• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KONSEP, TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

2.2 Kajian Teoretis

Kognitivisme merupakan bagian dari linguistik yang berdasar pada pandangan tradisional tentang arah hubungan sebab akibat antara bahasa dan pikiran (Lyons 1995: 97) dikutip dari (tanggal 21-03-2013 pukul 14.25). Dapat dikatakan bahwa semantik kognitif merupakan istilah yang mengacu pada studi tentang makna yang dikaitkan dengan pikiran manusia sebagai pengguna bahasa.

Semantik (Inggris: semantic) berasal dari bahasa Yunani sema (kata benda) yang bermakna “tanda” “atau lambang”. Para ahli bahasa memberikan pengertian semantik sebagai cabang ilmu bahasa yang mempelajari hubungan antara tanda-tanda linguistik atau tanda-tanda lingual dengan hal-hal yang ditandainya (makna) (lihat Hikmah, 2011:33). Chaer (1995:2) mengatakan “ semantik adalah sebagai ilmu tentang makna atau tentang arti, yaitu salah satu dari tiga tatanan analisis bahasa: fonologi, gramatika, dan semantik.” Dari pengertian di atas, semantik adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara tanda lingustik dengan hal yang ditandainya atau ilmu yang mempelajari makna atau arti dalam setiap bahasa atau kalimat yang diucapkan oleh manusia.

Dalam tesis ini, semantik yang berhubungan erat dengan eufemisme Bahasa Melayu Langkat diteliti maknanya. Karena semantik kognitif membahas makna kata atau kalimat berdasarkan pada pikiran manusia. Eufemisme berhubungan dengan ungkapan kata atau kalimat, sehingga eufemisme tidak dapat dipisahkan dengan semantik kognitif karena terdapat struktur kognitif dalam eufemisme. Makna eufemisme akan didapat setelah melalui penafsiran terhadap suatu ujaran yang diucapkan. Berdasarkan penjelasan ini dapat disimpulkan bahwa semantik adalah subdisiplin linguistik yang membicarakan makna. Dengan kata lain semantik berobjekkan makna.

Penganut semantik kognitif berpendapat bahwa kita tidak memiliki akses langsung terhadap realitas, dan oleh karena itu, realitas sebagaimana tercermin dalam bahasa merupakan produk pikiran manusia berdasarkan

pengalaman dan tingkah laku mereka yang berkembang. Makna juga merupakan struktur konseptual yang konvensionalisasi. Menurut penganut semantik kognitif proses konseptualisasi sangat dipengaruhi oleh metafora sebagai cara manusia dalam memahami dan membicarakan dunia. Semantik kognitif menguraikan makna dengan berpadukan kepada sistem kognitif menyamakan makna dengan konsep.

2.2.2 Eufemisme

Untuk menjawab masalah penelitian ini digunakan teori eufemisme yang dikemukakan oleh Allan dan Burridge, dalam buku mereka yang berjudul Euphemism and Dysphemism, Language Used as Shield and Weapon

(1991: 14). Allan dan Burridge menjelaskan eufemisme sebagai berikut:

In short Euphemism are alternatives to disprefered, and are used in order to avoid possible loss of face. The disprefered expression may be taboo, fearsome, distasteful or for some other reason have too many negative connotations to felicitously execute speaker’s communicative intention on given occasion.

Berdasarkan pernyataan di atas dapat dipahami bahwa eufemisme adalah cara lain dalam mengungkapkan sesuatu yang tidak berkenan dan digunakan untuk menghindari rasa malu. Bentuk ungkapan yang tidak berkenan itu dapat berupa tabu, rasa takut, tidak disenangi, atau alasan lain yang berkonotasi negatif untuk dipergunakan dengan tujuan berkomunikasi oleh penutur dalam situasi tertentu. Selain teori yang disampaikan oleh Allan dan Burridge, beberapa pendapat dari para ahli tentang eufemisme dikemukakan sebagai berikut:

1. Eufemisme berasal dari kata Yunani, eu yang berarti bagus dan phemeoo yang berarti berbicara. Eufemisme adalah semacam acuan berupa ungkapan yang tidak menyinggung perasaan orang atau ungkapan- ungkapan yang mungkin dirasakan menghina, menyinggung perasaan atau menyugesti sesuatu yang tidak menyenangkan.

Contoh : Para pahlawan telah gugur di medan juang (mati) Maaf saya hendak ke belakang sebentar (ke toilet)

Wanita itu adalah teman hidupnya selama ini (istri) (Keraf, 996:132).

2. Eufemisme atau eufemia adalah suatu gejala bahasa yang bersifat memperhalus atau mempersopan. Kata tertentu diganti dengan kata lain yang dianggap lebih mengacu kepada makna kata yang lebih halus atau sopan (Badudu, 1991:96).

3. Eufemisme adalah pemakaian kata atau bentuk lain untuk menghindari bentuk larangan atau tabu (Kridalaksana, 1982:42).

4. Eufemisme kata atau frasa yang menggantikan satu kata tabu atau yang digunakan sebagai upaya menghindari hal-hal yang menakutkan dan kurang menyenangkan (Fromkin dan Rodman dalam Ohuiwuton, 1997: 96).

Penggunaan eufemisme lazim dipakai dalam komunikasi sehari-hari oleh masyarakat Melayu Langkat. Eufemisme juga kerap digunakan pada upacara adat, baik dalam tuturan, pepatah, maupun pantun. (Sutarno dalam Faridah: 2002) membagi tiga jenis eufemisme, yakni kategori baik, buruk, dan memanifulasi kenyataan.

Eufemisme berkategori baik, berhubungan dengan sopan-santun, misalnya, untuk menyatakan orang cerdik-pandai, digunakan tuturan, kami dengar datuk orang arif orang bijaksana , tahu dikias diumpama. Ungkapan ini biasanya digunakan pada acara adat perkawinan masyarakat Melayu Langkat, mungkin juga dipakai daerah lain. Eufemisme berkategori buruk yaitu eufemisme yang memanipulasi makna sebenarnya dan bersifat politis. Contoh :

rakyat miskin rakyat prasejahtera rakyat kelaparan rakyat rawan pangan

Kategori yang ketiga yaitu, manipulasi kenyataan. Contoh orang yang mencuri uang negara dengan jumlah yang sangat banyak, tidak disebut pencuri atau perampok tetapi disebut koruptor.

Berdasarkan uraian di atas penggunaan eufemisme pada upacara adat Melayu Langkat sesuai dengan teori para ahli eufemisme, yaitu untuk memperhalus bahasa dan menghindari kata yang tidak sopan. Penggunaan eufemisme pada upacara adat Melayu Langkat, apabila merujuk pendapat Sutarno dikategorikan sebagai eufemisme baik.

Pada pembahasan di awal telah disinggung beberapa pengertian eufemisme berdasarkan beberapa ahli. Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa eufemisme adalah perkataan yang baik yang dapat menyenangkan orang lain dan memberi kesan santun, tidak terdengar kasar. Penggunaan eufemisme sendiri sesungguhnya untuk menghindari tabu atau tidak santun. Memang kerap terjadi kerancuan di masyarakat berkaitan batasan tentang tabu itu sendiri. Di satu komunitas masyarakat sebuah kata bisa

dianggap tidak sopan atau tabu, namun di masyarakat lain, kata itu bisa tidak memiliki makna tabu. Namun, kebanyakan kata yang berbau seks atau bagian anggota tubuh yang biasanya ditutupi dianggap tabu bila diucapkan di tempat umum.

Eufemisme belum tentu untuk menggantikan kata yang bermakna tabu. Namun, eufemisme lebih berhubungan dengan konsep budaya yang dianut oleh sekelompok masyarakat. Allan dan Burridge (1991:12) membagi eufemisme ke dalam hal- hal berikut:

1. bagian tubuh (body parts);

2. fungsi tubuh (bodily function); 3. seks (sex); 4. ketidakberterimaan (Disapproval); 5. kemarahan (anger); 6. kebencian ( hate); 7. penyakit (desease); 8. kematian (death); 9. ketakutan (fear);

10.ihwal Tuhan (God);

11.nafsu (lust).

2.2.3 Tipe Eufemisme

Allan dan Burridge (1991:14), memberikan beberapa tipe eufemisme, sebagai berikut.

NO TIPE EUFEMISME CONTOH 1 ungkapan figuratif (figurative

expressions)

B.Ing : Go to the happy hunting Grounds = (mean) die

B.Ind : ’Pergi ke tanah perkuburan yang menyenangkan =(bermakna wafat’

2 metapora (metaphor) B.Ing : The miraculous pitcher that holds water with the mouth downwards = vagina

B.Ind : ‘Tempat air yang menakjupkan dengan mulutnya menghadap ke bawah = kemaluan wanita’

3 plipansi (Flippancy) B.Ing : Kick the bucket = die

B.Ind : ‘Menendang ember = meninggal’

4 memodelkan kembali

(remodeling)

B.Ing : Basket = bastard

B.Ind : ‘Keranjang = bajingan’ 5 sirkumlokasi (circumlocutions) B.Ing : Solid human waste = feces.

B.Ind : ‘Kotoran manusia padat = tahi’ 6 memendekkan (clipping) B.Ing : jeeze = jesus

7 akronim (Acronyms) B.Ing : snafu = normal situation

B.Ind : ‘situasi normal’ 8 singkatan (abbreviations) B.Ing : S.O.B = son of a bitch

B.Ind : anak pelacur

9 pelesapan (omission) B.Ing : I need to go = to the lavatory

B.Ind : ‘Saya mau pergi = ke kamar kecil’

10 satu kata menggantikan kata yang lain (one for substitutions)

B.Ing : bottom = ass

B.Ind : dasar = pantat 11 umum ke khusus (general for

specific)

B.Ing : Go to bed = fuck

B.Ind : Pergi tidur = bercinta 12 sebagian untuk keseluruhan (a

part for whole)

B.Ing : spend a penny = go to the lavatory

B.Ind : ‘Menghabiskan uang satu sen = ke kamar kecil’

13 melebih-lebihkan (hyperbole) B.Ing : Personal assistant to the Secretary = cook

B.Ind : ’Pembantu pribadi sekretaris = Koki’

4 makna di luar pernyataan

(understatement)

B.Ing : genital, bulogate = thing

B.Ind : bisa apa saja seperti alat kelamin, kasus = sesuatu

15 Jargon B.Ing : Feces = shit

B.Ind :’ Kotoran (istilah medis)= tahi’

16 kolokial (colloquial) B.Ing : Period = menstruation

B.Ind : Periode = ‘menstruasi’

Berikut ini contoh penggunaan eufemisme yang terdapat pada tuturan masyarakat Melayu di Kabupaten Langkat.

1. Terimalah jike ade lelaki yang ingin mengambilmu sebagai teman hidup!

2. Berape tebal amplop engko siapkan untuk test PNS?

Berdasarkan data di atas, dapat disimpulkan bahwa, kata teman hidup

bermakna perempuan yang telah dinikahi oleh lelaki. Teman hidup ini digunakan untuk memperhalus kata yang bermakna istri atau bini. Kata

amplop bermakna tempat atau kemasan untuk di isi surat atau uang untuk dikirim kepada orang lain. Kata amplop pada kalimat di atas, digunakan untuk memperhalus makna kata yang maksudnya sebagaiuang suap”. Kata

teman hidup dan amplop di atasmerupakan bentuk eufemisme yang tergolong dalam tipe satu kata menggantikan kata lain (one for substitution).

Eufemisme dalam masyarakat fungsi utamanya adalah untuk menghindari tabu atau tidak santun pada saat berkomunikasi. Tabu adalah suatu bentuk larangan yang tidak tertulis, untuk tidak menggunakan kata tertentu yang dianggap tidak pantas di tengah-tengah masyarakat. Kata yang termasuk tabu biasanya sesuatu yang berbau seks, yang berhubungan dengan bagian tubuh yang harus ditutupi, menujukkan sesusatu yang menjijikkan, kotor atau kasar. Kebiasaan masyarakat Melayu dalam menyampaikan sesuatu yang berhubungan dengan rasa suka, benci, kaya, pintar, dan penyakit, juga tidak disampaikan secara terus terang, tetapi menggunakan kata kiasan untuk menghindari tabu.

2.2.4 Kerangka Teori yang Digunakan

Penelitian ini berpijak pada kajian semantik kognitif. Semantik kognitif membahas makna kata atau kalimat berdasarkan pikiran manusia. Eufemisme merupakan bagian dari semantik kognitif karena makna eufemisme didapat setelah melalui penafsiran terhadap suatu ujaran sehingga eufemisme tidak dapat dipisahkan dengan semantik kognitif.

Teori eufemisme dipakai untuk menentukan jenis tipe eufemisme yang terkandung dalam isi ungkapan pada upacara adat perkawinan masyarakat Melayu Langkat. Pendekatan kajian eufemisme memberi sumbangan terhadap kajian kearifan lokal pada upacara adat perkawinan Masyarakat Melayu Langkat.

2.3. Tinjauan Pustaka

Dokumen terkait