• Tidak ada hasil yang ditemukan

3.2 Data dan Sumber Data Penelitian

3.2.2 Sumber data

Sumber data pada penelitian ini adalah karangan pemelajar BIPA di ILCIC Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma periode 2019-2020. Dalam menentukan sumber data, peneliti menggunakan teknik purposive sampling.

Sugiyono (2012: 218) menjelaskan bahwa purposive sampling merupakan suatu teknik pengambilan data dengan menentukan sebuah pertimbangan. Peneliti pengambil sampel khusus. Peneliti membuat kriteria tertentu sebagai tolak ukur sampel yang akan dijadikan sebagai sumber data (informan). Kriteria tersebut yakni pemelajar BIPA di ILCIC lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta periode 2019-2020 yang sudah menguasai bahasa Indonesia dan sudah mempelajari bahasa Indonesia sejak lama.

Tabel 4. 1 Daftar Kode Data Kesalahan Ejaan Daftar Karangan No Judul Karangan Pemelajar

1. Perkembangan Teknologi, Internet 2. Beragam Masalah Sosial di Singapura 3. Masalah Sosial di Singapura

4. Festival Hantu Lapar atau Hungry Ghost Festival di Singapura 5. Kemajuan Teknologi

6. Permainan Tradisional

7. Pengaruh Televisi + Radio pada Anak-Anak 8. Diskriminasi Pekerja Wanita di Burkina Faso 9. Pengaruh TV

10. Kehidupan Anak Jalanan

11. Kehidupan Anak-Anakan Jalanan di Filipina 12. Mahasiswa di Kenya

13. Candi Prambanan

14. Pengalaman di Indonesia 15. Mahasiswa di Kamerun 16. Masa Kecil Saya

17. Liburan di Panti Asuhan Hamba 18. Mahasiswa

19. Mahasiswa di Burkina Faso

20. Solusi Masalah Sampah di Indonesia 21. Terorisme Singapura: Dulu dan Kini 22. Potensi Maritim Indonesia dan Masalahnya 23. Tentera Singapura

24. Bahasa Gaul “Singlish”

25. Jasa yang Tak Terlupakan

26. Indonesia, Negara yang Berpotensi Besar

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan yakni teknik dokumentasi. Teknik ini dugunakan untuk mendapatkan data primer yaitu dari hasil pengajuan proposal penelitian pada pihak Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma untuk memperoleh karangan- karangan pemelajar di ILCIC Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma periode 2019-2020. Dari hasil pengajuan proposal penelitian tersebut, peneliti akan memperoleh data karangan

yang nantinya akan dianalisis kesalahan berbahasanya sesuai dengan tataran fonologi bidang ejaan dan morfologi.

Ada pun teknik analisis lain yang digunakan ialah teknik analisis dokumen dengan pencatatan. Teknik ini digunakan untuk mencatat berbagai kesalahan berbahasa yang muncul dalam karangan pemelajar BIPA di ILCIC Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3.4 Instrumen Penelitian

Menyusun insturmen merupakan langkah penting dalam pola prosedur penelitian. Instrumen memiliki fungsi sebagai alat bantu dalam mengumpulkan data yang diperlukan. Instrumen penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini yakni peneliti sendiri dengan berbekal pedoman teori kesalahan berbahasa dalam kategori taksonomi linguistik menggunakan teori dari para ahli. Bogdan dan Bikien (1982:27) menjelaskan bahwa dalam penelitian kualitatif, instrumen yang paling utama adalah peneliti sendiri. Peneliti mengumpulkan data dengan bantuan instrument pendukung yaitu instrumen pencatatan Berikut penjelasan instrumen yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan data.

a. Pencatatan

Tenik pencatatan ini dilakukan oleh peneliti untuk mencatat bentuk-bentuk kesalahan yang terjadi dalam karangan pemelajar BIPA level intermediate sampai level advance di lembaga Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Data ini akan diklasifikasikan sesuai dengan jenis-jenis kesalahannya. Peneliti akan memberikan kode pada setiap karangan milik pemelajar dan tidak mencantumkan nama pengarang.

Tabel 1 Format Pencatatan Kesalahan Berbahasa Pada Tataran Fonologi Bidang Ejaan

dst

Keterangan kode:

E1-E (seterusnya) = Urutan Data kesalahan Ejaan karangan Pemelajar BIPA KHK = Kesalahan Huruf Kapital

KHM = Kesalahan Huruf Miring KPK = Kesalahan Penulisan Kata

KKD = Kesalahan Kata Depan

KLB = Kesalahan Lambang Bilangan

KTB = Kesalahan Tanda Baca

KUS = Kesalahan Unsur Serapan

Tabel 2 Format Pencatatan Kesalahan Berbahasa Pada Tataran Morfologi

No. Data karangan

Bentuk Kesalahan

Kalimat yang

salah Perbaikan 1.

2.

dst

Keterangan kode:

M1- M (seterusnya)= Urutan Data Kesalahan Morfologi Karangan Pemelajar BIPA

KBD = Kesalahan Bentuk Dasar

KPP = Kesalahan Penghilangan Prefiks

KPS = Kesalahan Penghilangan Sufiks KPB = Kesalahan Peluluhan Bunyi PM = Kesalahan Penggantian Morf KPM = Kesalahan Penyingkatan Morf KPem = Kesalahan Pemilihan Afiks

KPen = Kesalahan Penambahan

KK = Kesalahan Komposisi

3.5 Teknik Analisis Data

Sudaryanto (2001: 3- 6) menjelaskan bahwa analisis data merupakan teknik yang dilakukan peneliti untuk membenahi langsung kesalahan yang terkandung dalam data. Pembenahan tersebut timbul dari adanya tindakan mengamati, menelaah, dan memberikan sebuah permasalahan dengan cara tertentu. Cara tersebut merupakan cara yang khas untuk memahami kesalahan berbahasa.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan analisis data dengan model analisis interaktif, yaitu dengan melakukan analisis secara langsung terhadap bentuk-bentuk kesalahan berbahasa dalam karangan pemelajar BIPA di Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma.

Adapun komponen analisis data model interaktif dipaparkan sebagai berikut:

1) Reduksi Data (Data reduction)

Pada tahap ini, peneliti mengumpulkan data berupa karangan-karangan yang akan diidentifikasi berdasarkan jenis kesalahannya. Data tersebut diperoleh dari instrumen pencatatan dan instrumen berupa penjelasan penulisan karangan.

2) Penyajian Data (Data Display)

Pada tahap ini, peneliti memberikan tanda yang menunjukkan kesalahan pada karangan pemelajar BIPA. Untuk membantu mempermudah memberi tanda

yang menunjukkan adanya kesalahan berbahasa, peneliti menggunakan kartu penanda kesalahan pada instrumen pencatatan. Peneliti menyajikan data berupa membuat 2 kartu penanda (kartu penanda kesalahan ejaan dan kartu penanda kesalahan morfologi) untuk mempermudah penyajian data. Setelah memberikan tanda pada karangan yang terindikasi mengalami kesalahan, peneliti mulai mengklasifikasikan dan mengelompokkan data sesuai dengan jenis kesalahan yang ada yaitu kesalahan ejaan dan morfologi.

3) Kesimpulan, Melakukan verifikasi data dari hasil penelitian (Conclusion Drawing/ Verification)

Pada tahap kesimpulan dan verifikasi data, peneliti membuat rangkuman berdasarkan data yang telah direduksi dan disajikan dengan menyertakan bukti-bukti yang valid pada tahap pengumpulan data. Kesimpulan tersebut digunakan untuk menjawab rumusan masalah yang telah disampaikan oleh peneliti sejak awal.

3.6 Triangulasi Data (Pengujian Keabsahan Data)

Dalam menguji keabsahan data, peneliti menggunakan teknik triangulasi, yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan seuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai bentuk perbandingan terhadap data itu (Moleong, 2010:330). Triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi penyidik. Triangulasi penyidik mencakup penggunaan beberapa penyelidik berbeda penilai dalam satu evaluasi proyek (Bachri, 2010). Penyidik yang dipilih adalah seorang ahli di bidangnya. Ibu Septina Krismawati, S.S., M.A. adalah triangulator yang dipilih oleh peneliti sebagai penyidik karena penelitian ini berhubungan dengan kajian linguistik.

Untuk mempermudah triangulator dalam menguji keabsahan data, peneliti menggunakan tabel triangulasi data sebagai berikut.

Tabel 3 Format Triangulasi Data

No Data kesalahan berbahasa bidang ejaan

2. Kesalahan pada Penghilangan Afiks

3. Kesalahan nasalisasi dan peluluhan dalam proses afiksasi.

4. Kesalahan pada Penggantian Morf

5. Kesalahan pada Penyingkatan Morf mem-, men-, meng-, meny-,dan menge- 6. Kesalahan

Berbahasa Tataran Reduplikasi (Pengulangan Kata Majemuk yang kurang tepat)

7. Kesalahan Berbahasa Tataran Komposisi

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Pada bagian bab IV ini berisi uraian terkait tiga pembahasan, yaitu (1) deskripsi data, (2) analisis data, dan (3) pembahasan hasil penelitian. Berikut uraian tiga pembahasan tersebut.

4.1 Deskripsi Data

Data dalam penelitian ini berupa kutipan kalimat yang terindikasi mengalami kesalahan berbahasa pada tataran fonologi bidang ejaan dan kesalahan berbahasa pada tataran morfologi pada karangan pemelajar BIPA di Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma periode 2019-2020. Kutipan kalimat yang terindikasi mengalami kesalahan berbahasa tersebut ditulis menggunakan kode yang sudah dijelaskan pada instrumen penelitian.

Berdasarkan langkah-langkah pengumpulan data pada bab III, peneliti akan menyajikan data terkait kesalahan berbahasa karangan pemelajar BIPA di ILCIC (Indonesian Language and Culture Intensive Course) Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma pada tataran fonologi bidang ejaan dan morfologi.

4.1.1 Profil Lembaga Bahasa (Indonesian Language and Culture Intensive Course) Lembaga Bahasa memulai pelayanannya pada bulan Juli 1992 menggunakan nama Pusat Pengembangan dan Pelatihan Bahasa Universitas Sanata Dharma. Pada awal berproses, institusi ini hanya menawarkan pelatihan intensif budaya dan bahasa Indonesia untuk mahasiswa dan dosen dari Universitas Edith Cowan, Perth, dan Australia.

Dalam perkembangannya, P3Bahasa telah menawarkan tidak hanya pelatihan bahasa Indonesia kepada dosen dan mahasiswa dari Australia, tetapi juga untuk para ekspatriat yang ingin bekerja di Indonesia maupun mahasiswa asing dan mahasiswa Indonesia yang ingin mendalami bahasa dan budaya di universitas.

Pada bulan Oktober tahun 2005, Pusat Pengembangan dan Pelatihan Bahasa Universitas Sanata Dharma merubah namanya menjadi Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma. Dengan adanya perubahan ini, Lembaga Bahasa dituntut untuk

59

meningkatkan metode pengajarannya, bahan-bahan ajar, dan sumber daya manusia untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan para konsumen.

Lembaga Bahasa menggunakan kurikulum CEFR (Common European Framework of Reference for Languages). Berdasarkan kurikulum ini, kelompok tim pengembang materi mengembangkan silabus dan buku ajar BIPA sehingga menghasilkan beberapa buku ajar. Buku ajar yang dimiliki oleh Lembaga Bahasa yaitu buku reguler Pemula 1, Pemula 2, Madya 1, Madya 2, Lanjut 1, dan Lanjut 2.

Terdapat beberapa buku ajar yang dikembangkan khusus sesuai kebutuhan pemelajar, yaitu Buku School Tour (untuk pemelajar SMP/SMA dari Australia), Buku USINDO (untuk mahasiswa S1, S2/pekerja dari Amerika), Buku Konkuk (untuk mahasiswa dari Universitas Konkuk Korea), Buku KSU (untuk mahasiswa dari Universitas Kyoto Sangyo, Jepang), dan bahan ajar ISP (Indonesian Language for Specific Purposes) untuk pemelajar yang sudah selesai belajar bahasa Indonesia sampai level Lanjut 2 dan ingin belajar dengan topik khusus.

Terdapat juga bahan ajar khusus untuk para misionaris yang akan bertugas di Indonesia. Apabila dilihat dari buku ajar yang dikembangkan, pemelajar yang belajar bahasa Indonesia di Lembaga Bahasa sangat beragam. Pemelajar tersebut ada yang berusia 12 hingga 40 tahun ke atas. Ada pemelajar privat (datang perseorangan dan meminta kelas bahasa), seperti pemelajar misionaris dari Italia, Kongo, Thailand, Myanmar, dan India.

Ada juga pemelajar kelompok/grup (datang dari sekolah dan universitas), seperti dari Scotch College, Hellena College, Mandurah College, dll. dari Australia, Universitas Nanzan dan Kyoto Sangyo dari Jepang, Universitas Konkuk Korea, Program Darmasiswa, Program VIA (Volunteer in Asia), dan Program USINDO dari Amerika. Pemelajar kelompok/grup biasanya datang 2 kali dalam 1 tahun. Ada juga yang datang 1 kalli dalam 1 tahun. Selain mahasiswa, ada juga pemelajar ibu rumah tangga yang belajar bahasa Indonesia karena akan tinggal dan bekerja di Indonesia.

Ada juga peneliti yang belajar karena akan melaksanakan penelitian di Indonesia.

Selain itu, terdapat juga kelas kecil untuk pemelajar privat. Ada juga laboratorium bahasa, televisi, tape untuk memfasilitasi kelas mendengarkan. Terdapat juga ruang minum untuk pemelajar beristirahat dan makan snack dan ada juga ruang Self Access Center. Berkaitan dengan fasilitas, terkadang Lembaga mengalami kendala

terbatasnya ruangan. Hal ini terjadi karena Lembaga Bahasa tidak hanya memiliki devisi bahasa asia (bahasa Indonesia, bahasa Jawa, bahasa Mandarin, bahasa Korea, dan bahasa Jepang), tetapi juga ada devisi bahasa Inggris setiap sore hari sehingga kadang ruangan terbatas.

Selain kelas bahasa, Lembaga Bahasa juga menawarkan kelas-kelas budaya, seperti kelas gamelan, kelas membatik, kelas perak, kelas janur, kelas membuat jamu, kelas memasak, kelas membuat wayang. Ada juga fieldstudy ke radio, stasiun televisi dan ada beberapa tour, seperti ke Candi Borobudur, Candi Prambanan, Keraton Yogyakarta, Taman Sari, dan sekitarnya.

Pengajar di Lembaga Bahasa berjumlah 22 orang yang merupakan alumni atau mahasiswa S1 dan S2 Universitas Sanata Dharma (mahasiswa minimal semester 5) dari jurusan bahasa Indonesia atau bahasa Inggris. Namun, tahun lalu Lembaga Bahasa membuka kesempatan juga untuk mahasiswa S2 di luar Universias Sanata Dharma.

Para pengajar terntunya memiliki kompetensi profesionalitas pengajar yang baik.

4.2 Analisis Data

Peneliti menganalisis data berdasarkan urutan kesalahan mulai dari kesalahan pada tataran fonologi bidang ejaan hingga kesalahan pada tataran morfologi.

Kesalahan ejaan yaitu, (penggunaan huruf kapital, penggunaan huruf miring, penulisan kata depan, penulisan lambing bilangan, penulisan unsur serapan, dan penggunaan tanda baca), kesalahan tataran morfologi, yaitu (kesalahan pada pemilihan afiks, penghilangan prefiks, penghilangan sufiks, penambahan afiks, kesalahan pada penggantian morf, dan kesalahan peluluhan bunyi.)

4.2.1 Kesalahan Ejaan

Bahasa Indonesia memiliki pedoman ejaan yang ditulis dalam buku berjudul Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah. Buku tersebut memuat materi, yaitu (1) Pemakaian Huruf, (2) Penulisan Kata, (3) Pemakaian Tanda Baca, (4) Penulisan Unsur Serapan, (5) Pedoman Pemmenggalan Kata, (6) Imbuhan Bahasa Indonesia, dan (7) Bentuk Terikat Bahasa Asing.

Berdasarkan penjalasan di atas, penulisan yang baik dan benar perlu disesuaikan dengan kaidah ejaan dalam bahasa Indonesia. Suatu ejaan bahasa ikut menentukan kebaukan dan ketidakbakuan kalimat.

Nasucha, dkk (2009: 92) menjelaskan bahwa realitas kesalahan pemakaian bahasa sebagian besar disebabkan oleh kesalahan penerapan ejaan, terutama tanda baca, penulisan kata depan, dan pemakaian huruf kapital.

Peneliti akan menguraikan kesalahan-kesalahan yang terjadi pada tataran fonologi bidang ejaan dalam karangan pemelajar BIPA berdasarkan buku Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) dan mengelaborasi hasil analisis menggunakan buku berjudul Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia Teori dan Praktik. Kesalahan dalam tataran fonologi bidang ejaan yang ditemukan dalam karangan pemelajar BIPA di ILCIC Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma Periode 2019-2020. Kesalahan tersebut terdiri atas (1) kesalahan penggunaan huruf kapital, (2) kesalahan penggunaan huruf miring, (3) kesalahan pada penulisan kata, (4) kesalahan penulisan kata depan, (5) kesalahan penulisan angka atau lambang bilangan, (6) kesalahan penulisan unsur serapan, dan (7) kesalahan penggunaan tanda baca.

4.2.1.1 Kesalahan Penggunaan Huruf Kapital

Dalam penelitian ini, kesalahan penggunaan huruf kapital yang ditemukan dalam karangan pemelajar BIPA adalah sebanyak 28 kesalahan. Untuk itu, peneliti akan menguraikan beberapa kesalahan penggunaan huruf kapital yang ada pada karangan pemelajar BIPA.

1) Beragam Masalah Sosial Di Singapura (E2, judul)

2) (…). di sini pekerja asing membentuk 50% dari sektor jasa (E3,p2,k3) 3) Pengaruh Televisi + Radio pada anak-anak (E7, judul)

Kesalahan pada data nomor (1), yaitu kesalahan penulisan huruf kapital pada judul. Kesalahan tersebut terletak pada penulisan kata tugas dalam sebuah judul. Penggunaan huruf kapital pada penulisan judul tersebut tidak benar karena penulisan huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur bentuk ulang sempurna) dalam nama negara, lembaga, badan, organisasi, atau dokumen, kecuali kata tugas, seperti di, ke, dari dan, yang, dan untuk. Pada judul nomor 1, penulis menggunakan kata tugas di. Namun, penulisan tersebut kurang tepat karena penulis menggunakan huruf kapital pada kata tugas di. Sesuai

dengan kaidah kebahasaan yang benar, penulisan judul yang menggunakan kata tugas di, ke, dari dan, yang, dan untuk tidak ditulis menggunakan huruf kapital.

Kesalahan yang berbeda, tetapi masih dalam lingkungan kesalahan pada penggunaan huruf kapital dapat ditemukan pada data nomor (2).

Penulisan kata di sini dengan menggunakan huruf kecil pada huruf pertama di awal kalimat kurang tepat karena huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama di awal kalimat. Huruf pertama untuk mengawali kalimat seharusnya ditulis menggunakan huruf kapital.

Kesalahan penggunaan huruf kapital pada kalimat nomor (3) dalam judul, terjadi pada penulisan kata ulang sempurna. Dalam judul Pengaruh Televisi + Radio pada anak-anak, kata anak-anak termasuk dalam kata ulang sempurna. Pada kasus penulisan judul, kata ulang sempurna seharusnya menggunakan huruf kapital karena dalam buku PUEBI (2017:

10) dijelaskan bahwa huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unusr bentuk ulang sempurna) dalam nama negara, lembaga, badan, organisasi, atau dokumen.

Kesalahan pada data nomor (1), (2), dan (3) memang sering dijumpai pada karangan-karangan setiap orang. Terkadang hal ini menjadi hal yang kurang disoroti penggunaannya yang sesuai dengan kaidah kebahasaan.

Berdasarkan kesalahan penggunaan huruf kapital yang ditemukan dalam karangan pemelajar BIPA, penulisan yang baik dan benar adalah sebagai berikut.

1a) Beragam Masalah Sosial di Singapura (E2, judul)

2a) (…). Di sini pekerja asing membentuk 50% dari sektor jasa (E3,p2,k3)

3a) Pengaruh Televisi + Radio pada Anak-Anak (E7, judul)

4.2.1.2 Kesalahan dalam Penulisan Huruf Miring

Pada karangan pemelajar BIPA, ditemukan adanya beberapa kesalahan pada penggunaan huruf miring. Terdapat sebanyak tujuh

kesalahan. Untuk itu, peneliti akan menguraikan bentuk-bentuk kesalahan pada penggunaan huruf miring. Berikut contoh kesalahan yang terjadi.

1) Walaupun sudah menjadi negara yang modern dan canggih, Singapura ternyata punya sebuah festival tradisi unik yang bernama Hungry Etnos Festival atau Festival Hantu Lapar. (E4,p1,k1)

2) (…) kami pulang ke hometown saya. (E16,p3,k2)

Pemakaian huruf miring pada data nomor (1) dapat dikatakan kurang tepat karena pada kalimat di atas, ditemukan adanya istilah asing yang tidak ditulis menggunakan huruf miring. Dalam buku PUEBI (2017:13) dijelaskan bahwa huruf miring dipakai untuk menuliskan kata dalam bahasa asing atau bahasa daerah. Pada data nomor (1), kata

“Hungry Etnos Festival” merupakan istilah asing yang tidak diserap oleh bahasa Indonesia. Untuk itu penulisan yang tepat menggunakan huruf miring “Hungry Etnos Festival”

Pada data nomor (2), kata “hometown” merupakan bahasa asing yang tidak termasuk dalam kata dalam bahasa Indonesia. Pada dasarnya, huruf miring digunakan untuk menuliskan kata atau ungkapan dalam bahasa daerah atau bahasa asing. Jadin penulisan bahasa asing yang baik dan benar adalah “kami pulang ke hometown saya”.

Pada penulisan unsur bahasa daerah atau bahasa asing memiliki catatan khusus yaitu ditulis menggunakan tulisan tangan atau mesin tik (bukan termasuk komputer), penulisan yang seharusnya dicetak miring ditandai dengan tanda garis bawah. Penulisan kalimat yang benar adalah sebagai berikut.

1a) Walaupun sudah menjadi negara yang modern dan canggih, Singapura ternyata punya sebuah festival tradisi unik yang bernama Hungry Etnos Festival atau Festival Hantu Lapar.

(E4,p1,k1)

2a) (…) kami pulang ke hometown saya. (E16,p3,k2)

4.2.1.3 Kesalahan Penulisan Kata

Pada karangan pemelajar BIPA ditemukan adanya beberapa kesalahan penulisan kata, ditemukan sebanyak enam kesalahan.

Kesalahan tersebut terjadi apda penulisan kata dasar. Berikut bentuk kesalahan pada penulisan kata dasar.

1) Masalah itu tidak akan berakhir tetapi dapat di kurangi jika di tangani. (E2,p1,k3)

2) Orangtua selalu menonton dengan saya Dan berbicara dengan saya tentang pentas itu. (E16,p2,k3)

3) Melalui upaya Singapura selama lima puluh tahun terakhir, Singapura sudah membangun pertahanan dan hubungan yang cukup kuat antar negara. (E23,p7,k1)

Pada data nomor (1) penulisan kata di kurangi dan di tangani kurang tepat karena kata tersebut termasuk dalam kata bentukan yang mengalami pemberian afiks di- bukan mengalami pemberian kata depan.

Setyawati (2010: 151) menjelaskan bahwa kata bentukan yang mendapat prefiks atau sufiks, ditulis serangkai dengan kata dasarnya. Kata di kurangi merupakan kata yang bermakna sebagai kata kerja dalam kalimat pasif.

Begitu juga pada kata di tangani yang juga bermakna sebagai kata kerja dalam kalimat pasif.

Penulisan kata yang keliru juga ditemukan pada data nomor (2).

Pada data nomor (2) yang menjadi letak kesalahannya adalah pada penggunaan kata majemuk. Kata orang tua merupakan kata majemuk yang terdiri dari dua kata yang mengandung satu makna. Penulisan yang sesuai dengan kaidah kebahasaan adalah ditulis secara terpisah. Namun, pada data nomor (2) penulis menggabungkan kedua kata tersebut.

Kesalahan pada penulisan kata yang selanjutnya ditemukan pada data nomor (3). Kesalahan tersebut ialah penulisan kata bentukan.

Pembentukan kata baru dengan menggunakan kata antar, memberi makna yaitu “di antara lebih dari dua hal”. Penulisan yang sesuai dengan kaidah kebahasaan adalah dengan tidak memisahkan kata antar dengan kata yang mengikutinya.

Berdasarkan kesalahan penulisan kata yang ditemukan dalam karangan pemelajar BIPA, penulisan yang baik dan benar adalah sebagai berikut.

1a) Masalah itu tidak akan berakhir tetapi dapat dikurangi jika ditangani.

2a) Orang tua selalu menonton dengan saya dan berbicara dengan saya tentang pentas itu.

3a) Melalui upaya Singapura selama lima puluh tahun terakhir, Singapura sudah membangun pertahanan dan hubungan yang cukup kuat antarnegara.

4.2.1.4 Kesalahan Penulisan Kata Depan

Kata depan, seperti di, ke, dan dari ditulis secara terpisah dari kata yang mengikutinya. Kata depan di memiliki fungsi sebagai penunjuk kata keterangan sehingga penulisannya ditulis secara terpisah dari kata setelahnya.

Dalam karangan pemelajar BIPA sebanyak 26 karangan, ditemukan sebanyak lima kesalahan penulisan kata depan. Berikut bentuk kesalahan pada penulisan kata depan.

1) Masalah itu yang kita berbicarakan disini adalah masalah sosial.

(E2,p1,k4)

2) Pertunjukan Festival Getal itu dilakukan untuk memperingati festival itu dan juga menghibur arwah yang mengunjungi di manusia. (E4,p2,k12)

3) Getal bisa untuk orang hidup menonton, tetapi kursi yang diletakkan didepan panggung hanya untuk arwah saja. (E4,p2,k13)

Penulisan kata depan yang kurang tepat dapat dicermati pada kalimat nomor (1). PUEBI (2017: 22) menjelaskan bahwa kata depan seperti di, ke, dan dari, harus ditulis terpisah dari kata yang menyertainya. Kata disini dapat dikatakan salah satu bentuk kesalahan penulisan kata depan. Kata disini pada kalimat di atas menempati unsur keterangan dalam kalimat.

Kata di dalam kalimat tersebut merupakan kata depan, bukan prefiks (awalan). Dalam penulisan kata dengan yang baik dan benar harus ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.

Penggunaan kata depan pada data nomor (2) tidak tepat karena pada kalimat nomor (2) preposisi di seharusnya tidak perlu dituliskan. Apabila kata depan (preposisi) di digunakan pada kalimat tersebut membuat kalimat tersebut tidak berterima. Jadi, penulisan yang tepat adalah dengan menghilangkan preposisi di pada kalimat tersebut. Penulisan yang baik dan benar adalah “Pertunjukan Festival Getal itu dilakukan untuk memperingati festival itu dan juga menghibur arwah yang mengunjungi manusia”.

Penggunaan kata depan didepan pada data nomor (3) juga dapat diangggap tidak benar. Kata didepan termasuk dalam kata yang memiliki posisi sebagai kata keterangan. Preposisi di seharusnya ditulis secara terpisah dari kata yang mengikutinya. Untuk itu, kalimat yang benar adalah “Getal bisa untuk orang hidup menonton, tetapi kursi yang diletakkan di depan panggung hanya untuk arwah saja”.

Penggunaan kata depan didepan pada data nomor (3) juga dapat diangggap tidak benar. Kata didepan termasuk dalam kata yang memiliki posisi sebagai kata keterangan. Preposisi di seharusnya ditulis secara terpisah dari kata yang mengikutinya. Untuk itu, kalimat yang benar adalah “Getal bisa untuk orang hidup menonton, tetapi kursi yang diletakkan di depan panggung hanya untuk arwah saja”.

Dokumen terkait