• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Kajian Pustaka

Kajian teori menguraikan teori-teori yang mendukung penelitian, yaitu teori budi pekerti, gamelan, nilai-nilai budi pekerti dalam instrumen gamelan, nilai-nilai budi pekerti dalam memainkan gamelan, instrumen bonang penerus, literasi, dan cergam.

2.1.1 Budi Pekerti

2.1.1.1 Pengertian Budi Pekerti

Menurut Suyami, dkk (2015: 1) budi pekerti, berasal dari kata budi dan kata pekerti. Kata budi berarti 1) alat batin yang merupakan paduan akal dan perasaan untuk menimbang baik dan buruk; 2) Tabiat; akhlak; watak; 3) perbuatan baik; kebaikan; 4) daya upaya; ikhtiar; dan 5) akal (dalam arti kecerdikan menipu atau tipu daya). Kata pekerti berarti 1) perangai; tabiat; akhlak; watak; 2) perbuatan (kurang baik), setelah dirangkai kata budi pekerti mengandung arti tingkah laku; perangai; akhlak. Menurut Suyami, dkk (2015: 2)budi pekerti dalam bahasa Sansekerta berarti, “tingkah laku atau perbuatan yang sesuai dengan akal sehat”. Perbuatan yang sesuai dengan akal sehat itu yang sesuai dengan nilai-nilai, moralitas masyarakat, maka akan menjadi tata krama di

11 dalam pergaulan warga masyarakat. Dengan demikian, budi pekerti merupakan hal yang penting dalam kehidupan manusia yang bertindak sebagai makhluk pribadi ataupun sebagai makhluk sosial. Dengan demikian budi pekerti akan tampak pada diri seseorang melalui sikap dan perilakunya. Orang berbudi pekerti baik akan selalu bersikap dan berperilaku baik, sedangkan orang yang berbudi pekerti tidak baik sikap dan perilakunya juga tidak baik. Menurut Badan Pertimbangan Pendidikan Nasional (1995: 2) budi pekerti diartikan sebagai sikap dan perilaku sehari-hari baik individu, keluarga, maupun masyarakat bangsa yang mengandung nilai-nilai yang berlaku dan dianut dalam bentuk jati diri, nilai persatuan dan kesatuan, integritas, dan kesinambungan masa depan dalam suatu sistem nilai-nilai moral, dan yang menjadi pedoman perilaku manusia Indonesia untuk bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Menurut Kurniawan (2013: 30) budi pekerti adalah watak atau tabiat khusus seseorang untuk berbuat sopan dan menghargai pihak lain yang tercermin dalam perilaku dan kehidupannya. Sementara watak merupakan keseluruhan dorongan, sikap, keputusan, kebiasaan, dan nilai moral seseorang yang baik. Budi pekerti juga mengandung watak moral yang baku dan melibatkan keputusan berdasarkan nilai-nilai hidup. Watak seseorang dapat dilihat pada perilakunya yang diatur oleh usaha dan kehendak berdasarkan hati nurani sebagai pengendali bagi penyesuaian diri dalam hidup bermasyarakat. Sedangkan menurut Zuriah (2015: 17) budi pekerti diterjemahkan sebagai moralitas. Moralitas mengandung beberapa pengertian antara lain: (a) adat istiadat, (b) sopan santun, dan (c) perilaku. Namun, pengertian budi pekerti secara hakiki adalah perilaku.

12 Dari beberapa teori di atas dapat disimpulkan bahwa budi pekerti adalah sikap dan tingkah laku manusia dalam kehidupan sehari-hari untuk berbuat sopan dan menghargai pihak lain.Budi pekerti menjadi hal penting yang harus ditanamkan kepada anak sejak dari usia dini. Penanaman tersebut dapat dilakukan melalui pendidikan budi pekerti di sekolah

2.1.1.2 Pendidikan Budi Pekerti

Menurut Zuriah (2015: 17) pendidikan budi pekerti dapat ditinjau secara konsepsional dan operasional.Pendidikan budi pekerti secara konsepsionalmencakup hal-hal sebagai berikut: 1) Usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik menjadi manusia seutuhnya yang berbudi pekerti luhur dalam segenap peranannya sekarang dan masa yang akan datang. 2) Upaya pembentukan, pengembangan, peningkatan, pemeliharaan, dan perilaku peserta didik agar mereka mau dan mampu melaksanakan tugas-tugas hidupnya secara selaras, serasi, seimbang (lahir batin, material spritual, dan individual sosial). 3) Upaya pendidikan untuk membentuk peserta didik menjadi pribadi seutuhnya yang berbudi pekerti luhur melalui kegiatan bimbingan, pembiasaan, pengajaran dan latihan serta keteladanan.

Menurut Zuriah (2015: 20) pendidikan budi pekerti secara operasional adalah upaya untuk membekali peserta didik melalui bimbingan, pengajaran, dan latihan selama pertumbuhan dan perkembangannya sebagai bekal masa depannya, agar memiliki hati nurani yang bersih, berperangi baik, serta menjaga kesusilaan dalam melaksanakan kewajiban terhadap Tuhan dan sesama makhluk. Dengan demikian, terbentuklah pribadi seutuhnya yang tercermin pada perilaku berupa

13 ucapan, perbuatan, sikap, pikiran, perasaan, kerja dan hasil karya berdasarkan nilai-nilai agama serta norma dan moral bangsa.

Pendidikan budi pekerti mempunyai sasaran kepribadian siswa, khususnya unsur karakter atau watak yang mengandung hati nurani (conscience) sebagai kesadaran diri (consciousness) untuk berbuat kebaikan (virtue) (Zuriah, 2015: 20).Pendidikan karakter adalah kualitas atau kekuatan mental atau moral, akhlak atau budi pekerti individu yang merupakan kepribadian khusus yang menjadi pendorong dan penggerak, serta membedakan dengan individu lain. Menurut Zubaedi (dalam Kurnianwan, 2013: 30) pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti plus, yang intinya merupakan program pengajaran yang bertujuan untuk mengembangkan watak dan tabiat peserta didik dengan cara menghayati nilai-nilai dan keyakinan masyarakat sebagai kekuatan moral dalam hidupnya melalui kejujuran, dapat dipercaya, disiplin, dan kerja sama yang menekankan ranah afektif (perasaan/sikap) tanpa meninggalkan ranah kognitif (berpikir rasional), dan ranah skill (keterampilan, terampil mengolah data, mengemukakan pendapat, dan kerjasama). Suyanto (dalam Kurnianwan, 2013: 31) merumuskan pendidikan karakter sebagai pendidikan budi peketi plus, yaitu yang melibatkan aspek pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), sebagai anggota masyarakat dan warga negara. Pendidikan karakter atau pendidikan budi pekerti adalah pendidikan yang membantu peserta didik memperoleh pengetahuan yang benar dan lengkap mengenai karakter; mengenai peran karakter dalam hidup pribadi, bersama orang lain, dalam komunitas, masyarakat, bangsa, dan negara; dan mendapatkan kecakapan, kemampuan, kompetensi, dan profesionalitas untuk

14 melaksanakannya dalam bidang tertentu untuk dilaksanakan dalam hidup nyata. Zubaedi (2011: 14) mengatakan pendidikan budi pekerti atau pendidikan karakter diartikan sebagai usaha kita secara sengaja dari seluruh dimensi kehidupan sekolah untuk membantu pengembangan karakter dengan optimal. Hal ini berarti bahwa untuk mendukung perkembangan karakter peserta didik harus melibatkan seluruh komponen di sekolah baik dari aspek isi kurikulum, proses pembelajaran, kualitas hubungan, penanganan mata pelajaran, pelaksanaan aktivitas ko-kurikuler, serta etos seluruh lingkungan sekolah.

Kesamaan aspek dalam pendidikan karakter dan pendidikan budi pekerti dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 2.1 Nilai Budi Pekerti dan Nilai Karakter

Nilai Budi Pekerti Nilai Karakter

Sikap Afektif

Pikiran Kognitif

Perilaku Psikomotor

Menurut Zubaedi (2011: 18) pendidikan karakter atau pendidikan budi pekerti secara perinci memiliki lima tujuan: 1) mengembangkan potensi peserta didik sebagai manusia dan warga negara yang memiliki nilai-nilai karakter bangsa. 2) mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji dan sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang religius. 3) menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didik sebagai generasi penerus bangsa. 4) mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang mandiri, kreatif, dan berwawasan kebangsaan. 5) mengembangkan

15 lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas dan persahabatan, dan dengan rasa kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan.

Pendidikan karakter atau pendidikan budi pekerti memilki tiga fungsi utama: 1) pendidikan karakter atau pendidikan budi pekerti berfungsi membentuk dan mengembangkan potensi peserta didik agar berpikiran baik, berhati baik, dan berperilaku baik sesuai dengan falsafah hidup Pancasila. 2) fungsi perbaikan dan penguatan. Pendidikan karakter atau pendidikan budi pekerti berfungsi memperbaiki dan memperkuat peran keluarga, satuan pendidikan, masyarakat, dan pemerintah untuk ikut berpartisipasi dan bertanggung jawab dalam pengembangan potensi warga negara dan pembangunan bangsa menuju bangsa yang maju, mandiri, dan sejahtera. 3) fungsi penyaringan. Pendidikan karakter atau pendidikan budi pekerti berfungsi memilah budaya bangsa sendiri dan menyaring budaya bangsa lain yang tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa yang bermartabat (Zubaedi 2011: 18).

Dari uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa pendidikan budi pekerti atau pendidikan karakter bertujuan untuk membentuk kepribadian peserta didik, khususnya karakter atau watak agar berbudi pekerti luhur.Pendidikan budi pekerti di sekolah dapat ditanamkan melalui kegiatan ekstrakurikuler gamelan.

16 2.1.2 Gamelan

Menurut Dewantara (2013: 72) kebudayaan itu sifatnya bermacam-macam. Sifat-sifat itu terdapat dan terlihat didalam perikehidupan manusia-manusia yang sudah beradab; misalnya di dalam pemerintahan negeri, adat istiadatnya, cara membuat rumah dan pakaian, dalam segala kepandaian dan perbuatan (kerajinan), dalam kesenian (musik, tari, drama, ukir-ukiran, gambaran, membuat patung, dan sebagainya). Salah satu bentuk kebudayaan dalam hal kesenian musik adalah gamelan.

Gamelan Jawa adalah kumpulan alat musik tradisional di Jawa. Kumpulan dari bagian gamelan disebut satu perangkat. Dari masing-masing gamelan ada perbedaan nama, bentuk, nada, dan cara membunyikan (menabuh). Ada yang berbentuk tabung, lingkaran, plat. Cara membunyikannya ada yang dipukul, dikebuk, digesek, ditiup, dan dipetik(Daldiri 2000: 1). Arti kata gamelan, sampai sekarang masih dalam dugaan-dugaan. Kata gamelan terjadi dari pergeseran atau perkembangan dari kata gembel. Gembel adalah alat untuk memukul. Karena cara membunyikan instrumen itu dengan cara dipukul-pukul. Barang yang sering dipukul namanya pukulan, barang yang sering diketok namanya ketokan, barang yang sering digembel namanya gembelan. Kata gembelan ini bergeser atau berkembang menjadi gamelan. Karena cara pembuatan gamelan itu adalah perunggu, besi atau kuningan yang dipukul-pukul. Dengan kata lain gamelan adalah suatu benda hasil dari benda yang digembel-gembel (Endraswara 2008: 41). Menurut Yudoyono (1984: 15)gamelan ialah sebuah pernyataan musikal berupa kumpulan alat-alat musik(bunyi-bunyian) tradisional dalam jumlah besar

17 yang terdapat (terutama) di Pulau Jawa. Gamelan yang lengkap mempunyai kira-kira 75 alat dan dapat dimainkan 30 niyaga (penabuh) dengan disertai 10 sampai 15 pesinden dan atau gerong. Semua alat tersebut dibunyikan secara bersama-sama atau sebagian saja dengan cara yang sesuai, sehingga merupakan konser atau kumpulan suara yang teratur menurut tempo dan irama tertentu. Dengan kata lain masing-masing alat mempunyai nama dan fungsinya sendiri-sendiri dan dibunyikan menurut kebutuhannya. Hasil pembunyian tersebut (secara teratur) disebut gending.

Alat-alat musik Jawa yang disebut gamelan, pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi dua bagian menurut bahan pembuatannya, yaitu kelompok alat-alat yang terbuat dari logam, dan kelompok alat-alat yang terbuat bukan dari logam. Instrumen gamelan dalam kelompok pertama terdiri atas alat-alat seperti gong, bonang barung, bonang penerus, saron demung, saron peking, slentem, ketuk, kenong, kempyang serta gender. Sedangkan kelompok kedua

antara lain terdiri atas alat-alat yang terbuat dari kayu dan kulit serta bahan lain di luar logam. Di dalamnya yaitu kendang, seruling, rebab, gambang, siter, serta ketipung. Semua yang termasuk dalam kelompok kedua ini dibunyikan untuk

tetabuhan yang halus (Yudhoyono 1984:18).

Menurut Endraswara (2008: 39) gamelan Jawa merupakan seperangkat instrumen sebagai pernyataan musikal yang sering disebut dengan istilah karawitan.Karawitan berasal dari bahasa Jawa rawit yang berarti rumit, rawit juga berarti halus, cantik, berliku-liku dan enak. Kata Jawa karawitan khususnya digunakan untuk mengacu kepada musik gamelan, musik Indonesia yang

18 bersistem nada non diatonis (dalam laras slendro dan pelog) yang garapan-garapannya menggunakan sistem notasi, warna suara, ritme, memiliki fungsi, pathet, dan aturan garap dalam bentuk sajian instrumentalia, vokalia, dan

campuran yang indah didengar.

Berdasarkan teori diatas, dapat disimpulkan bahwa gamelan Jawa adalah alat musik tradisional dari Jawa yang berasal dari Jawa. Permainan gamelan sering disebut dengan istilah karawitan. Dalam satu perangkat mempunyai bentuk dan cara membunyikannya berbeda-beda. Cara membunyikannya ada yang dipukul, dikebuk, digesek, ditiup, dan dipetik. Setiap instrumennya juga memiliki nilai-nilai budi pekerti masing-masing yang harus dipelajari oleh penabuhnya. 2.1.3 Nilai-Nilai Budi Pekerti Saat Memainkan Instrumen Gamelan

Menurut Yudoyono(1983:15) gamelan Jawa dengan kategori lengkap, terdiri dari 75 instrumen yang dapat dimainkan oleh 30 penabuh. Akan tetapi, yang biasanya dimainkan kurang lebih hanya 12 instrumen.Setiap instrumen gamelan memiliki fungsi yang berbeda-beda, sehingga dalam pembunyiannya tidak dapat dimainkan sendiri-sendiri, melainkan harus secara bersama-sama atau sebagian saja sesuai kebutuhannya. Dibawah ini akan dijelaskan 7 contoh instumen gamelan beserta karateristiknya menurut Yudhoyono(1984), antara lain:

1. Kendangmerupakan salah satu instrumen gamelan yang berbentuk seperti

Dokumen terkait