BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Pengertian audit internal
Audit internal berasal dari ASOBAC (A Statement Of Basic Auditing
Concept) yang mendefinisikan auditing sebagai salah suatu proses sistematis
untuk menghimpun dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai asersi tentang berbagai tindakan dan kejadian ekonomi guna menentukan tingkat kesesuaian antara asersi-asersi tersebut dengan standar yang telah ditentukan dan menyampaikan hasilnya kepada para pengguna yang berkepentingan. Audit atau pemeriksaan dalam arti luas adalah evaluasi terhadap suatu organisasi, sistem, proses, produk. Audit dilaksanakan oleh pihak yang kompeten, objektif dan tidak memihak yang disebut auditor. Tujuannya yaitu dapat melakukan verifikasi bahwa subjek dari audit telah berjalan sesuai dengan standar, regulasi dan praktek yang telah ditentukan.
Sunyoto (2014:7) menyatakan audit internal sebagai salah satu fungsi organisasi berfungsi untuk mengevaluasi serta menguji kegiatan organisasi atau perusahaan sebagai jasa yang diberikan kepada organisasi tersebut.audit internal merupakan pemeriksaan yang dilakukan oleh karyawan perusahaan yang bersangkutan yang disebut auditor internal yang biasanya tidak terlibat dalam kegiatan pencatatan akuntansi dan kegiatan operasi perusahaan.
Adapun Tujuan Audit internal diantaranya:
a. Memberi informasi operasi yang relevan dan tepat waktu sebagai pengambilan keputusan.
b. Membantu manajemen dalam mengevaluasi catatan, laporan pengendalian. c. Dapat memastikan ketaatan terhadap kebijaksanaan manajerial yang
ditetapkan, prosedur, serta persyaratan peraturan pemerintah.
d. Menilai ekonomisasi dan efisiensi penggunaan sumber daya termasuk mengurangi pemborosan.
e. Menilai efektivitas untuk mencapai tujuan serta sasaran perusahaan yang ditetapkan.
f. Menyediakan berbagai tempat pelatihan untuk personil dalam seluruh fase operasi perusahaan.
Ada beberapa fungsi internal audit menurut para ahli adalah: a. Fungsi Internal Audit menurut Mulyadi (2008):
1). Audit internal serta penilaian terhadap efektivitas struktur pengendalian intern dan mendorong penggunaan struktur pengendalian internal yang efektif dengan biaya minimum. 2) Menentukan seberapa jauh pelaksanaan kebijakan manajemen yang mampu dipatuhi. 3) Menentukan sampai sejauh mana kekayaan perusahaan dipertanggungjawabkan dan dilindungi dari beberapa kerugian. 4) Menentukan keandalan informasi yang dihasilkan oleh berbagai bagian dalam perusahaan. 5) Memberikan rekomendasi perbaikan kegiatan yang ada pada perusahaan.
b. Fungsi Internal Audit menurut Tugiman (2006 : 11), yaitu “Suatu fungsi penilaian bebas dalam suatu organisasi, guna mempelajari dan menilai kegiatan-kegiatan perusahaan untuk memberikan saran kepada manajemen, agar dapat tanggung jawab dapat dilaksanakan secara efektif.
Tanggungjawab audit internal dalam perusahaan haruslah ditetapkan dengan jelas dengan kebijakan manajemen. Wewenang yang berhubungan
dangan tanggungjawab tersebut harus memberikan akses penuh pada auditor internal itu untuk berhubungan dengan kekayaan dan karyawan perusahaan yang relevan dengan pokok masalah yang sedang direview. Auditor internal harus bebas untuk menilai kebijakan, rencana, prosedur, dan pencatatan.
2. Definisi persediaan
Persediaan (inventory) adalah harta yang sangat penting dalam operasi perusahaan. Baik dalam jumlah maupun perananya yang secara terus menerus dapat diperolah, dirubah, dan kemudian dijual kembali.
Pontoh (2013:312), menyatakan bahwa persediaan adalah salah satu asset yang penting bagi perusahaan, dimana dengan penggunaan asset yang optimal, dapat membantu sebuah perusahaan untuk mencapai tujuannya yaitu laba.
Standar Akuntansi Keuangan (SAK) melalui Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.14 ) dapat mendefinisikan Persediaan sebagai berikut: Persediaan adalah asset:
a. Tersedia dan dapat dijual dalam kegiatan usaha b. Dalam proses produksi untuk penjualan
c. Dalam bentuk bahan atau perlengkapan (supplies) dapat digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa.
3. Metode pencatatan persediaan
a. Metode fisik merupakan suatu sistem periodik, memerlukan inventarisasi periode akuntansi. Metode ini mengharuskan kita menghitung jumlah fisik dan persediaan yang ada pada tanggal, penyusutan laporan keuangan. Perhitungan ini diperlukan untuk mengetahui berapa jumlah harga pokok.
Dalam metode mutasi persediaan barang tidak dicatat dalam kartu persediaan. Bila terjadinya pembelian akan dicatat kedalam perkiraan pembeliaan pada buku jurnal pembelian seberar harga belinya, dan bila terjadi penjualan maka dicatat pada buku jurnal penjualan sebesar harga buku jualnya. Jadi dalam sistem ini tidak dapat dipengaruhi jumlah persediaan pada setiap saat karena tidak pernah dicatat penambahan maupun pengurangan.
Untuk mengetahui saldo akhir persediaan, perlu dilakukan perhitungan fisik persediaan ke gudang. Hasil perhitungan fisik dikali dengan harga pokok per unitnya merupakan nilai persediaan aktif. Semua halnya dengan perusahaan dagang, perusahaan industri juga perlu melakukan perhitungan fisik atas persediaan untuk mengetahui saldo akhir persediaan.
1. Metode FIFO (First In First Out)
FIFO mengasumsikan unit persediaan yang pertama dibeli akan dijual atau digunakan terlebih dahulu sehingga unit yang tertinggal dalam persediaan akhir adalah yang dibeli atau diproduksi kemudian.
2. Metode Rata-rata (averange)
Ikatana Akuntansi Indonesia (IAI) merumuskan metode rata-rata sebagai berikut :adapun rumus biaya rata-rata tertimbang biaya setiap barang ditentukan berdasarkan biaya rata-rata tertimbang pada awal periode dan biaya barang serupa yang dibeli atau diproduksi selama satu periode.
Dalam menetapan harga pokok rata-rata biasanya menggunakan metode pertimbangan dengan jalan membagi jumlah nilai rupiah dari persediaan barang yang tersedia dan setelah ditambah dengan transaksi pembeliaan yang baru serta seluruh jumlah unitnya.
Metode rata-rata lebih praktis juga tidak mahal dibandingakan dengan metode sebelumnya. pada metode ini akan dapat meminimalkan pengaruh dari adanya harga bahan yang tinggi dan harga bahan yang rendah pada pembelian yang dilakukan perusahaan selama satu periode.
4. Jenis-Jenis persediaan 1. Persediaan barang dagang
Barang-barang yang dibeli dengan tujuan akan dijual kembali tanpa mengadakan perubahan bentuk terhadap barang tersebut.
2. Persediaan manufaktur
Dalam persediaan munufaktur, persediaan terdiri dari: a. Persediaan bahan baku
b. Persediaan bahan penolong c. Persediaan produk dalam proses d. Persediaan produk jadi
e. Persediaan bahan habis pakai pabrik f. Persediaan suku cadang
Dalam kegiatan menufaktur pengelolaan bahan baku merupakan unsur penting yang harus dikelola manejemen secara profesional. Besar kecilnya persediaan bahan baku berhubungan langsung dengan modal yang diinvestasikan kedalamnya, makin besar persediaan bahan baku maka semakin besar investasi dan semakin besar beban biaya modal, dan sebaliknya. Besar kecilnya nilai persediaan bahan baku dipengaruhi:
a. Estimasi dan perencanaan volume penjualan b. Estimasi dan perencanaan volume produksi
c. Estimasi dan perencanaan kebutuhan bahan baku yang digunakan dalam proses produksi
d. Biaya order pembeliaan e. Biaya penyimpanan f. Harga bahan baku 5. Pengertian Efektivitas
Efektivitas berasaldari kata efektif yang mengandung pengertian dicapainya keberhasilan dalam mencapai tujuan yang sudah pernah ditetapkan.Efektivitas sering berkaitan antara hasil yang diharapkan dengan hasil yang sesungguhnya dicapai. Adapun pengertian efektivitas dari beberapa sumber, diantaranya:
Efektivitas adalah hubungan antara output dan tujuan, semakin besar kontribusi (sumbangan) output terhadap pencapaian tujuan, maka semakin efektif organisasi, program, ataukegiatan” (Mahmudi, 2010:103)
Efektivitas adalah kondisi atau keadaan, dimana dalam memilih tujuan yang hendak dicapai dan sarana atau peralatan yang digunakan, disertaitujuan yang diinginkan dapat tercapai dengan hasil memuaskan. Pengertian efektivitas secara umum menunjukan seberapa jauh tercapainya suatu tujuan yang terlebih dahulu ditentukan (Rahardjo, 2011:170)
6. Pengertian pengendalian internal
Pengendalian intern yang baik dapat menjamin kegiatan usaha perusahaan, menciptakan lingkungan kerja yang sehat, dan saling mendukung pada setiap bagian dalam perusahaan.
Menurut Baridwan (2010) mengatakan bahwa sistem pengendalian intern meliputi struktur organisasi dan semua cara-cara serta alat-alat yang
dikoordinasikan dan digunakan di dalam perusahaan dengan tujuan untuk menjaga keamanan harta milik perusahaan, memeriksa ketelitian dan kebenaran data akuntansi, memajukan efisiensi di dalam operasi, dan membatu menjaga dipatuhinya kebijakan perusahaan manajemen yang telah ditetapkan terlebih dahulu.
Menurut Mulyadi (2016) sistem pengendalian intern yaitu meliputi struktur organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasi untuk menjaga kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi dan mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa sistem pengendalian intern adalah suatu sistem yang dipengaruhi oleh struktur organisasi yang terdapat pembagian tanggungjawab dan bertujuan untuk menjaga kekayaan organisasi, memeriksa ketelitian dan keandalan data akuntansi serta mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen perusahaan. 7. Tujuan Pengendalian Intern
Tujuan pengendalian intern menurut Arens, dkk(2015), yaitu: a) Reliabilitas pelaporan keuangan
b) Efisiensi dan efektifitas operasi c) Ketaatan pada hukum dan peraturan.
Dari tujuan tersebut, maka sistem pengendalian intern dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu:
a. Pengendalian intern akuntansi
Pengendalian intern akuntansi menurut Siti Kurnia Rahayu dan Ely (2010) meliputi rencana organisasi serta prosedur dan catatan yang relevan dengan pengamanan aktiva, yang disusun untuk meyakinkan bahwa:
a) Transaksi dilaksanakan sesuai dengan persetujuan pimpinan.
b) Transaksi dicatat sehingga dapat dibuat ikhtiar keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku serta menekankan pertanggungjawaban atas harta perusahaan.
c) Penguasaan aktiva diberikan hanya dengan persetujuan dan otorisasi pemimpin.
d) Jumlah aktiva dalam catatan dicocokkan dengan aktiva yang ada pada waktu yang tepat dan tindakan yang sewajarnya jika terjadi perbedaan.
8. Unsur-unsur pengendalian Committee of Sponsoring Organization COSO
Committee of Sponsoring Organization of the Treadway Commision
(COSO) pada tahun 1992 dan juga pada tahun 2013 memandang bahwa pengendalian internal merupakan rangkaian tindakan yang mencakup keseluruhan proses dalam organisasi. Pengendalian internal berada dalam proses manajemen dasar, yaitu perencanaan, pelaksanaan dan pemantau
Terdapat 5 komponen pengendalian internal menurut COSO 1992 maupun perkembangannya tahun2013, yaitu:
1. Lingkungan Pengendalian (Control Environment); Merupakan unsur dasar untuk semua komponen pengendalian internal atau menjadi pondasi dari komponen lainnya. Lingkungan pengendali meliputi Integritas atau etika, komitmen seluruh anggota organisasi, filosofi manajemen, struktur organisasi, kebijakan dan pengelolaan sumber daya manusia serta adanya Dewan Komisaris dan adanya Komite Audit.
2. Penilaian Risiko (Risk assisment); merupakan unsur proses yang dinamis dan berulang untuk mengidentifikasi dan menganalisa serta mitigasi risiko
terkait dengan pencapaian tujuan. Risiko yang dihadapi oleh organisasi atau perusahaan bisa berasal dari internal organisasi ataupun dari eksternal. Identifikasi atau penilaian risiko baik dari eksternal maupun internal harus menjadi perhatian manajemen karena berpotensi untuk mengakibatkan pengendalian internal tidak efektif.
3. Aktivitas Pengendalian (Control Activities); Mencakup tindakan-tindakan yang ditetapkan melalui kebijakan dan prosedur untuk membantu memastikan dilaksanakannya arahan manajemen dalam rangka meminimalkan risiko atas usaha pencapaian tujuan secara efektif.
4. Informasi dan Komonikasi (Information and Commonication); Manajemen harus mendapatkan, menghasilkan dan menggunakan informasi yang relevan dan berkualitas, baik dari sumber internal maupun eksternal untuk terselenggaranya fungsi pengendalian internal yang mendukung pencapaian tujuan organisasi atau perusahaan.
5. Aktivitas Pengawasan (Monitoring Activities); Unsur pemantauan mencakup evaluasi berkelanjutan, evaluasi terpisah, atau kombinasi dari keduanya untuk memastikan komponen-komponen Pengendalian internal ada dan berfungsi sebagaimana mestinya. Dengan adanya aktivatas pemantauan ini maka sistim pengendalian bisa saja terjadi perubahan sesuai dengan kondisi yang diperlukan.