• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bahasa Indonesia mempunyai dua kedudukan, yaitu sebagai bahasa nasional dan bahasa negara. Berdasarkan fungsi kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia mempunyai beebrapa fungsi, antara lain (1) sebagai lambang kebangsaan nasional, (2) sebagai lambang identitas nasional, (3) sebagai sarana pemersatu bagi masyarakat yang memiliki latar belakang yang berbeda- beda baik berlatarbelakang sosial budaya maupun bahasa, dan (4) sebagai sarana perhubungan antarbudaya dan daerah.

Menurut fungsi bahasa sebagai lambang identitas nasional, masyarakat Indonesia perlu menggunakan bahasa dengan baik dan benar. Bahasa tersebut harus digunakan dengan baik, baik dalam bahasa lisan maupun bahasa tulis.

Dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar akan meningkatkan bahasa Indonesia menajdi bahasa internasional. Namun, masih sering ditemukan penggunaan bahasa yang kurang tepat terutama bahasa tulis baik dalam tataran fonologi bidang ejaan maupun tataran morfologi. Tarigan (1990: 77) menjelaskan bahwa kesalahan berbahasa merupakan salah satu bentuk pelanggaran terhadap kode kebahasaan. Pelanggaran terhadap kode bahasa tersebut tentu berdampak pada proses komunikasi.

Penelitian ini memiliki aspek yang akan dibahas, yaitu aspek kesalahan berbahasa pada tataran fonologi bidang ejaan, seperti penggunaan (huruf kapital, huruf miring, penulisan kata, penggunaan tanda baca, penggunaan kata depan, dan penggunaan unsur serapan). Aspek kesalahan berbahasa dalam tataran morfologi yang akan dibahas, yakni (kesalahan pemilihan afiks, kesalahan penambahan afiks, kesalahan penghilangan afiks, kesalahan peluluhan bunyi, kesalahan penggantian morf, dan kesalahan penggunaan afiks yang tidak tepat).

Berdasarkan hasil analisis data yang dilakukan, ditemukan adanya kesalahan berbahasa tataran fonologi bidang ejaan dan morfologi pada karangan pemelajar BIPA level intermediate sampai level advance periode 2019-2020 di ILCIC Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma. Dari jumlah karangan sebanyak 26, ditemukan beberapa jenis kesalahan pada tataran fonologi bidang ejaan. Kesalahan tersebut, meliputi (1) kesalahan penggunaan huruf kapital, (2) kesalahan penggunaan huruf miring, (3) kesalahan pada penulisan kata, (4) kesalahan penulisan kata depan, (6) kesalahan penulisan angka atau lambang bilangan, (7) kesalahan penulisan unsur serapan, dan (8) kesalahan penggunaan tanda baca.

Sejauh ini kesalahan berbahasa tataran fonologi bidang ejaan pada karangan pemelajar BIPA di ILCIC Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma periode 2019-2020 yang banyak ditemukan adalah kesalahan berbahasa pada penggunaan tanda baca. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya jumlah kesalahan yang diperoleh sebanyak 131 kesalahan.

Kesalahan pada penggunaan tanda baca yang paling banyak mengalami kesalahan adalah Kesalahan pada tanda koma. Tanda koma digunakan sebagai tanda yang dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu pemerincian atau pembilangan. Contohnya “Internet memiliki berbagai macam fungsi seperti fungsi komunikasi, media pencari informasi, hiburan dan lain-lain”. Pada contoh tersebut, ditemukan tidak ada tanda baca koma yang digunakan dalam suatu pemerincian atau pembilangan. Jadi, penulisan yang benar adalah “Internet memiliki berbagai macam fungsi seperti fungsi komunikasi, media pencari informasi, hiburan, dan lain-lain”.

Selain kesalahan berbahasa pada tataran fonologi bidang ejaan, ditemukan juga kesalahan berbahasa pada tataran morfologi (pembentukan kata). Pada karangan pemelajar BIPA di ILCIC Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma Periode 2019-2020, ditemukan beberapa jenis kesalahan pada tataran morfologi, terdiri atas (1) Kesalahan pemilihan afiks ber- dan meN-, (2) kesalahan penambahan afiks ber-, meN-, dan -kan, (3) kesalahan penghilangan sufiks -kan, (4) kesalahan penghilangan prefiks men-, ber-, dan di-, (5) kesalahan penggantian

morf meng- dan peN- menjadi penge-, dan (6) kesalahan pada bunyi /k/ yang seharusnya diluluhkan.

Berdasarkan jumlah temuan kesalahan pada tataran morfologi dalam karangan pemelajar BIPA, kesalahan yang paling banyak dilakukan adalah kesalahan pada kesalahan penghilangan prefiks meN-, ber-, dan di-. Contohnya:

“Satu orang dapat kotak atau lubang dakon itu tujuh dengan batu-batu kecil di dalamnya”. Dari contoh tersebut, kalimat tersebut termasuk dalam kalimat aktif transitif yang seharusnya memerlukan kata kerja aktif. Sesuai dengan kaidah, dalam kalimat aktif, kata kerja (preedikat) harus berprefiks meng- atan dengan kata lain menunjukan prefiks meng- (Setyawati, 2010: 44). Pada kalimat tersebut, ditemukan adanya kesalahan pada kata dapat. Penghilangan prefiks seperti ini dapat terjadi karena adanya pengaruh ragam bahasa lisan. Kata dapat seharunya tidak mengalami proses penyingkatan alomorf, sehingga penulisan yang benar adalah “Satu orang mendapat kotak atau lubang dakon itu tujuh dengan batu-batu kecil di dalamnya”.

Temuan dalam penelitian ini hampir sama dengan penelitian terdahulu yang relevan, yaitu penelitian Nurvita Anjarsari, dkk (2013) dan penelitian Aprilia Nentina (2019). Dari penelitian Nurvita Anjarsari, dkk (2013), disimpulkan bahwa unsur-unsur linguistik yang mengalami kesalahan bahasa yang sering terjadi dalam teks siswa dibagi menjadi empat kesalahan: (kesalahan ejaan, morfologi, semantik, dan sintaksis), dan kesalahan yang paling sering terjadi dalam karangan mahasiswa asing adalah kesalahan ejaan. Hasil penelitian Aprilia Nentina (2019) menunjukkan bahwa terdapat kesalahan berbahasa dalam tataran morfologi, berupa kesalahan penghilangan afiks sebanyak 8 kesalahan, 3 kesalahan penulisan kata, 4 kesalahan penggunaan afiks, dan 1 kesalahan bunyi yang seharusnya diluluhkan.

Kesalahan berbahasa pada tataran fonologi bidang ejaan dan morfologi yang ditemukan di atas, didasari oleh teori analisis kesalahan berbahasa teori dan praktik dan pedoman umum ejaan bahasa Indonesia. Dengan demikian, kesalahan berbahasa pada tataran fonologi bidang ejaan dan morfologi yang ditemukan dapat mempertahankan hasil simpulan penelitian sebelumnya, bahwa kesalahan

berbahasa pada tataran fonologi bidang ejaan dan morfologi umumnya dapat ditemukan pada bahasa tulis yaitu karangan baik karangan siswa maupun karangan pemelajar BIPA.

90 BAB V PENUTUP

Pada bab V ini berisi tentang pembahasan mengenai simpulan dan saran yang disampaikan oleh peneliti dari hasil penelitian yang diperoleh.

5. 1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa pada karangan pemelajar BIPA di ILCIC Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma periode 2019-2020 mengalami beberapa kesalahan. Pada karangan pemelajar BIPA, ditemukan beberapa jenis kesalahan pada tataran fonologi bidang ejaan. Kesalahan tersebut, meliputi (a) kesalahan penggunaan huruf kapital, (b) kesalahan penggunaan huruf miring, (c) kesalahan pada penulisan kata, (d) kesalahan penulisan kata depan, (e) kesalahan penulisan angka atau lambang bilangan, (f) kesalahan penulisan unsur serapan, dan (g) kesalahan penggunaan tanda baca.

Kesalahan pada tataran morfologi ditemukan juga beberapa jenis kesalahan pada tataran morfologi, terdiri atas atas (a) Kesalahan pemilihan afiks ber- dan meN-, (b) kesalahan penambahan afiks ber-, meN-, dan -kan, (c) kesalahan penghilangan sufiks -kan, (d) kesalahan penghilangan prefiks men-, ber-, dan di-, (e) kesalahan penggantian morf meng- dan peN- menjadi penge-, dan (f) kesalahan pada bunyi /k/ yang seharusnya diluluhkan.

Kesalahan pada karangan pemelajar BIPA lebih banyak terjadi pada kesalahan tataran fonologi bidang ejaan khususnya pada penggunaan tanda baca.

Hal ini dapat dibuktikan pada banyaknya jumlah kesalahan penggunaan tanda baca dibandingkan dengan kesalahan yang lainnya. Kesalahan penggunaan tanda baca memang banyak ditemukan karena kurangnya pengetahuan terkait penggunaan tanda baca dalam bahasa Indonesia.

Melalui penelitian ini, peneliti berharap penelitian ini dapat digunakan sebagai pengetahuan tambahan atau dapat memberi sumbangan untuk pemelajar BIPA atau pembaca yang membutuhkan beberapa kajian terkait analisis kesalahan berbahasa Indonesia yang berhubungan dengan bidang linguistik.

5. 2 Saran

Menurut hasil penelitian, peneliti ingin memberikan saran kepada pihak lembaga yang mengadakan program pembelajaran bahasa Indonesia bagi penutur asing, mahasiswa, dan peneliti lain. Pertama, pihak lembaga BIPA dapat meningkatkan proses pembelajaran terkait penggunaan ejaan dan morfologi dalam bahasa Indonesia untuk mengurangi kesalahan dalam bahasa tulis dengan mengelaobrasi dengan materi ajar yang digunakan. Kedua, peneliti mengharapkan pada mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia untuk lebih teliti dan memahami penggunaan ejaan dan pembentukan kata dalam kalimat. Ketiga, peneliti berharap dengan adanya penelitian ini dapat memberikan gambaran tentang kesalahan berbahaasa tataran fonologi bidang ejaan dan morfologi pada karangan pemelajar BIPA dan peneliti berharap penelitian ini dapat menjadi bahan literature bagi peneliti yang ingin meneliti topik yang sama.

92

DAFTAR PUSTAKA

Alfin, Jauharoti. 2018. Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia.

http://digilib.uinsby.ac.id/36212/4/Jauharoti%20Alfin_Analisis%20Kesalahan%20 Berbahasa%20Indonesia.pdf (diunduh pada tanggal 20 Maret 2020).

Allen, J. P. B., & Corder, S. P. (Eds.). 1974. Techniques in applied linguistics (Vol. 3).

Oxford University Press.

Alwi, Hasan, dkk. 2010. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa dan Balai Pustaka.

Amrizal, A. W. (n.d.). 2018. Kesetaraan Bahasa Indonesia Dan Bahasa Inggris Sebagai Penghela Ilmu Pengetahuan Di Era Globalisasi. Technische Universtität München, Ludiwg-Maximilians-Universität Münc.

Anonim. 2016. Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Bachri, B. S. 2010. Meyakinkan Validitas Data Melalui Triangulasi Pada Penelitian Kualitatif. Teknologi Pendidikan, 10, 46–62.

Chaer, Abdul. 2008. Morfologi Bahasa Indonesia: Pendekatan Proses. Jakarta: Rineka Cipta.

Chaer, Abdul. 2011. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

Dulay, et. al. 1982. Language Two. New York: Oxford University Press.

Fatimah, F. N., Purnamasari, D., Pratiwi, D., & Firmansyah, D. (2018). Dalam Talk Show Hitam Putih Yang Berjudul “ Fenomena Kanjeng Dimas .” 1(September), 775–786.

Hastuti, Dwi. 2019. Kesalahan Bentuk Kata Berafiks dalam Koran Jawa Pos Edisi 9 Oktober 2019. https://osf.io/wxp5h/download/?format=pdf (diunduh pada tanggal 20 Mei 2021 pukul 8.00 WIB).

Hastuti, P. H, dkk. 1993. Pendidikan Bahasa Indonesia. Yogyakarta: FBS UNY.

Indihadi, D. 2016. Analisis Kesalahan Siswa. vol 1, 1–15.

Johan, Gio. 2018. Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia Dalam Proses Diskusi Siswa Sekolah Dasar. (vol.18)

https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://ejournal.upi.edu /index.php/BS_JPBSP/article/download/12153/pdf&ved=2ahUKEwjrguD8htrnAh WR4jgGHT6FBZ0QFjABegQIBxAC&usg=AOvVaw29S_jVg_4ayxerUsTY8kBb (diunduh pada tanggal 20 Maret 2020 pukul 08.00 WIB).

Keraf, Gorys. 1980. Tata Bahasa Indonesia. Flores: Nusa Indah.

Keraf, Gorys. 1994. Komposisi: Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa. Ende: Nusa Indah.

Kridalaksana, Harimurti.2008. Kamus Linguistik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Kridalaksana, Harimurti. 2010. Pembentukan Kata Dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Kusmiatun, Ari. 2018. Mengenal BIPA (Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing) dan Pembelajarannya. Yogyakarta: K-Media.

Moleong, L. J. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Mulyani, D. S. 2009. Ilmu komunikasi. EJournal Ilmu Komunikasi.

Nasucha, Yakub, Muhammad Rohmadi, dan Agus Budi Wahyudi. 2009. Bahasa Indonesia untuk penulisan Karya Tulis Ilmiah. Yogyakarta: Media Perkasa.

Nisak, K. 2011. Analisis Kesalahan Berbahasa dalam Karangan Bahasa Indonesia Siswa Kelas XI SMK Negeri Rembang Kabupaten Pasuruan Tahun Pelajaran 2013/2014.

NOSI Volume 2, Nomor 6, Agustus 2014. Halaman | 521. 2, 521–527.

Nurhadi, Roekhan. 1990. Dimensi-dimensi dalam Belajar Bahasa Kedua. Bandung: Sinar Baru.

Ramlan, M. 1983. Morfologi, Suatu Tinjauan Deskriptif: Ilmu Bahasa Indonesia.

Yogyakarta: C.V. Karyono.

Ramlan, M. 2001. Morfologi Tinjauan Deskriptif. Yogyakarta: C.V. Karyono.

Ramlan, M. 2005. Ilmu Bahasa Indonesia Sintaksis.Yogyakarta: C.V. Karyono.

Sagala Rivai. 2009. Landasan Teori Deskripsi. Landasanteori.Com, (2012), 1–17.

Retrieved from http://www.landasanteori.com/2015/09/pengertian-kreativitas-

definisi-aspek.html (diunduh pada tanggal 20 Oktober 2020).

Selekta, K., & Indonesia, B. (n.d.). Program studi pendidikan guru sekolah dasar kampus sumedang.

Setyawati, Nanik. 2010. Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia (Teori dan Praktik).

Surakarta: Yuma Pustaka.

Sirait, Bistok, dkk. 1985. Pedoman Karang Mengarang. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Depdikbud.

Studi, P., Indonesia, S., Sastra, J., Fakultas, I., & Dharma, U. S. 2017. Analisis Kesalahan Berbahasa Dalam Rubrik “ Wonosobo Ekspres ” Pada Harian Magelang Ekspres Edisi September 2016. (September 2016).

Sudaryanto. 2001. Metode Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta Wacana University Press.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2007. Metode Peneitian Pendidikan. Bandung: Rosdakarya.

Surakarta, I. 2019. Laporan Hasil Observasi Siswa. Bindo Sastra, 3(1), 1–13. Retrieved from http://jurnal.um-palembang.ac.id/bisastra/article/view/1973

Suryaningsi, D. 2018. Analisis Kesalahan Berbahasa Dalam Interaksi Pembelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas Vii Mts Ddi Walimpong Kabupaten Soppeng.

Sutarno. 2008. Menulis yang Efektif. Jakarta: Sagung Seto.

Tarigan, Guntur H. 1990. Pengajaran Kompetensi Bahasa. Bandung: Angkasa.

Tarigan, Guntur H. 1997. Analisis Kesalahan Berbahasa. Jakarta: Depdikbud.

Verhaar, J. W. 2001. Asas-Asas Linguistik Umum. Cetakan Ketiga. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Yusri dan R, M. 2020. Analisis Kesalahan Berbahasa (Sebuah Pendekatan dalam

Pengajaran Bahasa). Sleman: CV. Budi Utama.

Dokumen terkait