• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Pustaka Belajar dan Hasil Belajar

Dalam dokumen Jurnal Pendidikan Riama Volume 03 No 01 (Halaman 81-85)

SEBENARNYA DI KELAS IX SMP TRI SAKTI 1 MEDAN Oleh,

2. Kajian Pustaka Belajar dan Hasil Belajar

Menurut Gagne (dalam Ansari, 2009:32) menyatakan bahwa: “Belajar merupakan proses yang memungkinkan individu untuk mengubah tingkah laku secara permanen sehingga perubahan yang sama tidak akan terjadi pada keadaan yang baru”.

Belajar menurut Slameto (2003) adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.

Tim Dosen mata kuliah strategi belajar mengajar matematika (2007:2) menyatakan bahwa “belajar adalah suatu proses usaha kegiatan dari tidak mampu mengerjakan yang mengakibatkan perubahan tingkah laku seseorang yang dapat diamati dan berlaku dalam waktu relatif lama.

Dalam hal ini yang dimaksud dengan belajar berarti kegiatan yang berlangsung dalam mental seseorang, sehingga terjadi perubahan tingkah laku. Kegiatan dalam mental sehingga seseorang terjadi perubahan tingkah laku tergantung kepada perolehan pengalaman seseorang. Perubahan itu tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu tetapi juga berbentuk kecakapan, keterampilan, sikap, watak, pengertian dan lain sebagainya.

Dalam proses belajar senantiasa perubahan yang dilakukan berdasarkan pengalaman yang akan menunjukkan tingkah laku yang berbeda. Jadi, perubahan­perubahan tingkah laku yang timbul dalam diri individu sebagai akibat dari proses belajar. Perubahan­perubahan inilah yang disebut dengan hasil belajar. Jelas bahwa hasil belajar merupakan perilaku menuju arah yang lebih positif sebagai akibat adanya proses belajar.

Pembelajaran Matematika

Pada kegiatan belajar mengajar pada umumnya merencanakan kegiatan belajar mengajar secara terstruktur dan ketat. Pada awal pembelajaran, guru merupakan pemberi informasi yang aktif sehingga menimbulkan semangat bagi peserta didik untuk mendengar dan meresponnya. Dalam hal ini suasana belajar akan kondusif dengan kemampuan pengelolaan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki guru dalam pembelajaran.

Untuk dapat mendukung pelaksanaan pembelajaran matematika di sekolah harus disusun konsep kurikulum matematika yang digunakan secara jelas dan terarah sehingga proses pembelajaran matematika dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan yang dapat digunakan untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif dan kemampuan bekerjasama.

Dalam pembelajaran matematika, siswa dibiasakan untuk memperoleh pemahaman melalui pengalaman tentang sifat­sifat yang dimiliki dan tidak dimiliki oleh sekumpulan objek (abstraksi). Dengan pengamatan terhadap contoh abstraksi siswa dilatih untuk membuat pikiran, terkaan atau kecenderungan berdasarkan pengalaman yang dikembangkan. Namun semuanya itu harus disesuaikan dengan perkembangan kemampuan siswa sehingga pada akhirnya membantu kelancaran proses pembelajaran matematika.

Model Pembelajaran Matematika

Menurut Joyce (Trianto, 2007:5) menyatakan bahwa model pembelajaran itu adalah suatu perencanaan atau pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat­perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku­buku, film, komputer, kurikulum dll

Dalam mengerjakan sesuatu, maka mestinya menetapkan sasaran apa yang akan dicapai. Untuk mencapai sasaran tersebut harus memilih strategi, pendekatan dan model yang tepat sehngga hasil yang diperoleh optimal. Samahalnya dalam pembelajaran matematika diharapkan mencapai suatu tujuan atau sasaran pembelajaran matematika yang optimal.

Ada lima komponen model pembelajaran menurut Muktar (2009), yaitu sintak, sistem sosial, prinsip reaksi, sistem pendukung, tujuan instruksional dan pengiring.

Tujuan pembelajaran matematika sebaiknya diarahkan pada pemahaman siswa akan berbagai fakta dan prosedur. Hal ini didukung oleh Niss (1988) (dalam Armanto, 2009:5) yang mengatakan bahwa “tujuan pembelajaran matematika sebaiknya diarahkan pada pemahaman siswa akan berbagai fakta, prosedur, operasi matematika dan memiliki kemampuan berhitung untuk menyelesaikan soal matematika secara benar.

Dari penjelasan di atas guru harus mampu memiliki model pembelajaran yang tepat sehingga tercapainya pembelajaran matematika yang baik. Salah satunya pembelajaran kooperatif merupakan cara agar peran siswa dapat dimunculkan dan kreatifitas siswa dalam menyelesaikan permasalahan di matematika.

Model Pembelajaran Kooperatif dan Karakteristiknya

Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok­kelompok. Setiap siswa yang ada dala kelompok mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda­beda (tinggi, sedang dan rendah) dan jika memungkinkan anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda.

Model pembelajaran kooperatif mengutamakan kerjasama dalam menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Seperti yang dinyatakan Eggen dan Kauchak (Trianto 2007:42) bahwa “pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi pembelajaran yang melibatkan siswa bekerja secara kolaborasi untuk mencapai tujuan bersama. Hubungan kerja seperti itu memungkinkan timbulnya persepsi yang positif tentang apa yang dapat dilakukan siswa untuk mencapai keberhasilan belajar berdasarkan kemampuan dirinya secara individu dan andil dari anggota kelompol lain selama belajar bersama dalam kelompok.

Karakteristik pembelajaran kooperatif menurut Yamin dan Ansari (2008:74) diantaranya: 1. Siswa bekerja dalam kelompok kecil untuk mencapai ketuntasan belajar.

2. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan rendah, sedang dan tinggi.

3. Diupayakan agar dalam setiap kelompok siswa terdiri dari suku, ras, budaya dan jenis kelamin yang berbeda.

4. Penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok daripada individual.

Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif

Fase Tingkah Laku Guru

Fase­1

Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

Fase­2

Menyajikan informasi

Fase­3

Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.

Guru menyampaikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi

Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok kooperatif

Fase­4

Membimbing kelompok bekerja dan belajar Fase­5 Evaluasi Fase­6 Memberikan penghargaan secara efisien.

Guru membimbing kelompok­ kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing­masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya Guru mencari cara­cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.

Ibrahim, (dalam Trianto:2007)

3. Metode Penelitian

Penelitian ini yang dilaksanakan di SMP Tri Sakti Medan pada siswa kelas IX semester genap tahun pembelajaran 2009/2010. Subjek penelitian siswa kelas IX­A berjumlah 42 orang dan juga digunakan 1 kelas sebagai kelas pembanding yaitu siswa kelas IX­C yang berjumlah 41 orang di SMP Tri Sakti Medan. Perbandingan antara kelas penelitian dan kelas pembanding digunakan sebagai dasar peningkatan hasil belajar siswa. Objek penelitian adalah pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD meningkatkan hasil belajar siswa pada materi pokok pangkat tak sebenarnya. Jenis penelitian ini adalah analisis deskriptif yang bertujuan untuk menggambarkan hasil belajar siswa dalam penerapan model pembelajaran kooperaitf tipe STAD. Pendekatan yang digunakan adalah kuantitatif dan kualitatif. Pendekatan kuantitatif berguna untuk menemukan hasil belajar siswa sedangkan pendekatan kualitatif berguna untuk menemukan hasil observasi. Prosedur penelitian merupakan tahap­tahap kegiatan dengan seperangkat pembelajaran. Tahap­tahap tersebut menyangkut: persiapan (menyusun RPP, LKS, dan soal tes hasil belajar dan lembar observasi), pelaksanaan (memilih dua kelas sebagai

kelas penelitian, melaksanakan prosedur belajar mengajar di kelas, memberikan tes di kelas IX­C dengan tujuan untuk melihat tingkat hasil belajar di kelas tersebut, melaksanakan tindakan upaya peningkatan hasil belajar matematika di kelas IX­A dengan model STAD, memberikan tes di kelas IX­A, melaksanakan observasi terhadap seluruh kegiatan dan perubahan yang terjadi, melakukan analisis data dari tes hasil belajar dan menarik kesimpulan). Alat yang digunakan dalam pengumulan data berupa tes hasil belajar dan lembar observasi. Uji coba instrumen dilakukan untuk mendapatkan alat ukur yang benar­benar dalam menjaring data akurat agar kesimpulan yang diambil sesuai dengan kenyataan. Selain divalidasi, instrument juga diujicobakan realiabilitas, validitas, daya beda dan tingkat kesukarannya. Teknik analisis data yang digunakan metode analisis deskriptif kuantitatif kualitatif, dengan tujuan untuk mengegtahui apakah hasil belajar siswa meningkat akibat diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Data dianalisis dengan tahapan­tahapan: reduksi data, memaparkan data dan menarik kesimpulan.

Deskripsi efektif pembelajaran dapat dilihat kentuntasan belajar, ketercapaian tujuan pembelajaran khusus, observasi proses pembelajaran.

4. Hasil dan Pembahasan

Dalam dokumen Jurnal Pendidikan Riama Volume 03 No 01 (Halaman 81-85)