• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Teori

Dalam dokumen Pengujian EfisiensiI Pasar Modal dI Asean (Halaman 30-74)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

a. Pengertian Pasar modal

Pasar dapat diartikan sebagai tempat bertemunya penjual dan pembeli yang saling mengadakan pertukaran barang dan jasa. Pengertian pasar modal atau bursa efek adalah salah satu jenis pasar dimana para investor bertemu untuk menjual atau membeli surat-surat berharga atau efek. Pasar modal adalah pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjualbelikan sekuritas.

Dalam Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, mendefinisikan suatu kegiatan yang berkenaan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Menurut Suad Husnan (2001:3) Pasar modal juga dapat didefinisikan sebagai perdagangan instrumen keuangan (sekuritas) jangka panjang, baik dalam bentuk modal sendiri (stocks) maupun utang (bonds), baik yang diterbitkan oleh pemerintah (public authorities) maupun oleh perusahaan keuangan (financial market).

15 Secara umum pasar modal global dapat dibagi ada dua segmen utama yaitu pasar uang dan pasar modal. Pasar uang adalah bidang perekonomian dimana jangka pendek diperdagangkan. Pasar ini adalah dimana bank umum dan bank unit usaha yang lain menyesuaikan posisi likuiditas mereka. Dan bank sentral melaksanakan kebijakan moneternya dan pemerintah menjual utang untuk mendanai kegiatannya sehari-hari. Pasar uang bertujuan untuk menyediakan dana pinjaman untuk memenuhi kebutuhan modal kerja jangka pendek melalui pasar uang tabungan masyarakat dapat dimanfaatkan lembaga keuangan.

Pasar modal adalah pasar konkret atau abstrak yang mempertemukan pihak yang menawarkan dan yang memerlukan dana jangka panjang, yaitu jangka waktu satu tahun ke atas. Pasar modal adalah pasar untuk dana jangka panjang dimana saham biasa, saham preferen dan obligasi yang diperdagangkan.

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi pasar modal

Secara rinci faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan pasar modal antara lain adalah: (Suad Husnan; 2001, 8-9)

1) Supply Sekuritas

Faktor ini berarti harus banyak perusahaan yang bersedia menerbitkan sekuritas di pasar modal.

16 2) Demand akan sekuritas

Faktor ini berarti bahwa harus terdapat anggota masyarakat yang memiliki jumlah dana yang cukup besar untuk dipergunakan membeli sekuritas-sekuritas yang ditawarkan. Calon pembeli sekuritas berasal dari individu, perusahaan non keuangan, maupun lembaga-lembaga keuangan.

3) Kondisi politik dan ekonomi

Faktor ini akan mempengaruhi supply dan demand akan sekuritas. Kondisi politik yang stabil akan ikut membantu pertumbuhan ekonomi yang pada akhirnya mempengaruhi

supply dan demand akan sekuritas. 4) Masalah hukum dan peraturan

Pembelian sekuritas mengandalkan diri pada informasi yang disediakan oleh perusahaan-perusahaan yang menerbitkan sekuritas. Peraturan yang melindungi pemodal dari informasi yang tidak benar dan menyesatkan menjadi mutlak diperlukan.

c. Fungsi Pasar Modal

Pasar modal menjalankan dan mempunyai dua fungsi yaitu fungsi ekonomi dan keuangan. Suad Husnan (2001: 4), dalam melaksanakan fungsi ekonominya, pasar modal menyediakan fasilitas untuk memindahkan dana dari pihak yang mempunyai kelebihan dana

17 kepada pihak yang memerlukan dana. Dengan menginvestasikan kelebihan dana yang mereka miliki, lenders mengharapkan akan memperoleh imbalan dari penyerahan dana tersebut. Dari sisi peminjam tersedianya dana dari pihak luar memungkinkan mereka melakukan investasi tanpa harus menunggu tersedianya dana dari hasil operasi perusahaan. Fungsi ini sebenarnya juga dilakukan oleh intermediasi keuangan lainnya, seperti lembaga perbankan. Hanya bedanya dalam pasar modal diperdagangkan dana jangka panjang. Suad Husnan (2001: 4), fungsi keuangan dilakukan dengan menyediakan dana yang diperlukan oleh para peminjam (borrowers)

dan para lenders menyediakan dana tanpa harus terlibat langsung dalam kepemilikan aktiva riil yang diperlukan untuk investasi tersebut.

2. Investasi

a. Pengertian Investasi

Menurut Tandelilin (2010: 2), investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini dengan tujuan memperoleh keuntungan dimasa yang akan datang. Menurut Husnan dan Pudjiastuti (2004: 47), proses investasi menunjukkan bagaimana pemodal seharusnya melakukan investasi dalam sekuritas, yaitu sekuritas apa yang akan dipilih, seberapa banyak investasi tersebut dan kapan investasi tersebut dilakukan.

18 Menurut Abdul Halim (2005: 4-6), investasi pada hakikatnya merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan mendatang. Umumnya investasi dibedakan menjadi dua, yaitu: investasi pada asset-aset financial

(financial asset) dan investasi pada aset-aset real (real asset).

Investasi pada asset-aset financial dilakukan di pasar uang, misalnya berupa sertifikat deposito, commercial paper, surat berharga dipasar uang, dan lainnya. Investasi juga dapat dilakukan di pasar modal, misalnya berupa saham, obligasi, waran, opsi dan lain-lain. Sedangkan investasi pada aset-aset real dapat berbentuk pembelian asset produktif, pendirian pabrik, pembukaan pertambangan, pembukaan perkebunan dan lain-lain.

b. Proses Investasi

Proses investasi menunjukkan bagaimana seharusnya seorang investor membuat keputusan pada efek-efek yang dapat dipasarkan, dan kapan dilakukan. Untuk itu diperlukan tahapan sebagai berikut:

1) Menentukan Tujuan Investasi

Ada tiga hal yang perlu diperlukan dalam tahap ini, yaitu: tingkat pengembalian yang diharapkan (expected rate of return), tingkat resiko (rate of risk), dan ketersediaan jumlah dana yang akan diinvestasikan. Apabila dana cukup tersedia, maka investor menginginkan pengembalian yang maksimal dengan resiko tertentu. Umumnya hubungan antara risiko

19

(risk) dan tingkat pengembalian yang diharapkan (expected rate of return) bersifat linier, artinya semakin tinggi tingkat risiko, maka semakin tinggi pula tingkat pengembalian yang diharapkan.

2) Melakukan Analisis

Dalam tahap ini investor melakukan analisis terhadap suatu efek atau sekelompok efek. Salah satu tujuan penilaian ini adalah untuk mengidentifikasi efek yang salah harga

(mispriced), apakah harganya terlalu tinggi atau terlalu rendah. Untuk itu, ada dua pendekatan yang dapat digunakan, yaitu:

a) Pendekatan Fundamental

Pendekatan ini didasarkan pada informasi-informasi yang diterbitkan oleh emiten maupun oleh administrator bursa efek. Karena kinerja emiten dipengaruhi oleh kondisi sektor industri dimana perusahaan tersebut berada dan perekonomian secara makro, maka untuk memperkirakan prospek harga sahamnya dimasa mendatang harus dikaitkan dengan faktor-faktor fundamental yang mempengaruhinya. Jadi analisis ini dimulai dari siklus usaha perusahaan secara umum, selanjutnya ke sektor industrinya, akhirnya dilakukan evaluasi terhadap kinerjanya dan saham yang diterbitkannya.

20 b) Pendekatan Teknikal

Pendekatan ini didasarkan pada data (perubahan) harga saham di masa lalu sebagai upaya untuk memperkirakan harga saham di masa mendatang. Dengan analisis ini para analisis para analis memperkirakan pergeseran penawaran (supply) dan permintaan (demand)

dalam jangka pendek, serta mereka berusaha untuk cenderung mengabaikan risiko dan pertumbuhan laba dalam menentukan barometer dari penawaran dan permintaan. Namun demikian, analisis ini lebih mudah dan cepat dibanding analisis fundamental, karena dapat secara simultan diterapkan pada beberapa saham. Analisis ini tidak menganggap bahwa analisis fundamental tidak berguna, namun mereka menganggap bahwa analisis fundamental terlalu rumit dan terlalu banyak mendasarkan pada laporan keuangan emiten. Oleh karena itu, analisis teknikal mendasarkan diri pada premis bahwa harga saham tergantung pada penawaran dan permintaan saham itu sendiri. Data finansial historis yang tergambar pada diagram dipelajari untuk mendapatkan suatu pola yang berarti, dan pola tersebut digunakan untuk memprediksi harga di masa mendatang, serta untuk memperkirakan

21 pergerakan individual saham maupun pergerakan indeks pasar (market index).

3) Membentuk Portofolio

Dalam tahap ini dilakukan indentifikasi terhadap efek-efek mana yang akan dipilih dan berapa proporsi dana yang akan diinvestasikan pada masing-masing efek tersebut. Efek yang dipilih dalam rangka pembentukan portofolio adalah efek-efek yang mempunyai koefisien korelasi negatif (mempunyai hubungan berlawanan). Hal ini dilakukan karena dapat menurunkan risiko.

4) Mengevaluasi Kinerja Portofolio

Dalam tahap ini dilakukan evaluasi atas kinerja portofolio yang telah dibentuk, baik terhadap tingkat pengembalian yang diharapkan maupun terhadap risiko yang ditanggung. Sebagai tolak ukur digunakan dua cara, pertama, pengukuran

(measurement) adalah penilaian kinerja portofolio atas dasar asset yang telah ditanamkan dalam portofolio tersebut, misalnya dengan menilai tingkat pengembalian. Kedua, perbandingan (comparison) yaitu penilaian berdasarkan pada perbandingan dua set portofolio dengan tingkat resiko yang sama

22 5) Merevisi Kinerja Portofolio

Dalam tahap ini tindak lanjut dari tahap evaluasi kinerja portofolio. Dari hasil evaluasi inilah selanjutnya dilakukan revisi (perubahan) terhadap efek-efek yang membentuk portofolio tersebut jika dirasa bahwa komposisi portofolio yang sudah dibentuk tidak sesuai dengan tujuan investasi, misalnya tingkat pengembaliannya lebih rendah dari yang disyaratkan. Revisi tersebut dapat dilakukan secara total, yaitu dilakukan likuidasi atas portofolio yang ada, kemudian dibentuk portofolio yang baru. Atau dilakukan secara terbatas, yaitu dilakukan perubahan atas proporsi atau komposisi dana yang dialokasikan dalam masing-masing efek yang membentuk portofolio tersebut. (Abdul halim, 2005: 4-6) 3. Saham

Instrumen pasar modal pada prinsipnya adalah semua surat berharga (efek) yang umum diperjualbelikan melalui bursa efek di Indonesia saat ini adalah saham. Wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan kertas tersebut. Membeli saham tidak ubahnya dengan menabung. Imbalan yang akan diperoleh dari kepemilikan saham adalah kemampuannya memberikan keuntungan yang tidak terhingga. Tidak terhingga ini bukan berarti keuntungan investasi saham biasa sangat besar, tetapi

23 tergantung pada perkembangan perusahaan penerbitnya. Karena laba yang besar tersebut menyediakan dana yang besar untuk didistribusikan kepada pemegang saham sebagai deviden. Dengan kepemilikan saham, pemegang saham juga dapat memperoleh capital gain. Capital gain akan diperoleh bila ada kelebihan harga jual di atas harga beli. (Rodoni, 2006 dalam Retno Kumala, 2009: 10).

Selanjutnya saham dapat dibedakan menjadi dua, yaitu saham biasa (common stock) dan saham preferen (preffered stock). Penjelasan dari kedua jenis saham tersebut adalah sebagai berikut:

a. Saham Biasa (common stock)

Saham biasa dikenal sebagai sekuritas penyertaan, sekuritas ekuitas, atau cukup disebut ekuitas (equities), menunjukkan bagian kepemilikan di sebuah perusahaan. Masing – masing lembar saham biasa mewakili satu suara tentang segala hal dalam pengurusan perusahaan dan menggunakan suara tersebut dalam rapat tahunan perusahaan dan pembagian keuntungan. Adapun beberapa ciri dari saham biasa adalah sebagai berikut:

1) Deviden dibayarkan sepanjang perusahaan memperoleh laba. 2) Memiliki hak suara (one share one vote).

3) Hak memperoleh pembagian kekayaan perusahaan apabila bangkrut (dilakukan setelah semua kewajiban perusahaan dilunasi).

24 b. Saham Preferen (preffered stock)

Saham preferen memiliki fitur yang serupa dengan ekuitas sekaligus utang. Saham preferen adalah gabungan (hybrid) antara obligasi dan saham biasa, artinya disamping memiliki karakteristik seperti obligasi juga memiliki karakteristik saham biasa (Rodoni, 2006 dalam Retno Kumala, 2009: 11).

Seperti halnya obligasi, pemegang saham preferen akan mendapatkan pembayaran tetap dari laba setiap tahun. Adapun beberapa ciri dari saham preferen adalah sebagai berikut:

1) Memiliki hak utama/ terlebih dahulu dalam pembagian deviden.

2) Tidak memiliki hak suara.

3) Memiliki hak pembayaran maksimum sebesar nilai nominal saham lebih dahulu setelah kreditur, apabila perusahaan dilikuidasi.

4) Kemungkinan dapat memperoleh tambahan dari pembagian laba perusahaan disamping penghasilan yang diterima secara tetap.

Menurut Tendelilin (2001) dalam Retno Kumala (2009: 12) keuntungan yang mungkin diterima oleh para investor yang membeli saham adalah:

a. Capital gain, yaitu keuntungan dari hasil jual beli saham, berupa selisih antara nilai jual yang lebih tinggi dari pada nilai beli saham.

25 b. Deviden, yaitu bagian keuntungan perusahaan yang akan dibagikan

kepada pemegang saham.

c. Saham perusahaan, seperti juga tanah dan aktifa berharga sejenis, nilainya akan meningkat sejalan dengan waktu dan perkembangan atau kinerja perusahaan. Investor jangka panjang mengandalkan kenaikan nilai saham ini untuk meraih keuntungan dari investasi saham.

d. Saham juga dapat dijaminkan ke bank untuk memperoleh kredit sebagai agunan tambahan dari agunan pokok.

Kerugian yang mungkin diterima oleh para investor yang membeli saham adalah:

a. Capital loss, yaitu kerugian dari hasil jual beli saham, berupa selisih antara milai jual yang lebih rendah dari pada nilai beli saham.

b. Opportunity loss, yaitu kerugian berupa selisih suku bunga deposito dikurangi total hasil yang diperoleh dari investasi saham. c. Kerugian karena perusahaan dilikuidasi, namun nilai likuidasinya

lebih rendah dari harga beli saham. 4. Return Saham

1. Definisi Return Saham

Menurut Megginson (1997) dalam Retno Kumala (2009: 13) return saham diukur sebagai total keuntungan atau kerugian yang dialami oleh pemilik saham dalam periode tertentu. Return saham

26 dinyatakan sebagai perubahan dari nilai asset (capital gain yang berarti keuntungan dari penjualan saham kembali) atau cash distributions (devidens yang berarti begian laba perusahaan yang dibagikan perseroan kepada pemegang saham/ interest payments) yang biasa dinyatakan dalam suatu tingkat persentase tahunan.

2. Model Harga Saham Untuk Menghitung Tingkat Pengembalian Return saham dapat digunakan untuk menghitung efisiensi pasar modal. Sears and Trennepodl (1993) menguraikan empat model untuk menghitung return saham yang paling umum digunakan menurut Fama (1970) yaitu;

a. The fair-game model

x 100%

Dimana :

R = Pengembalian

Pt = Harga penutupan hari tersebut Pt-1 = Harga penutupan hari sebelumnya b. The martingale model

E {Yt+1 │Y0, Y1, .... , Yt } = Yt

c. The submartingale model

E {Pt+1 │P0, P1, .... , Pt } > Pt

d. The random walk model

27 f (rt) = distribusi probabilitas dari return untuk sekuritas i untuk periode t - n sampai t

5. Efisiensi Pasar

a. Konsep Pasar Efisiensi

Konsep pasar efisien pertama kali dikemukakan oleh Fama (1970). Dalam konteks ini yang dimaksud dengan pasar adalah pasar modal (capital market) dan pasar uang. Suatu pasar dikatakan efisien apabila tidak seorangpun, baik investor individu maupun investor institusi akan mampu memperoleh return tidak normal (abnormal return) setelah disesuaikan dengan resiko, dengan strategi perdagangan yang ada. Artinya, harga – harga yang terbentuk di pasar merupakan cerminan dari informasi yang ada atau ”stock prices

reflect all available information

Definisi dari Fama ini menekannkan pada dua aspek, yaitu fully reflect dan information available. Pengertian dari fully reflect

menunjukkan bahwa harga dari sekuritas secara akurat mencerminkan informasi yang tersedia. Dalam hal ini, informasi yang tersedia dapat meliputi semua informasi, baik informasi di masa lalu (misalnya, labaemiten di masa lalu), informasi saat ini (misalnya, rencana kenaikan deviden tahun ini) maupun informasi yang bersifat pendapat atau opini rasional yang beredar di bursa yang dapat mempengaruhi perubahan harga (misalnya, banyak pemodal yang berpendapat bahwa harga saham akan naik, maka informasi tersebut nantinya akan

28 tercermin pada perubahan harga saham yang cenderung naik). Dengan demikian pasar dikatakan efisien menurut Fama.

Sedangkan dengan informasi yang tersedia (information available) maka para pemodal secara akurat dapat mengekspektasikan harga dari sekuritas yang bersangkutan. Karena informasi yang mempengaruhi harga sekuritas tersebut terjadi secara acak, maka perubahan harga yang terjadi akan bersifat independen satu dengan lainnya dan bergerak secara acak pula. Artinya, perubahan harga yang terjadi hari ini tidak tergantung pada perubahan harga yang terjadi di waktu lalu, karena harga baru tersebut terbentuk berdasarkan reaksi pemodal terhadap informasi baru yang terjadi secara acak.

Menurut Blake (1990) istilah pasar modal yang efisien memiliki beberapa konsep yang berbeda yaitu:

1. Efisiensi secara alokasi (allocatively efficient)

2. Efisiensi secara operasional (operationally efficient), dan 3. Efisiensi secara informasi (informationally efficient)

Walaupun terdapat beberapa konsep pasar efisien, istilah pasar efisien pada umumnya hanya dikaitkan dengan salah satu dari ketiga konsep tersebut, yaitu efisiensi secara informasi (informationally efficient), yaitu suatu pasar dikatakan efisien secara informasi jika harga pasar saat ini segera dan sepenuhnya merefleksikan semua informasi yang tersedia.

29 Dalam hal ini, Haugen (2001) membagi kelompok informasi menjadi tiga, yaitu :

1. Informasi harga saham masa lalu (information in past stock prices),

2. Semua informasi public (all public information), dan

3. Semua informasi yang ada termasuk informasi orang dalam (all available information including inside or private information).

Konsep pasar efisien ini memang sangat menarik untuk dibahas atau diteliti, karena merupakan konsep dasar yang dapat membantu memahami mekanisme harga yang terjadi di pasar. Efisiensi pasar dapat didefinisikan dalam beberapa jenis definisi, yaitu (Ernawati dan Widjaja, 2002 dalam Retno Kumala; 2009,18) :

1. Berdasarkan Nilai Intrinsik Sekuritas

Nilai intrinsik adalah nilai sebenarnya dari saham yang dapat diketahui setelah melakukan analisis fundamental dengan menggunakan data keuangan emiten. Dalam konteks ini, efisiensi pasar diukur dari besarnya penyimpangan harga – harga sekuritas dari nilai intrinsiknya (Beaver, 1970). Dengan demikian, suatu pasar yang efisien menurut konsep ini dapat didefinisikan sebagai pasar yang nilai-nilai sekuritasnya tidak menyimpang dari nilai intrinsiknya.

30 Konsep awal dari efisiensi pasar yang berhubungan dengan informasi laporan keuangan berasal dari praktik analisis sekuritas yang mencoba menemukan sekuritas- sekuritsanya yang dihargai kurang benar (mispriced). Sekuritas-sekuritas yang dihargai kurang benar merupakan sekuritas – sekuritas yang harganya menyimpang dari nilai intrinsiknya atau nilai fundamentalnya. Nilai intrinsik adalah nilai sebenarnya dari saham yang dapat diketahui setelah melakukan analisis fundamental dengan menggunakan data keuangan emiten.

Perkembangan konsep efisiensi pasar selanjutnya tampaknya tidak berpegang pada konsep nilai intrinsik. Konsep efisiensi pasar lebih menjurus ke aspek akurasi return yang diharapkan oleh investor, ketersediaan informasi, dan kecepatan pasar menyerap informasi tersebut.

2. Berdasarkan Akurasi dan Ekspektasi Harga

Efisiensi pasar berdasarkan akurasi dan ekspektasi harga, menurut Fama (1970) adalah pasar yang harga-harga sekuritasnya mencerminkan secara penuh informasi yang tersedia. Definisi Fama ini menekankan pada dua aspek, yaitu ”fully reflect”dan ”information available”.

Definisi efisiensi ini menimbulkan banyak perdebatan. Beaver (1989) menyatakan bahwa definisi ini tidak jelas, tidak

31 operasional dan sirkular. Misalnya, terdapat informasi baru yang masuk ke pasar dan menjadi tersedia untuk semua pelaku pasar dan kemudian terlihat bahwa harga sekuritas yang berhubungan dengan informasi ini berubah. Karena informasi yang dibutuhkan tersedia dan harga yang berubah secara penuh mencerminkan informasi ini, maka secara definisi dapat dikatakan bahwa pasar efisien. Inilah yang disebut sirkular oleh Beaver, yaitu harga tersebut tentu saja berubah karena informasi tersedia. Tetapi apakah keadaan seperti ini dapat disebut pasar efisien? Definisi ini tidak menunjukkan seberapa cepat dan tepat perubahan harga tersebut diakibatkan oleh informasi yang tersedia. Definisi Fama (1970) hanya menunjukkan bahwa perubahan harga saja sudah cukup untuk mengatakan pasar sudah efisien.

Dyckman dan Morse (1986) menyatakan bahwa istilah ”fully reflect” tidak jelas. Harga sekuritas berubah karena adanya perubahan kepercayaan investor akibat adanya informasi baru. Proses penyebaran informasi untuk membentuk kepercayaan baru terhadap harga sekuritas akan menentukan tingkat efisiensi pasar. Proses distribusi infomasi ini menunjukkan seberapa merata penyebaran informasi ini pada setiap orang.

32 Fama sendiri menyadari bahwa definisinya sulit dibuktikan secara empiris. Fama mencoba memformalkan definisinya dengan mendefinisikan suatu fungsi harga di masa mendatang yang tergantung pada seperangkat informasi yang tersedia pada periode sekarang. Kedua fungsi harga ini akan dibandingkan. Fama juga mengemukakan dibutuhkannya suatu model ekuilibrium untuk menentukan fungsi harga – harga di masa datang akibat informasi sekarang. Dengan demikian, hipotesis pasar efisien dapat diuji dengan adanya model ekuilibrium (misalnya CAPM) dan efisiensi pasar.

3. Berdasarkan Distribusi Informasi

Definisi pasar sebelumnya hanya menekankan akurasi harga ekspektasi, tapi mengabaikan isu penyebaran informasi dan mengasumsikan bahwa semua investor mempunyai pengharapan yang sama (common expectation) atau kepercayaan yang sama (homogenous beliefs). Sebenarnya definisi yang menggunakan akurasi ekspektasi harga sekuritas ini bermasalah, yaitu jika ternyata investor memiliki ekpektasi yang heterogen (berbeda), maka akan timbul pertanyaan: ”Ekspektasi siapa yang akan digunakan?”. Dengan adanya heterogeneus beliefs, maka harga sekuritas tidak lagi merefleksikan sepenuhnya (fully reflect) informasi yang tersedia karena masingmasing investor mempunyai informasi

33 dan ekspektasi yang berbeda (Limopranoto, 2003 dalam Retno Kumala; 2009, 21).

Beaver (1989) memberikan definisi efisiensi pasar yang didasarkan pada distribusi informasi yaitu jika dan hanya jika hargaharga sekuritas bertindak seakan-akan setiap orang mengamati sistem informasi tersebut. Definisi ini secara implisit mengatakan bahwa jika setiap orang mengamati suatu sistem informasi, maka setiap orang dianggap mendapatkan informasi yang sama. Beaver berargumentasi jika harga-harga sekuritas mempunyai properti seperti yang didefinisikannya, maka harga – harga tersebut dikatakan fully reflect informasi yang tersedia.

Definisi Beaver ini mempunyai arti bahwa pasar dikatakan efisien terhadap seperangkat informasi yang spesifik jika harga yang terjadi setelah informasi yang diterima oleh pelaku pasar sama dengan harga yang terjadi jika setiap orang mendapatkan seperangkat informasi tersebut. Harga yang

terjadi di pasar yang efisien ini disebut ”full-information

price”.

4. Berdasarkan Proses Dinamik

Efisiensi pasar berdasarkan proses dinamis mempertimbangkan distribusi informasi yang tidak simetris dan kecepatan proses distribusinya. Informasi yang tidak

34 simetris (information asymmetric) adalah informasi private yang hanya dimiliki oleh pemodal yang mendapat informasi saja. Informasi asimetris ini dapat merugikan pasar modal yang menawarkan sekuritas berkualitas. Berdasarkan alasan ini, emiten yang menawarkan sekuritas berkualitas secara sukarela mengungkapkan semua informasi yang dimiliki sehubungan dengan sekuritas tersebut untuk mengurangi informasi asimetris (Ernawati dan Widjaja, 2002 dalam Retno Kumala; 2009, 22).

Definisi efisiensi pasar yang didasarkan pada proses dinamik mempertimbangkan distribusi informasi yang tidak simetris dan menjelaskan bagaimana harga – harga akan menyesuaikan karena informasi yang tidak simetris tersebut. Definisi yang mendasarkan pada proses dinamik ini menekankan pada kecepatan penyebaran informasi yang tidak simetris. Pasar dikatakan efisien jika penyebaran informasi ini dilakukan secara cepat sehingga informasi menjadi simetris, yaitu setiap orang memiliki informasi ini.

Dalam dokumen Pengujian EfisiensiI Pasar Modal dI Asean (Halaman 30-74)

Dokumen terkait