• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

B. Kajian Teoritik

a. Pengertian Good Corporate Governance

Syakhroza (2005: 17) governance sebagai suatu sistem (yang terbuka/open system) terdiri atas struktur (governance structure), mekanisme (governance mechanism), dan prinsip-prinsip governance (governance principles). Ketiga perangkat tersebut harus diupayakan berjalan sebagai suatu kesatuan dalam bentuk governance system yang berinteraksi secara efektif dengan lingkungan internal dan eksternal dalam mencapai tujuan organisasi yang di terapkan. Efektivitas perangkat governance akan dinilai dari seberapa jauh sistem yang dibangun menghasilkan governance outcomes yang diharapkan.

Kay dalam Sutedi (2011: 2) mendefinisikan Good Corporate Governance merupakan sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan guna menciptakan nilai tambah bagi para pemangku kepentingan perusahaan dan masyarakat sekitar.

Effendi (2009: 2) mendefiniskan GCG sebagai seperangkat sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan untuk menciptakan nilai tambah (value added) bagi para pemangku kepentingan. Good Corporate Governance, yang selanjutnya disebut GCG, adalah suatu tata kelola Bank yang menerapkan prinsip-prinsip keterbukaan (transparency), akuntabilitas (accountability), pertanggungjawaban (responsibility), profesional (professional), dan kewajaran (fairness) (Peraturan Bank Indonesia No. 11/33/PBI/2009).

16

Menurut Komite Nasional Kebijakan Governance (2004) dalam Pedoman Umum Good Corporate Governance Perbankan Indonesia, Good Corporate Governance adalah suatu proses dari struktur yang digunakan oleh organ perusahaan guna memberikan nilai tambah pada perusahaan secara berkesinambungan dalam jangka panjang bagi pemegang saham dengan tetap memperlihatkan kepentingan stakeholder lainnya, berlandaskan peraturan perundang-undangan dan norma yang berlaku.

Organization for Economic Corporation and Development (OECD) dalam mendefinisikan Good Corporate Governance sebagai suatu sistem yang dipergunakan untuk mengarahkan dan mengendalikan kegiatan perusahaan. Corporate Governance mengatur pembagian tugas hak dan kewajiban mereka yang berkepentingan terhadap kehidupan perusahaan termasuk para pemegang saham, dewan pengurus, para manajer, dan semua anggota stakeholder non pemegang saham.

Center for European Policy Study (CEPS) memformulasikan Good Corporate Governance sebagai seluruh sistem yang dibentuk mulai dari hak (right), proses, dan pengendalian, baik yang ada di dalam maupun di luar manajemen perusahaan (Sutedi, 2011: 1).

b. Konsep Good Corporate Governance dalam Perspektif Ajaran Islam

Prinsip Good Corporate Governance dalam Islam juga sesuai dengan yang dirumuskan oleh Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG).Prinsip-prinsip yang dirumuskan oleh KNKG adalah

transparansi, akuntabilitas, pertanggungjawaban, independensi dan keadilan.

Untuk melakukan penelitian atas konsep Good Corporate Governance dalam perspektif ajaran Islam, maka penulis mencari data tertulis dengan cara melakukan pengamatan sekilas, dari literature-literature yang ada dan wawancara dengan Direktur Operasional BMT Tumang yaitu Bapak Joko Sriyanto, Ketiga cara tersebut dianggap cukup praktis bagi penulis dalam melakukan penelitian. Dan berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis maka diperoleh informasi sebagai berikut:

1. Transparansi (transparency)

Di dalam akuntansi Islam transparasi juga disebut dengan misdaqiyah yang artinya secara umum adalah menyiapkan hitungan-hitungan akhir serta neraca-neraca keuangan (Syahadah, 2001:20).

Di dalam mengungkapkan keterangan-keterangan dan informasi-informasi yang ada harus benar dan sesuai dengan realita serta tidak ada kebohongan dan kecurangan, karena data-data tersebut merupakan kesaksian, Secara berkesinambungan melakukan sosialisasi dan mengedukasi masyarakat mengenai prinsip-prinsip, produk, jasa perbankan syariah, dan manfaat bagi pengguna jasa perbankan syariah

18

2. Akuntabilitas (accountability)

Dalam implikasi bisnis dan akuntansi adalah bahwa dalam individu yang terlibat harus mempertanggungjawabkan segala sesuatu yang diperbuat kepada pihak-pihak yang terkait wujud dari pertanggungjawaban biasanya berbentuk laporan keuangan. Dalam hal accountability orang-orang Muslim mantap hatinya bahwa mereka akan diperhitungkan mengenai apa yang mereka perbuat di dunia pada Hari Akhir (kehidupan setelah mati). Dalam Islam, orang-orang Muslim harus mengikuti kehendak Allah SWT dengan mencari rida-Nya dalam seluruh kegiatannya (Bakar, 2007:744).

Dalam memandang penerapan corporate governance dari perspektif Islam, maka direktur perusahaan, manajemen juga auditorseharusnya menunjukkan tugas professional mereka dengan tujuan memuaskan kebutuhan-kebutuhan shareholders dan Allah Swt.

Hal ini jelas bahwasannnya dalam praktek manajemen perusahan semua Job Discription dari masing-masing pengurus harus dapat dipertanggung jawabkan dan dapat diterima dengan baik.

3. Tanggung jawab (responsibility)

Wujud tanggung jawab dalam Islam adalah tanggung jawab kepada Allah SWT, tanggung jawab kepada pemilik modal dan tanggung jawab kepada diri sendiri.Nilai ini memastikan bahwa pengelolaan lembaga keuangan syariah dilakukan dengan moralitas yang menjunjung tinggi nilai kejujuran (Bakar, 2007:744).

Nilai ini menjaga dengan ketat prinsip kehati-hatian dan kejujuran dalam mengelola dana yang diperoleh dari pemilik dana (shahibul maal) sehingga timbul rasa saling percaya antara pihak pemilik dana dan pihak pengelola dana investasi (mundharib). Upaya tersebut dianggap sebagai suatu perbuatan yang baik dalam Islam, sehingga setiap individu dalam lembaga harus memiliki rasa pertanggungjawaban yang tinggi dalam pekerjaan mereka.

Dalam konteks ini lembaga BMT harus berhati-hati dalam menentukan sebuah kebijakan dan langkah dalam menjalankan sistem didalam kinerja sebuah lembaga, baik dari kepatuhan dalam perundang-undangan yang berlaku maupun aturan secara khusu’ yang diterapkan oleh kantor pusat, sehingga diharapkan tidak akan terjadi penyimpangan di dalam kinerja.

4. Independensi (independency)

Wujud Independensi dalam Islam adalah dalam mengambil keputusan harus objektif dan bebas dari segala tekanan dari pihak manapun. Dalam hal mengambil keputusan stakeholder harus memusyawarahkan dengan masing-masing stakeholder yang berkepentingan dalam perusahaan. Nilai ini memastikan bahwa pengelolaan BMT dilakukan secara professional dan kompetitif sehingga menghasilkan keuntungan maksimum dalam tingkat risiko yang ditetapkan oleh BMT. Termasuk di dalamnya adalah pelayanan

20

yang penuh dengan kecermatan dan kesantunan (ri’ayah) serta penuh rasa tanggung jawab (mas’uliyah).

Dalam membuat keputusan haruslah adil dan tidak terpengaruh oleh pihak manapun, penjelasan tersebut tercantum dalam ayat di atas bahwa seorang mukmin harus patuh terhadap seruan Tuhannya, maksudnya adalah pimpinan atau pengurus didalam BMT harus patuh terhadap peraturan dan undang-undang yang berlaku bahwa seorang pimpinan dalam memutuskan kebijakan harus independen yang artinya tidak ada pengaruh dari pihak manapun atau keputusan tersebut tidak dapat dipengaruhi oleh unsur apapun yang intinya tidak berpihak kepada yang berkepentingan.

5. Kesetaraan (fairness)

Dalam konteks akuntansi data adil sangat berkaitan dengan praktek moral yaitu kejujuran yang merupakan faktor dominan.Dapat dijelaskan dalam pengertian keadilan sesuai dengan terjemahan dari ayat di atas adalah BMT sebagai lembaga penerima dan penyalur dana umat harus adil dalam menyalurkan, baik dalam penentuan nisbah bagi hasil atau penyampaian kebijakan kepada stakeholders atau anggota, diharapkan dengan diwujudkannya keadilan ini akan tercipta budaya kinerja yang professional.

c. Prinsip-prinsip Good Corporate Governance

Good corporate governance sebagaimana dimuat dalam Pedoman Good Corporate Governance Perbankan Indonesia yang dikeluarkan oleh

Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance pada 17 Oktober 2004 adalah suatu tata kelola yang mengandung lima prinsip utama yaitu keterbukaan (transparency), akuntabilitas (accountability), tanggungjawab (responsibility), independensi (independency), dan kewajaran (fairness). Hal ini juga termaktub dalam Peraturan Bank Indonesia No.8/4/PBI/2006 dan PBI No. 11/33/PBI/2009.

Prinsip Good Corporate Governance sebagai lembaga intermediasi dan lembaga kepercayaan, dalam melaksanakan kegiatan usahanya bank harus menganut prinsip keterbukaan (transparency), memiliki ukuran kinerja dari semua jajaran bank berdasarkan ukuran-ukuran yang konsisten dengan corporate values, sasaran usaha dan strategi bank sebagai pencerminan akuntabilitas bank (accountability), berpegang pada prudential banking practices dan menjamin dilaksanakannya ketentuan yang berlaku sebagai wujud tanggung-jawab bank (responsibility), objektif dan bebas dari tekanan pihak manapun dalam pengambilan keputusan (independency), serta senantiasa memperhatikan kepentingan seluruh stakeholders berdasarkan azas kesetaraan dan kewajaran (fairness). Menurut Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance (2004) dalam hubungan dengan prinsip tersebut bank perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

22

a. Keterbukaan (Transparency)

1) Bank harus mengungkapkan informasi secara tepat waktu, memadai, jelas, akurat dan dapat diperbandingkan serta mudah diakses oleh stakeholders sesuai dengan haknya.

2) Informasi yang harus diungkapkan meliputi visi, misi, sasaran usaha dan strategi perusahaan, kondisi keuangan, susunan dan kompensasi pengurus, pemegang saham pengendali, cross shareholding, pejabat eksekutif, pengelolaan risiko (risk management), sistem pengawasan dan pengendalian intern, status kepatuhan, sistem dan pelaksanaan GCG serta kejadian penting yang dapat mempengaruhi kondisi bank.

3) Prinsip keterbukaan yang dianut oleh bank tidak mengurangi kewajiban untuk memenuhi ketentuan rahasia bank sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, rahasia jabatan, dan hak-hak pribadi.

4) Kebijakan bank harus tertulis dan dikomunikasikan kepada pihak yang berkepentingan (stakeholders) dan yang berhak memperoleh informasi tentang kebijakan tersebut.

b. Akuntabilitas (Accountability)

1) Bank harus menetapkan tanggung jawab yang jelas dari masing-masing organ organisasi yang selaras dengan visi, misi, sasaran usaha dan strategi perusahaan.

2) Bank harus meyakini bahwa semuaorganisasi bank mempunyai kompetensi sesuai dengan tanggung jawabnya dan memahami perannya dalam pelaksanaan GCG.

3) Bank harus memastikan terdapatnya check and balance system dalam pengelolaan bank.

4) Bank harus memiliki ukuran kinerja dari semua jajaran bank berdasarkan ukuran-ukuran yang disepakati konsisten dengan nilai perusahaan (corporate values), sasaran usaha dan strategi bank serta memiliki rewards and punishment system.

c. Tanggung Jawab (Responsibility)

1) Untuk menjaga kelangsungan usahanya, bank harus berpegang pada prinsip kehati-hatian (prudential banking practices) dan menjamin dilaksanakannya ketentuan yang berlaku.

2) Bank harus bertindak sebagai good corporate citizen (perusahaan yang baik) termasuk peduli terhadap lingkungan dan melaksanakan tanggung jawab sosial.

d. Independensi (Independency)

1) Bank harus menghindari terjadinya dominasi yang tidak wajar oleh stakeholder manapun dan tidak terpengaruh oleh kepentingan sepihak serta bebas dari benturan kepentingan (conflict of interest).

2) Bank dalam mengambil keputusan harus obyektif dan bebas dari segala tekanan dari pihak manapun.

24

e. Kewajaran (Fairness)

1) Bank harus senantiasa memperhatikan kepentingan seluruh stakeholders berdasarkan azas kesetaraan dan kewajaran (equaltreatment).

2) Bank harus memberikan kesempatan kepada seluruh stakeholders untuk memberikan masukan dan menyampaikan pendapat bagi kepentingan bank serta mempunyai akses terhadap informasi sesuai dengan prinsip keterbukaan.

d. Tujuan Dan Manfaat Good Corporate Governance

Tujuan GCG adalah menciptakan sistem pengendalian dan keseimbangan (chekand balance) untuk mencegah penyalahgunaan dari sumber daya perusahaan dan tetap mendorong terjadinya pertumbuhan perusahaan.Corporate Governance yang efektif menciptakan sistem yang dapat menjaga keseimbangan dalam pengendalian perusahaan, sehingga dapat ditekan seminimal mungkin peluang-peluang terjadinya korupsi, penyalahgunaan wewenang masing-masing organ perusahaan, menciptakan insentif bagi manajemen untuk memaksimalkan produktivitas penggunaan aset dan sumber daya lainnya, sehingga dicapai hasil usaha yang maksimal (Sutedi, 2011: 125-126).

Adapun manfaat dalam pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG) yang akan diperoleh adalah sebagai berikut:

1) Meningkatkan kinerja perusahaan melalui terciptanya proses pengambilan keputusan yang lebih baik, meningkatkan efisiensi

operasional perusahaan serta lebih meningkatkan pelayanan kepada stakeholders.

2) Mempermudah diperolehnya dana pembiayaan yang lebih murah yang pada akhirnya akan meningkatkan corporate value.

3) Mengembalikan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia.

4) Pemegang saham akan merasa puas dengan kinerja perusahaan sekaligus akan meningkatkan shareholders value dan deviden (Zarkasyi, 2008: 25).

e. Unsur-unsur Good Corporate Governance

Menurut Sutedi (2011: 41-42), ada beberapa unsur-unsur dalam corporate governance yang bisa menjamin berfungsinya Good Corporate Governance:

a. Corporate Governance-Internal Perusahaan

Internal perusahaan adalah unsur-unsur yang berasal dari dalam perusahaan dan merupakan unsur yang selalu diperlukan di dalam perusahaan. Unsur-unsur internal perusahaan tersebut sebagai berikut: 1) Pemegang saham 2) Direksi 3) Dewan komisaris 4) Manajer 5) Karyawan/serikat pekerja

26

6) Sistem remunerasi berdasar kinerja 7) Komite audit

Unsur-unsur yang selalu diperlukan di dalam perusahaan antara lain yaitu:

1) Keterbukaan dan kerahasiaan (disclosure) 2) Transparansi

3) Accountability 4) Fairness

5) Aturan dari code of conduct.

b. Corporate Governance-External Perusahaan

Unsur-unsur yang berasal dari luar perusahaan dan unsur yang selalu diperlukan di luar perusahaan, dinamakan Corporate Governance-External Perusahaan. Unsur yang berasal dari luar perusahaan adalah antara lain :

1) Kecukupan undang-undang dan perangkat hukum 2) Investor

3) Institusi penyedia informasi 4) Akuntan publik

5) Institusi yang memihak kepentingan publik bukan golongan 6) Pemberi pinjaman

7) Lembaga yang mengesahkan legalitas.

Unsur yang selalu diperlukan di luar perusahaan yaitu meliputi:

1) Aturan dari code of conduct 2) Fairness

3) Accountability 4) Jaminan hukum.

f. Pilar Pendukung Good Corporate Governance.

Zarkasyi (2008: 36) menyatakan bahwa GCG diperlukan untuk mendorong terciptanya pasar yang efisien, transparan, dan konsisten dengan peraturan-undangan. GCG perlu didukung oleh tiga pilar yang saling berhubungan, yaitu negara dan perangkatnya sebagai regulator, dunia usaha sebagai pelaku pasar, dan masyarakat pengguna produk dan jasa dunia usaha. Lebih lanjut Zarkasyi (2008: 36) memberikan penjelasan mengenai prinsip dasar yang harus dilaksanakan oleh masing-masing pilar adalah sebagai berikut:

1) Negara dan perangkatnya, peraturan perundang-undangan yang menunjang iklim usaha yang sehat, efisien dan transparan, melaksanakan peraturan perundang-undangan dan penegakan hukum secara konsisten.

2) Dunia usaha sebagai pelaku pasar menerapkan GCG sebagai pedoman dasar pelaksanaan usaha.

3) Masyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha serta pihak yang terkena dampak dari keberadaan perusahaan, menunjukkan kepedulian dan melakukan kontrol secara obyektif dan bertanggung jawab.

61 BAB III

Dokumen terkait