• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat. Memeroleh Gelar Sarjana Pendidikan. Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat. Memeroleh Gelar Sarjana Pendidikan. Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia."

Copied!
101
0
0

Teks penuh

(1)

i

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA TATARAN FONOLOGI BIDANG EJAAN DAN TATARAN MORFOLOGI DALAM

KARANGAN PEMELAJAR BIPA DI ILCIC LEMBAGA BAHASA UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA PERIODE 2019-2020

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memeroleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia

Disusun Oleh:

Lusia Berti Rameria 171224085

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARATA 2021

(2)

ii

SKRIPSI

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA TATARAN FONOLOGI BIDANG EJAAN DAN TATARAN MORFOLOGI DALAM KARANGAN PEMELAJAR BIPA DI ILCIC LEMBAGA BAHASA UNIVERSITAS SANATA

DHARMA YOGYAKARTA PERIODE 2019-2020

Oleh:

Lusia Berti Rameria br. Purba NIM: 171224085

Telah disetujui oleh

Dosen Pembimbing

Setya Tri Nugraha, S.Pd., M.Pd. Tanggal: 9 Juli 2021

(3)

iii SKRIPSI

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA TATARAN FONOLOGI BIDANG EJAAN DAN TATARAN MORFOLOGI DALAM KARANGAN PEMELAJAR BIPA DI ILCIC LEMBAGA BAHASA UNIVERSITAS SANATA

DHARMA YOGYAKARTA PERIODE 2019-2020

Dipersiapkan dan ditulis oleh Lusia Berti Rameria br. Purba

NIM: 171224085

Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji pada tanggal 27 Juli 2021

dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Panitia Penguji

Nama Lengkap Tanda Tangan

Ketua : Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum. ……….

Sekretaris : Danang Satria Nugraha, S.S., M.A. ……….

Anggota 1 : Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum. ……….

Anggota 2 : Dr. Yuliana Setyaningsih, M.Pd. ……….

Anggota 3 : Setya Tri Nugraha, S.Pd., M.Pd. ……….

Yogyakarta, 27 Juli 2021

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma

Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si.

(4)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN Penulis mempersembahkan hasil karya tulis ini kepada:

1. Tuhan Allah Yang Maha Esa, yang senantiasa memberkati proses penyusunan skripsi, memberikan kekuatan dan semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

2. Orang tua tercinta Bapak Mansur Purba dan Ibu Anastasia Watira, yang selalu memberikan dukungan berupa semangat sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini.

3. Kaprodi PBSI, Ibu Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum., yang telah mendorong para mahasiswa untuk senantiasa bersikap optimis dalam melakukan penelitian.

4. Dosen pembimbing saya, Bapak Setyo Tri Nugraha S.Pd., M.Pd., yang senantiasa membimbing saya sampai pada tahap akhir penelitian saya.

5. Triangulator penelitian saya, Ibu Septina Krismawati, S.S., M.A., yang sudah berkenan menjadi triangulator penelitian saya.

6. Pihak ILCIC (Indonesian Language and Culture Intensive Course) Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah membantu peneliti dalam mengumpulkan data penelitian.

7. Sahabat saya, Elisabeth Aprilin, yang senantiasa memberi dukungan dan semangat; serta doa kepada saya.

8. Teman-teman saya Vincentia, Reni, Ani, Nana, dan Nova yang senantiasa membantu saya memberikan solusi dan dukungan saat saya menjalani proses penyusunan skripsi ini, dari awal hingga akhir.

9. Adik saya Theresia Christy Paulina Purba yang telah membantu saya dalam menyelesaikan tugas akhir saya.

(5)

v

HALAMAN MOTO

“Tetaplah berdoa”

(1 Tesalonika 5:17)

“Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberikan kelegaan kepadamu.”

(Matius 11: 28)

“Kerjakan sesuatu sesuai kemampuanmu dan bersandarlah pada pengharapan Tuhan.

Biarlah rencana Tuhan terjadi atasku dan bukan kehendakku.”

(Penulis)

(6)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 27 Juli 2021 Penulis

Lusia Berti Rameria br. Purba

(7)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswi Universitas Sanata Dharma Nama : Lusia Berti Rameria br. Purba

NIM : 171224085

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada pihak Perpustakaan Universitas Sanata Dharma, skripsi saya yang berjudul

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA TATARAN FONOLOGI BIDANG EJAAN DAN MORFOLOGI DALAM KARANGAN PEMELAJAR

BIPA DI ILCIC LEMBAGA BAHASA UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA PERIODE 2019-2020

Dengan demikian, saya memberikan hak kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelola dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media yang lain untuk kepentingan bidang akademis tanpa memerlukan izin dari saya atau memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya dalam artikel publikasi sebagai penulis.

Demikian pernyataan tersebut saya tulis dengan sejelas-jelasnya.

Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal: 27 Juli 2021 Yang menyatakan

Lusia Berti Rameria br. Purba

(8)

viii ABSTRAK

Rameria, Lusia Berti. 2021. Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia Tataran Fonologi Bidang Ejaan dan Tataran Morfologi Dalam Karangan Pemelajar BIPA di ILCIC Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma Periode 2019-2020. Skripsi.

Yogyakarta: PBSI, FKIP, USD.

Penelitian ini membicarakan tentang analisis kesalahan berbahasa Indonesia berdasarkan taksonomi kategori linguistik dalam karangan pemelajar BIPA di ILCIC Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma. Adapun tujuan dari penelitian ini ialah untuk mendeskripsikan kesalahan-kesalahan berbahasa Indonesia dalam taksonomi kategori linguistik, yaitu (1) kesalahan berbahasa dalam tataran fonologi bidang ejaan dan (2) kesalahan berbahasa dalam tataran morfologi.

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif. Sumber data yang digunakan adalah karangan yang ditulis oleh pemelajar BIPA di ILCIC Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Teknik sampling yang digunakan adalah teknik purposive sampling. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini ialah teknik catat. Teknik analisis data menggunakan model analisis interaktif menurut Miles dan Huberman, yaitu mengumpulkan data, mereduksi data, menyajikan data, dan menarik kesimpulan.

Adapun hasil penelitian ini adalah ditemukan bahwa dalam karangan pemelajar BIPA di ILCIC Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma masih sering ditemukan kesalahan berbahasa pada tataran fonologi bidang ejaan, yaitu kesalahan penggunaan huruf kapital, kesalahan penggunaan huruf miring, kesalahan pada penulisan kata, kesalahan penulisan kata depan, kesalahan penulisan angka atau lambang bilangan, kesalahan penulisan unsur serapan, dan kesalahan penggunaan tanda baca. Kesalahan pada tataran morfologi ditemukan jenis-jenis kesalahan, yaitu kesalahan pemilihan prefiks ber- dan meN-, kesalahan penambahan prefiks ber-, dan meN-, kesalahan penambahan sufiks -kan, kesalahan penghilangan sufiks -kan, kesalahan penghilangan prefiks meN-, di-, dan ber-, kesalahan penggantian morf meN- dan morf penge- tergantikan oleh morf pem-, dan kesalahan pada bunyi /k/ yang seharusnya diluluhkan.

Implikasi dari penelitian ini terhadap proses pembelajaran BIPA adalah untuk memberikan gambaran terkait cara mengajarkan pembelajaran BIPA dan memberikan bantuan berupa sumbangan bagi para pengajar dalam menentukan strategi belajar khususnya dalam bidang tata bahasa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.

Kata kunci: analisis kesalahan berbahasa tataran fonologi bidang ejaan, tataran morfologi, BIPA, karangan.

(9)

ix

ABSTRACT

Rameria, Lusia Berti. 2021. Analysis of Indonesian Language Errors Phonology Level in Spelling and Morphological Level in BIPA Study at ILCIC Sanata Dharma University Language Institute Period 2019-2020. Thesis. Yogyakarta: PBSI, FKIP, USD.

This study discusses the analysis of Indonesian errors based on the taxonomy of linguistic categories in the BIPA study at ILCIC Lembaga Bahasa Sanata Dharma University. The purpose of this study is to describe Indonesian language mistakes in the taxonomy of linguistic categories, namely (1) language errors in the phonological state of spelling and (2) language errors in morphological states.

This study uses qualitative descriptive research type. The data source used is a essay written by BIPA learners at ILCIC Language Institute of Sanata Dharma University Yogyakarta Sampling technique used is purposive sampling technique. The data collection technique used in this study is documentation technique. Data analysis techniques use an interactive analysis model according to Miles and Huberman, namely collecting data, reducing data, presenting data, and drawing conclusions.

The results of this study are found that in the essay of BIPA learners at ILCIC Sanata Dharma University Language Institute is still often found language errors on the phonological level of the spelling field, namely the use of capitalletters, errors in the use of italics, errors in the writing of words, mistakes in the writing of prefaces, errors in writing numbers or symbols of numbers, errors in writing absorption elements , and incorrect use of punctuation marks . Errors at the morphological state found types of errors, namely errors in the selection of prefixes ber- and meN-, errors in adding prefixes ber-, and meN-, errors in adding suffixes --kan, errors omission prefix meN-, di-, and ber -, errors morph replacement meN- and morph the manufacturer- replaced by the morph pem-, and the error in the sound /k/ that should be complained about.

The implication of this research on bipa learning process is to provide an overview of how to teach BIPA learning and provide assistance in the form of donations for teachers in determining learning strategies, especially in the field of grammar to achieve the expected learning objectives.

Keywords: analysis of errors in the language of phonological state in the field of spelling, morphological state, BIPA, essay.

(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan tuntunan-Nya, saya dapat menyelesaikan penelitian akhir saya yang berjudul Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia Tataran Fonologi Bidang Ejaan dan Tataran Morfologi dalam Karangan Pemelajar BIPA Di ILCIC Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Periode 2019-2020. Penulisan penelitian tugas akhir ini saya susun untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar sarjana Pendidikan di Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Saya meyakini bahawa penyusunan penelitian tugas akhir ini tidak berjalan dengan baik dan lancer tanpa adanya dukungan, bimbingan, dorongan, bantuan, arahan, semangat, dan doa dari berbagai pihak yang terkait. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.

3. Setya Tri Nugraha, S.Pd., M.Pd., selaku dosen pembimbing yang senantiasa memberikan dukungan, saran, nasihat, dan motivasi kepada peneliti.

4. Septina Krismawati, S.S., M.A., yang bersedia menjadi triangulator penelitian tugas akhir peneliti.

5. Elizabeth Ratri Dian Jati, S.Pd., M.Hum. dan Fendika Aji Prawisma, S.Pd., M.Ed.

selaku Academic Coordinator dan General Coordinator ILCIC yang telah membantu peneliti dalam memeroleh data penelitian.

6. Segenap dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah mendampingi peneliti selama menempuh Pendidikan selama empat tahun di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

7. Theresia Rusmiyati, selaku karyawati sekretariat Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah membantu peneliti dalam memenuhi persyaratan penelitian.

(11)

xi

8. Pihak perpustakaan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah membantu peneliti dalam menyediakan sumber-sumber buku yang digunakan untuk memenuhi referensi penelitian.

9. Keluarga saya tercinta, Bapak Mansur Purba, Ibu Anastasia Watira Simamora, dan adik-adik saya Theresia Christy Paulina dan Markus Jimmy Manatap yang senantiasa memberikan doa, semangat, arahan, dan bantuan kepada peneliti sehingga peneliti mampu menyelesaikan tugas akhir.

10. Sahabat-sahabat saya tercinta, Elisabeth Aprilin, Yohana Togatorop, Rut Uli Natalia, Vincentia Wulan, Ni Wayan Eka, Nova Kristina, Yulinda Reni, dan Christiana Wiluyaningsih yang senantiasa memberikan semangat dan aura positif kepada peneliti.

11. Teman-teman seperjuangan di kelas B PBSI 2017 yang saling memberikan semangat dan dorongan untuk menyemangati peneliti.

12. Orang yang saya kasihi, Agustianus A. yang telah ada di saat saya membutuhkan bantuan dan membutuhkan dukungan dari orang yang saya kasihi.

13. Semua pihak yang telah mendukung saya baik yang secara langsung maupun tidak langsung yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu, terima kasih atas aura positif yang kalian berikan.

Peneliti menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kata sempurna. Namun, peneliti berharap penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi pembacanya.

Yogyakarta, 27 Juli 2021 Penulis

Lusia Berti Rameria

(12)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN. ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTO ... v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR BAGAN ... xiv

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I ... 1

PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 4

1.3 Rumusan Masalah ... 5

1.4 Tujuan Penelitian ... 5

1.5 Manfaat Penelitian ... 5

1.6 Batasan Istilah ... 6

BAB II ... 8

KAJIAN PUSTAKA ... 8

2.1 Kajian Terdahulu yang Relevan ... 8

2.2 Landasan Teori ... 12

2.2.1 Konsep Keterampilan Menulis ... 12

2.2.2 Hakikat Karangan ... 12

2.2.3 Konsep Karangan yang Baik ... 13

(13)

xiii

2.2.4 Hakikat Analisis Kesalahan Berbahasa ... 15

2.2.5 Analisis Kesalahan Berbahasa Bidang Linguistik ... 17

2.3 Kerangka Berpikir ... 38

BAB III ... 49

METODE PENELITIAN ... 49

3.1 Jenis Penelitian ... 49

3.2 Data dan Sumber Data Penelitian ... 50

3.2.1 Data ... 50

3.2.2 Sumber data ... 50

3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data ... 51

3.4 Instrumen Penelitian ... 52

3.5 Teknik Analisis Data ... 54

3.6 Triangulasi Data (Pengujian Keabsahan Data) ... 55

BAB IV ... 59

HASIL PENELITIAN ... 59

4.1 Deskripsi Data ... 59

4.2 Analisis Data ... 61

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian ... 86

BAB V ... 90

PENUTUP ... 90

5. 1 Simpulan ... 90

5. 2 Saran ... 91

DAFTAR PUSTAKA ... 92

(14)

DAFTAR BAGAN

xiv

Bagan 1. Bagan Kerangka Berpikir ... 39

(15)

DAFTAR TABEL

xv

Tabel 1 Format Pencatatan Kesalahan Berbahasa Pada Tataran Fonologi Bidang Ejaan

... 52

Tabel 3 Format Triangulasi Data ... 56

Tabel 3 Bentuk Kesalahan Pada Tataran Fonologi Bidang Ejaan ... 224

Tabel 4 Bentuk Kesalahan Pada Tataran Morfologi... 266

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

xvi

Lampiran 1 Surat Permohonan Triangulator. ... 95 Lampiran 2 Triangulasi Data. ... 96 Lampiran 3 karangan Pemelajar BIPA. ... 272

(17)

BAB I

1

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pembelajaran BIPA merupakan suatu proses pembelajaran bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua (B2) atau bahasa asing yang dilakukan secara terstruktur dan terancang (Kusmiatun, 2018: 37). Pembelajaran BIPA dilaksanakan secara terstruktur dan terancang karena disusun oleh sebuah lembaga yang mengatur proses pembelajaran bahasa Indonesia bagi penutur asing yang ingin mempelajari bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua (B2). Pembelajaran BIPA dapat dikatakan sebagai pembelajaran yang memiliki tujuan tertentu dan disusun dalam sebuah perancangan pembelajaran.

Perancangan tersebut disebut dengan program pembelajaran BIPA. Program BIPA ini dibentuk dengan memerhatikan beberapa komponen untuk mencapai tujuan pembelajaran bahasa. Pembelajaran BIPA ini berbeda dengan pembelajaran bahasa Indonesia pada umumnya. Pembelajaran BIPA ini dibentuk karena adanya beberapa faktor yang membuat pembelajaran BIPA berbeda dengan pembelajaran bahasa pada umumnya.

Program BIPA sudah terselenggara di beberapa instansi perguruan tinggi Indonesia. Dikutip dari laman kemendikbud.go.id berdasarkan data menurut kemendikbud terkait jumlah program BIPA yang dilaksanakan oleh perguruan tinggi dan lembaga kursus lainnya ditemukan bahwa saat ini sudah tercatat kurang lebih dari 45 lembaga yang telah mengajarkan bahasa Indonesia bagi penutur asing (BIPA), mencakup perguruan tinggi dan lembaga-lembaga kursus. Selain itu, di luar negeri, program pengajaran BIPA telah dilakukan oleh sekitar 36 negara di dunia di lembaga tidak kurang dari 130, yang terdiri atas perguruan tinggi, pusat-pusat kebudayaan asing, lembaga- lembaga kursus, dan KBRI. Program ini dibentuk oleh sebuah institusi, baik lembaga institusi nonperguruan tinggi maupun institusi perguruan tinggi. Salah satu lembaga insitusi perguruan tinggi yang mengadakan program BIPA adalah Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma. Lembaga bahasa Universitas Sanata Dharma merupakan sebuah lembaga yang menyelenggarakan program pembelajaran bahasa secara kelompok atau privat.

Aspek paling utama dalam sebuah pembelajaran adalah tujuan pembelajarannya.

Dalam program BIPA, tujuan pembelajaran juga perlu dikaitkan dengan faktor yang memengaruhi pemelajar BIPA mempelajari bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua (B2).

(18)

Faktor-faktor tersebut, yaitu (1) faktor perdagangan, (2) faktor pariwisata, dan (3) faktor pendidikan. Faktor-faktor tersebut muncul karena berdasarkan Referensi Undang- Undang Nomor 2 tahun 2009 Pasal 29 (1) mengatur tentang bahasa Indonesia harus digunakan sebagai bahasa pengantar dalam pendidikan nasional. Tujuan pembelajaran bahasa yang utama adalah para pemelajar BIPA mampu menguasai empat keterampilan berbahasa Indonesia, yaitu (1) keterampilan membaca, (2) keterampilan menyimak, (3) keterampilan menulis, dan (4) keterampilan berbicara.

Pemelajar BIPA yang mengikuti program BIPA umumnya tergolong pemelajar dewasa dan sudah memiliki pengetahuan awal tentang bahasa Indonesia. Sehubungan dengan pengetahuan awal yang dimiliki oleh pemelajar BIPA, masih ada beberapa penggunaan bahasa yang dilakukan oleh pemelajar BIPA yang tidak terlepas dari kesalahan. Kesalahan berbahasa dapat ditemukan di berbagai keterampilan berbahasa (keterampilan menyimak, keterampilan membaca, keterampilan menulis, dan keterampilan berbahasa). Namun, umunya kesalahan berbahasa yang dapat diidentifikasi adalah kesalahan pada keterampilan menulis. Kesalahan tersebut sebaiknya bisa diatasi dengan berbagai hal yang bisa dilakukan oleh pengajar dan pemelajar.

Tarigan (1990: 77) menjelaskan bahwa kesalahan berbahasa adalah pelanggaran terhadap kode berbahasa. Pelanggaran ini bukan hanya bersifat fisik, melainkan juga sebuah tanda kurang sempurnanya pengetahuan dan penguasaan terhadap kode. Kode yang dimaksudkan adalah aturan berbahasa yang dilanggar oleh bahasawan. Pelanggaran ini pada umumnya sering muncul pada pemelajar bahasa kedua (diwbahasawan) yang sedang mempelajari bahasa asing sebagai bahasa kedua. Pelanggaran terkait kesalahan berbahasa ini sebenarnya perlu dilihat sebagai suatu fenomena yang dapat dipelajari dan dianalisis. Fenomena tersebut dapat ditindaklajuti menggunakan teknik analisis kesalahan berbahasa. Yusri (2020: 3) menekankan bahwa analisis kesalahan berbahasa merupakan sebuah kesalahan yang menjadi objek kajian penedililitian yaitu kesalahan yang bersifat sistematis. Setyawati (2010: 16) memaparkan bahwa analisis kesalahan berbahasa akan sangat bermanfaat sebagai alat yang digunakan di awal dan selama proses pengajaran sesuai dengan tingkat-tingkat variasi untuk mencapai target. Analisis kesalahan berbahasa dapat dijadikan sebagai upaya perbaikan terjadinya penyimpangan kaidah kebahasaan dengan melajarimpertimbangkan kaidah-kaidah yang ada dalam tata bahasa.

(19)

Berdasarkan hasil penelitian singkat ditemukan bahwa pemelajar BIPA masih mengalami kesalahan berbahasa pada bidang karang mengarang khususnya kesalahan pada tataran linguistik (ejaan dan penggunaan afiks (morfologi)). Tataran linguistik dalam proses pembelajaran dapat dikategorikan dalam bidang linguistik pendidikan.

Dalam buku berjudul Kamus Linguistik karangan Harimurti Kridalaksana, Linguistik Pendidikan (educational linguistics) merupakan penerapan linguistik dalam pengajaran dan pembelajaran bahasa baik di sekolah maupun di lingkungan lain. Kesalahan pada pembentukan kata sering dikenal dengan istilah kesalahan berbahasa pada tataran morfologi. Tarigan (2011:180) menjelaskan bahwa kesalahan morfologi merupakan kesalahan berbahasa yang timbul karena pemilihan afiks, kesalahan penyusunan kata majemuk, kesalahan penggunaan kata ulang, dan kesalahan memilih bentuk kata.

Kesalahan pada tataran morfologi yang sering ditemukan adalah kesalahan yang terletak pada kesalahan afiksasi. Hal ini disebabkan oleh adanya interfensi atau tuntutan dalam pemerolehan bahasa pertama (B1) terhadap bahasa kedua (B2).

Umumnya, pemelajar BIPA masih kesulitan dalam memilih kata dan menggunakan ejaan yang baik dan benar. Hal ini berkaitan dengan kemampuan menguasai kaidah kebahasaan yang masih perlu dikembangkan. Kesalahan yang sering ditemukan adalah kesalahan pada ejaan dan kesalahan penulisan kata. Hal ini adalah satu hal yang perlu diperhatikan adalah pentingnya keterampilan menulis bagi pemelajar BIPA. Oleh karena itu, perlu diadakannya analisis kesalahan berbahasa pada karangan pemelajar BIPA yang bertujuan untuk membantu pemelajar BIPA agar mengurangi kesalahan-kesalahan berbahasa yang sering muncul dalam penulisan karangan dan memberi bantuan berupa sumbangan bagi para pengajar dalam menentukan strategi belajar khususnya dalam bidang tata bahasa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Penelitian ini lebih memfokuskan kesalahan berbahasa dalam taksonomi kategori linguistik, yaitu tataran fonologi bidang ejaan dan tataran morfologi.

Mengacu pada permasalahan tersebut, peneliti ingin mengidentifikasi kesalahan- kesalahan berbahasa yang sering muncul dalam karangan pemelajar BIPA level intermediate sampai level advance di ILCIC Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Karangan yang akan dianalisis adalah karangan deskriptif. Peneliti memilih pemelajar BIPA pada level intermediate sampai level advance karena peneliti berasumsi bahwa pemelajar BIPA pada level intermediate sampai level advance (level

(20)

B1 sampai level C2) sudah mempelajari bahasa Indonesia cukup dan lama dan sudah bisa menguasai kaidah kebahasaan. Peneliti juga ingin mengetahui sejauh mana kemampuan menulis pemelajar BIPA di Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma dan sekadar menganalisis kesalahan-kesalahan berbahasa yang dialami oleh pemelajar BIPA.

Berdasarkan penelitian sederhana yang dilakukan peneliti untuk itu, kesalahan yang akan diidentifikasi antara lain; 1) kesalahan berbahasa pada tataran fonologi bidang ejaan dan (2) kesalahan berbahasa pada tataran morfologi. Dalam hal ini peneliti mengacu pada analisis kesalahan berdasarkan taksonomi kategori kajian linguistik menurut teori Harimurti Kridalaksana dengan mengelaborasi teori dari buku Analisis Kesalahan Berbahasa (Sebuah Pendekatan dalam Pengajaran Bahasa) dan buku berjudul Analisis Kesalahan Berbahasa Teori dan Praktik.

Melalui penelitian ini, peneliti berharap penelitian ini dapat digunakan sebagai pengetahuan tambahan atau dapat memberi sumbangan untuk pemelajar BIPA atau pembaca yang membutuhkan beberapa kajian terkait analisis kesalahan berbahasa Indonesia yang berhubungan dengan bidang linguistik.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah dijelaskan, peneliti memfokuskan penelitian ini pada penelitian deskriptif terkait analisis kesalahan berbahasa Indonesia tataran fonologi bidang ejaan dan morfologi dalam karangan pemelajar BIPA di ILCIC Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Permasalahan ini perlu dilakukan karena tidak banyak ditemukan penelitian analisis kesalahan berbahasa pada karangan pemelajar asing baik di suatu lembaga bahasa maupun di perguruan tinggi.

Berdasarkan latar belakang tersebut, penelit mengidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:

a. Ada beberapa kesalahan berbahasa pada tataran fonologi bidang ejaan (huruf kapital, huruf miring, penulisan kata, penggunaan tanda baca, penggunaan kata depan, dan penggunaan unsur serapan) dalam karangan pemelajar BIPA di ILCIC Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma.

b. Ada beberapa kesalahan berbahasa tataran morfologi (kesalahan pemilihan afiks, kesalahan penambahan afiks, kesalahan penghilangan afiks, kesalahan peluluhan

(21)

bunyi, kesalahan penggantian morf, dan kesalahan penggunaan afiks yang tidak tepat) dalam karangan pemelajar BIPA di Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan, maka rumusan masalah utama adalah Apa sajakah bentuk kesalahan berbahasa Indonesia tataran fonologi bidang ejaan dan morfologi dalam karangan pemelajar BIPA level intermediate sampai level advance di ILCIC Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta? Oleh karena itu, dapat ditentukan sub masalah yang dapat diuraikan yaitu

1. Apa saja bentuk kesalahan berbahasa pada tataran fonologi bidang ejaan yang muncul pada karangan pemelajar BIPA di ILCIC Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta?

2. Apa saja bentuk kesalahan berbahasa pada tataran morfologi yang muncul pada karangan pemelajar BIPA di ILCIC Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta?

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini disusun sesuai dengan rumusan masalah, sebagai berikut.

1. Mendeskripsikan bentuk kesalahan berbahasa tataran fonologi bidang ejaan (huruf kapital, huruf miring, penulisan kata, penggunaan tanda baca, penggunaan kata depan, dan penggunaan unsur serapan) dalam karangan pemelajar BIPA di ILCIC Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Mendeskripsikan bentuk kesalahan berbahasa tataran morfologi (kesalahan pemilihan afiks, kesalahan penambahan afiks, kesalahan penghilangan afiks, kesalahan peluluhan bunyi, kesalahan penggantian morf, dan kesalahan penggunaan afiks yang tidak tepat) dalam karangan pemelajar BIPA di ILCIC Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

1.5 Manfaat Penelitian

Sebuah penelitian dilakukan berdasarkan atas suatu fakta dan fenomena yang melatarbelakanginya. Namun, tentunya perlu ada manfaat yang dapat dihasilkan oleh penelitian ini. Tanpa adanya manfaat, sebuah penelitian yang dilakukan akan terkesan sia-sia. Manfaat juga merupakan dampak dari tercapainya tujuan dari penelitian yang

(22)

telah dijalankan. Dengan demikian, penelitian ini diharapkan mampu menghadirkan manfaat-manfaat secara teoretis dan praktis sebagai berikut:

1. Manfaat Teoretis

Penelitian ini diharapkan dapat memberi pengetahuan dan pemahaman serta dapat memperkaya dan memperluas wawasan mengenai bentuk-bentuk kesalahan berbahasa Indonesia dalam karangan pemelajar BIPA di ILCIC Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta khususnya kesalahan pada tataran fonologi bidang ejaan dan morfologi.

2. Manfaat praktis

Penelitian ini diharapkan mampu menghadirkan referensi baru yang bermanfaat bagi civitas akademika dan pemelajar BIPA di ILCIC Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dalam mengetahui dan memahami kesalahan berbahasa dalam taksonomi kategori linguistik. Dari penelitian ini diharapkan penelitian ini juga bermanfaat sebagai bahan kajian bagi pemelajar BIPA yang mengalami kesulitan dalam menulis bidang karang mengarang.

1.6 Batasan Istilah

Batasan istilah dalam pembahasan penelitian ini hanya mencakup beberapa hal saja, antara lain

1. Kesalahan berbahasa

Tarigan (1990: 77) mengatakan bahwa kesalahan berbahasa adalah pelanggaran terhadap kode berbahasa. Pelanggaran ini bukan hanya bersifat fisik, melainkan juga sebuah tanda kurang sempurnanya pengetahuan dan penguasaan terhadap kode. Kode yang dimaksudkan adalah aturan berbahasa yang dilanggar oleh bahasawan.

Ruru da Ruru (1985) menjelaskan bahwa analisis kesalahan adalah suatu cara untuk mengklasifikasikan, mengidentifikasikan, dan mengasosiasikan secara terstruktur terkait kesalahan-kesalahan yang disusun oleh pemelajar yang sedang belajar bahasa asing atau bahasa kedua (B2) dengan menggunakan teori-teori kajian linguistik.

2. Analisis Kesalahan Berbahasa

Pranowo (1996:58) memaparkan bahwa, analisis kesalahan berbahasa merupakan suatu upaya yang dilakukan untuk mencapai tujuan pembelajaran

(23)

bahasa dengan mengetahui penyebab terjadinya kesalahan berbahasa dan menanggulangi munculnya penyimpangan berbahasa yang pemelajar lakukan dalam proses pemerolehan bahasa kedua (B2).

Setyawati (2010:15) menyatakan bahwa analisis kesalahan berbahasa merupakan sebuah proses atau langkah yang didasarkan pada analisis kesalahan seorang pemelajar bahasa yang sedang mempelajari bahasa dengan menggunakan objek (bahasa) yang sudah ditargetkan dengan memerhatikan langkah kerja analisis bahasa.

3. Karangan

ie (1995: 17) berpandangan bahwa karangan merupakan hasil perwujudan gagasan seseorang dalam bahasa tulis yang dapat dibaca dan dimengerti oleh pembaca. Dengan kata lain karangan yang dihasilkan tentunya bertujuan untuk mengajak pembaca ikut merasakan isi karangan yang disampaikan oleh si pengarang.

4. Taksonomi kesalahan berbahasa kategori linguistik tataran morfologi dan ejaan Tarigan (1990: 279-288) menyebutkan bahwa terdapat empat

pengklasifikasian taksonomi kesalahan berbahasa, yakni (1) taksonomi kategori linguistik, (2) taksonomi siasat permukaan, (3) taksonomi komparatif, dan (4) taksonomi efek komunikatif. Dalam penelitian ini, peneliti menganalisis kesalahan berbahasa menurut taksonomi kategori linguistik pada tataran fonologi bidang ejaan dan tataran morfologi.

Pada penelitian ini, peneliti hanya menggunakan taksonomi kesalahan berbahasa dalam kategori linguistik. Penelitian ini mengkaji aspek ejaan (huruf kapital, huruf miring, lambing bilangan/ angka, unsur serapan, tanda baca, dan kata depan) dan mengkaji aspek morfologi menurut buku berjudul Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia Teori dan praktik dengan mengelaborasi teori menggunakan buku berjudul Analisis Kesalahan Berbahasa (sebuah pendekatan pengajaran).

(24)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Dalam bab kajian pustaka ini, peneliti akan menguraikan teori-teori yang berkaitan dengan rumusan masalah dalam penelitian. Kajian pustaka yang diuraikan dalam pokok bahasan ini, meliputi penelitian terdahulu yang relevan, deskripsi teori, dan kerangka berpikir.

2.1 Kajian Terdahulu yang Relevan

Sampai saat ini banyak ditemukan peneliti-peneliti yang menganalisis permasalahan terkait analisis kesalahan berbahasa. Penelitian-penelitian terdahulu yang relevan menjadi acuan peneliti selanjutnya dalam mengembangkan hasil penelitiannya.

Melalui penelitian ini, peneliti berharap penelitian ini dapat memberikan wawasan atau pengetahuan terkait kesalahan berbahasa Indonesia dalam karangan pemelajar BIPA di ILCIC Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penelitian terdahulu yang disusun oleh Elieza Tri Astuti (2019), Nisak (2011), Dwi Hastuti (2019), Aprilia Nentina (2019), Nurvita Anjarsari, dkk (2013), Dian Nur Prawisti (2012), dan Erlina Rizky (2017). Ketujuh penelitian tersebut sama-sama melakukan penelitian terkait analisis kesalahan berbahasa Indonesia. Berikut penjelasan dari masing-masing peneliti yang relevan dengan penelitian ini.

Penelitian pertama, penelitian ini dilakukan oleh Astuti (2019) dengan judul Analisis Kesalahan Penggunaan Bahasa Indonesia Tataran Morfologi dalam Karangan Deskripsi Peserta Didik Kelas VII E dan Kelas VII F SMP N 35 Semarang (2019). Peneliti menyimpulkan bahwa terdapat beberapa kesalahan berbahasa pada tataran morfologi, yaitu kesalahan berbahasa pada tataran afiksasi, kesalahan berbahasa pada tataran reduplikasi, dan kesalahan berbahasa pada tataran komposisi. Peneliti juga meneliti penyebab kesalahan berbahasa pada siswa siswi disebabkan oleh penggunaan bahasa ibu, pengajaran yang kurang tepat, dan kekurangpahaman pemakaian bahasa terhadap bahasa yang dipakai. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deksriptif kualitatif dan teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu triangulasi data.

Persamaan penelitian Elieza dengan peneliti adalah sama-sama membahas tentang analisis kesalahan berbahasa pada tataran morfologi dan karangan. Namun, terdapat perbedaan antara penelitian Elieza dengan peneliti. Perbedaan tersebut terletak pada data

8

(25)

dan sumber data. Elieza menggunakan data dan sumber data berupa karangan siswa siswi kelas VII E dan VII F SMP N 35 Semarang, sedangkan peneliti menggunakan data dan sumber data yaitu karangan pemelajar BIPA level BIPA 6 di ILCIC Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penelitian kedua, penelitian ini dilakukan oleh Nisak (2011) yang berjudul Analisis Kesalahan Berbahasa dalam Karangan Bahasa Indonesia Siswa Kelas XI SMK Negeri Rembang Kabupaten Pasuruan Tahun Pelajaran 2013/2014. Berdasarkan analisis data, peneliti menemukan beberapa kesalahan dalam penulisan karangan siswa.

Kesalahan terbesar adalah (1) penulisan huruf kapital, (2) kesalahan aspek kebenaran pilihan kata, (3) kesalahan dalam penyusunan kalimat yang meliputi kebenaran, kejelasan, dan keefisienan, dan (4) kesalahan kesatuan penyusunan paragraf.

Persamaan penelitian Nisak dengan peneliti adalah sama-sama menganalisis kesalahan berbahasa Indonesia dalam sebuah karangan. Perbedaan penelitian Nisak dengan peneliti adalah kajian yang diteliti oleh Nisak adalah kesalahan pada bidang ejaan, pemilihan kata, dan sintaksis, sedangkan peneliti hanya mengkaji pada bidang ejaan dan morfologi.

Penelitian ketiga dilakukan oleh Dwi Hastuti (2019) berjudul Kesalahan Bentuk Kata Berafiks dalam Koran Jawa Pos Edisi 9 Oktober 2019. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ditemukan adanya eksalahan dalam bentuk kata berkonfiks yang terdiri atas kesalahan penghilangan afiks (prefiks, konfiks, dan sufiks), kesalahan penulisan prefiks di-, dan bunyi yang tidak luluh tetapi diluluhkan.

Persamaan penelitian Dwi Hastuti dengan peneliti adalah sama-sama menganalisis kesalahan berbahasa Indonesia pada tataran morfologi. Perbedaan penelitian Suryaningsih dengan peneliti adalah Dwi Hastuti mengkaji kesalahan berbahasa pada bentuk kata berafiks dalam koran, sedangkan peneliti mengkaji kesalahan berbahasa pada tataran morfologi yang mencakup pemilihan afiks, kesalahan penambahan afiks, kesalahan penghilangan afiks, kesalahan peluluhan bunyi, kesalahan penggantian morf, dan kesalahan penggunaan afiks yang tidak tepat dalam karangan dekskripsi pemelajar BIPA level Intermediate sampai level Advance.

Penelitian keempat dilakukan oleh Aprilia Nentia (2019) berjudul Analisis Kesalahan Berbahasa Tataran Morfologi Pada Berita Pinggir-Duri-Dumai Surat Kabar Riau Pos. Berdasarkan analisis data, penelitian ini menghasilkan pendeskripsian

(26)

mengenai kesalahan berbahasa dalam tataran morfologi berupa kesalahan penghilangan afiks sebanyak 8 kesalahan, 3 kesalahan penulisan kata, 4 kesalahan penggunaan afiks, dan 1 kesalahan bunyi yang seharusnya diluluhkan.

Persamaan penelitian Aprilia Nentina dengan peneliti adalah sama-sama meneliti kesalahan berbahasa pada tataran morfologi. Perbedaan penelitian Aprilia Nentina dengan peneliti adalah Aprilia Nentina meneliti kesalahan berbahasa pada berita Pinggir Duri Dumai Surat Kabar Riau sedangkan peneliti meneliti karangan pemelajar BIPA di Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma.

Penelitian kelima dilakukan oleh Nurvita Anjarsari (2013) berjudul Analisis Kesalahan pemakaian Bahasa Indonesia dalam Karangan Mahasiswa Penutur Asing Di Universitas Sebelas Maret. Penelitian ini menghasilkan sebuah simpulan, yaitu (1) Unsur-unsur linguistik yang mengalami kesalahan bahasa yang sering terjadi dalam teks siswa dibagi menjadi empat kesalahan: kesalahan ejaan, morfologi, semantik, dan sintaksis, (2) Kesalahan yang paling sering terjadi dalam karangan mahasiswa asing adalah kesalahan ejaan, (3) Kesalahan bahasa yang sering terjadi dalam karangan mahasiswa asing yang disebabkan oleh faktor internal: (a) rendahnya motivasi, (b) potensi/bakat bahasa, (c) karakteristik bahasa, dan faktor eksternal: (a) pembelajaran yang tidak sempurna, (b) waktu belajar bahasa kurang.

Persamaan penelitian Nurvita dengan peneliti adalah menganalisis kesalahan berbahasa dalam sebuah karangan. Perbedaan penelitian Nurvita, dkk dengan peneliti terletak pada sumber penelitian dan kajian yang diteliti. Sumber penelitian Nurvita yaitu mahasiswa penutur asing di Universitas dan kajian yang dianalisis adalah kesalahan berbahasa pada tataran fonologi bidang ejaan, sedangkan peneliti menggunakan sumber penelitian yaitu pemelajar BIPA di ILCIC Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dan mengkaji kesalahan berbahasa pada tataran fonologi bidang ejaan dan morfologi.

Penelitian keenam dilakukan oleh Dian Nur Prawisti (2012). Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yaitu teknik membaca dan mencatat dan instrumen pengumpulan data dengan menggunakan (human instrumen), yaitu peneliti sendiri. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa terdapat kesalahan ejaan pada karangan siswa kelas VII SMP N 2 Depok. Ditemukan beberapa

(27)

kesalahan terkait dengan ejaan, yaitu (1) kesalahan pemakaian huruf kapital, (2) kesalahan pemakaian kata depan di, ke, dan dari, dan (3) kesalahan pemakaian tanda baca.

Persamaaan penelitian Dian Nur Prawisti dengan peneliti adalah sama-sama menganalisis kesalahan berbahasa pada bidang ejaan dalam sebuah karangan. Perbedaan penelitian Dian Nur dengan peneliti terletak pada jenis karangan yang diteliti. Penelitian Dian Nur meneliti karangan yang tidak dijelaskan jenis karangan yang seperti apa, sedangkan peneliti menggunakan jeinis karangan deksripsi.

Penelitian ketujuh dilakukan oleh Erlina Rizky (2017). Penelitian ini berjudul Analisis Kesalahan Berbahasa dalam Rubrik ‘Wonosobo Ekspres’ pada Harian Magelang Ekspres Edisi September 2016. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian ini dilakukan untuk mendeskripsikan kesalahan berbahasa tataran linguistik dan mendeskripsikan kesalahan penulisan tipografi pada rubrik Harian Magelang Ekspres. Hasil penelitian ini adalah terdapat empat kesalahan berbahasa, yaitu (1) kelebihan huruf, (2) kekurangan huruf, (3) penyusunan huruf, dan (4) penyusunan barisan kata.

Persamaan penelitian Erlina dengan peneliti adalah sama-sama menganalisis tentang kesalahan berbahasa pada tataran linguistik. Namun, terdapat perbedaan penelitian ini dengan peneliti yaitu terletak pada kajian linguistik yang digunakan sebagai acuan penelitian. Erlina menggunakan tatara sintaksis, tataran wacana, dan penerapan kaidah ejaan, sedangkan peneliti menggunakan tataran morfologi dan ejaan sebagai acuan penelitian.

Berdasarkan penelitian terdahulu, ada beberapa hal yang membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya. Peneliti membuat sebuah pembaruan pada penelitian ini, yaitu (1) peneliti menggunakan analisis data dengan model analisis interaktif, (2) pada kajian teori, peneliti mengelaborasi teori tentang Analisis kesalahan berbahasa (Sebuah pendekatan dalam pengajaran bahasa) dari Mantasiah R. Yusri dengan teori tentang analisis kesalahan berbahasa tataran linguistik dari buku berjudul Analisis Kesalahan Berbahasa Teori dan Praktik serta menggunakan buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia untuk mengkaji kesalahan pada tataran fonologi bidang ejaan, dan (3) Pada tahap analisis, peneliti akan memberikan perbaikan dari kata/ kesalahan tanda baca yang

(28)

dilakukan oleh pemelajar BIPA level intermediate sampai level advance sebagai bahan pembelajaran terkait kemampuan menulis dalam bahasa Indonesia.

Alasan lain peneliti memilih pemelajar BIPA di ILCIC Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta sebagai sumber data, karena peneliti memiliki kriteria khusus dalam menentukan objek penelitian dan peneliti ingin mencoba mengetahui apakah pemelajar BIPA level intermediate sampai level advance di Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma lebih banyak melakukan kesalahan berbahasa tulis atau justru sebaliknya.

2.2 Landasan Teori

Dalam pembahasan mengenai landasan teori, peneliti akan menguraikan teori yang digunakan sebagai dasar untuk menyusun dan sebagai landasan berpikir dalam menyelesaikan masalah. Ada pun landasan teori yang digunakan adalah sebagai berikut.

2.2.1 Konsep Keterampilan Menulis 2.2.1.1 Pengertian Menulis

Gie (2002:3) menjelaskan bahwa menulis merupakan sebuah rangkaian kegiatan seseorang dalam mengungkapkan gagasannya dan menyampaikannya dalam bentuk bahasa tulis kepada pembaca untuk dipahami. Dengan kata lain menulis merupakan sebuah kemampuan seseorang dalam menjelaskan suatu hal kepada pembacanya dalam bentuk tulisan. Selain itu, menulis merupakan suatu cara untuk menjabarkan, mewujudkan, dan mengungkapkan gagasan atau ide penulis ke dalam sebuah tulisan (Sutarno, 2008: 10). Tulisan tersebut umumnya berisi sebuah gagasan atau ide tentang suatu hal yang diamati, dirasakan, atau didengar oleh penulis.

Berdasarkan penjelasan hakikat menulis dari para hali, dapat disimpulkan bahwa menulis adalah sebuah kegiatan yang dilakukan oleh seorang penulis berisi sebuah ungkapan berupa gagasan yang dihasilkan dari pengamatan, pendengaran penulis terhadap suatu hal. Ungkapan atau gagasan tersebut ditulis bertujuan untuk menjelaskan suatu hal dan pembaca dapat mengerti hasil tulisan penulis.

2.2.2 Hakikat Karangan

Karangan merupakan sebuah kegiatan yang bertujuan untuk mengomunikasikan gagasan penulis kepada pembaca. Kegiatan mengomunikasikan

(29)

gagasan tersebut diwujudkan dalam bentuk tulisan. Gie (1995: 17) berpendapat bahwa karangan merupakan hasil perwujudan gagasan seseorang dalam bahasa tulis yang dapat dibaca dan dimengerti oleh pembaca. Dengan kata lain karangan yang dihasilkan tentunya bertujuan untuk mengajak pembaca ikut merasakan isi karangan yang disampaikan oleh si pengarang.

Pengertian lain mengenai hakikat karangan disampaikan oleh Sirait, dkk (1985: 1) bahwa karangan merupakan hasil tulisan yang dikelompokan berdasarkan isi dan tujuan tulisan tersebut dan biasanya berupa tugas di kelas. Karangan merupakan kegiatan menulis yang berisi gagasan-gagasan tertentu dan dikelompokkan berdasarkan isi dan tujuan karangan tersebut. karang mengarang merupakan suatu kegiatan seseorang untuk mengungkapkan gagasan atau menyampaikan gagasan melalui bahasa tulis kepada pembaca dan dapat dipahami dengan benar seperti yang dimaksudkan oleh pengarang (Widyamartaya, 1990).

Keraf (1994: 2) menjelaskan bahwa karangan ditulis dari rangkaian kata- kata dan membentuk kalimat, paragraf, dan akhirnya menjadi wacana yang dapat dibaca dan dipahami oleh pembaca. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa karangan merupakan sebuah kegiatan komunikatif yang menghasilkan tulisan dari rangkaian kata-kata yang membentuk sebuah wacana yang ditulis oleh penulis berdasarkan gagasan tentang suatu hal dan dikelompokkan berdasarkan isi dan tujuan tulisan itu dibuat. Tujuan dari karangan tersebut dibuat untuk membuat pembaca mengerti dan paham tentang apa yang ingin disampaikan oleh penulis.

2.2.3 Konsep Karangan yang Baik

Karangan yang baik dapat menentukkan kualitas si pengarang. Ada pun kriteria dalam menentukan karangan yang baik yang dikemukakan oleh Darmadi (1998:24).

Berikut ciri-ciri karangan yang baik.

1) Jelas

Kejelasan merupakan pokok utama yang perlu diperhatikan penulis dalam sebuah karangan. Dengan kejelasan terhadap suatu cerita atau gagasan, pembaca dapat memahami maksud dari tulisan tersebut. Kejelasan suatu karangan juga berkaitan dengan struktur kalimat, pilihan kata, penggunaan ejaan yang baik dan benar, pemilihan ilustrasi, dan sebagainya.

2) Signifikan

(30)

Karangan yang signifikan artinya dapat menceritakan atau menjelaskan suatu hal yang dibutuhkan pembaca. Dengan begitu pembaca dapat belajar dari karangan tersebut.

3) Mempunyai kesatuan dan organisasi yang baik

Kesatuan sebuah tulisan berkaitan dengan kesatuan (kohesi) dan kepaduan (koherensi). Karangan yang baik memiliki kesatuan dan kepaduan di setiap kalimat. Dengan kesatuan dan organisasi yang baik diharapkan pembaca mampu dengan mudah memahami isi bacaan tersebut.

4) Ekonomis (padat isi)

Karangan yang ekonomis (pada isi) dapat dengan mudah ditangkap makna isi bacaan oleh para pembaca. Dengan demikian, karangan yang baik tidak perlu panjang dan lebar, melainkan padat dan jelas.

5) Penggunaan bahasa yang dapat diterima

Seorang penulis perlu menguasai penggunaan bahasa yang baik dan benar. Hal ini bertujuan agar karangan yang ditulis dapat berterima dengan si pembaca. Penggunaan bahasa yang baik dan dan benar juga akan memengaruhi tingkat kejelasan sebuah karangan.

6) Pengembangan yang memadai

Karangan yang menarik tentu bersumber dari kemampuan penulis dalam mengembangkan karangannya. Karangan yang dikembangkan dengan maksimal tentu akan menarik pembaca terhadap karangan tersebut. Namun, dalam kenyataannya, penulis harus mampu memilih topik khusus dan membatasi pada komitmen yang dibuatnya. Komitmen ini dapat dicontohkan pada bagian judul yang sudah dapat diprediksi isinya.

7) Memiliki kekuatan

Maksud dari ciri memiliki kekuatan dalam karangan adalah pembaca dapat merasakan isi karangan yang ditulis oleh penulis walaupun mereka tidak bisa melihat. Dengan kata lain, pembaca dapat merasakan kehadiran penulis yang tidak jauh darinya.

Berdasarkan penjelasan terkait ciri karangan yang baik, penulis dapat menyimpulkan beberapa hal. Pertama, karangan baik adalah karangan yang mampu diterima oleh pembaca. Kedua, karangan yang dapat diterima oleh pembaca adalah

(31)

karangan yang dapat menggunakan bahasa yang baik dan benar sesuai dengan kaidah kebahasaan. Ketiga, penulis perlu memperhatikan kejelasan karangan, kepada isi, pengembangan karangan, dan memiliki kekhasan dalam tulisannya.

2.2.4 Hakikat Analisis Kesalahan Berbahasa

Kesalahan berbahasa dikaitkan dengan bagian dari proses pembelajaran, baik pembelajaran formal maupun nonformal. Kesalahan berbahasa dapat diatasi dengan adanya sebuah kajian analisis untuk mengurangi sampai ke batas minimal terjadinya kesalahan berbahasa. Hal ini bertujuan agar semakin rendahnya kuantitas kesalahan berbahasa yang terjadi pada proses pembelajaran. Berdasarkan penjelasan di atas, beberapa ahli memaparkan penjelasannya terkait hakikat Analisis kesalahan berbahasa.

Tarigan berpendapat analisis kesalahan berbahasa merupakan:

“Suatu ketentuan yang biasanya digunakan oleh para peneliti dan guru bahasa untuk meneliti kesalahan berbahasa yang terjadi dengan menggunakan ketentuan, yaitu (1) mengumpulkan sampel bahasa, (2) menandai kesalahan pada sampel bahasa para pelajar, (3) mengklasifikasikan kesalahan-kesalahan berbahasa, dan (4) mengevaluasi kesalahan berbahasa dengan keseriusan (Tarigan, 1988:

300).

Menurut penjelasan Tarigan di atas, dapat disimpulkan bahwa analisis kesalahan berbahasa dapat dikatakan sebagai suatu ketentuan mutlak dalam pembelajaran bahasa untuk mengetahui kesalahan-kesalahan yang terjadi pada sampel bahasa pemelajar. Berbeda dengan penjelasan Tarigan, penjelasan terkait hakikat analisis kesalahan berbahasa disampaikan oleh ahli lain.

Pranowo (1996:58) memaparkan bahwa, analisis kesalahan berbahasa merupakan suatu upaya yang dilakukan untuk mencapai tujuan pembelajaran bahasa dengan mengetahui penyebab terjadinya kesalahan berbahasa dan menanggulangi munculnya penyimpangan berbahasa yang pemelajar lakukan dalam proses pemerolehan bahasa kedua (B2). Dengan kata lain analisis kesalahan berbahasa

(32)

merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk mengurangi kesalahan berbahasa pada kegiatan pembelajaran bahasa.

Penjelasan Tarigan dan Pranowo memiliki persamaan terkait hakikat analisis kesalahan berbahasa. Namun, Pranowo melengkapi penjelasan dari Tarigan bahwa analisis kesalahan berbahasa merupakan sebuah daya yang digunakan dalam pembelajaran bahasa untuk mengetahui tingkat keberhasilan pemelajar dalam mempelajari bahasa kedua (B2) dan mengetahui hal yang menyebabkan terjadinya kesalahan berbahasa dalam proses pembelajaran bahasa.

Penjelasan lain terkait hakikat analisis kesalahan berbahasa disampaikan oleh Setyawati. Setyawati (2010:15) menyatakan bahwa analisis kesalahan berbahasa merupakan sebuah proses atau langkah yang didasarkan pada analisis kesalahan seorang pemelajar bahasa yang sedang mempelajari bahasa dengan menggunakan objek (bahasa) yang sudah ditargetkan dengan memerhatikan langkah kerja analisis bahasa.

Dalam proses analisis kesalahan berbahasa terdapat beberapa prosedur yang harus dilakukan. Dalam prosedur penganalisisan kesalahan berbahasa, disampaikan oleh Dulay, et. al. (1982: 277) yakni kesalahan berbahasa merupakan suatu usaha untuk mendata sekaligus mengklasifikasikan kesalahan yang terdapat dalam tulisan siswa. Hal ini menjelaskan bahwa adanya Langkah atau rangakian proses yang dilakukan dalam tahapan analisis berbahasa.

Berdasarkan penjelasan dari ketiga ahli mengenai hakikat analisis kesalahan berbahasa, dapat disimpulkan bahwa analisis kesalahan berbahasa merupakan usaha yang didasari dari tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan suatu pembelajaran bahasa menggunakan ketentuan tertentu atau prosedur tertentu. Dengan adanya usaha analisis kesalahan berbahasa tersebut, dapat mengurangi kesalahan berbahasa pada proses pembelajaran bahasa kedua (B2) dan membantu mengetahui kesalahan- kesalahan yang sering dilakukan oleh pemelajar bahasa.

Dari penjelasan para ahli yang memaparkan pendapatnya terkait hakikat analisis kesalahan berbahasa, peneliti menggunakan teori dari Nanik Setyawati sebagai alat bantu untuk menganalisis data penelitian. Dalam bukunya yang berjudul

(33)

Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia Teori dan Praktik dipaparkan dengan runtut terkait analisis kesalahan berbahasa pada tataran fonologi bidang ejaan dan morfologi. Selain pemaparan yang terstruktur, penjelasan dalam buku ini juga mudah dipahami.

2.2.5 Analisis Kesalahan Berbahasa Bidang Linguistik

Kesalahan berbahasa dapat terjadi pada setiap tataran linguistik (kebahasaan) (Indihadi, 2016). Kesalahan pada tataran linguistik meliputi tataran fonologi, morfologi, sintaksis, wacana, dan semantik. Kesalahan-kesalahan tersebut juga dipengaruhi oleh campur tangan (intervensi) bahasa pertama (B1) terhadap bahasa kedua (B2). Namun, bagi penutur asing yang mempelajari bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua (B2) sering melakukan kesalahan berbahasa akibat penyimpangan kaidah bahasa.

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan teori analisis kesalahan berbahasa pada tataran linguistik, yaitu tataran fonologi bidang ejaan dan tataran morfologi.

Hal ini berkaitan dengan penggunaan bahasa yang baik dan benar.

Berdasarkan bidang linguistik, kesalahan berbahasa dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kesalahan, yakni kesalahan tataran fonologi (ucapan), kesalahan tataran morfologi (pembentukan kata), kesalahan tataran sintaksis (frasa, klausa, kalimat), kesalahan tataran semantik, dan kesalahan tataran wacana. Berikut penjelasan dari masing-masing analisis kesalahan berbahasa bidang linguistik khususnya bidang ejaan dan tataran morfologi.

2.2.5.1 Analisis Kesalahan Berbahasa dalam Tataran Fonologi Bidang Ejaan

Bahasa Indonesia telah dua kali mengalami perubahan pada aturan ejaan. Ejaan yang pertama yakni Ejaan yang Disempurnakan (EYD) dan yang kedua adalah Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI). Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) ditetapkan pada tanggal 26 November 2015. Perubahan EYD menjadi PUEBI didasari oleh banyaknya kritik yang muncul dari masyarakat mengenai EYD. Berdasarkan data dari Permendikbud Nomor 50 tahun 2015 dijelaskan ada beberapa Perbedaan yang ditemukan antara EYD dengan PUEBI, yakni (1) adanya penambahan informasi pada pelafalan penggunaan diakritik è dan é, (2) penambahan diftong [ei], (3) aturan penulisan huruf kapital, (4) penggunaan

(34)

huruf tebal pada PUEBI, (5) Penggunaan tanda baca (;) yang dipakai pada akhir pemerincian yang berupa kalusa dan digunakan untuk memisahkan kalimat yang sudah menggunakan tanda koma.

Perubahan ejaan dari EYD menjadi PUEBI memiliki keterkaitan dalam pembelajaran bahasa. Sebagai guru bahasa perlu memperhatikan perubahan ejaan yang terbaru. Hal ini bertujuan untuk menciptakan penggunaan bahasa yang baik dan benar sesuai dengan kaidah kebahasaan.

Suatu ejaan bahasa ikut serta dalam menentukan kebakuan dan ketidakbakuan kalimat. Akibat penulisan ejaan yang benar dan sesuai dengan kaidah kebahasaan, kalimat tersebut dapat menjadi kalimat baku. Begitu juga sebaliknya, akibat penulisan ejaan yang tidak sesuai dengan kaidah kebahasaan, kalimat tersebut dapat menjadi kalimat tidak baku. Nasucha dkk (2009: 92) menjelaskan bahwa realitas kesalahan pemakaian bahasa sebagian besar disebabkan oleh kesalahan penerapan ejaan, terutama tanda baca, penulisan kata depan, dan pemakaian huruf kapital.

Analisis kesalahan berbahasa pada bidang ejaan yang akan diteliti, yaitu (a) kesalahan berbahasa pada pemakaian huruf kapital, (b) huruf miring, (c) penulisan kata depan, (d) penulisan bilangan/ angka, (e) penulisan unsur serapan, (f) penulisan kata, dan (g) penggunaan tanda baca. Berikut uraian bentuk kesalahan pada tataran fonologi bidang ejaan.

1. Pemakaian Huruf Kapital

Pada umumnya huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama di awal kalimat. Huruf kapital digunakan sebagai penanda bahwa terdapat beberapa kalimat dalam sebuah paragraf. Namun, masih sering ditemukan beberapa kesalahan berbahasa khususnya pada pemakaian huruf kapital. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) merupakan pedoman terbaru mengenai tata cara penulisan yang sesuai dengan kaidah kebahasaan bahasa Indonesia. Di dalam buku PUEBI (2017) dijelaskan mengenai cara pemakaian huruf kapital, penggunaan huruf miring, penulisan bilangan/ angka, penulisan unsur serapan, penulisan kata depan, dan penggunaan tanda baca yang baik dan benar sesuai dengan kaidah kebahasaan.

Setyawati (2010: 140) menyampaikan bahwa penulisan huruf kapital dalam tulisan-tulisan resmi terkadang mengalami penyimpangan dari kaidah

(35)

kebahasaan yang berlaku. Selain kesalahan yang disampaikan oleh Setyawati, dalam buku PUEBI (2017) dituliskan penulisan huruf kapital yang baik dan benar.

Kesalahan pada penulisan huruf kapital tersebut, yaitu (1) kesalahan penulisan huruf pertama pada petikan langsung, (2) kesalahan penulisan huruf pertama pada ungkapan yang berkaitan dengan hal tentang keagamaan (terbatas pada nama diri), kitab suci, dan nama Tuhan (terkhusus kata ganti untuk Tuhan), (3) kesalahan penulisan huruf kapital pada huruf pertama nama gelar (keturunan, kehormatan, dan keagamaan), jabatan, dan pangkat yang diikuti nama orang, (4) kesalahan penulisan huruf kapital pada pemakaian huruf kapital sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa, (5) kesalahan penulisan huruf kapital yang dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari dan hari raya, (6) kesalahan penulisan huruf kapital sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur bentuk ulang sempurna) dalam nama negara, lembaga, badan, organisasi, atau dokumen, kecuali kata tugas, seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk, (7) kesalahan pada huruf kapital sebagai huruf pertama setiap kata (termasuk pada unsur kata ulang sempurna) dalam judul buku, karangan, artikel, makalah, dan surat kabar, kecuali kata tugas di, ke, dari, dan, yang, dan untuk, yang tidak terletak pada awal kalimat, (8) penulisan huruf kapital sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, atau sapaan, dan (9) penulisan huruf kapital sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan.

2. Kesalahan dalam Penulisan Huruf Miring

Kesalahan penulisan huruf miring dalam pembelajaran bahasa diuraikan sebagai berikut (1) Kesalahan pada penulisan kata untuk menegaskan atau mengkhususkan kata tertentu, huruf, bagian kata, atau kelompok kata, (2) Kesalahan pada penulisan huruf miring yang digunakan untuk menulis judul buku, nama majalah, atau nama surat kabar yang dikutip dalam tulisan, termasuk dalam daftar Pustaka, dan (3) Kesalahan pada penulisan huruf kapital untuk menuliskan kata atau ungkapan dalam bahasa asing atau bahasa daerah (Setyawati, 2010: 149).

3. Kesalahan dalam Penulisan Kata

(36)

Dalam bahasa Indonesia terdapat kata dasar dan kata bentukan (kata berimbuhan, kata ulang, dan kata majemuk atau gabungan kata). Kata dasar ditulis dalam satau kesatuan yang dapat berdiri sendiri (Setyawati, 2010: 151).

Kata yang mengandung afiks (kata berafiks) ditulis serangkai dengan kata dasarnya. Berbeda halnya dengan kata ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung (-). Kata majemuk yang diberi imbuhan prefiks atau sufiks saja, ditulis serangkaian dengan kata yang mengikutinya, tetapi jika kata tersebut diberi imbuhan prefiks dan sufiks, kata tersebut harus ditulis serangkai dengan kata tersebut. Contoh penulisan kata sebagai berikut.

Bentuk Baku Bentuk Tidak Baku

dikunjungi di kunjungi

silakan silahkan

mondar-mandir mondar mandir

rumah sakit rumahsakit

tatabahasa tata bahasa

antarkota antar kota

kosakata kosa kata

4. Kesalahan dalam Penulisan Kata Depan

Kesalahan lain dalam bahasa tulis adalah kesalahan pada penulisan kata depan.

Dalam PUEBI (2017: 22) dijelaskan cara menulis kata depan yang sesuai dengan kaidah kebahasaan.

Kata depan, seperti di, ke, dan dari, ditulis terpisah dari kata yang menyertainya.

Bentuk Baku

10) Di mana dia sekarang?

11) Hari ini aku ingin pergi ke toko buku.

12) Kalung itu terbuat dari emas.

5. Kesalahan dalam Penulisan Angka atau Lambang Bilangan

Penulisan angka atau lambang bilangan dalam bahasa Indonesia juga dimuat dalam buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia. Dalam buku

(37)

PUEBI dan buku Analisis Kesalahan Berbahasa Teori dan Praktik, dijelaskan tentang penggunaan angka atau lambang bilangan yang baik dan sesuai dengan kaidah kebahasaaan, yakni (1) Bilangan dalam teks yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf, kecuali jika dipakai secara berurutan seperti dalam perincian, (2) Bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf, (3) Angka yang menunjukkan bilangan besar dapat ditulis sebagian menggunakan huruf supaya lebih mudah untuk dibaca, (4) Angka digunakan untuk menyatakan ukuran panjang, berat, luas, isi, waktu, dan nilai uang (5) Angka digunakan untuk meberi nomor pada alamat, seperti jalan, rumah, apartemen, atau kamar (6) Angka digunakan untuk memberi nomor pada bagian karangan atau ayat kitab suci, dan sebagainya (7) Angka ditulis dengan huruf, (8) Angka yang ditulis pada bilangan tingkat, (9) Penulisan bilangan yang mendapat akhiran –an, dan (10) Penulisan bilangan dengan huruf dan angka sekaligus yang dilakukan dalam peraturan perundang-undangan, kuitanasi, dan kata.

6. Kesalahan Penulisan Unsur Serapan

Setyawati (2010: 160) menjelaskan bahwa berdasarkan taraf unifikasinya, unsur serapan dalam bahasa Indonesia dapat dibedakan menjadi dua, yaitu (1) unsur yang belum sepenuhnya diserap ke dalam bahasa indonesia (unsur tersebut digunakan dalam konteks bahasa Indonesia, tetapi cara melafalkannya masih mengikuti pelafalan bahasa asing) dan (2) unsur asing diserap dengan menyesuaikan kaidah bahasa Indonesia baik pada pelafalannya maupun penulisannya. Contoh penulisan unsur yang tidak tepat sebagai berikut.

Kata Asing Penyerapan Baku Penyerapan Tidak Baku

social sosial social

activity aktivitas aktifitas

complex kompleks komplek

online daring online

taxi taksi taxi

acting akting acting

(38)

actor aktor actor

standard standar standart

7. Kesalahan dalam Penggunaan Tanda Baca

Kesalahan yang sering muncul dalam sebuah tulisan yaitu kesalahan dalam penggunaan tanda baca yang baik dan benar. Kesalahan penggunaan tanda baca yang sering ditemukan yaitu kesalahan pada tanda titik, tanda koma, tanda titik dua, tanda hubung, tanda pisah, dan tanda tanya.

a. Tanda titik (.)

Penulisan tanda titik di setiap akhir kalimat masih sering tidak diperhatikan penggunaannya. PUEBI (2017: 32) memamparkan penggunaan tanda titik yang baik dan benar sesuai dengan kaidah kebahasaan, yaitu (1) tanda titik ditulis pada akhir kalimat pernyataan, (2) tanda titik ditulis di belakang angka atau huruf sebuah bagian, ikhtisar, atau daftar, (3) tanda titik ditulis sebagai pemisah angka, jam, menit, dan detik yang menunjukkan waktu atau jangka waktu, (4) tanda titik ditulis dalam daftar pustaka di antara nama penulis, tahun, judul tulisan (yang diakhiri dengan tanda tanya, atau tanda seru), dan nama penerbit, dan (5) tanda titik digunakan untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang menunjukkan jumlah.

b. Tanda koma (,)

Pada umumnya, tanda koma dipakai sebagai suatu tanda pemerinci dalam sebuah kalimat. PUEBI (2017: 35) memaparkan penggunaan tanda koma yang lebih jelas dan sesuai dengan kaidah kebahasaan, yaitu (1) tanda koma digunakan di antara unsur-unsur dalam suatu pemerinci atau pembilangan, (2) tanda koma digunakan sebelum kata penghubung, seperti tetapi, melainkan, dan sedangkan, dalam sebuah kalimat majemuk (setara), (3) tanda koma digunakan sebagai pemisah anak kalimat yang mendahului induk kalimatnya, (4) tanda koma digunakan dibelakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat, seperti oleh sebab itu, jadi, dengan demikian, sehubungan dengan itu, dan meskipun demikian, (5) tanda koma digunakan sebelum kata dan/ atau sesudah kata seru, seperti o, ya, wah, aduh, atau hai,

(39)

dan kata yang dipakai sebagai sapaan, seperti Ibu, Dik, atau Nak, (6) tanda koma digunakan untuk memisahkan petikan langsung dan bagian lain dala kalimat, (7) tanda koma digunakan di antara (nama seseorang atau alamat, bagian-bagian alamat, tempat dan tanggal, dan nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis secara berurutan), (8) tanda koma digunakan sebagai pemisah bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar Pustaka (9) tanda koma digunakan di antara bagian-bagian dalam catatan kaki atau catatan akhir, (10) tanda koma digunakan di antara nama orang dan singkatan gelar akademis yang mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga, (11) tanda koma digunakan sebelum angka desimal atau di antara rupiah dan sen yang dinyatakan dengan angka, (12) tanda koma digunakan untuk mengapit keterangan tambahan atau keterangan aposisi, dan (13) tanda koma dapat digunakan di belakang unsur keterangan yang terdapat pada awal kalimat untuk menghindari salah baca/ salah penafsiran.

c. Tanda titik koma (;)

Sejalan dengan penggunaan ejaan yang baik dan benar, penggunaan tanda titik koma juga dijelaskan dalam buku PUEBI (2017). Dalam buku tersebut, dijelaskan penggunaan tanda titik koma digunakan sebagai, yaitu (1) pengganti kata penghubung, sebagai pemisah kalimat setara yang satu dengan kalimat setara yang lain, (2) digunakan pada akhir perincian berupa klausa, dan (3) digunakan untuk memisahkan kalimat pada bagian pemerincian.

d. Tanda titik dua (:)

Dalam buku PUEBI tahun 2017 dijelaskan penggunaan tanda titik dua (:) yang baik dan benar sesuai kaidah kebahasaan. Aturan penggunaan tanda titik dua, yaitu (1) tanda titik dua digunakan pada akhir pernyataan lengkap yang diikuti dengan pemerincian atau penjelasan, (2) tanda titik dua tidak digunakan apabila pemerincian atau penjelasan itu merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan, (3) tanda titik dua digunakan sesudah kata atau ungkapan yang membutuhkan pemerian, (4) tanda titik dua digunakan dalam sebuah naskah drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam

(40)

percakapan, dan (5) tanda titik dua digunakan di antara (a) surat dan ayat dalam kita suci, (b) jilid atau nomor dan halaman, (c) judul dan anak judul dalam sebuah karangan, dan (d) nama kota dan penerbit dalam daftar pustaka.

e. Tanda hubung (-)

Dalam buku PUEBI tahun 2017 diuraikan aturan penggunaan tanda hubung, yaitu (1) tanda hubung digunakan untuk menandai bagian kata yang terpenggal oleh pergantian baris, (2) tanda hubung digunakan untuk menyambung unsur kata berulang, (3) tanda hubung digunakan menyambung tanggal, bulan, dan tahun yang dinyatakan dengan angka atau menyambung huruf dalam kata yang yang dieja satu-satu, (4) tanda hubung dapat digunakan untuk memberikan penjelas hubungan bagian kata atau ungkapan, dan (5) tanda hubung digunakan untuk merangkai.

Sebagai catatan: tanda hubung tidak digunakan di antara huruf dan angka jika angka tersebut melambangkan jumlah huruf.

1) Tanda hubung digunakan untuk merangkai unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa daerah atau bahasa asing.

2) Tanda hubung digunakan untuk menandai bentuk terikat yang menjadi objek bahasan.

Berikut rangkuman penggunaan tanda hubung yang sesuai dengan kaidah kebahasaan menurut buku PUEBI dan buku Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia Teori dan Praktik

f. Tanda pisah (--)

Penggunaan tanda pisah dalam bahasa Indonesia dirangkum dengan jelas dalam buku PUEBI tahun 2017. Tanda pisah digunakan untuk (1) membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan di luar bangun kalimat, (2) memperjelas adanya keterangan aposisi atau keterangan yang lain, dan (3) digunakan di antara dua bilangan, tanggal, atau tempat yang berarti ‘sampai dengan’ atau ‘sampai ke’.

g. Tanda tanya (?)

Tanda tanya umumnya digunakan sebagai penanda dalam kalimat tanya.

Namun, PUEBI (2017: 44) memaparkan aturan lain dalam penggunaan

Gambar

Tabel 4. 1 Daftar Kode Data Kesalahan Ejaan  Daftar Karangan  No  Judul Karangan Pemelajar
Tabel 1 Format Pencatatan Kesalahan Berbahasa Pada Tataran Fonologi  Bidang Ejaan  No
Tabel 2 Format Pencatatan Kesalahan Berbahasa Pada Tataran Morfologi
Tabel 3 Format Triangulasi Data

Referensi

Dokumen terkait

Yang bertanda tangan dibawah ini Kelompok Kerja (Pokja) Pemagaran Gedung Kantor Pengadilan Agama Tanjung Selor, pada hari ini RABU , tanggal TIGA bulan JUNI¸ tahun DUA

1 orang Sarjana Teknik Sipil (S1), dengan SKA minimal Ahli Teknik Bangunan Gedung Muda dengan pengalaman kerja minimal 5 (lima) tahun; dan.. 1 orang Sarjana Teknik

Teknologi Pengolahan Biodiesel dari Minyak Goreng Bekas dengan Teknik Mikrofiltrasi dan Transesterifikasi Sebagai Alternatif Bahan Bakar Mesin Diesel.. Balai Riset

IMPLEMENTASI METODE DISCOVERY LEARNING DENGAN MEDIA INTERNET UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN PENGEMBANGAN SIKAP POSITIF PADA TEMA PENIPISAN LAPISAN OZON..

Analisis Penggunaan Huruf Lam dalam Al-Qur`an serta Implikasinya terhadap Pembelajaran Tarjamah.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Judul Skripsi : Sintesis Pati Sitrat Dari Pati Singkong (Manihot utilissima P.) Dengan Metode Basah (Adebiyi). Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini ditulis berdasarkan

Pada pengujian ini, sistem pencegahan penyusupan dalam keadaan normal yaitu tidak ada paket data yang dikirim berupa serangan port scanning dan DOS dengan

Analisis Regresi Linier Sederhana adalah bentuk regresi dengan model yang bertujuan untuk mempelajari hubungan antara dua variabel, yakni variabel dependen (terikat) dan