• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.4 Makna Eufemisme

Makna dapat dibedakan atas dua kemungkinan yaitu makna leksikal dan makna gramatikal. Makna leksikal adalah makna leksikon/leksen atau kata yang berdiri sendiri, tidak berada dalam konteks, atau terlepas dari konteks. 27

28

29

Umur baru setahun jagung

Darah baru setumpuk pinang

Coba engkau lihat rumpun padi kian berisi kian runduk ke bumi tak bosan berbakti kepada insane

Umur baru setahun jagung

Darah baru setumpuk pinang

Coba engkau lihat rumpun padi kian berisi kian runduk ke bumi tidak bosan berbakti kepada insan

Metafora (metaphor)

Metafora (metaphor)

Sirkumlokasi

Ada juga yang mengatakan bahwa makna leksikal adalah makna yang sesuai dalam kamus. Makna leksikal merupakan makna yang yang timbul karena peristiwa gramatikal. Makna gramatikal itu dikenali dalam kaitannya dengan unsur yang lain dalam satuan gramatikal. Jika satuan yang lain itu merupakan konteks, makna gramatikal itu disebut juga makna kontekstual. Dalam konteks itu, kata ke belakang, misalnya, tidak lagi bermakna “pergi kebelakang,” tetapi dapat berarti pergi untuk membuang air besar atau kecil. Makna gramatikal tidak hanya berlaku bagi kata atau unsur leksikal, tetapi juga morfem. Makna gramatikal juga dapat berupa hubungan semantis antar unsur.

Makna denotatif dan makna konotatif, makna denotatif adalah makna dasar suatu kata atau bahasa yang tidak memiliki dari nilai rasa. Makna konotatif adalah makna kata yang memiliki makna tambahan, makna yang memiliki nilai rasa. Makna eufemisme termasuk kedalam bentuk makna konotasi karena memiliki nilai rasa. Nilai rasa tersebut bermacam-macam, negatif, bersifat halus, atau bersifat kasar. Dua buah kata atau lebih memiliki makna denotatif yang sama. Perbedaannya terletak pada makna konotatifnya. Kata wafat dan tewas misalnya, memiliki makna denotatif yang sama, yakni “meninggal dunia”. Kedua kata itu berbeda makna konotatifnya. Kata wafat berkonotasi baik atau hormat sedangkan kata tewas berkonotasi kasar. Sebuah kata dapat digunakan secara lugas dan dapat pula digunakan secara kias. Dengan kata lain, sebuah kata dapat memiliki makna lugas dan memiliki makna kias. Makna kias timbul karena ada hubungan kemiripan atau persamaan. Seorang yang gemar berdusta dan senang memperdaya orang lain disebut sebagai “ular” karena kata-katanya dianggap racun yang berbisa dan sifatnya yang licin pandai berkelit. Pada penjelasan ini terdapat

penanda linguistik (pemarkah linguistik) yang dijadikan bukti atau alasan mengapa suatu ungkapan dikelompokan dalam bentuk tipe eufemisme tertentu.

5.4.1 Eufemisme Tipe dan Makna Figuratif Pada Upacara Perkawinan adat Melayu Langkat

Ungkapan figuratif adalah cara berkomunikasi dengan mengunakan kata ibarat, laksana, bagaikan sebagai perlambang atau kiasan dalam menyampaikan pesan atau maksud kepada orang lain. Ungkapan atau bahasa figuratif merupakan penyimpangan dari bahasa kita sehari-hari atau bahasa standar untuk memperoleh efek tertentu. Sebagai contoh frasa ibarat kucing dan anjing tidak dimaknai sebagai dua ekor hewan yang sering dijadikan sebagai hewan peliharaan. Ibarat kucing dan anjing tidak dimaknai sebagai hewan berjenis karnivora atau hewan pemakan daging, tetapi frasa tersebut bermakna dua orang yang suka bertengkar satu sama lain yang tidak pernah hidup akur atau selalu bertikai.

Berikut ini disajikan tabel yang berisi ungkapan figuratif yang ditemukan dalam serangkaian upacara adat perkawinan Masyarakat Melayu Langkat.

No Ungkapan dalam Bahasa

Melayu Bahasa Indonesia Makna

1 Laksana taman bertabur Bunga

Laksana taman ber tabur bunga

tempat yang indah

2 Ibarat kaji sudah berkhatam

Ibarat kaji sudah berkhatam

Acara sudah rampung dilaksanakan

Berikut ini adalah penjelasan secara terperinci tentang makna eufemisme yang terkandung dalam tipe yang terdapat dalam upaca adat perkawinan masyarakat Melayu Langkat.

1. Laksana taman bertabur bunga. Taman berarti tempat yang sejuk, hijau dan penuh dengan aneka tanaman. Sedang bertabur bunga menyatakan makna penuh dengan berbagai jenis bunga. Jadi maksud ungkapan ini bermakna tempat yang sangat indah. Tempat yang diinginkan oleh banyak orang. Diharapkan rumah tangga yang dibina kelak akan seperti ungkapan Laksana taman bertabur bunga. Ungkapan di atas menggunakan pemarkah linguistik

‘laksana’ sehingga ungkapan tersebut dikategorikan sebagai bentuk figuratif.

2. Ibarat kaji sudah khatam. Kaji merupakan kegiatan menyelidiki sesuatu. Kaji diartikan juga sebagai belajar di bidang agama. Khatam diartikan tamat atau selesai. Ungkapan Ibarat kaji sudah khatam menggambarkan sebagai kegiatan menuntut ilmu atau menyelidiki sesuatu hingga sampai selesai atau tuntas. Secara metafosis ungkapan di tersebut bermakna bahwa kegiatan atau upacara yang berlangsung sudah selesai atau tuntas dilaksanakan. Penanda linguistik pada ungkapan di atas terdapat pada kata ‘ibarat’ sehingga ungkapan tersebut digolongkan dalam bentuk figuratif.

3. Pengantin bersanding bagaikan raja. Pengantin bersanding bermakna 3 Pengantin bersanding bagaikan raja Pengantin bersanding bagaikan raja Sepasang pengantin yang tampak gagah dan anggun duduk di pelaminan

keduanya, bersanding berarti berdampingan, maksudnya bahwa pengantin akan selalu berusaha untuk tetap menjadi pendamping yang setia bagi pasangan hidupnya. Pada ungkapan Pengantin bersanding bagaikan raja,

terdapat kata ‘bagaikan’ yang merupakan penanda linguistik (pemarkah inguistik) untuk mengelompokan ungkapan tersebut sebagai bentuk figurative.

5.4.2 Eufemisme Tipe Satu Menggantikan Yang Lain (One For Substitution) Pada Upacara Adat Perkawinan Masyarakat Melayu Laangkat

Satu menggantikan yang lain berfungsi untuk memberikan alternatif lain dalam menyampaikan ungkapan. Satu menggantikan yang lainnya mencakup satu kata mengganti kata yang lain, satu frasa mengganti frasa yang lain, satu ungkapan mengganti ungkapan yang lain atau satu kalimat mengganti kalimat yang lain. Ungkapan dengan menggunakan kata lain tersebut banyak ditemukan pada upacara adat perkawinan Masyarakat Melayu Langkat.

Di bawah ini disajikan ungkapan tersebut yang ditemukan dalam serangkaian upacara adat perkawianan Masyarakat Melayu Langkat dalam bentuk tabel.

Tabel 5.9 Satu menggantikan Yang Lain (One For Substitution)

No Ungkapan Bahasa Indonesia Makna

1 Supaya lekas mempelai kami duduk di pelaminan

Pengantin Pasangan pengantin baru

2 Dimana arah boleh disingkap

Dimana arah dapat disingkap

Kemana arah yang akan dituju

3 Inilah kunci due serangkap Inilah kunci dua serangkap

Syarat adat atau uang untuk hempang pintu

4 Hutang syarak sudah selesai

Hutang syarah sudah selesai

Janji yang berkaitan dengan agama telah terpenuhi

5 Sudah dibilas pula dengan do‘a

Sudah dibilas pula dengan do‘a

Ditutup atau disempurna- kan dengan do’a

6 Hutang tak boleh dianjak- anjak

Hutang tidak boleh ditunda-tunda

Janji tidak boleh ditunda

7 Untuk di persandingkan Untuk dipersandingkan

Untuk dinikahkan

8 Selesailah sudah hutang kami

Selesailah sudah hutang kami

Janji telah ditunaikan

1. Supaya lekas mempelai kami duduk di pelaminan. Kata mempelai bermakna orang yang sedang melangsungkan perkawinan atau sedang menjadi pengantin. Pengantin laki-laki disebut sebagai mempelai pria sedangkan pengantin laki-laki disebut sebagai mempelai wanita. Mempelai merupakan pemarkah linguistik satu kata menggantikan kata yang lain (one for substitution) karena kata tersebut berdekatan maknanya dengan kata pengantin.

2. Dimane arah boleh disingkap.Makna ungkapan ini adalah kemana arah akan ditempuh. Maksudnya menggambarkan apa yang akan menjadi proyeksi atau cita-cita bagi pasangan pengantin untuk masa yang akan datang, demi kelangsungan dan kesejahteraan kehidupan rumah tangga mereka. ‘Arah’

merupakan pemarkah lingustik untuk satu kata menggantikan kata yang lain (one for substitution). Kata ‘arah’ dalam ungkapan ini berdekatan maknanya dengan kata ‘tujuan’.

3. Inilah kunci due serangkap. Ungkapan ini menyatakan syarat yang akan diserahkan. Syarat merupakan kunci apakah sebuah apacara perkawinan dapat dilaksanakan atau tidak. Upacara perkawinan hanya dapat dilaksanakan apabila kesepakatan yang menjadi syarat adat telah terpenuhi oleh pihak keluarga pengantin laki-laki. Syarat ini biasanya kewajiban-kewajiban yang harus ditanggung atau dibebankan kepada pihak keluarga pengantin laki-laki sebelum upacara perkawinan dilaksanakan. Kunci due serangkap merupakan penanda linguistik untuk satu kata menggantikan kata yang lain (one for substitution). Kunci due serangkap digunakan untuk menggantikan kata syarat(uang).

4. Hutang syarak sudah selesai. Ungkapan ini bermakna janji telah ditepati. Maksudnya adalah bahwa janji yang dulu diucapkan pada saat meminang pada hari ini telah ditepati, dengan dilangsungkan perkawinan sesuai dengan hukum agama dan adat. Hutang merupakan kata lain untuk menggantikan kata janji,

sehingga hutang menjadi penanda linguistik untuk satu kata menggantikan kata yang lain (one for substitution).

5. Sudah dibilas pula dengan do‘a. Bilas atau dibilas bermakna dicuci. Bilas merupakan tahap akhir dalam mencuci. Ungkapan ini bermakna bahwa upacara telah sampai pada ujung acara, dengan ditutup atau diakhiri dengan do’a untuk mohon keridhoan Allah S.W.T. Kata bilas pada ungkapan di atas merupakan penanda linguistik sebab kata bilas digunakan untuk mengganti kata ditutup atau diakhiri

6. Hutang tak boleh dianjak-anjak. Ungkapan ini bermakna bahwa janji tidak boleh ditunda-tunda. Janji yang sudah menjadi kesepakatan baiknya dilaksanakan segera. Begitu juga janji yang telah disampaikan oleh calon pengantin untuk segea dilaksanakan agar tidak ada perhitungan dibelakang hari. Hutang merupakan penanda linguistik yang menyebabkan ungkapan tersebut tergolong dalam bentuk satu kata menggantikan kata yang lain (one for substitution).

7. Untuk di persandingkan. Di persandingkan berarti di dudukan secara berdampingan. Makna dari ungkapan ini adalah kedua pengantin dinikahkan dan disandingkan atau didudukan secara berdampingan di pelaminan.

Dipersandingkan dilakukan untuk disaksikan khalayak ramai sebagai pengumuman bahwa mereka sudah resmi menjadi suami istri. Kata

dipersandingkan adalah ungkapan yang digunakan untuk menggantikan kata didudukan setelah dinikahkan, sehingga ungkapan tersebut dikelompokan dalam bentuk satu kata menggantikan kata yang lain (one for substitution).

8. Selesailah sudah hutang kami. Ungkapan ini bermakna bahwa sama dengan butir ke 4, yaitu janji yang telah ditepati. Kata hutang merupakan penanda linguistik untuk menggantikan satu kata dengan kata yang lain (one for substitution).

5.4.3 Eufemisme Tipe Sirkumlokasi (Circumlocutions) Pada Upacara Adat Perkawinan Masyarakat Melayu Langkat

Sirkumlokasi (Circumlocutions) merupakan ungkapan yang dianggap terlalu bertele-tele atau ungkapan yang menggunakan banyak kata, berputar- putar dalam menyampaikan maksud yang ingin disampaikan. Sirkumlokasi adalah ungkapan yang tidak berterus terang dengan maksud untuk memperhalus makna kata.

Berikut ini disajikan tabel yang berisi ungkapan yang menggunakan sirkumlokasi dalam pacara adat perkawinan Masyarakat Melayu Langkat.

Tabel 5.10 Ungkapan yang Berkategori Sirkumlokasi Pada Rangkaian Upacara Adat Perkawinan Masyarakat Melayu Langkat

1 Atas berkenan Bapak- bapak/ Ibu-ibu/Tuan-tuan dan Puan-puan yang telah datang meringankan langkah memenuhi jemputan majelis ini. Atas berkenanan Bapak/bapak/Ibu-ibu/ Tuan-tuan dan nona yang telah datang meringankan langkah memenuhi undangan majelis ini

Ucapan terima kasih telah bersedia hadir

2 Sudah berlangsung akad dan nikah

Sudah berlangsung akad dan nikah

Pernikahan telah dilaksanakan

3 Sekejab lagi kami akan memohon diri

Sekejab lagi kami akan memohon diri

Tidak lama lagi permisi

4 Coba engkau lihat rumpun padi kian berisi kian runduk ke bumi tak bosan berbakti kepada insane

Coba engkau lihat rumpun padi kian berisi kian runduk ke bumi tidak bosan berbakti kepada insan

Semakin berilmu tidak sombong dan bermanfaat bagi orang lain

1. Atas bekenan Bapak-bapak/Ibu-ibu/Tuan-tuan dan Puan-puan yang telah datang meringankan langkah memenuhi jemputan majelis ini. Maksud ungkapan tersebut bermakna ucapan terima kasih atas kehadiran para tamu atau undangan serta rombongan dari pihak keluarga pengantin laki- laki maupun pihak keluarga pengantin perempuan. Kata atau ungkapan

bapak-bapak/ibu-ibu/tuan-tuan dan puan-puan dan meringankan langkah merupakan penanda linguistik sirkumlokasi karena pada ungkapan tersebut menggunakan banyak kata yang mubajir, bertele-tele, dan tidak langsung ke pokok permasalahan.

2. Sudah berlangsung akad dan nikah. Ungkapan ini berarti bahwa pernikahan telah selesai dilaksanakan. Kedua pasangan pengantin telah sah menurut hukum agama dan hukum adat masyarakat. Ungkapan tersebut termasuk berkategori sirkumlokasi karena Sudah berlangsung akad dan nikah dapat disampaikan dengan singkat dengan menggunakan ungkapan pernikahan sudah dilaksanakan.

3. Sekejab lagi kami akan memohon diri. Ungkpan ini bermakna bahwa tidak lama lagi rombongan keluarga pengantin laki-laki yang mengantarkan pengantin laki-laki akan segera permisi untuk pulang ke rumah masing-masing. Kata sekejab lagi dan kata akan pada ungkapan tersebut memiliki maksud yang sama sehingga ungkapan ini termasuk ke dalam bentuk sirkumlokasi karena menggunakan banyak kata atau bertele-tele dalam menyampaikan maksudnya.

4. Coba engkau lihat rumpun padi kian berisi kian runduk ke bumi tak bosan berbakti kepada insane. Ungkapan pernyataan ini bermaksud menasihati kepada kedua pengantin untuk hidup bersahaja, dengan tetap berusaha selalu berbuat baik untuk keluarga dan lingkungannya. Menjauhkan diri dari sifat sombong walau kelak menjadi orang yang terpandang di masyarakat. Ungkapan kian berisi kian runduk ke bumi menggunakan pengulangan kata

kian yang merupakan penanda linguistik sehingga ungkapan tersebut digolongkan sebagai sirkumlokasi.

5.4.4 Eufemisme Tipe Hiperbola (Hyperbole) Pada Upacara Adat Melayu Langkat

Suatu ungkapan dikategorikan sebagai hiperbola apabila makna kata atau kalimat dirasa berlebih-lebihan atau terlalu dibesar-besarkan dari makna yang sebenarnaya. Pada rangkaian upacara adat perkawinan Masyarakat Melayu Langkat ditemukan beberapa ungkapan yang dikelompokan sebagai hiperbola.

Berikut ini disajikan tabel ungkapan yang berkategori hiperbola pada upacara adat tersebut.

Tabel 5.11. Hiperbola Pada Upacara Adat Perkawinan Masyarakat Melayu Langkat

No Ungkapan Bahasa Indonesia Makna

1 Kagum melihat kain terbentang

Kagum melihat kain terbentang

Menyindir tuan rumah, atas adanya hambatan yang dialami

rombongan mempelai laki-laki untuk masuk ke rumah pihak mempelai wanita 2 Kami terima dengan muka

yang jernih kami sambut dengan hati yang suci kami tunggu dengan dada yang lapang.

Kami terima dengan muka yang jernih

kami sambut dengan hati yang suci

kami tunggu dengan dada yang lapang.

Rasa senang dan iklas atas kehadiran para tamu atau undangan 3 Ke atas tercium harum langit Ke atas tercium harum langit Menyatakan bahwa acara sudah sampai ke penghujung acara

4 Ke bawah tampak kerak bumi

Ke bawah tampak kerak bumi

Menyatakan bahwa acara sudah sampai ke penghujung acara 5 Yang ruas sampai ke

buku

Yang ruas sampai ke buku

Menyatakan bahwa acara sudah sampai ke penghujung acara

6 Terima kasih yang tiada Hingganya

Terima kasih yang tiada terhingga

Ungkapan rasa sangat berterima kasih

1. Kagum melihat kain terbentang. Ungkapan pada pernyataan diatas bermakna menyindir. Kagum pada konteks ini dimaksudkan agar para penghempang pintu dapat segera membuka kain terbentang yang menghalangi perjalanan rombongan pihak pengantin laki-laki. Kata

kagum pada ungkapan di atas menjadi penanda linguistik sebab kata tersebut bermakna berlebihan atau terlalu dibesar-besarkan dari keadaan yang sesungguhnya.

2. Kami terima dengan muka yang jernih, kami sambut dengan hati yang suci, kami tunggu dengan dada yang lapang. Ungkapan pada kalimat di atas merupakan bentuk kesopanan dalam menerima tamu. Muka bersih, hati yang suci, dan dada yang lapang merupakan isyarat bahwa tuan rumah sangat hormat dan menaruh harapan besar atas kehadiran tamu tersebut. Di samping itu Muka bersih, hati yang suci, dan dada yang lapang merupakan tanda linguistik yang menjadikan ungkapan tersebut termasuk ke dalam kelompok hiperbola.

3. Ke atas tercium harum langit. Ungkapan pada kalimat di atas terdengar sangat berlebihan karena hingga mencium harumnya langit. Langit merupakan batas tertinggi yang ada di alam raya ini. Ungkapan di atas menggambarkan bahwa upacara yang mereka laksanakan telah sampai pada batas akhir acara. Jadi ungkapan di atas dapat dimaknai sebagai peristiwa atau kegiatan yang telah sampai ke penghujung acara. Frasa tercium harum langit merupakan penanda linguistik yang menjadikan ungkapan tersebut ke dalam kelompok hiperbola.

4. Ke bawah tampak kerak bumi. Kerak adalah bagian yang kering dan keras yang menempel pada dasar suatu tempat. Sebagai contoh panci itu masih ada keraknya. Bumi merupakan tempat tinggal bagi seluruh makhluk hidup yang hidup di permukaan bumi. Ungkapan frasa tampak kerak bumi adalah hiperbola untuk menggantikan maksud yang sesungguhnya, yaitu bahwa upacara telah sampai dasarnya atau telah tuntas dilaksanakan.

5. Yang ruas sampai ke buku. Ruas adalah bagian antara buku dengan buku atau antara sendi dengan sendi. Ruas dapat juga dimaknai bagian satu kota daengan kota yang lainnya. Di jalan, kita kerap mendengar bahwa ruas jalan yang menghubungkan antara Medan dan Pekan Baru dipadati kenderaan sepanjang hari. Ungkapan yang ruas sampai ke buku bermakna bahwa rangkaian upacara telah selesai dilaksanakan mulai dari awal hingga akhir. Ruas sampai ke buku

merupakan penanda linguistik yang bermakna berlebih-lebihan.

6. Terima kasih yang tiada hingganya. Terima kasih merupakan ungkapan yang dipakai untuk menyatakan rasa syukur setelah menerima kebaikan, pujian,

tidak berbatas atau tanpa batas. Ungkapan Terima kasih yang tiada hingganya

konteks ini bermakna ucapan syukur yang dalam kepada para tamu atau undangan atas kehadiran mereka. Ungkapan tersebut secara metafosis bermakna rasa syukur, sekaligus sebagai penghormatan kepada para tamu atau orang yang hadir pada upacara tersebut. Kata tiada hingganya merupakan penanda pada ungkapan tersebut sehingga digolongkan kedalam hiperbola.

5.4.5 Eufemime Tipe Metafora (metaphor) Pada Upacara Adat Perakawinan Masyarakat Melayu Langkat

Metafora merupakan bentuk perbandingan dua hal secara langsung, tetapi dalam bentuk yang singkat. Metafora mengandung unsur-unsur yang tidak disebut secara implisit. Metafora adalah ungkapan kebahasaan yang menyatakan satu hal, tetapi yang dimaksud adalah hal yang lain. Gaya metafora sebagai pembanding langsung tidak menggunakan kata-kata seperti,

sehingga pokok pertama dihubungkan langsung dengan pokok kedua. Sebagai contoh mobilnya batuk-batuk kita dipakai untuk mudik lebaran. Kata batuk yang biasanya dialami oleh manusia dipindahkan langsung sifatnya kepada mobil.

Berikut ini disajikan tabel hasil temuan yang dikategorikan sebagai metafora dalam rangkaian upacara adat perkawinan Masyarakat Melayu Langkat.

Tabel 5.12. Metafora Pada Upacara Adat Perkawinan Masyarakat Melayu Langkat

No Ungkapan Bahasa Indonesia Makna 1 Hilanglah gelap terbitlah

terang

Hilanglah gelap terbitlah terang

keadaan susah berubah menjadi bahagia 2 Tak lapuk dek hujan tak

lekang dek panas

Tidak lapuk di hujan tidak lekang di panas

kokoh atau teguh pendirian

3 Yang banyak memakan asam dan garam

Yang banyak memakan asam dan garam

Orang yang sarat dengan pengalaman dalam hidup

4 Pahit dan manis sama dirasa

Pahit dan manis sama dirasa

susah dan senang ditanggung bersama

5 Yang sudah menempu onak dan duri

Yang sudah menempu onak dan duri

Orang yang telah banyak menghadapi kesulitan dalam hidup

6 Yang sudah diterpa gelombang laut Kehidupan

Yang sudah diterpa gelombang laut kehidupan

Orang yang telah sarat pengalaman, baik suka maupun duka

7 Umur baru setahun jagung

Umur baru setahun jagung

Usia yang masih muda

8 Darah baru setumpuk pinang

Darah baru setumpuk Pinang

Usia yang masih belia

1. Hilanglah gelap terbitlah terang. Diartikan secara harfiah ungkapan tersebut adalah keadaan susah berubah menjadi senang. Keadaan senang atau bahagia merupakan dambaan setiap manusia yang hidup di dunia ini. Demikian juga halnya dalam kehidupan berumah tangga, kebahagian merupakan cita-cita utama yang ingin dicapai. Kata penanda yang dapat dijadikan alasan mengapa

ungkapan tersebut dikategorikan metapora adalah terletak pada kata gelap dan

terang. Kedua kata tersebut secara langsung membandingkan dua sifat, yaitu kata gelap mengbandingkan sifat tidak nyaman, serba penuh keterbatasan, dan suasana yang tidak menyenangkan. Kata terang membandingkan secara langsung sifat menyenangkan atau nyaman.

2. Tak lapuk dek hujan tak lekang dek panas. Ungkapan ini digunakan untuk menggambarkan kehidupan berumah tanggayang tetap kokoh atau teguh walau banyak tantangan dan cobaan yang dialami. Ungkapan ini dapat juga dimaknai bahwa pasangan pengantin akan tetap setia mendampingi pasangannya hingga akhir nanti. Ungkapan Tak lapuk dek hujan tak lekang dek panas, seluruh kata yang ada merupakan penanda linguistik yang menunjukan bahwa ungkapan tersebut adalah bentuk metafora. Tak lapuk dek hujan membandingkan sifat manusia yang tangguh yang tidak lemah karena kedinginan atau basah, sedangkan kata tak lekang dek panas membandingkan sifat manusia yang tetap kokoh meskipun terkena panas matahari.

3. Banyak memakan asam dan garam. Asam adalah rasa masam seperti rasa cuka. Asam dapat bermakna cemberut, bila dikiaskan kepada wajah seseorang. Sebagai contoh, mukanya asam melihat tamu yang datang. Garam adalah benda yang memiliki rasa asin yang butuhkan oleh hampir semua orang. Garam sangat bermanfaat bagi kesehatan tubuh manusia. Garam juga digunakan sebagai campuran bumbu dapur untuk penyedap masakan. Masakan tanpa

Dokumen terkait