• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.7. Teori S-O-R

Teori S-O-R sebagai singkatan dari StimulusOrganismResponse ini semula berasal dari ilmu psikologi. Kalau kemudian menjadi teori komunikasi, tidak mengherankan, karena objek material dari ilmu psikologi dan ilmu komunikasi adalah sama, yaitu manusia dan jiwanya meliputi komponen – komponen : sikap, opini, perilaku, kognisi, afeksi, dan konasi (Effendy, 2003).

Menurut teori stimulus – organism - response ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Jadi unsur – unsur dalam model ini adalah :

1. Pesan (Stimulus, S)

2. Komunikan (Organism, O) 3. Efek (Response, R)

“ Pesan yang disampaikan oleh komunikator ke komunikan akan menimbulkan suatu efek yang kehadirannya terkadang tanpa disadari oleh komunikan” (Effendy, 2003 : 255).

Gambar 2.1

Model Komunikasi S-O-R (Effendy, 2003 : 255)

Stimulus atau pesan yang diterima oleh komunikan melalui media, salah satunya yaitu media televisi diterima oleh organism atau komunikan yang kemudian melambaikan response atau efek. Seperti telah dijelaskan diatas bahwa efek – efek dari penerimaan pesan yang terjadi pada komunikan antara lain mengubah opini, kognisi, afeksi, dan konasi.

Stimulus

(Pesan atau informasi)

Organism

(Komunikan)

Response

Stimulus atau pesan yang disampaikan kepada komunikan mungkin diterima atau ditolak. Komunikasi berlangsung jika ada perhatian dari komunikan. Proses berikutnya komunikan mengerti. Kemampuan komunikan inilah yang kemudian melanjutkan proses berikutnya. Setelah komunikan mengolahnya dan menerimanya, maka terjadilah kesediaan komunikan untuk mengubah sikap. (Effendy,2003)

Maka sesuai dengan teori yang telah dijelaskan diatas, stimulus dalam penelitian ini adalah program berita di televisi yang menyampaikan pesan mengenai pemberitaan Rancangan Peraturan Menteri Konten Multimedia meresahkan masyrakat indonesia yang menggunakan internet selama ini untuk melakukan komunikasi melalui E-mail, Facebook, Twitter, blogger serta media internet lainnya. Organism dalam penelitian ini adalah remaja surabaya yang berusia 15 – 24 tahun, sedangkan response yang akan diteliti pada penelitian ini adalah efek kognitif yang mengalami perubahan kognisi atau pengetahuan komunikan mengenai suatu pesan.

2.8 Teori Sikap

Teori sikap (Standpoint Theory) memberikan kerangka untuk memahami sistem kekuasaan. Kerangka ini dibangun atas dasar pengetahuan yang dihasilkan dari kehidupan sehari-hari orang, mengakui bahwa individu-individu adalah konsumen aktif dari realitas mereka sendiri dan bahwa perspektif individu-individu itu sendiri merupakan sumber informasi yang paling penting mengenai pengalaman mereka (West and Turner 2008 : 178). Konsep utama dari teori ini,

sikap (standpoint) adalah posisi yang dicapai berdasarkan lokasi sosial yang memberikan suatu aspek interpretatif pada kehidupan seseorang (West and Turner 2008 : 184).

Teori ini mengklaim bahwa pengalaman, pengetahuan, dan perilaku komunikasi orang dibentuk sebagian besarnya oleh kelompok sosial, kesamaan latar belakang, atau kesamaan nasib. Sikap menunjuk pada permasalahan dalam tatanan sosial dan juga menyiratkan cara-cara baru untuk mengatur kehidupan sosial sehingga menjadi setara dan adil. Dalam hal ini teori sikap termasuk dalam kelompok teori yang disebut sebagai teori sikap.

Teori sikap memiliki beberapa asumsi dari beberapa ahli. Salah satunya adalah asumsi epistemologis dan ontologis dari pendekatan sikap menyiratkan bahwa baik yang layak untuk dipelajari dan bagaimana mempelajarinya. Adapun asumsi epistemologis dan ontologisnya adalah :

1. Pengetahuan bukan konsep yang objektif melainkan dibentuk secara subjektif oleh yang mengetahuinya. Pendekatan terhadap mengetahui yang berbeda dengan apa yang ditunjukkan oleh keyakinan dalam kebenaran objektif.

2. Perbedaan lokasi sosial yang membentuk persepsi dan pengalaman berbeda meskipun mempunyai latar belakang yang sama.

3. Teori sikap menyingkirkan sikap yang dominant dengan sikap yang berasal dari luar mainstream budaya. Dalam memulai pemikiran dari perspektif kehidupan.

4. Membicarakan pengalaman dan kemudian menginterpretasikan. Teori sikap berusaha untuk memahami pengaruh yang ditimbulkan oleh lokasi tertentu terhadap pandangan urang terhadap dunia dan komunikasi mereka.

Dengan menggunakan teori sikap mampu mengilustrasikan kesentralan komunikasi baik dalam membentuk dan menyalurkan sikap. Selain itu teori ini menunjuk pada kegunaan komunikasi sebagai alat dalam mengubah status quo

dab menghasilkan perubahan. Konsep suara, mengungkap pendapat, dan berbicara bagi orang lain merupakan hal penting dalam teori sikap dan epistemologi sikap dan semuanya adalah konsep-konsep yang berakar pada komunikasi.

Teori sikap menunjukkan cara lain dalam memandang posisi, pengalaman, dan komunikasi yang relatif dari berbagai kelompok sosial. Teori ini memiliki kecondongan politis dan kritis yang jelas dan teori ini menunjukkan kekuasaan dalam kehidupan sosial. Teori sikap menunjukkan perbedaan dalam perilaku komunikasi dari kelompok-kelompok sosial yang berbeda (West and Turner 2008 : 191).

2.9 Kerangka berpikir

Dalam penelitian ini yang diteliti adalah pemberitaan di televisi tentang Rancangan Peraturan Menteri Konten Multimedia mempengaruhi pola konsumtif remaja terhadap penggunaan internet di Surabaya. Adapun kerangka berpikirnya sebagai berikut :

Remaja mendapat terpaan dari pemberitaan televisi tentang Rancangan Peraturan Menteri Konten Multimedia. Sebelum adanya pemberitaan ini remaja

tidak ada masalah dalam menggunakan internet untuk berkomunikasi dan berapresiasi. Bahkan internet merupakan salah satu alat bantu berapresiasi dan berkomunikasi ke semua penjuru dunia bagi remaja pengguna internet. Tapi setelah televisi mempublikasikan tentang Rancangan Peraturan Menteri Konten Multimedia. Pemberitaan di televisi tentang Rancangan Peraturan Menteri Konten Multimedia membuat remaja Surabaya cemas akan kebebasan berapresiasi, berkomunikasi, dan pendapat mereka.

Rancangan Peraturan Menteri Konten Multimedia adalah suatu rancangan Menteri Komunikasi dan Informasi yang akan di keluarkan untuk melindungi kepentingan umum dari gangguan sebagai akibat penyalahgunaan informasi elektronik, dokumen elektronik dan transaksi elektronik yang mengganggu ketertiban umum. Namun, Rancangan Peraturan Menteri tentang Konten Multimedia yang menjadi ide dari Menteri Komunikasi dan Informasi, dinilai sebagai satu dilema besar atas kebebasan publik dalam penggunaan Internet yang kemudian akan membawa perubahan yang cukup signifikan terhadap kecemasan remaja dalam penggunaan internet.

Secara sistematis, kerangka berpikir dari penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.2

Bagan kerangka berpikir diatas menggambarkan hubungan terpaan pemberitaan di televisi dengan sikap remaja di Surabaya terhadap pemberitaan mengenai Rancangan Peraturan Menteri tentang Konten Multimedia di Televisi tentang penggunaan internet. Terpaan pemberitaan Televisi Rancangan Peraturan Menteri Remaja Surabaya a.Perhatian b.Pengertian c.Penerimaan Respone Positif Netral Negatif

27 BAB III

METODE PENELITIAN

Dokumen terkait