• Tidak ada hasil yang ditemukan

KALINGA MENGGUNAKAN ANALISIS LINI X TESTER Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi daya gabung lini (GMJ/A) dan tester (galur pemulih kesuburan/R) dalam menghasilkan hibrida dan mengevaluasi keragaan sejumlah hibrida baru. Penelitian dilaksanakan pada November 2010 - Maret 2011 di Kebun Percobaan BB Padi, Sukamandi. Desain persilangan dan analisis diatur mengikuti rancangan lini x tester. Tujuh puluh lima hibrida dan masing-masing tetuanya ditanam di sawah menggunakan rancangan acak kelompok yang diulang tiga kali. Pengamatan dilakukan terhadap karakter agromorfologi, komponen hasil dan hasil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakter tinggi tanaman, jumlah gabah isi per malai, jumlah gabah hampa per malai, jumlah gabah total per malai dan persentase gabah isi per malai memiliki ragam daya gabung khusus (DGK) dan daya gabung umum (DGU) yang nyata. Ekspresi karakter-karakter di atas dikendalikan oleh aksi gen aditif maupun non- aditif. BI485A dan BI599A merupakan penggabung umum yang baik untuk karakter gabah isi per malai, gabah hampa per malai dan persentase gabah isi per malai, sedangkan tester penggabung umum bagi karakter ini adalah IR53942, CRS8, CRS9, SMD9, SMD10 dan SMD15. Nilai daya gabung khusus yang tinggi untuk karakter hasil diberikan oleh tetua-tetua bernilai daya gabung umum rendah. Hal ini menunjukkan bahwa karakter hasil dikendalikan oleh aksi gen overdominan, dominan x dominan atau epistasi. Kombinasi A/R dengan daya gabung khusus tinggi sesuai untuk perakitan padi hibrida dengan sifat heterosis yang baik. Nilai daya gabung khusus tertinggi ditunjukkan oleh BI485A/IR53942. Hibrida turunan GMJ tipe WA terbaik adalah BI485A/IR53942 (10,21 t/ha), turunan GMJ tipe Gambiaca ditunjukkan oleh BI625A/SMD11 (9,88 t/ha), sedangkan turunan GMJ tipe Kalinga ditunjukkan oleh BI665A/IR53942 (9,15 t/ha). Ketiga hibrida tersebut mempunyai heterobeltiosis, mid parent heterosis dan standar heterosis yang tertinggi di setiap kelompok hibrida dengan latar belakang GMJ tipe WA, Gambiaca dan Kalinga.

Abstract

The research were conducted to study combining ability of line (CMS/A) and tester (Restorer/R) in producing the new hybrid rice, and evaluate those new hybrid performance. The research was conducted in November 2010 - March 2011 at ICRR field station, Sukamandi. Mating design and analysis were done using line x tester. Seventy five hybrids and their parental lines were planted in the field using randomized complete block design with three replications. The characters of agro-morphology, yield component and yield were observed. The plant height, number of filled grain per panicle, number of unfilled grain per panicle, total grain per panicle and filled grain percentage per panicle had significant variance of specific and general combining ability. Those characters were controlled by additive and non-additive genes. BI485A and BI599A lines were good general combiner for filled grain per panicle, unfilled grain per panicle and filled grain percentage per panicle, while good tester combiner were IR53942, CRS8, CRS9, SMD9, SMD10and SMD15. The high specific combining ability value for yield was shown by parental lines with low general combining ability. Therefore, the yield character was controlled by overdominant gene action, dominant x dominant or epistasis. Certain A/R combination with high specific combining ability were suitable to develop hybrid rice with high heterosis. The highest specific combining ability were achieved by BI485A/IR53942. The best hybrid rice derived from WA male sterile lines was BI485A/IR53942 (10.21 t/ha), while that from Gambiaca male sterile lines was BI625A/SMD11 (9.88 t/ha) and from Kalinga male sterile lines was BI665A/IR53942 (9.15 t/ha). The three new hybrids showed the highest heterobeltiosis, mid parent heterosis and standard heterosis within F1 of each genetic background group of WA, Gambiaca and Kalinga male sterile lines.

89

Pendahuluan

Potensi hasil padi dilaporkan stagnan, sedangkan populasi penduduk semakin meningkat pesat. Untuk mengatasi hambatan peningkatan produktivitas padi, perlu dicari teknologi alternatif. Diantara banyak alternatif, heterosis merupakan pendekatan penting untuk meningkatkan produksi padi. Teknologi ini tidak hanya berkontribusi terhadap ketahanan pangan, tetapi juga bermanfaat untuk lingkungan. Hybrid vigor atau heterosis, diartikan sebagai peningkatan laju pertumbuhan zuriat terhadap tetuanya yang antara lain dapat diamati pada tingginya produktivitas suatu tanaman, umur berbunga yang lebih cepat, dan ketahanannya terhadap cekaman biotik dan abiotik. Heterosis juga menyebabkan peningkatan produksi per unit lahan yang cukup besar, sehingga sebagian lahan dapat dialihkan untuk kegunaan lain, misalnya untuk preservasi alam (Duvick 1999).

Ditemukannya mandul jantan sitoplasmik pada padi memungkinkan bagi pemulia tanaman untuk mengembangkan hibrida (F1) yang memiliki potensi komersial lebih tinggi dibandingkan padi inbrida. Galur Mandul Jantan baru dikatakan fungsional jika dapat diperbanyak dengan hasil tinggi dan dimanfaatkan dalam pembentukan hibrida berheterosis tinggi. Dalam sistem tiga galur, perakitan hibrida dilakukan dengan menyilangkan GMJ dengan galur pemulih kesuburan (R). Kesesuaian antar dua galur tetua tersebut akan menentukan penampilan dan heterosis hibrida yang dihasilkannya. Tingkat kesesuaian tersebut ditentukan oleh nilai daya gabung umum (DGU) dan daya gabung khusus (DGK) kedua galur tersebut. Karena itu, dalam rangka eksploitasi heterosis pada padi, pemulia tanaman perlu melakukan uji daya gabung antara berbagai GMJ dan R. Informasi mengenai daya gabung bermanfaat untuk mengetahui kemampuan tanaman menyerbuk sendiri dalam menghasilkan hibrida dan mempelajari besaran serta arah aksi gen-gen terkait (Saidaiah et al. 2010). Keragaman dan aksi gen dapat dipelajari pada populasi persilangan yang diuji pada sebuah lingkungan. Desain persilangan yang umum digunakan untuk mempelajari hibrida adalah dialel dan analisis lini x tester (Virmani et al. 1997).

Evaluasi heterosis adalah hal terpenting pada perakitan padi hibrida. Tiga nilai heterosis yang biasa diukur pada kombinasi hibrida baru, yaitu heterobeltiosis, mid parent dan standar heterosis.Heterobeltiosis adalah

heterosis hibrida terhadap tetua terbaik, sedang mid parent heterosis hibrida yang dinilai terhadap rerata kedua tetua (Virmani et al. 1997). Standar heterosis merupakan keunggulan hibrida yang tidak terkait dengan tetua hibrida tersebut. Namun standar heterosis ini sangat penting dalam komersialisasi padi hibrida, karena nilai standar heterosis merupakan keunggulan hibrida terhadap varietas populer yang dipergunakan oleh petani. Sehubungan dengan harga benih yang lebih mahal dibandingkan padi inbrida, maka padi hibrida hanya akan diterima oleh petani bila memberikan kelebihan produktivitas hasil yang nyata lebih tinggi dibandingkan dengan varietas inbrida yang biasa ditanamnya. Percobaan ini bertujuan untuk (1) memperoleh informasi daya gabung umum (DGU) dan daya gabung khusus (DGK) serta parameter genetik lainnya dari komponen hasil dan hasil untuk mengetahui kombinasi hibrida terbaik, serta (2) mengevaluasi heterosis kombinasi hibrida baru terhadap kedua tetuanya maupun varietas populer.

Bahan dan Metode Waktu dan Tempat

Persiapan penelitian berupa pembuatan kombinasi persilangan antara GMJ dengan galur pemulih kesuburan dimulai pada Desember 2009, sedangkan penelitian dilaksanakan pada November-Maret 2011 di Kebun Percobaan Balai

Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi), Sukamandi, Jawa Barat. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan adalah 75 hibrida (F1) hasil persilangan antara 2 GMJ tipe WA, 1 GMJ tipe Gambiaca dan 2 GMJ tipe Kalinga dengan 15 galur R (Tabel 28). Untuk menghitung standar heterosis digunakan 2 varietas pembanding yaitu Inpari 13 (inbrida) dan Hipa6 Jete (hibrida)

Tabel 28 Daftar galur mandul jantan dan restorer yang digunakan dalam pembentukan hibrida

GMJ Restorer

BI485A (WA) IR53942 R42 SMD 9

BI599A (WA) S4124F BP2274 SMD 10

BI855A (Gambiaca) BP51-1 CRS 39 SMD 11

BI639A (Kalinga) BP1028F CRS 8 SMD 12

91

Pelaksanaan

Persilangan dirancang mengikuti metode lini x tester. Masing-masing galur ditanam di plot berukuran 1 m x 2 m, dengan jarak tanam 25 cm x 25 cm, menggunakan rancangan acak kelompok. Pemeliharaan tanaman dilakukan seperti halnya budidaya padi sawah. Pupuk yang diberikan adalah Urea 300 kg/ha, SP36 100 kg/ha dan KCl 100 kg/ha. Setengah dosis Urea, seluruh dosis SP36 dan KCl diberikan sebagai pupuk dasar sehari sebelum tanam, sedangkan sisa setengah dosis Urea diberikan pada saat tanaman berumur 40 HST. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan saat munculnya gejala serangan hama dan penyakit. Pengamatan dilakukan terhadap karakter agronomis utama, antara lain tinggi tanaman, jumlah anakan, eksersi malai (panicle exsertion), umur berbunga, penampilan agronomis (phenotypic acceptability), komponen hasil seperti panjang malai, jumlah gabah per malai, jumlah gabah isi per malai, jumlah gabah hampa per malai, bobot 1000 biji, dan bobot produksi per plot.

Analisis Data

Semua data yang diperoleh dianalisis mengikuti metode lini x tester (Singh & Chaudary 1979), sebagai berikut:

a. Efek daya gabung umum 1. Lini: 2. Tester:

b. Efek daya gabung khusus

c. Komponen genetik 1. σ2dgu: Cov H.S. = [ ] 2. σ2dgk: [ ] Keterangan: l : lini t : tester r : ulangan

: kuadrat tengah lini x tester : kuadrat tengah galat

Tabel 29 Struktur tabel analisis ragam untuk analisis lini × tester Sumber variasi Derajat bebas Jumlah

kuadrat

Kuadrat

tengah Fhitung

Ulangan r-1 JKU KTU

Entri t-1 JKE KTE

Tetua p-1 JKP KTP F1 lt-1 JKC KTC Tetua vs F1 (t-1) - (p-1) - (lt-1) JKPC KTPC Lini l-1 JKL KTL KTL/KTLT Tester t-1 JKT KTT KTT/KTLT Lini x Tester (l-1) (t-1) JKLT KTLT Galat (t-1) (r-1) JKG KTG

Total rt-1 JKtotal KTtotal

d. Proporsi kontribusi lini, tester dan interaksi lini x tester 1. Kontribusi lini:

2. Kontribusi tester:

3. Kontribusi lini x tester:

Uji beda nyata terhadap efek daya gabung umum dan khusus dilakukan menggunakan uji t.

Penghitungan nilai heterosis dilakukan menggunakan rumus yang dikenalkan oleh Virmani et al. (1997) sebagai berikut:

Heterobeltiosis :

Mid parent heterosis :

Standar heterosis :

Hasil dan Pembahasan Daya Gabung Umum

Analisis ragam menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang nyata di antara lini (tetua betina) pada semua karakter, sedangkan di antara tester (tetua jantan) variasi yang nyata terlihat pada karakter tinggi tanaman, panjang malai, gabah isi per malai, gabah hampa per malai, gabah total per malai, persentase gabah isi per malai dan bobot hasil (Tabel 30).

Tabel 30 Nilai kuadrat tengah hasil analisis varians daya gabung pada beberapa karakter padi

Tabel 31 Proporsi kontribusi lini, tester dan interaksinya terhadap varians total

Proporsi lini x tester yang tinggi menyertai nilai proporsi lini dan tester yang tinggi pula, ditunjukkan oleh semua karakter (Tabel 31). Hasil analisis tersebut menggambarkan bahwa baik lini (GMJ) maupun tester (Restorer) yang digunakan dalam perakitan hibrida ini memiliki variabilitas yang tinggi untuk karakter-karakter yang diamati. Sarker et al. (2002) menemukan hal yang serupa. Diantara populasi padi hibrida dan tetua yang diujinya, nilai ragam yang disebabkan oleh lini, tester maupun interaksi keduanya cukup tinggi, menunjukkan adanya variasi diantara GMJ, restorer maupun hibrida yang dihasilkannya. GMJ danrestoreryang beragam dan memiliki karakter yang baik diharapkan akan mampu menghasilkan hibrida dengan heterosis tinggi.Proporsi interaksi lini x tester terhadap total varians yang lebih besar dibandingkan masing-masing proporsi lini maupun tester, menunjukkan bahwaragamyang terjadi pada populasi persilangan disebabkan oleh nilai daya gabung khusus (DGK) yang tinggi (Sarker et al. 2002).

Nilai ragamyang tinggi antara hibrida disebabkan oleh interaksi antara lini dan tester terjadi pada karakter jumlah anakan produktif, panjang malai, jumlah gabah isi per malai, jumlah gabah hampa per malai, jumlah gabah total per malai, persentase gabah isi per malai dan bobot hasil (t/ha).Hal ini menunjukkan bahwa efek DGK karakter tersebut tinggi dan nyata secara statistik. Nilai daya gabung khusus yang tinggi dan nyata ditunjukkan oleh semua karakter. Tingginya efek DGK mengindikasikan bahwa terdapat interaksi antara gen dominan dan epistatis yang penting untuk mengontrol karakter-karakter tersebut (Tiwari et al. 2011). Namun, karakter tinggi tanaman, jumlah gabah isi per malai, jumlah gabah hampa per malai, jumlah gabah total per malai dan persentase gabah isi per malai juga memiliki ragam DGK dan daya gabung umum (DGU) yang nyata. Dengan demikian karakter-karakter tersebut, ekspresinya dikendalikan baik oleh aksi gen aditif maupun non-aditif (Chakraborty et al. 2009; Rahimi et al. 2010).

Pada karakter tinggi tanaman, umur berbunga dan jumlah gabah hampa per malai diinginkan nilai efek daya gabung umum yang negatif. Lini yang merupakan penggabung umum baik untuk karakter tinggi tanaman adalah GMJ BI485A, sedangkan tester yang menjadi penggabung umum baik bagi karakter ini adalah galur restorer CRS39, CRS8, CRS9 dan SMD9 (Tabel 32). Dengan menggunakan GMJ atau restorer tersebut dalam perakitan padi hibrida, maka hibrida yang dihasilkannya akan memiliki tinggi tanaman yang lebih rendah,

95

sehingga lebih toleran terhadap kerebahan. Pada karakter umur berbunga, beberapa GMJ dan restorer memiliki kemampuan gabung umum yang cukup tinggi tetapi tidak nyata secara statistik. Namun berdasarkan hasil analisis ini dapat dilakukan pemilihan GMJ atau restorer yang memiliki DGU negatif untuk umur berbunga. Nilai yang tidak nyata secara statistik ini kemungkinan disebabkan umur berbunga sebagian besar GMJ dan restorer yang digunakan memiliki kisaran yang tidak terlalu besar. Umur berbunga 50% pada GMJ atau tetua betina berkisar antara 85 – 104 HSS, sedangkan pada restorer (tetua jantan) berkisar antara 83 – 104 HSS.

Untuk karakter gabah isi per malai, gabah hampa per malai dan persentase gabah isi per malai, BI485A dan BI599A merupakan penggabung umum yang baik. Tester (R) penggabung umum bagi karakter ini adalah IR53942, CRS8, CRS9, SMD9, SMD10 dan SMD15 (Tabel 32). Kombinasi dari GMJ dan restorer tersebut akan menghasilkan hibrida yang lebih banyak jumlah gabah isi per malai dan persentase gabah isi per malainya, sehingga memperkecil nilai jumlah gabah hampa per malai. Hal yang menarik adalah bahwa tester BH25B memiliki daya gabung umum yang tinggi dan positif untuk karakter gabah isi dan persentase gabah isi per malai, tetapi juga memiliki daya gabung umum yang positif untuk karakter gabah hampa per malai. Hal ini berarti bahwa hibrida yang dihasilkannya akan memiliki jumlah gabah total yang banyak, sehingga walaupun terjadi peningkatan jumlah gabah hampa per malai, belum sampai memberikan efek negatif terhadap persentase gabah isi per malai maupun bobot hasil. Namun tidak ada satupun baik GMJ maupun restorer yang merupakan penggabung umum bagi bobot hasil, karena karakter ini lebih banyak dipengaruhi oleh daya gabung khusus antar tetua spesifik.

Daya Gabung Khusus

Nilai kontribusi interaksi lini x tester menunjukkan besarnya efek daya gabung khusus dibandingkan daya gabung umum dalam suatu populasi uji (Sarker et al. 2002). Pada karakter tinggi tanaman, terdapat 27 hibrida yang memiliki daya gabung khusus negatif dan nyata (Tabel 33). Hibrida tersebut berasal dari tiga tipe kombinasi tetua, yaitu:

1. Hibrida dari dua tetua yang sama-sama memiliki daya gabung umum tinggi dan negatif, antara lain BI485/CRS39, BI485/CRS8 dan BI485/CRS9.

Tabel 32 Efek daya gabung umum tetua padi hibrida baru pada berbagai karakter

97

2. Hibrida yang berasal dari tetua yang memiliki daya gabung umum tinggi dan rendah, antara lain BI485/BP51-1, BI485/SMD11, BI599/CRS8, BI599/SMD9, BI855/BP1028F, BI855/BH25B, BI855/R42, BI855/SMD9, BI855/SMD15, BI639/CRS39, BI639/CRS8, BI639/CRS9, BI639/SMD9, BI665A/IR53942 dan BI665A/BP51-1.

3. Kombinasi hibrida yang berasal dari dua tetua yang sama-sama memiliki nilai daya gabung umum rendah, yaitu BI599A/IR53942, BI599/SMD10, BI855A/BP2274, BI639A/S4124F dan BI639A/SMD12.

Chakraborty et al. (2009) menyatakan bahwa tidak ada hubungan langsung antara efek daya gabung umum tetua dengan efek daya gabung khusus dari hibrida turunannya terhadap karakter tinggi tanaman. Hal ini hanya dapat diterangkan dengan lebih detail dari sudut pandang aksi gen, karena secara umum daya gabung umum lebih dipengaruhi oleh aksi gen aditif, sedangkan daya gabung khusus lebih disebabkan oleh aksi gen over dominan dan epistasis. Aksi gen dapat dipelajari lebih detail menggunakan desain persilangan (mating design) lain, seperti dialel.

Nilai daya gabung khusus yang tinggi untuk karakter jumlah anakan produktif, umur berbunga 50%, panjang malai dan bobot hasil, semua dihasilkan oleh tetua-tetua bernilai daya gabung umum rendah. Dari 24 hibrida baru yang mempunyai hasil di atas 8 t/ha, dua belas kombinasi hibrida diantaranya dihasilkan dari tetua yang keduanya memiliki nilai daya gabung umum rendah. Nilai daya gabung khusus tertinggi untuk karakter bobot hasil ditunjukkan oleh BI599A/BP1028F, diikuti oleh BI855A/SMD11,BI855A/CRS8,BI485A/BP1028F dan BI599A/BP2274 (Tabel 33). Nilai daya gabung khusus yang tinggi yang dihasilkan oleh tetua-tetua dengan daya gabung umum yang rendah menunjukkan bahwa sifat ini dikendalikan oleh aksi gen overdominan, dominan x dominan atau epistasis. Kombinasi dengan daya gabung khusus yang tinggi seperti ini dapat diekploitasi untuk perakitan padi hibrida dengan sifat heterosis yang baik.

Beberapa hibrida tidak menunjukkan daya gabung khusus yang tinggi dan nyata secara statistik pada berbagai karakter yang diamati. Hal ini mungkin karena kombinasi genetik dari tetua tidak dapat memperbaiki ekspresi karakter- karakter tersebut.

Tabel 33 Efek daya gabung khusus karakter agromorfologi, komponen hasil dan hasil 75 hibrida baru

99

Tabel 33. Lanjutan

Heterobeltiosis, Midparent Heterosis dan Standar Heterosis Hibrida Baru Arah eksploitasi vigor hibrida ditentukan oleh penampilan hibrida tersebut dan besarnya heterosis. Besaran heterosis dapat diduga melalui perhitungan keunggulan hibrida terhadap rerata kedua tetuanya (mid parent heterosis), tetua

101

terbaiknya (heterobeltiosis) dan varietas pembanding (standard heterosis). Penampilan hibrida tidak dapat diprediksi hanya berdasarkan mid parent dan heterobeltiosis. Kombinasi hibrida akan bernilai komersial jika menunjukkan standar heterosis yang tinggi dan nyata terhadap varietas terbaik yang telah diadopsi petani. Standar heterosis merupakan refleksi penampilan hibrida itu (per se) (Malini et al. 2006).

Nilai rata-rata karakter agromorfologi, komponen hasil dan hasil semua tetua untuk pembentukan hibrida ditampilkan pada Tabel 34. Nilai estimasi heterosis mid parent, heterobeltiosis dan standar heterosis karakter agromorfologi, komponen hasil dan hasil dari hibrida, berturut-turut ditampilkan pada Tabel 35, 36 dan 37. Tinggi tanaman, umur berbunga dan jumlah gabah hampa per malai yang lebih rendah diperlukan untuk merakit hibrida yang memiliki tinggi tanaman semi dwarf, umur genjah dan persentase gabah hampa yang rendah. GMJ BI599B merupakan galur yang memiliki tinggi tanaman terpendek (100,60 cm), sedangkan pada galur pemulih kesuburan terpendek ditunjukkan oleh CRS 8 (100,00 cm). Umur berbunga 50% tergenjah dan jumlah gabah hampa tersedikit ditunjukkan oleh GMJ BI855A (83,7 hari dan 13,5 biji), sedangkan untuk restorer yang paling genjah sekaligus penghasil gabah hampa tersedikit adalah CRS39 (80,3 hari dan 5,6 biji).Pada GMJ, malai terpanjang dimiliki oleh BI665A, persentase gabah isi per malai tertinggi ditunjukkan oleh BI485A, dan bobot hasil tertinggi ditunjukkan oleh BI855A (7,49 t/ha).

Heterosis Karakter Agromorfologi dan Komponen Hasil Hibrida

Tinggi tanaman tipe tanaman yang lebih pendek (semi dwarf) merupakan karakter yang penting dalam pengembangan padi hibrida. Hal ini terkait dengan antisipasi terjadinya kerebahan tanaman (lodging). Tigapuluh dua hibrida menunjukkan nilai heterobeltiosis negatif, tinggi dan nyata untuk karakter tinggi tanaman. Nilai heterosis mid parent negatif dan nyata untuk tinggi tanaman ditunjukkan oleh 17 hibrida. Nilai heterobeltiosis negatif maksimum untuk karakter tinggi tanaman dimiliki oleh hibrida BI855A/BH25B (-12,98%) dan nilai mid parent maksimum ditunjukkan oleh BI485A/CRS8 (-7,45%).

Tabel 34 Nilai rata-rata karakter agromorfologi, komponen hasil dan hasil tetua jantan dan betina yang digunakan Tetua Tinggi Tanaman (cm) Jumlah Anakan Produktif Umur Berbunga 50% (hari) Panjang Malai (cm) Jumlah Gabah Isi/Malai Jumlah Gabah Hampa/Malai Persentase Gabah Isi/Malai (%) Bobot Hasil (t/ha) Tetua betina (GMJ): BI485A 105,73 10,5 85,7 21,77 113,4 14,7 88,7 6,86 BI599A 100,60 11,3 88,0 22,49 120,3 23,7 83,5 5,41 BI855A 108,07 11,9 83,7 21,87 104,1 13,5 88,4 7,49 BI639A 106,27 12,5 99,7 27,31 101,1 96,1 51,3 5,27 BI665A 115,53 11,9 95,3 27,77 111,9 44,9 72,3 6,57

Tetua jantan (Galur Pemulih Kesuburan):

IR53942 112,53 11,9 101,7 24,45 84,8 58,3 58,2 4,97 S4124F 116,67 10,3 103,7 24,97 89,9 56,2 62,2 4,13 BP51-1 114,93 10,1 103,0 27,80 111,5 58,2 68,2 4,85 BP1028F 120,93 10,1 102,7 24,10 123,1 70,1 63,3 7,06 BH25B 122,73 11,8 95,7 27,80 95,7 37,3 47,5 6,83 R42 117,80 11,5 97,7 25,62 137,0 96,7 60,1 5,40 BP2274 116,47 12,7 96,3 26,17 112,8 44,9 71,5 6,08 CRS 39 102,33 10,9 80,3 22,04 94,0 5,6 94,3 5,56 CRS 8 100,00 12,5 92,0 22,61 123,2 27,0 82,4 5,74 CRS 9 113,00 12,1 93,0 26,33 110,6 25,3 81,3 7,84 SMD 9 118,53 10,1 97,0 25,39 138,7 92,3 60,7 6,56 SMD 10 123,60 11,1 104,0 26,92 109,7 60,3 64,0 5,93 SMD 11 120,47 11,2 94,7 24,85 95,7 26,1 51,5 6,12 SMD 12 125,80 9,6 91,3 25,70 120,1 58,7 69,4 5,75 SMD 15 123,53 10,3 94,7 26,17 158,3 23,9 86,6 3,06 102

Tabel 35 Heterobeltiosis karakter agromorfologi dan komponen hasil 75 hibrida baru

Tabel 35 Lanjutan

105

Tabel 35 Lanjutan

Tabel 36 Heterosis midparent karakter agromorfologi dan komponen hasil 75 hibrida baru

107

Tabel 36 Lanjutan

Tabel 36 Lanjutan

109

Tinggi tanaman BI855A/BH25B dan BI485A/CRS8 berturut-turut 106,80 cm dan 94,53 cm, sehingga termasuk kategori sedang. Fenomena heterosis negatif yang ditemukan untuk karakter tinggi tanaman pada penelitian ini disebabkan oleh penggunaan galur-galur tetua yang termasuk kategori semi dwarf, terutama galur mandul jantannya. Hasil penelitian yang sama dilaporkan oleh Malini et al. (2006) dan Sen & Singh (2011).

Nilai heterosis yang tinggi, nyata dan positif ditunjukkan oleh sebagian besar hibrida terhadap tetua terbaik maupun rata-rata kedua tetuanya pada karakter panjang malai. Tigapuluh dua hibrida memberikan nilai heterobeltiosis yang tinggi, nyata dan positif untuk karakter panjang malai. Nilai heterobeltiosis tertinggi ditunjukkan oleh hibrida BI855A/CRS39, mencapai 23,11% lebih tinggi dari tetua terbaik (CRS39). Limapuluh lima hibrida memberikan nilai heterosis mid parent yang nyata, tinggi dan positif untuk karakter panjang malai, dengan nilai tertinggi ditunjukkan oleh hibrida BI665A/CRS39 yang memiliki panjang malai mencapai 31,00 cm atau 24,48% lebih panjang dibandingkan rata-rata kedua tetuanya.

Umur genjah menjadi salah satu kebutuhan dalam budidaya padi.Umur 50% berbunga tujuhpuluh lima kombinasi padi hibrida yang diuji berkisar antara 94 – 99 hari setelah tanam (HSS), sehingga termasuk kategori umur sedang. Heterobeltiosis yang nyata dan negatif untuk karakter ini diperoleh pada 26 kombinasi hibrida, dengan nilai tertinggi ditunjukkan oleh BI599A/BP51-1 (- 8,74%) dengan umur berbunga 94 hss, sehingga hibrida tersebut lebih genjah