• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Prestasi Belajar a. Pengertian Belajar

Burton (dalam Anisah 2011) menyatakan bahwa belajar adalah suatu perubahan dalam diri individu sebagai hasil interaksinya dengan lingkungannya untuk memenuhi kebutuhan dan menjadikannya lebih mampu melestarikan lingkungannya secara memadahi dan membuatnya lebih bisa menghadapi lingkungan.

Hosnan (2014) berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang sengaja dilakukan peserta didik untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, secara sadar, dan perubahan tersebut relatif menetap serta membawa pengarauh dan manfaat yang positif bagi siswa dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Burton (dalam Hosnan, 2014) mendefinisikan belajar merupakan sebuah perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan lingkungannya sehingga mereka dapat berinteraksi dengan lingkungannya. Cronbach (dalam Hosnan, 2014) mengemukakan lebih dalam lagi,

yaitu belajar bukanlah semata-mata perubahan dan penemuan, tetapi sudah mencakup kecakapan yang dihasilkan akibat perubahan dan penemuan tadi.

Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) menyatakan bahwa belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih, serta berubahnya tingkah laku yang disebabkan oleh pengalaman. Jadi, perilaku seseorang akan berubah selama proses belajar karena pengalaman yang telah mereka peroleh. Perubahan yang dimaksud adalah perubahan ke arah yang positif atau ke arah yang lebih baik.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses kognitif yang terjadi antara individu satu dengan individu lain atau individu dengan lingkungannya untuk memperoleh pengetahuan atau pengalaman baru sehingga menimbulkan perubahan tingkah laku ke arah yang lebih positif. Perubahan tersebut bersifat relatif dan berbekas.

b. Pengertian Prestasi

Prestasi adalah hasil yang dicapai dari apa yang telah dilakukan, dikerjakan dan sebagainya (Poerwadarminta 1990). Nasution (dalam Prasetiyo 2011) mengatakan bahwa prestasi adalah kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam berpikir, merasa, berbuat, dan prestasi belajar dikatakan sempurna jka memenuhi tiga aspek yakni: kognitif, afektif, dan psikomotor.

Sardiman (2001) mengatakan bahwa prestasi adalah kemampuan nyata yang merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang berpengaruh baik dari dalam maupun luar individu dalam belajar. Setiap individu memiliki potensi yang dapat dikembangkan melalui interaksi dalam proses belajar. Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) menyatakan bahwa prestasi adalah hasil yang dicapai dari yang telah dilakukan atau dikerjakan.

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi adalah hasil belajar yang dicapai siswa setelah ia mengikuti atau melakukan kegiatan belajar.

c. Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi belajar adalah kemampuan, keterampilan dan sikap seseorang dalam menyelesaikan suatu hal (Arifin 1988). Masidjo (1995) mengatakan bahwa prestasi belajar adalah hasil proses belajar yang khas yang dilakukan secara sengaja sebagai hasil suatu pengukuran.

Prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh seseorang setelah menempuh kegiatan belajar, sedangkan belajar pada hakekatnya merupakan usaha sadar yang dilakukan seseorang untuk memenuhi kebutuhannya (Mulyasa 2013).

Berdasarkan pengertian dan pendapat beberapa ahli di atas, maka peneliti menyimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil belajar akademik yang dicapai siswa selama mengikuti proses

pembelajaran yang diukur menggunakan tes atau non tes dan hasilnya berupa angka. Prestasi belajar siswa dalam penelitian ini adalah prestasi yang dicapai siswa setelah melakukan kegiatan belajar pada materi gerak dan gaya dengan pendekatan saintifik terkait dengan keterampilan melakukan eksperimen. Prestasi belajar diukur dengan tes yang hasilnya berupa nilai yang diwujudkan dalam bentuk angka.

d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Keberhasilan seseorang dalam mencapai suatu prestasi belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar menurut Syah (2002), diantaranya: faktor internal siswa dan faktor internal. Pada faktor internal ini terdiri dari dua aspek yaitu aspek fisiologis dan psikologis. Aspek fisiologis mencakup organ-organ tubuh pada manusia. Kebugaran organ-organ tubuh dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Jika kondisi organ tubuh lemah maka kemampuan siswa untuk menerima materi pelajaran tidak maksimal, sehingga kualitas kognitifnya menurun, sedangkan pada aspek psikologi terdiri dari faktor-faktor yaitu intelegensi siswa, sikap siswa, dan bakat siswa. Pada faktor eksternal siswa terdiri dari lingkungan sosial dan non sosial. Lingkungan sosial yang lebih banyak mempengaruhi belajar siswa adalah orang tua dan keluarga siswa itu sendiri. Sedangkan lingkungan non sosial adalah

gedung sekolah dan letaknya, rumah keluarga tempat siswa tinggal dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa.

Slameto (2003) mengatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah faktor internal dan eksternal. Faktor internal tediri dari faktor jasmaniah dan psikologis, sedangkan faktor eksternal terdiri dari faktor keluarga, sekolah, dan masyarakat.

Dari berbagi pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa ada dua faktor yang sangat mempengaruhi keberhasilan seseorang dalam sebuah pembelajaran yaitu faktor internal dan eksternal. Kedua faktor tersebut saling melengkapi satu sama lain, jika salah satu dari faktor tersebut terganggu maka proses pembelajaran maupun hasilnya tidak akan maksimal.

e. Manfaat Prestasi Belajar

Prestasi belajar mempuyai manfaat dalam dunia pendidikan. Arifin (1990) menyebutkan bahwa manfaat prestasi belajar antara lain: prestasi belajar sebagai suatu indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang dikuasai anak didik. Jadi kemampuan siswa dapat diukur dengan melihat belajar, prestasi sebagai lambang pemusatan hasrat ingin tahu. Seseorang akan puas jika melihat hasil kegiatan yang sudah dilakukan, prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan. Dengan melihat prestasi

belajar dapat diketahui sejauh mana peningkatan kualitas sumber daya manusia dan penambahan sarana prasana dilakukan. Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu intuisi pendidikan. Prestasi belajar dapat dijadikan indikator terhadap daya serap (kecerdasan) anak didik.

2. Keaktifan

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia (1990) mengemukakan keaktifan diartikan sebagai suatu hal atau keadaan dimana siswa dapat aktif. Yamin (2007) menyebutkan bahwa keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dapat merangsang dan mengembangkan bakat yang dimilikinya, berpikir kritis, dan dapat memecahkan permasalahan-permasalahan dalam kehidupan sehari-hari, sedangkan menurut Silberman dalam Goa dan Sunarto, (2009) menyatakan keaktifan dalam belajar adalah mempelajari dengan cepat, menyenangkan, penuh semangat, dan keterlibatan pibadi untuk mempelajai sesuatu yang baik, harus mendengar, melihat, menjawab pertanyaan dan mendiskusikannya dengan orang lain.

Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa keaktifan adalah suatu kondisi yang menggambarkan siswa yang aktif dalam kegiatan pembelajaran ditunjukkan dengan siswa terlibat dalam setiap kegiatan. Hal tersebut dilakukan untuk mencapai suatu hasil belajar dan mengembangkan potensi siswa. Hasil belajar yang akan dicapai

merupakan perpaduan dari tiga aspek yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Beberapa keaktifan siswa yang tampak dalam kegiatan belajar menurut (Burhanudin, 2007) adalah :

1. Berbuat sesuatu untuk memahami materi pelajaran dengan penuh keyakinan

2. Mempelajari, mengalami dan menemukan sendiri bagaimana memperoleh suatu pengetahuan.

3. Merasakan sendiri bagaimana tugas-tugas yang diberikan oleh guru kepadanya.

4. Belajar dalam kelompok.

5. Mencoba sendiri konsep-konsep tertentu

6. Mengkomunikasikan hasil pikiran, penemuan, dan penghayatan nilai-nilai secara lisan atau penampilan

Proses belajar mengajar merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru dan siswa untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran. Tujuan yang akan dicapai yaitu hasil belajar. Salah satu faktor yang mempengaruhi tercapainya tujuan pembelajaran yaitu keaktifan. Hamalik (2011) menyatakan bahwa terdapat nilai-nilai aktivitas dalam pengajaran. Nilai-nilai tersebut diantaranya:

1. Mencari pengalaman sendiri dan langsung mengalami sendiri 2. Mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa

4. Para siswa bekerja menurut minat dan kemampuan sendiri 5. Memupuk disiplin kelas dan suasana wajar menjadi demokratis 6. Mempererat hubungan masyarakat, sekolah dan orang tua 7. Mengembangkan berpikir kritis

8. Pengajaran di seolah menjadi hidup

Dimyati dan Mudjono (2009) menyatakan bahwa keaktifan memiliki keanekaragaman bentuk diantaranya kegiatan fisik yang mudah diamati dan kegiatan psikis yang susah diamati. Kegiatan fisik yang dimaksud dapat berupa membaca, menulis, mendengar, dan berlatih keterampilan, sedangkan kegiatan psikis yang dimaksud berupa berdiskusi dalam kelompok, melibatkan diri dalam tanya jawab dan turut serta dalam menyimpulkan pembelajaran.

Sudjana (2010) menyatakan keaktifan belajar siswa dapat dilihat berdasarkan 8 indikator yaitu (1) turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya; (2) terlibat dalam pemecahan masalah; (3) bertanya kepada siswa lain atau guru bila belum memahami persoalan; (4) mencari berbagai informasi untuk pemecahan masalah; (5) mampu melaksanakan diskusi kelompok; (6) menilai kemampuan dirinya dan hasil yang diperoleh; (7) melatih diri dalam memecahkan soal atau masalah; (8) kesempatan menggunakan/menerapkan yang diperoleh nya dalam memecahkan masalah.

Berdasarkan beberapa indikator keaktifan yang diungkapkan oleh para ahli tersebut maka dapat disimpulkan indikator keaktifan yang

akan digunakan dalam penelitian ini adalah: (1) bertanya kepada teman atau guru terkait materi yang belum jelas; (2) terlibat dalam diskusi; (3) mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru; (4) mencari informasi untuk memecahkan masalah. Indikator 1 yaitu bertanya kepada teman atau guru terkait materi meliputi bertanya tentang mateti pembelajaran IPA yang belum dipahami dan keterlibatan siswa dalam melakukan tanyajawab di kelas. Indikator 2 yaitu terlibat dalam diskusi meliputi keterlibatan siswa dalam kelompok dan mengemukakan pendapat. Indikator keaktifan 3 yaitu mengerjakan tugas yang diberikan guru meliputi mencatat tugas yang diberikan oleh guru dan mengerjakan soal. Indikator 4 yaitu mencari informasi untuk memecahkan masalah meliputi mencari informasi melalui buku untuk memecahkan masalah atau mengerjakan soal.

3. Pendekatan Saintifik a. Pengertian Saintifik

Sumantoro (dalam Putra 2013) menyebut pendekatan saintifik adalah langkah-langkah yang tersusun secara sistematik untuk memperoleh satu kesimpulan ilmiah. Metode saintifik juga sering disebut sebagai metode induktif karena, dalam prosesnya metode saintifik dimulai dari hal-hal yang bersifat general.

Saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengkonstruksi konsep, hukum atau prinsip melalui tahap-tahap mengamati (untuk mengidentifikasi atau

menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang ditemukan (Daryanto, 2014). Artinya dalam proses pembelajaran siswa dibelajarkan dan dibiasakan untuk menemukan kebenaran ilmiah dalam melihat suatu fenomena. Pendekatan ini bertujuan untuk memberikan pemahaman peserta didik dalam mengenal dan memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah. Informasi yang diterima bisa berasal dari mana saja, kapan saja, dan tidak bergantung pada informasi yang diberikan guru.

Jadi pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang ditemukan. Dengan pendekatan ini diharapkan peserta didik dapat mengalami langsung hal yang mereka pelajarai dengan sebuah eksperimen, tidak hanya menerima informasi dari guru.

b. Langkah-langkah Pembelajaran Saintifik

Dalam pembelajaran saintifik terdapat beberapa langkah yang harus dilakukan. Pada gambar 2.1 adalah langkah-langkah dalam pembelajaran saintifik (Daryanto, 2014):

Gambar 2.1 Langkah-langkah Pendekatan Saintifk

Daryanto (2014) menyebutkan bahwa dalam proses pembelajaran saintifik terdapat lima pengalaman belajar pokok antara lain mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan mengkomunikasikan. dalam menerapkannya tidak harus urut. Penjabaran kelima pengalaman belajar tersebut, sebagai berikut:

a) Mengamati

Mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran. Hal ini memiliki keunggulan tertentu, seperti menyajikan media obyek secara nyata, peserta didik senang dan tertantang, dan mudah pelaksanaannya. Mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu peserta didik, sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi. Dengan mengamati peserta didik menemukan fakta bahwa ada hubungan antara obyek yang dianalisis dengan materi pembelajaran yang digunakan.

Kegiatan mengamati dalam pembelajaran dilakukan dengan menempuh langkah-langkah seperti berikut ini:

1) Menentukan objek apa yang akan diobservasi.

2) Membuat pedoman observasi sesuai dengan lingkup objek yang akan diobservasi.

3) Menentukan secara jelas data-data apa yang perlu diobservasi, baik primer maupun sekunder.

4) Menentukan di mana tempat objek yang akan diobservasi. 5) Menentukan secara jelas bagaimana observasi akan dilakukan

untuk mengumpulkan data agar berjalan mudah dan lancar. 6) Menentukan cara dan melakukan pencatatan atas hasil

observasi, seperti menggunakan buku catatan, kamera, tape

recorder, video perekam, dan alat-alat tulis lainnya.

Kegiatan belajar pada tahap ini adalah: Membaca, mendengar, menyimak, melihat (tanpa atau dengan alat).

Kompetensi yang dikembangkan adalah; melatih kesungguhan, ketelitian, mencari informasi.

b) Menanya

Di dalam kegiatan mengamati, guru membuka kesempatan bagi peserta didik untuk bertanya mengenai apa yang sudah dilihat, disimak, dan dibaca. Siswa dibimbing untuk mengajukan pertanyaan, pertanyaan terkait hasil pengamatan objek yang konkrit kepada yang abstrak berkenaan dengan fakta, konsep, prosedur,

atau hal lain yang lebih abstrak. Melalui bertanya, dikembangkan rasa ingin tahu peserta didik. Pertanyaan tersebut menjadi dasar untuk mencari informasi yang lebih lanjut dan beragam dari sumber yang ditentukan guru sampai yang ditentukan peserta didik, dari sumber tunggal sampai yang beragam.

Guru yang efektif mampu menginspirasi peserta didik untuk meningkatkan dan mengembangkan ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuannya. Pada saat guru bertanya, pada saat itu pula dia membimbing atau memandu peserta didiknya belajar dengan baik. Ketika guru menjawab pertanyaan peserta didiknya, ketika itu pula guru mendorong peserta didik itu untuk menjadi penyimak dan pembelajar yang baik.

Kegiatan belajar pada tahap ini adalah: mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati (dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotetik).

Kompetensi yang dikembangkan adalah: Mengembangkan kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis yang perlu untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang hayat.

Untuk memperoleh hasil belajar yang nyata atau otentik, peserta didik harus mencoba atau melakukan percobaan, terutama untuk materi yang sesuai. Pada materi IPA, misalnya, peserta didik harus memahami konsep-konsep IPA dan kaitannya dengan kehidupan sehari-hari juga memiliki keterampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan tentang alam sekitar, serta mampu menggunakan metode ilmiah dan bersikap ilmiah untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya sehari-hari.

Aktivitas pembelajaran yang nyata untuk ini adalah:

1) Menentukan tema atau topik sesuai dengan kompetensi dasar menurut tuntutan kurikulum;

2) Mempelajari cara-cara penggunaan alat dan bahan yang tersedia dan harus disediakan;

3) Mempelajari dasar teoritis yang relevan dan hasil-hasil eksperimen sebelumnya;

4) Melakukan dan mengamati percobaan;

5) Mencatat fenomena yang terjadi, menganalisis, dan menyajikan data;

6) Menarik simpulan atas hasil percobaan; dan

7) Membuat laporan dan mengkomunikasikan hasil percobaan. d) Menalar

Penalaran adalah proses berpikir yang logis dan sistematis atas fakta-fakta empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh

simpulan berupa pengetahuan. Penalaran yang maksud merupakan penalaran ilmiah, meski penalaran non ilmiah tidak selalu tidak bermanfaat.

Aplikasi pengembangan aktivitas pembelajaran untuk meningkatkan daya menalar guru dapat dilakukan dengan cara berikut ini.

1) Guru menyusun bahan pembelajaran dalam bentuk yang sudah siap sesuai dengan tuntutan kurikulum.

2) Guru tidak banyak menerapkan metode ceramah atau metode kuliah. Tugas utama guru adalah memberi instruksi singkat tapi jelas dengan disertai contoh-contoh, baik dilakukan sendiri maupun dengan cara simulasi.

3) Bahan pembelajaran disusun secara berjenjang atau hierarkis, dimulai dari yang sederhana (persyaratan rendah) sampai pada yang kompleks (persyaratan tinggi).

4) Kegiatan pembelajaran berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan diamati.

5) Setiap kesalahan harus segera dikoreksi atau diperbaiki. 6) Perlu dilakukan pengulangan dan latihan agar perilaku yang

diinginkan dapat menjadi kebiasaan atau pelaziman.

7) Evaluasi atau penilaian didasari atas perilaku yang nyata atau otentik.

8) Guru mencatat semua kemajuan peserta diklat untuk kemungkinan memberikan tindakan pembelajaran perbaikan.

Kegiatan belajar pada tahap ini adalah: (1) Mengolah informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan/eksperimen mau pun hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi; (2) Pengolahan informasi yang dikumpulkan dari yang bersifat menambah keluasan dan kedalaman sampai kepada pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi dari berbagai sumber yang memiliki pendapat yang berbeda sampai kepada yang bertentangan.

Kompetensi yang dikembangkan adalah: Mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras, kemampuan menerapkan prosedur dan kemampuan berpikir induktif serta deduktif dalam menyimpulkan.

e) Mengkomunikasikan

Guru yang menggunakan pendekatan saintifik diharapkan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengkomunikasikan apa yang telah mereka pelajari. Kegiatan ini dapat dilakukan melalui menuliskan atau menceritakan apa yang ditemukan dalam kegiatan mencari informasi, mengasosiasikan dan menemukan pola. Hasil tersebut disampaikan di kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar peserta didik atau kelompok. Kegiatan mengkomunikasikan dalam kegiatan pembelajaran

sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013, adalah menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya.

Kegiatan belajar pada tahap ini adalah: Menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya.

Kompetensi yang dikembangkan adalah: Mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir sistematis, mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas, dan mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik dan benar. c. Prinsip-prinsip pembelajaran dengan pendekatan saintifik

Adapun prinsip-prinsip dalam pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah sebagai berikut:

1) Pembelajaran berpusat pada siswa. 2) Pembelajaran membentuk konsep siswa. 3) Pembelajaran terhindar dari verbalisme.

4) Pembelajaran memberikan kesempatan pada siswa untuk mengasimilasi dan mengakomodasi konsep, hukum, dan prinsip. 5) Pemelajaran mendorong terjadinya kemampuan berpikir siswa. 6) Pembelajaran meningkatkan motivasi belajar siswa dengan

motivasi guru.

7) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih kemampuan dalam komunikasi.

8) Adanya proses validasi terhadap konsep, hukum, dan prinsip yang dikonstruksi siswa dalam struktur kognitifnya.

d. Karakteristik Pendekatan Saintifik Kriteria utama:

1. Pembelajaran berbasis fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan secara logika atau nalar.

2. Penjelasan guru, respon siswa dan interaksi edukatif antara guru dengan siswa terbebas dari prasangka atau pemikiran subyektif. 3. Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir kritis, analitis dan

tepat dalam mengidentifikasi, memecahkan masalah dan mengaplikasikan materi pembelajaran.

4. Pembelajaran IPA di SD

a. Pengertian dan Hakekat Ilmu Pengetahuan Alam

Sumanto (2007), sains merupakan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis untuk menguasai pengetahuan, fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, proses penemuan, dan memiliki sikap ilmiah. Secara harafiah, IPA dapat diartikan sebagai ilmu pengetahuan tentang alam dan segala sesuatu yang ada di dalamnya.

Berdasarkan Webster Collegiate Dictionary dalam (Putra, 2013), definisi sains adalah pengetahuan yang diperoleh melalui pembelajaran dan pembuktian, atau pengetahuan yang melingkupi suatu kebenaran umum dari hukum-hukum alam yang terjadi, yang didapatkan dan dibuktikan melalui metode ilmiah. Dari literatur yang

berbeda, sains adalah suatu cara untuk mempelajari aspek-aspek tertentu daria alam secara terorganisir, sistematik, dan melalui metode metode saintifik yang terbakukan.

Dalam bukunya, Trianto (2010) menuliskan bahwa IPA adalah suatu kumpulan pengetahuan tersusun secara sistematik dan dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam, lahir dan berkembang melalui metode ilmiah seperti observasi dan eksperimen serta menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur dan sebagainya.

IPA adalah suatu pengetahuan tentang alam yang dapat diperoleh melalui proses ilmiah dan didasari oleh sikap ilmiah. Menurut Wisudawati (2014), terdapat empat unsur utama IPA, yaitu :

1) Sikap : IPA memunculkan rasa ingin tahu tentang benda, fenomena, alam, makhluk hidup, serta hubungan sebab akibat. 2) Proses : proses pemecahan masalah pada IPA memungkinkan

adanya prosedur yang runtut dan sistematis melalui metode ilmiah. Metode ilmiah meliputi penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen atau percobaan, evaluasi, pengukuran, dan penarikan kesimpulan.

3) Produk : IPA menghasilkan produk berupa fakta, prinsip, teori, dan hukum.

4) Aplikasi : penerapan metode ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan sehari-hari.

b. Tujuan Pembelajaran IPA di SD

Srini (2001) menyatakan bahwa tujuan utama dari pembelajaran IPA di SD adalah agar siswa memahami konsep-konsep IPA dan keterkaitannya dengan kehidupan sehari-hari, memiliki keterampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan, gagasan tentang alam sekitarnya, mampu menggunakan teknologi sederhana yang berguna untuk memecahkan suatu masalah yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, dan agar siswa mengenal serta dapat memupuk rasa cinta terhadap alam sekitar mereka sehingga dapat menyadari kebesaran dan keagungan Tuhan Yang Maha Esa.

c. Keterampilan Melakukan Eksperimen dalam Pembelajaran IPA.

Keterampilan melakukan eksperimen dalam pembelajaran IPA yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu keterampilan siswa dalam melakukan eksperimen yang meliputi kemampuan siswa untuk menggunakan akal, pikiran, ide, dan kreativitas dalam melakukan eksperimen sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna dan membuahkan hasil yang lebih baik. Dalam pembelajaran siswa dilibatkan aktif untuk menemukan hal-hal baru melalui eksperimen yang mereka lakukan, selain itu siswa dapat menguji kebenaran tentang

Dokumen terkait