• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tes Kemampuan pemecahan masalah Matematika

Dalam dokumen Jurnal Pendidikan Riama Volume 03 No 01 (Halaman 98-102)

MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA Oleh,

1. Tes Kemampuan pemecahan masalah Matematika

Tes hasil belajar dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui apakah semua materi pelajaran yang tergolong penting sudah dapat dikuasai dengan sebaik­baiknya oleh peserta didik. Dalam penelitian ini, peneliti akan membagikan tes awal sebanyak sepuluh soal sebelum dilakukan tindakan. Dari tes awal tersebut akan dilihat dimana letak kesulitan siswa supaya bisa disusun perencanaan tindakan yang akan dilaksanakan dikelas tersebut. Hasil dari tes awal ini akan dijadikan pedoman untuk membentuk kelompok diskusi siswa. untuk melihat apakah ada peningkatan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah, maka dalam setiap siklus akan diberikan tes hasil belajar.

Permasalahan Permasalahan Baru Hasil Refleksi Apabila permasalahan belum terselesaikan Siklus I Siklus II Perencanaan Tindakan I Perencanaan Tindakan II Dilanjutkan ke siklus berikutnya Refleksi I Refleksi I Pelaksanaan Tindakan I Pengamatan/Pengumpul an data I Pelaksanaan Tindakan II Pengamatan / Pengumpulan data II

Dari tes yang akan dilakukan ini juga akan dibuat pedoman untuk melihat apakah ada kesulitan yang dihadapi siswa dalam mengerjakan soal dan selanjutnya bisa di buat wawancara bagi siswa yang merasa kesulitan belajar.

Tabel 1.

Kisi-Kisi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

No Indikator Nomor

Soal Kognitif Jenjang C1 C2 C3

1. a) Menentukan letak bilangan bulat dalam garis bilangan

b) Menyelesaikan operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat

c) Menemukan dan menggunakan sifat operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat dalam pemecahan masalah.

1,2 3 4, 5 d) Menyelesaikan operasi perkalian dan pembagian

bilangan bulat.

e) Menemukan dan menggunakan sifat operasi perkalian dan pembagian dalam pemecahan masalah

1 2, 3, 4,

5

2. Observasi

Observasi yaitu melakukan pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan. Observasi yang dilakukan pada tahap observasi ini adalah mengamati semua kegiatan proses belajar mengajar yang sedang berlangsung dengan menggunakan lembar observasi terhadap kegiatan guru dan kegiatan siswa dimana guru kelas dilibatkan yang bertindak sebagai pengamat (observer) yang bertugas untuk mengobservasi peneliti (yang bertindak sebgai guru) selama kegiatan berlangsung.

3. Wawancara

Wawancara dilakukan untuk mengungkap secara tuntas pengetahuan kopseptual dan penalaran siswa secara lebih mendalam. Wawancara yang dilakukan difokuskan pada hasil tes yang dikerjakan siswa. pertanyaan­pertanyaan yang diberikan melalui wawancara diartikan untuk mengetahui kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal­soal bilangan bulat.

Analisi data dalam penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu : 1. Reduksi Data

Data penelitian yang telah terkumpul baik melalui tes, observasi dan wawancara kemudian ditelaah oleh peneliti dan guru. Penelaahan data tersebut dilakukan secara menyeluruh sejak awal data dikumpulkan sampai seluruh data penelitian terkumpul. Kegiatan reduksi meliputi pengkategorian dan pengklasifikasian data. Setelah diklasifikasikan, data dikelompokkan kemudian dilanjutkan pada penyimpulan. Kegiatan reduksi ini bertujuan untuk melihat kesalahan jawaban siswa dalam menyelesaikan soal­soal tentang bilangan bulat dan tindakan apa yang dilakukan untuk perbaikan kesalahan tersebut.

2. Paparan Data

Data­data yang telah diklasifikasikan tersebut kemudian dipaparkan menurut jenis masalah penelitian. Pemaparan data dilakukan dengan menampilkan satuan­satuan informasi secara sistematis. Dengan adanya pemaparan informasi itu, peneliti akan dapat menarik kesimpulan dengan mudah.

3. Penarikan Kesimpulan

Dalam kegiatan ini ditarik beberapa kesimpulan berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan. Kesimpulan yang diambil merupakan dasar bagi pelaksanaan siklus berikutnya dan perlu tidaknya siklus berikutnya dilanjutkan atas permasalahan yang diduga.

a. Menganalisis Hasil Observasi

Dari hasil observasi yang telah dilakukan peneliti, dilakukan penganalisaan dengan menggunakan rumus. diamati yang aspek Banyaknya diamati yang aspek seluruh Jumlah Pi 

Dimana : Pi= hasil pengamatan pada pertemuan ke­i

Adapun kriteria rata­rata penilaian observasi adalah : 0 – 1,1 artinya sangat buruk 1,2 – 2,1 artinya kurang baik 2,2 – 3,1 artinya baik

3,2 – 4,0 artinya sangat baik

Pembelajaran dikatakan efektif jika hasil pengamatan observer, pembelajaran termasuk dalam kategori baik atau sangat baik.

b. Menghitung tingkat penguasaan siswa

Kategori penguasaan siswa adalah sebagai berikut :

Tabel 2.

Tingkat Penguasaan Siswa

Tingkat penguasaan Kriteria

90 % ­ 100 % 80% ­ 89% 65% ­ 79% 55% ­ 64% 0% ­ 54%

Kemampuan sangat tinggi Kemampuan tinggi Kemampuan sedang Kemampuan rendah Kemampuan sangat rendah

Dikatakan mencapai tingkat penguasaan siswa apabila mencapai kriteria paling sedikit sedang.

c. Untuk menentukan ketuntasan belajar siswa (individual) dapat dihitung dengan menggunakan persamaan seperti yang dikemukakan oleh Depdikbud:

100% T T KB 1  

Dimana : KB = ketuntasan belajar

T = jumlah skor yang diperoleh siswa

T1 = jumlah skor total

Setiap siswa dikatakan tuntas belajarnya (ketuntasan individual) jika proporsi jawaban benar siswa ≥ 65%, dan suatu kelas dikatakan tuntas belajarnya (ketuntasan klasikal) jika dalam kelas tersebut terdapat ≥ 85% siswa yang telah tuntas belajarnya.

d. Selanjutnya dapat diketahui apakah ketuntasan belajar secara klasikal telah tercapai, dilihat dari presentase siswa yang sudah tuntas dalam belajar yang dirumuskan:

100% penelitian subjek Banyak 65% KB yang siswa Banyaknya PKK   

Keterangan : PKK = persentase ketuntasan klasikal

Seperti yang dikemukakan oleh E. Mulyasa “Berdasarkan kriteria ketuntasan belajar, jika dikelas telah tercapai 85% yang telah mencapai persentase penilaian hasil ≥ 65%, maka ketuntasan belajar secara klasikal telah tercapai”.

Pada akhir setiap siklus, peneliti akan menganalisis data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara dan tes. Hal ini akan dijadikan dasar untuk melanjtukan siklus atau tidak. Kriteria keberhasilan penelitian ini adalah jika ketutasan belajar klasikalnya mencapai 85% siswa yang memperoleh nilai ≥ 65% . Tetapi apabila kriteria keberhasilan ini belum tercapai maka pengajaran yang dilaksanakan peneliti belum berhasil dan akan dilanjutkan kesiklus berikutnya.

Dalam penelitian ini kemampuan memecahkan masalah dikatakan meningkat apabila presentase ketuntasan individual dan ketuntasan klasikal yang diperoleh siswa semakin meningkat dari tes awal yang diberikan sampai pada tes yang dilakukan pada setiap siklusnya serta sekurang­kurangnya 85% siswa memperoleh nilai tes kemampuan memecahkan masalah ≥ 6,5. Untuk mengetahui kesulitan siswa dapat dilihat dari hasil tes kemampuan memecahkan masalah serta dari wawancara yang akan dilakukan setiap akhir siklus. Siswa dikatakan mengalami kesulitan belajar berdasarkan kritertia pendidikan jika siswa tidak dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan setelah mengikuti ulangan/penilaian. Serta jika hasil prestasinya berada dibawah rata­rata teman­temannya (rangking kelas).

Dalam dokumen Jurnal Pendidikan Riama Volume 03 No 01 (Halaman 98-102)