, Top 100 Jodoh. Kegiatan berupa pemberian plakat
himbauan pengurangan kantong plastic, sosialisasi penggunaan kantong kain sebagai pengganti
kantong plastik.
9. Program Batam Car Freeday
Dalam rangka meminimalkan emisi kualitas udara dari sumber bergerak, Pemerintah Kota Batam
bersama Tim Polda dan komunitas Batam Fun Bike melaksanakan kegiatan Batam Car Free Day
dengan rute : Jalan Engku Putri mulai depan My Mart hingga Simpang BI Batam Centre. Acara
sekaligus dilanjutkan penandatanganan MoU antara instansi tersebut dalam rangka komitmen
terhadap lingkungan hidup.
10.
11.
12.
13.
14.
4.3.2.1Kegiatan Tambahan (Lima Atribut Kota Hijau)
1. Pemeliharaan secara berkelanjutan daerah tangkapan air.
• Tujuan : Menjaga ketersediaan kuantitas air baku
• Lokasi : DAS Duriangkang, DAS Mukakuning, DAS Sei
Harapan, DAS Sei Ladi dan DAS Nongsa
• Jangka waktu : 2012-2014
• Sumber dana : BP Batam
2. Pemeliharaan waduk-waduk sumber air baku dari pencemaran limbah domestic
• Tujuan : Melakukan pemantauan secara berkala terhadap kualitas air baku, agar kualitas air baku dapat dipertahankan.
• Lokasi : DAS Duriangkang, DAS Mukakuning, DAS Sei
Harapan, DAS Sei Ladi dan DAS Nongsa
• Jangka waktu : 2012-2014
• Sumber dana : APBD, BP Batam
3. Melakukan revitalisasi Waste Water Treatment Plant (WWTP) di Batam Center. 4. Penyusunan Master Plan air limbah domestik tahun 2011
5. Buku Putih air limbah domestik 6. SSK Air limbah domestic
GREEN WASTE
1. Revitalisasi WWTP Batam Center untuk meningkatkan kapasitas pelayanan pengolahan limbah domestic
• Tujuan : Mengurangi pencemaran air baku pada waduk-waduk dari aliran limbah domestic
• Lokasi : WWTP Batam Center
• Jangka waktu : 2012
• Sumber dana : BP Batam
2. Pengembangan sistim perpipaan pengolahan limbah domestic dengan prioritas pada kawasan Batam Center
• Tujuan : Mengurangi pencemaran air baku pada waduk-waduk dari aliran limbah domestic
• Lokasi : WWTP Batam Center
• Jangka waktu : 2013-2014
• Sumber dana : BP Batam
3. Peningkatan jumlah dan kapasitas WWTP terutama untuk melayani wilayah Batam Center
• Lokasi : Batam Center
• Jangka waktu : 2013-2014
• Sumber dana : BP Batam
GREEN ENERGY
1. Menggalakan penggunaan sepeda sebagai alat transportasi sehari-sehari
• Tujuan : Mengolahragakan masyarakat dan mengatasi krisis energy dan meningkatkan kualitas udara.
• Lokasi : Kota Batam
• Jangka waktu : 2012-2014
• Sumber dana : Swadaya Masyarakat
2. Melaksanakan uji emisi kendaraan secara kontinu
• Tujuan : Memelihara kualitas udara dan kesehatan masyarakat
• Lokasi : Kota Batam
• Jangka waktu : 2012-2014
• Sumber dana : APBD
3. Pengukuran kualitas udara secara berkala
• Tujuan : Memelihara kualitas udara dan kesehatan masyarakat
• Lokasi : Kota Batam
• Jangka waktu : 2012-2014
• Sumber dana : APBD
4.4 Hambatan dan Upaya Penanggulangan Ruang Terbuka Hijau di Kota Batam 4.4.1 Hambatan dalam Penyelenggaraan Ruang Terbuka Hijau
Hambatannya antara lain:
1. Sistem pengelolaan lahan di Kota Batam(khususnya pada wilayah FTZ) berada di BP
Batam, sehingga Pemerintah Kota Batam tidak memiliki akses secara langsung terhadap
lahan-lahan yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai Ruang Terbuka Hijau.
diizinkan untuk dimanfaatkan BP Batam kepada pihak lain, termasuk beberapa buffer
zone.
2. Geologi/ jenis tanah di Kota Batam yang tergolong subur (merupakan tanah bauxite)
sehingga membutuhkan treatment yang lebih dalam perawatan tanaman pada Ruang
Terbuka Hijau.
3. Kemampuan APBD Kota Batam untuk kegiatan yang mendukung peningkatan Ruang
Terbuka Hijau masih terbatas.
4. Belum optimalnya penyelenggaraan pendanaan melalui CSR untuk mendukung
pengelolaan dan penataan Ruang Terbuka Hijau dengan melibatkan pihak swasta.
5. Masih kurangnya kesadaran masyarakat terhadap keberlangsungan Ruang Terbuka Hijau,
banyak ditemukan kejadian pengrusakan sarana-prasarana taman, atau penggunaan RTH
(buffer zone) sebagai tempat usaha seperti pencucian mobil, kios, dan lain-lain.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian pembahasan yang telah dijelaskan maka Penulis dapat
menarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Ketentuan mengenai penyediaan RTH di Kota Batam antara lain diatur dalam
Peraturan Daerah Kota Batam Nomor 2 Tahun 2004 tentang Rencana Tata Ruang
Kebersihan Kota Batam dan Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2003 tentang
Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup.
2. Total luas RTH di Kota Batam ialah 30% ini berarti sudah mencukupi kebutuhan RTH
yang diatur dalam peraturan penataan ruang, dalam pelaksanaan penyediaan RTH Kota
Batam beberapa aspek yang menjadi pengaruh antara lain aspek pendukung dan
penghambat. Aspek pendukung meliputi kebijakan penataan ruang sebagai pedoman
dalam mengatur penyediaan dan penataan RTH, Pembangunan Kebun raya, kegiatan uji
emisi serta inventarisasi RTH sebagai pendukung penyediaan RTH karena dapat menjadi
bahan untuk menentukan arah kebijakan dan perlindungan RTH. Sementara untuk aspek
penghambat yang mempengaruhi penyediaan RTH meliputi sistem pengelolaan lahan
yang berada dibawah naungan BP Batam bukan berada dibawah naungan Pemerintah
Kota Batam menghambat kinerja yang baik, kurangnya partisipasi masyarakat serta
belum optimalnya penyelenggaraan pendanaan melalui CSR.
B. Saran
Setelah melakukan penelitiaan dan menganalisis data yang diperoleh, maka
beberapa hal yang dapat disarankan adalah:
1. Kebijakan penyediaan, penataan, dan pengelolaan ruang terbuka hijau di Kota Batam
yang tertuang dalam Peraturan Daerah diharapkan dapat mampu menjadi pedoman untuk
memenuhi kebutuhan RTH Kota Batam baik Publik maupun Privat agar sesuai dengan
peraturan perundang undangan.
2. Sistem pengelolaan lahan di Kota Batam(khususnya pada wilayah FTZ) berada di BP
secara langsung terhadap lahan-lahan yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai
Ruang Terbuka Hijau. Beberapa lahan yang berpotensi sebagai Ruang Terbuka Hijau
telah dialokasikan atau diizinkan untuk dimanfaatkan BP Batam kepada pihak lain,