• Tidak ada hasil yang ditemukan

KALINGA, DAN GAMBIACA

2 DGU/ σ DGK

Tinggi tanaman 11.06 26.97 61.95 0.76 1.21 0.63 Jumlah anakan produktif 70.49 6.00 23.60 0.41 0.07 5.64 Umur 50% berbunga 46.42 27.17 26.40 2.33 2.38 0.98 Panjang malai 19.18 43.14 37.73 0.23 0.37 0.62 Jumlah gabah isi per

malai 65.59 8.04 26.37 108.94 70.22 1.55 Jumlah gabah hampa per

malai 21.84 28.27 49.88 47.52 161.54 0.29 Persentase gabah isi per

malai 30.19 27.12 42.69 12.13 24.26 0.50 Bobot 1000 butir 49.43 33.09 17.51 0.32 0.26 1.26 Bobot gabah per malai 41.35 36.53 22.35 0.10 0.03 3.36 Bobot gabah per rumpun 15.01 13.24 71.77 0.46 3.49 0.13

Daya Gabung Umum (DGU)

Informasi DGU suatu galur dapat digunakan sebagai tetua tergantung pada tujuan pembentukan varietas yang akan dirakit. Pada karakter tinggi tanaman, pemulia menghendaki nilai DGU rendah karena DGU tinggi akan menghasilkan hibrida lebih tinggi dibanding kedua tetuanya dan mudah rebah. Galur tetua IR 80156A dan R 32 memiliki nilai DGU tinggi dan negatif namun tidak nyata secara statistik. Nilai tidak nyata ini disebabkan karakter tinggi tanaman GMJ dan galur R yang diuji memiliki rentang yang pendek (Tabel 23). Begitu pula pada karakter jumlah anakan produktif, galur GMJ berkisar antara 8 – 10 anakan, sedangkan pada galur R (tetua jantan) berkisar antara 9 – 13 anakan produktif. Untuk merakit varietas hibrida umur genjah, diperlukan DGU umur berbunga yang rendah dan negatif. Galur GMJ 14A dan PK 12 memiliki nilai DGU negatif dan rendah yang nyata untuk karakter umur 50% berbunga (Tabel 23).

Karakter jumlah gabah isi per malai, nilai DGU positif dan tinggi dari galur tetua diperlukan untuk mendapatkan hibrida dengan fertilitas gabah tinggi. Galur IR 58025A dan BP 11 merupakan penggabung yang baik untuk karakter tersebut. Namun sebaliknya, nilai DGU negatif dan rendah diperlukan untuk merakit hibrida dengan jumlah gabah hampa per malai rendah. Galur GMJ 15A dan PK 12 dapat digunakan sebagai tetua untuk mengurangi jumlah gabah hampa per malai pada hibrida. Pada karakter persentase gabah isi per malai terlihat GMJ 14A dan PK 12 secara nyata memiliki daya gabung terbaik dibanding tetua lainnya. Analisis DGU menunjukkan tidak ada satupun baik GMJ maupun galur R yang nyata untuk karakter panjang malai, bobot 1000 butir, bobot per malai, dan bobot per rumpun (Tabel 23), mengindikasikan adanya dominansi daya gabung khusus antar tetua spesifik.

Genotipe Tinggi tanaman Jumlah anakan produktif Umur 50% berbunga Panjang malai Jumlah gabah isi per malai Jumlah gabah hampa per malai Persentase gabah isi per

malai Bobot 1000 butir Bobot gabah per malai Bobot gabah per rumpun Lini = Galur mandul jantan

IR 58025A 1.62 -1.46 2.09 0.86 14.51 ** 14.59 ** -2.34 * -1.40 0.46 0.96 IR 80154A 0.72 1.96 2.36 * -0.41 -33.91 ** 3.25 ** -7.98 ** -0.35 -0.77 -1.20 IR 80156A -1.15 0.04 1.29 -0.31 -2.30 ** -0.19 -0.15 0.79 -0.01 -1.18 GMJ 13A -0.20 -0.28 -1.04 -0.18 5.28 ** 0.62 1.17 0.37 -0.04 -0.83 GMJ 14A -0.36 -0.36 -2.78 * -0.28 13.73 ** -8.01 ** 5.13 ** 0.33 0.18 0.54 GMJ 15A -0.62 0.10 -1.91 0.31 2.69 ** -10.24 ** 4.17 ** 0.27 0.18 1.71 SE (gi) lini 1.08 0.30 0.46 0.21 4.23 3.55 1.79 0.33 0.17 1.06 SE (gi-gj) 1.16 0.09 0.21 0.05 17.90 12.57 3.22 0.11 0.03 1.13

Tester = Galur pemulih kesuburan

PK 90 2.08 0.04 0.96 -0.56 -3.93 ** 4.09 ** -2.13 * -0.21 -0.26 -1.31 R 3 1.22 0.33 1.18 1.31 -8.00 ** 8.55 ** -4.50 ** -0.84 -0.48 -0.99 PK 12 -1.05 0.09 -2.93 * -0.18 3.88 ** -17.40 ** 7.24 ** -0.28 -0.08 1.30 R 32 -1.73 0.09 0.90 -0.43 -0.15 5.53 ** -2.32 * 0.68 0.41 -0.11 BP 11 -0.52 -0.55 -0.10 -0.13 8.21 ** -0.78 1.71 0.65 0.40 1.11 SE (gi) tester 0.98 0.27 0.42 0.20 3.86 3.24 1.64 0.30 0.16 0.97 SE (gi-gj) 1.39 0.38 0.59 0.28 5.46 4.58 2.32 0.42 0.22 1.37

Daya Gabung Khusus (DGK)

Daya gabung khusus lebih dipengaruhi oleh aksi gen non-aditif (dominan dan epistasis). Hal ini menunjukkan tidak adanya hubungan langsung antara pengaruh DGU tetua dengan pengaruh DGK dari hibrida turunannya (Pratap et al. 2013). Nilai DGK yang tinggi dan negatif untuk karakter tinggi tanaman dihasilkan oleh kombinasi persilangan IR 80154A/PK 12 dan IR 80156A/PK 12. Pada karakter jumlah anakan produktif per rumpun, nilai DGK yang tinggi dan nyata dihasilkan pada hibrida IR 80154A/R 32. Nilai duga DGK negatif dan nyata untuk karakter umur 50% berbunga dihasilkan oleh kombinasi persilangan GMJ 13A/R 32 dan GMJ 13A/BP 11, dan GMJ 14A/R 32. Kombinasi persilangan yang menghasilkan nilai DGK positif dan nyata pada karakter panjang malai adalah hibrida IR 80154A/R 32 dan GMJ 13A/PK 90.

Pada karakter jumlah gabah isi per malai, nilai DGK tinggi dan nyata ditampilkan oleh hibrida IR 58025A/PK 90 dan GMJ 13A/R 3. Hibrida yang menunjukkan nilai duga DGK

negatif dan nyata pada karakter jumlah gabah adalah IR 58025A/PK 12. Hibrida IR 58025A/PK 12, IR 80154A/R 32, IR 80156A/R 32, dan GMJ 14/R 3 merupakan

kombinasi dengan nilai duga tinggi, positif, dan nyata untuk karakter persentase gabah isi per malai. Sebanyak empat hibrida yaitu IR 80154A/R 32, GMJ 13A/PK 90, GMJ 13A/R 3, dan GMJ 14A/R 3 menghasilkan DGK tinggi dan nyata untuk karakter bobot 1000 butir. Hibrida IR 80154A/R 32, GMJ 13A/PK 90, dan GMJ 13A/R 3 memiliki DGK tinggi untuk karakter bobot per malai, sedangkan untuk karakter bobot gabah per rumpun, nilai DGK positif dan

nyata diberikan oleh hibrida IR 58025A/ R 32, IR 80154A/R 32, IR 80156A/PK 90, IR 80156A/R 32, GMJ 13A/PK 90, GMJ 13A/R 3, dan GMJ 14A/R 3 (Tabel 24).

Beberapa hibrida yang tidak menunjukkan DGK yang tinggi dan nyata secara statistik pada berbagai karakter yang diamati kemungkinan disebabkan karena kombinasi genetik dari tetua tidak dapat memperbaiki ekspresi karakter-karakter tersebut. Beberapa kombinasi persilangan menunjukkan penampilan atau daya gabung khusus yang baik untuk karakter yang sama. Hibrida IR 80154A/R 32, GMJ 13A/PK 90, dan GMJ 14A/R 3 menunjukkan penampilan terbaik untuk karakter jumlah gabah isi per malai, persentase gabah isi per malai, bobot 1000 butir, bobot gabah per malai, dan bobot gabah per rumpun. Hal ini diduga karena alel-alel yang baik dari galur-galur tetua yang memiliki DGU tinggi bergabung secara positif dan terekspresi pada generasi F1-nya, sehingga menghasilkan kombinasi persilangan dengan

DGK yang tinggi untuk beberapa karakter sekaligus (Rifianto et al. 2013).

Beberapa penelitian pada tanaman pangan menyimpulkan bahwa galur-galur yang memiliki DGU yang baik pada karakter tertentu, paling tidak memiliki satu kombinasi persilangan yang menunjukkan DGK yang baik pula untuk karakter tersebut (Yustiana et al. 2013). Akumulasi alel-alel baik dan adanya aksi gen aditif dapat menyebabkan pasangan kombinasi galur GMJ dengan DGU rendah x galur R dengan DGU rendah menghasilkan persilangan dengan nilai DGK bobot gabah per rumpun tinggi. Nilai DGK yang tinggi yang dihasilkan oleh tetua-tetua dengan DGU yang rendah menunjukkan bahwa sifat ini dikendalikan oleh aksi gen overdominan, dominan x dominan atau epistasis. Kombinasi dengan DGK yang tinggi seperti ini dapat diekploitasi untuk perakitan padi hibrida dengan sifat heterosis yang baik (Hasan et al. 2014; Dar et al. 2014). Secara umum pengaruh DGK pada karakter hasil dan komponen hasil tidak berhubungan dengan penampilan hasil tiap hibrida yang diturunkan. Sebagian besar hibrida yang teridentifikasi memiliki nilai DGK tinggi dapat disebabkan oleh DGU tinggi x rendah atau rendah x tinggi atau rendah x rendah tetuanya. Hal ini dimungkinkan karena adanya aksi gen non-aditif (aditif x dominan dan dominan x dominan hasil interaksi epistasis). Hibrida ideal yang dapat dieksplorasi heterosisnya adalah yang memiliki nilai DGK tinggi dengan pengaruh DGU tinggi pada kedua atau salah satu tetuanya.

Keragaan Hasil dan Komponen Hasil Tetua dan F1 Hibrida

Hasil pengamatan terhadap nilai rata-rata karakter hasil dan komponen hasil dari tetua dan F1 hibridanya masing-masing ditampilkan pada Tabel 25 dan 26. Tinggi

tanaman dan jumlah anakan produktif merupakan karakter agronomi penting. Sebagian besar hibrida yang dihasilkan memiliki tanaman lebih tinggi dibanding tetuanya, dan hanya sepuluh hibrida dengan tinggi tanaman yang lebih pendek dari salah satu tetua tertingginya, dengan kisaran antara 100.32 cm (GMJ 14A/R 32) sampai 120.10 cm (IR 80154A/BP 11). Tetua hibrida yang digunakan berkisar antara 100.31 -119.56 cm (galur Restorer) dan 91.38 – 102 cm (galur mandul jantan). Kisaran jumlah anakan produktif tetua GMJ antara 8.7 (GMJ 14A)– 13.2 (IR 80154A). Hibrida yang dihasilkan memiliki kisaran jumlah anakan produktif per rumpun antara 8.0 (IR 58025A/PK 90) – 12.9 (IR 80154A/PK 90.

Tabel 25 menunjukkan bahwa umur 50% berbunga tetua GMJ antara 71 HSS (GMJ 13A) – 84 HSS (IR 80154A) sedangkan galur tetua R berkisar 79 HSS (PK 12) - 100 HSS (R 3). Umur berbunga tiga puluh hibrida yang dihasilkan berkisar antara 75 HSS (GMJ 14A/PK 12) sampai 86 HSS (IR 80154A/R 32) sehingga termasuk kategori umur genjah. Panjang malai tetua GMJ adalah 23.55 cm (GMJ 14A) – 27.87 cm (GMJ 15A) sedangkan untuk galur R adalah 24.80 cm (R 32) – 27.00 (R 3). Adapun panjang malai hibrida yang dihasilkan berkisar 25.77 cm (GMJ 14A/PK 90) sampai 30.39 cm (IR 58025A/R 3), terlihat bahwa 4 hibrida dengan malai terpanjang merupakan turunan dari galur R 3 (Tabel 26).

Berdasarkan Tabel 25 terlihat bahwa jumlah gabah isi per malai tetua GMJ berkisar 75.2 (IR 80154A) – 148.7 (IR 58025A) sedangkan tetua Restorer berkisar antara 87.9 (PK 90) – 127.8 (BP 11), sedangkan hibrida yang dihasilkan dari

persilangan tetua di atas menunjukkan jumlah gabah isi per malai antara 82.9 (IR 80154A/PK 90) – 165.6 (GMJ 14A/R 32). Karakter jumlah gabah hampa per malai

tetua GMJ berkisar 32.2 (GMJ 14A) – 63.5 (IR 58025A) sedangkan antar galur restorer berkisar 29.4 (PK 12) – 64.6 (BP 11), adapun hibrida yang dihasilkan menunjukkan jumlah gabah hampa per malai antara 33.1 (GMJ 14A/R 32) – 97.7 (GMJ 13A/PK 90). Persentase gabah isi per malai antar tetua GMJ berkisar 54.91% (IR 80154A) – 78.78% (GMJ 13A) dan galur R antara 59.25% (PK 90) – 76.31% (PK 12), sedangkan hibrida

yang dihasilkan menunjukkan persentase gabah isi per malai antara 55% (IR 80154A/PK 90) – 83.36% (GMJ 14A/R 32) (Tabel 26).

Nilai kisaran karakter bobot 1000 butir antar tetua GMJ adalah 22.88 g (GMJ 14A) – 25.75 g (GMJ 13A) dan antar galur R memiliki kisaran 23.93 g (R 3) – 27.48 g (R 32), sedangkan hibrida yang dihasilkan menunjukkan bobot 1000 butir antara 24.05 g (IR 58025A/R 3) – 27.96 g (IR80156A/R 32). Nilai karakter bobot gabah per malai antar tetua GMJ berkisar 3.54 g (GMJ 15A) – 4.31 g (GMJ 14A) dan antar galur R berkisar 2.94 g (PK 12) – 4.07 g (R 32), sedangkan hibrida yang dihasilkan

menunjukkan bobot gabah per malai antara 3.44 g (IR 80154A/R 3) – 5.83 g (IR 58025A/R 32). Berdasarkan Tabel 5, karakter bobot gabah per rumpun tetua GMJ

berkisar antara 19.73 g (IR 80154A) – 28.73 g (IR80156A) sedangkan galur R antara 25.31 g (R 3) – 31.12 g (R 32). Adapun hibrida yang dihasilkan dari tetua tersebut menunjukkan bobot gabah per rumpun antara 23.53 g (GMJ 13A/PK 90) – 33.94 g (GMJ 15A/BP 11) (Tabel 26).

Genotipe Tinggi tanaman (cm) Jumlah anakan produktif (batang) Umur 50% berbunga (hss) Panjang malai (cm) Jumlah gabah isi per malai (butir) Jumlah gabah hampa per malai (butir) Persentase gabah isi per malai (%) Bobot 1000 butir (g) Bobot gabah per malai (g) Bobot gabah per rumpun (g) Tetua betina (galur mandul jantan)

IR 58025A 101.08 9.2 82.3 27.48 148.7 63.5 70.1 23.99 4.09 20.49 IR 80154A 98.87 13.2 83.7 26.41 75.2 61.8 54.9 25.11 3.69 19.73 IR 80156A 102.00 10.1 78.0 25.57 124.8 45.9 73.1 24.03 4.14 28.73 GMJ 13A 91.38 8.9 71.0 23.72 121.8 32.8 78.8 25.75 3.63 26.36 GMJ 14A 93.90 8.7 73.0 23.55 107.4 32.2 77.0 22.88 4.31 21.97 GMJ 15A 103.00 8.9 77.7 27.87 108.6 44.7 70.8 24.43 3.54 25.85

Tetua jantan (galur pemulih kesuburan)

PK 90 119.56 8.7 89.0 26.34 87.9 60.4 59.3 27.00 3.13 27.50

R 3 100.31 9.9 100.0 27.00 97.7 33.3 74.6 23.93 3.86 25.31

PK 12 100.93 9.2 79.0 26.75 94.9 29.4 76.3 27.37 2.94 30.63

R 32 104.33 8.5 81.0 24.80 101.1 57.1 63.9 27.48 4.07 31.12

57

Gambar 4 menunjukkan keragaan galur-galur maintainer yang GMJ-nya digunakan tetua betina pada pengujian ini. Gambar 5 memperlihatkan keragaan galur-galur restorer yang digunakan sebagai tetua jantan pada pengujian ini.

Gambar 4 Keragaan padi galur tetua maintainer

Heterobeltiosis, Mid-Parent Heterosis dan Standar Heterosis Hibrida Baru

Heterosis merupakan faktor penting dalam pembentukan padi hibrida. Nilai heterosis dapat didasarkan pada keunggulannya dibanding tetua terbaiknya (heterobeltiosis), rata-rata kedua tetua (mid-parent heterosis), ataupun varietas pembanding populer (standar heterosis). Nilai perkiraan heterobeltiosis dan mid-parent heterosis untuk karakter hasil dan komponen hasil berturut-turut disajikan pada Tabel 27 dan 28. Adapun semua nilai heterosis untuk karakter hasil ditampilkan di Tabel 29.

Menurut Alam et al. (2003), pemilihan hibrida menurut perspektif pemulia lebih mempertimbangkan nilai heterobeltiosis karena tujuannya adalah untuk memperoleh hibrida yang superior lebih unggul dibanding tetua terbaiknya. Untuk merakit hibrida dengan tinggi tanaman semi dwarf, berumur genjah, dan persentase gabah hampa rendah maka diperlukan tetua dengan heterosis negatif untuk ketiga karakter tersebut (Sen & Singh 2011). Nilai heterobeltiosis yang negatif ditunjukkan oleh sepuluh hibrida terhadap tetua terbaiknya pada karakter tinggi tanaman dengan kisaran antara -9.7% (GMJ 14A/PK 90) sampai -0.3% (GMJ 15A/BP 11), sedangkan tiga hibrida yang menunjukkan keragaan tanaman lebih tinggi dibanding tetua terbaiknya adalah IR 80154A/BP 11, GMJ 13A/R 3, dan GMJ 14A/R 3. Pada karakter jumlah anakan produktif, 16 hibrida menunjukkan keunggulan dibanding tertua terbaiknya dengan kisaran nilai heterobeltiosis antara 3.3% (IR 58025A/R 32) – 23.8% (GMJ 15A/R 32) (Tabel 27).

Adapun nilai heterobeltiosis negatif untuk umur 50% berbunga diperoleh pada 26 kombinasi hibrida, dengan nilai tertinggi ditunjukkan oleh GMJ 15A/R 3 yaitu -22% lebih genjah dibandingkan kedua tetuanya. Sebanyak 26 padi hibrida memiliki malai yang lebih panjang dibanding tetua terbaiknya, dengan nilai heterobeltiosis berkisar 1.3% (IR 58025A/BP 11) – 10.4% (IR80156A/R 32). Dua puluh satu hibrida memperlihatkan nilai heterobeltiosis yang positif untuk karakter jumlah gabah isi per malai. Pada karakter jumlah gabah hampa per malai hibrida GMJ 14A/R 32 sekaligus memiliki nilai heterobeltiosis terrendah dan negatif yaitu -42.1% lebih rendah dibanding tetua terbaiknya. Persentase gabah isi per malai pada hibrida menunjukkan adanya kesesuaian antara kedua tetua dalam hal pemulihan kesuburan GMJ oleh restorer. Nilai heterobeltiosis karakter persentase gabah isi per malai yang positif ditunjukkan oleh tujuh hibrida. Nilai tertinggi heterobeltiosis pada karakter persentase gabah isi per malai ditunjukkan oleh hibrida GMJ 14A/R 32, yaitu 8.3% lebih tinggi dibandingkan galur tetua terbaik (Tabel 27).

Karakter bobot 1000 butir memperlihatkan 9 hibrida memiliki biji lebih besar

dibanding salah satu tetua terbaiknya dengan nilai heterobeltiosis berkisar 1.5% (GMJ 14A/ R 32) – 11.1% (IR 80156A/R 3). Berdasarkan Tabel 27 dapat dilihat bahwa

nilai heterobeltiosis positif untuk karakter bobot gabah per malai berkisar 24 hibrida yang berkisar antara 2.0% (IR 58025A/R 3) – 42.4% (IR 58025A/PK 12). Sebanyak 14 hibrida menunjukkan nilai heterobeltiosis positif untuk karakter bobot gabah per rumpun dengan kisaran 2.6% (IR 58025A/BP 11) – 26.5% (GMJ 15A/BP 11) (Tabel 27).

Berdasarkan nilai mid-parent heterosis yaitu membanding hasil dan komponen hasil F1

hibrida dengan rata-rata kedua tetuanya dapat dilihat pada Tabel 28. Dua puluh enam hibrida menunjukkan nilai heterosis lebih tinggi dibanding rata-rata kedua tetuanya yaitu berkisar antara 1.2 -16.5% (GMJ 13A/R 3) untuk karakter tinggi tanaman. Adapun nilai mid-parent heterosis untuk karakter tinggi tanaman, hanya terseleksi 4 hibrida dengan mid-parent heterosis negatif berkisar -1.5% (IR80156A/PK 90) sampai -0.4% (IR80156A/BP 11) (Tabel 28). Jumlah anakan produktif 23 hibrida memberikan nilai heterosis antara 4.3% (IR 80154A/R 32) – 26.3% (GMJ 15A/R 32) lebih tinggi dibanding rata-rata kedua tetuanya. Nilai heterosis mid-parent yang positif ditunjukkan oleh semua kombinasi hibrida yang diuji jumlah anakan produktif. Sedangkan dibandingkan nilai rata-rata kedua tetuanya, 24 hibrida lebih unggul dengan nilai mid-parent heterosis antara 4.9 (GMJ 14A/R 3) – 26.3% (GMJ 15A/R 32). Dua puluh empat hibrida menghasilkan umur 50% berbunga lebih singkat dibanding rata-rata kedua tetuanya dengan kisaran nilai mid-parent heterosis antara -12.2% (GMJ 15A/ R 3) sampai -0.2% (IR 58025A/BP 11) (Tabel 28).

Keragaan panjang malai seluruh hibrida yang diuji lebih baik dibanding rata-rata kedua tetuanya. Hal ini dapat dilihat dari nilai mid-parent heterosis yang bernilai positif untuk karakter panjang malai dengan kisaran 0.8% (GMJ 15A/ R 3) – 14.5% (GMJ 15A/R 32). Nilai heterosis mid-parent positif ditunjukkan oleh semua kombinasi hibrida pada karakter jumlah gabah isi per malai. Hibrida yang memiliki nilai mid-parent tertinggi dan positif untuk karakter jumlah gabah isi per malai adalah GMJ 14A/R 32 yang mencapai 58.8% lebih banyak dibanding tetuanya. Sebagian besar hibrida turunan GMJ 13A, GMJ 14A, dan GMJ 15 A menampilkan keunggulan dibanding rata-rata kedua tetuanya pada karakter jumlah gabah isi per malai (Tabel 28).

Nilai mid-parent heterosis terbaik untuk karakter jumlah gabah hampa diperlihatkan oleh hibrida IR 80156A/BP 11 yaitu -28.1% lebih rendah dibanding rata-rata kedua tetuanya. Sebanyak tiga belas hibrida memperlihatkan nilai heterosis mid-parent yang positif dengan kisaran 2.5% (GMJ 13A/PK 12) – 18.4% (GMJ 14A/R 32). Karakter bobot 1000 butir memperlihatkan 23 hibrida lebih besar dibanding rata-rata kedua tetuanya dengan kisaran 1.2% (GMJ 13A/R 32) – 12.9% (GMJ 14A/BP 11). Hibrida yang memiliki nilai mid-parent heterosis tertinggi dan positif untuk bobot gabah per malai adalah IR 58025A/PK 12 yaitu mencapai 46.6%. Dua puluh empat hibrida memiliki nilai mid-parent heterosis positif untuk karakter bobot gabah per rumpun dengan kisaran 2.2 (GMJ 15A/R 32) – 29.4% (GMJ 14A/PK 90). Perlu pengujian daya hasil lebih lanjut untuk melihat kestabilan hasil pada skala lebih luas untuk hibrida-hibrida yang memiliki nilai heterosis positif dan tinggi tersebut.

Pengembangan varietas padi hibrida bernilai ekonomis tinggi apabila dapat memberikan kelebihan hasil 20 – 30% dibandingkan pembanding varietas inbrida terbaik (Tiwari et al. 2011). Tabel 29 menunjukkan bahwa dari empat varietas pembanding yang digunakan, varietas hibrida Maro memberikan hasil gabah tertinggi yaitu 8.46 ton ha-1 diikuti hibrida Hipa 8 (8.09 ton ha-1), Ciherang (7.51

ton ha-1 ), dan Limboto (6.03 ton ha-1).

Tabel 29 menunjukkan bahwa GMJ tipe WA (IR 58025A dan GMJ 13A) menghasilkan 2 hibrida yang memiliki standar heterosis > 20% dibandingkan Hipa 8, Ciherang, dan Limboto. Kedua hibrida tersebut adalah GMJ 13A/BP 11, dan GMJ 13A/PK12 berturut-turut dengan hasil gabah sebesar 11.27 dan 10.19 ton ha-1, sedangkan hibrida IR58025A/PK 12 menunjukkan hasil sebesar 10.03 ton ha-1 dengan standar heterosis >20% dibanding Hipa 8, Ciherang, dan Limboto. Gambar 6 menunjukkan keragaan hibrida berpotensi hasil tinggi sebagaimana yang tercantum pada Tabel 29.

Gambar 6 Keragaan F1 hibrida padi terseleksi

Pada kelompok hibrida turunan GMJ tipe Kalinga (IR80156A dan GMJ 14A), terdapat empat hibrida dengan hasil gabah tinggi yaitu sebesar 10.10, 10.84, 11.58, dan 11.6 ton ha-1. Keempat hibrida ini unggul > 20% terhadap varietas pembanding Maro, Hipa 8, Ciherang, dan Limboto. Hibrida-hibrida tersebut masing-masing adalah GMJ 14A/PK 12, IR 80156A/PK 12, GMJ 14A/R 32, dan GMJ 14A/PK 90 (Tabel 29).

Kelompok hibrida keturunan GMJ tipe Gambiaca (IR 80154A dan GMJ 15A), terdapat 3 hibrida unggul dengan nilai standar heterosis >20% lebih tinggi dibanding varietas pembanding Maro, Hipa 8, Ciherang, dan Limboto. Ketiga hibrida tersebut adalah GMJ 15A/R 3, GMJ 15A/BP 11, dan GMJ 15A/PK 90.

Pada tipe ini, galur-galur restorer dapat bergabung dengan baik sehingga menghasilkan F1 hibrida dengan hasil tinggi (Tabel 29).

Tabel 29 Hasil gabah 30 F1 hibrida padi dan standar heterosis terhadap 4 varietas

pembanding

Keterangan : Koefisien keragaman=15.7%, angka yang diikuti dengan huruf a, b, c, dan d berturut-turut berbeda nyata dengan Maro, Hipa 8, Limboto, dan Ciherang berdasarkan uji Dunnett taraf 0.05.

Secara umum galur mandul jantan tipe Kalinga dan Gambiaca dapat menggabung dengan galur-galur pemulih kesuburan yang selama ini disilangkan dengan GMJ tipe WA. Terdapat dugaan bahwa tipe Kalinga dan Gambiaca memiliki sistem pemulihan kesuburan yang sama dengan WA, sehingga dapat menjadi alternatif tetua GMJ yang digunakan untuk perakitan padi hibrida di Indonesia. Namun demikian, perlu dilakukan analisis lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme pemulihan kesuburan dari kedua tipe GMJ tersebut berikut perakitan galur-galur pemulih kesuburan yang spesifik dengan GMJ tipe Kalinga dan Gambiaca sehingga diharapkan dapat memberikan heterosis yang lebih tinggi.

Simpulan

1. Di antara lini, IR 58025A adalah penggabung umum terbaik untuk karakter jumlah gabah isi per malai, GMJ 14A untuk umur 50% berbunga dan persentase pengisian gabah, serta GMJ 15A untuk karakter jumlah gabah hampa per malai.

2. Di antara tester, galur PK 12 penggabung umum terbaik untuk karakter umur 50% berbunga, jumlah gabah hampa per malai, dan persentase gabah isi per malai, sedangkan galur BP 11 untuk karakter jumlah gabah isi per malai. 3. Hibrida baru yang memiliki nilai DGK karakter bobot gabah per rumpun

terbaik untuk masing-masing tipe sumber sitoplasma adalah GMJ 13A/PK 90 (WA), IR 80154A/R 32 (Gambiaca), dan GMJ 14A/ R 3 (Kalinga).

4. Hibrida baru dengan nilai standar heterosis dibanding Ciherang dan Limboto tertinggi pada setiap latar belakang sistem GMJ adalah GMJ 13A/BP 11 (GMJ-WA), GMJ 14A/PK 90 (GMJ-Kalinga), dan GMJ 15A/PK 90 (GMJ- Gambiaca).

6 VERIFIKASI GEN PEMULIH KESUBURAN YANG

Dokumen terkait