• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III DESKRIPSI RUMAH ADAT SEPULUH DUA JABU

4.1 Makna Setiap Jabu

Setiap Jabu (keluarga) menempati posisi di Rumah Adat Sepuluh Dua Jabu sesuai dengan struktur sosialnya dalam keluarga. Letak Rumah Adat Sepuluh Dua Jabu selalu disesuaikan dari arah Timur ke Barat yang disebut Desa Nggeluh, di sebelah Timur disebut Bena Kayu (pangkal kayu) dan sebelah barat disebut Ujung Kayu. Sistem Jabu dalam Rumah Adat Sepuluh Dua Jabu mencercerminkan kesatuan organisasi, dimana terdapat pembagian tugas yang tegas dan teratur untuk mencapai keharmonisan bersama yang dipimpin Jabu Bena Kayu/Jabu Raja.

Nama, Posisi dan Peran Jabu dalam Rumah Adat Sepuluh Dua Jabu di Desa Beganding :

1. Jabu Bena Kayu

Merupakan tempat bagi keluarga simanteki Kuta/ Bangsa Taneh (keluarga yang pertama mendirikan Kuta). Jabu Bena Kayu juga disebut Jabu Raja, posisinya sebagai pimpinan seluruh anggota Jabu dalam sebuah Rumah Adat, berperan sebagai pengambil keputusan dan penanggung jawab (baik internal maupun eksternal) untuk segala permasalahan dan pelaksanaan adat menyangkut kepentingan rumah dan seisi penghuni rumah. Di dalam Rumah Adat Sepuluh Dua Jabu yang berperan sebagai Jabu Bena Kayu adalah dari pihak Puang

Kalimbubu yaitu keluarga dari merga Ginting, yang posisinya berada paling depan di barisan ruangan dalam rumah. Diposisikan di bagian yang paling depan memiliki arti bahwa dia (merga Ginting) yang berada di depan adalah dia yang menjadi pemimpin dalam Rumah Adat Sepuluh Dua Jabu.

2. Jabu Ujung Kayu

Merupakan tempat bagi Anak Beru (pihak perempuan/saudari) dari Jabu Bena Kayu. Jabu Ujung Kayu berperan untuk membantu Jabu Bena Kayu dalam menjaga keharmonisan seisi rumah dan mewakili Jabu Bena Kayu dalam menyampaikan perkataan atau nasehat-nasehatnya kepada setiap penghuni rumah. Dengan kata lain Jabu ujung Kayu adalah pembantu utama dari Jabu Bena Kayu baik di dalam urusan dalam rumah maupun di dalam lingkup adat. Di dalam Rumah Adat Sepuluh Dua Jabu maka yang menempati posisi Jabu Ujung Kayu adalah Anak Beru Mentri dari pihak keluarga Merga Tarigan.

3. Jabu Lepar Bena Kayu

Merupakan tempat bagi pihak saudara dari Jabu Bena Kayu. Jabu Lepar Bena Kayu disebut juga Jabu Sungkun-Sungkun Berita (Tempat bertanya Kabar/berita). Penghuni Jabu ini masih termasuk golongan bangsa taneh. Jabu Lepar Bena Kayu berperan untuk mengawasi keadaan rumah dan keadaan Kuta (kampung) kemudian memberi kabar kepada Jabu Bena Kayu. Jika ada permasalahan di dalam rumah atau di Kuta seperti terjadi pencurian atau akan terjadi perang, maka Jabu Lepar Bena Kayu harus menyelidikinya terlebih dahulu kemudian mengabarkannya kepada Jabu Bena Kayu. Di dalam Rumah Adat Sepuluh Dua Jabu yang berperan sebagai Jabu Lepar Bena Kayu adalah

pihak Kalimbubu dari keluarga Merga Sitepu yang kedudukannya setingkat dibawah pihak Puang Kalimbubu sebagai Jabu Bena Kayu.

4. Jabu Lepar Ujung Kayu

Merupakan tempat bagi pihak Kalimbubu (Pihak dari Klan ibu) dari Jabu Bena Kayu. Penghuni Jabu ini sangat dihormati dan disegani karena kedudukannya sebagai Kalimbubu. Kalimbubu dalam masyarakat karo merupakan derajat tertinggi dalam struktur adat. Jabu Lepar Ujung Kayu disebut juga sebagai Jabu Simangan Minem (pihak yang makan dan minum). Jika Jabu Bena Kayu mengadakan pesta adat maka Jabu Lepar Ujung Kayu akan menduduki posisi yang terhormat, dia tidak ikut bekerja hanya hadir untuk makan dan minum. Walaupun begitu hal tersebut sedikit berbeda dengan yang terjadi di Rumah Sepuluh Dua Jabu dimana pihak Kalimbubu dalam hal ini yang berasal dari Merga Sitepu juga memikul tangung jawab untuk mengawasi keadaan rumah. Hal ini terjadi karena dari jumlah 12 keluarga yang menempati rumah, masing-masing berasal dari 5 merga saja.

5. Jabu Sedapuren Bena Kayu

Merupakan tempat bagi anak beru menteri dari Jabu Bena Kayu. Jabu Sedapuren Bena Kayu juga disebut Jabu Peninggel-ninggel (Pihak yang mendengarkan). Perannya adalah untuk mendengarkan segala pembicaraan di dalam suatu Runggu (musyawarah) para anggota Rumah Adat. Selain sebagai pihak pendengar, Jabu Sedapuren Bena Kayu juga berperan sebagai saksi untuk berbagai kepentingan setiap anggota Rumah Adat, baik di lingkup rumah maupun

di lingkup Kuta. Posisi ini juga disematkan kepada pihak keluarga Merga Tarigan yang posisinya sebagai anak beru mentri.

6. Jabu Sedapuren Ujung Kayu

Merupakan tempat anak atau saudara dari dari penghuni Jabu Bena Kayu. Jabu ini disebut juga sebagai Jabu Arinteneng (yang memberi ketenangan). Posisinya diharapkan dapat menjadi penengah setiap permasalahan, memberikan ketenangan dan ketentraman bagi seluruh Jabu di Rumah Adat. Jabu arinteneng sering juga ditempati oleh Penggual atau Penarune (pemain musik tradisional, yang terkadang menghibur seisi rumah dengan alunan musiknya yang menentramkan. Dahulu posisi ini ditempati oleh pihak dari Sukut yang berasal dari keluarga merga Sembiring. Namun, karena perubahan zaman peran ini sudah tidak lagi dipegang oleh pihak Sukut dari merga Sembiring.

7. Jabu Sedapuren Lepar Bena Kayu

Merupakan tempat bagi anak atau saudara penghuni Jabu Ujung Kayu. Jabu Sedapuren Lepar Bena Kayu juga disebut Jabu Singkapuri Belo (penyuguh sirih). Jabu Sedapuren Lepar Bena Kayu berperan dalam membantu Jabu Bena Kayu dalam menerima dan menjamu tamunya. Jabu Singkapuri Belo secara umum berperan sebagai penerima tamu keluarga di dalam sebuah Rumah Adat dan bertugas menyuguhkan sirih bagi setiap tamu keluarga yang menghuni Rumah Adat. Peran ini dipegang oleh Anak Beru Angkip dari pihak keluarga merga Sinuhaji di dalam Rumah Adat Sepuluh Dua Jabu.

8. Jabu Sedapuren Lepar Ujung Kayu

Merupakan kedudukan bagi Guru (dukun/ tabib). Jabu Sedapuren Lepar Ujung Kayu juga disebut Jabu Bicara guru (yang mampu mengobati). Jabu Sedapuren Lepar Ujung Kayu berperan sebagai penasehat spiritual bagi penghuni Jabu Bena Kayu, mengumpulkan ramuan-ramuan dari alam untuk pembuatan obat-obatan bagi seisi rumah, menilik hari baik dan buruk, menyiapkan pagar (tolak bala) bagi seisi rumah, selain itu dia juga berperan dalam pelaksanaan upacara terhadap leluhur (kiniteken pemena) dan upacara-upacara yang menyangkut dengan kepercayaan pada masyarakat karo jaman dahulu. Jadi Jabu Sedapuren Lepar Ujung Kayu atau Jabu Bicara Guru berperan dalam hal pengobatan dan hal-hal yang berhubungan dengan kepercayaan masyarakat Karo pada jaman dahulu. Biasanya dahulu di Rumah Adat Sepuluh Dua Jabu letak tempat tinggalnya berada di bagian paling belakang rumah bersama dengan pihak Anak Beru Angkip. Seorang guru/dukun bisa berasal dari marga mana saja yang dikehendaki oleh pihak Jabu Bena Kayu untuk menempati rumah tersebut.

Demikian nama, posisi dan peran masing-masing kedelapan Jabu dalam Rumah Adat Karo Sepuluh Dua Jabu. Walau peran dan tugas masing-masing Jabu berbeda-beda dan telah dibagi menurut kedudukannya, tetapi keseluruhan Jabu dalam Rumah Adat Sepuluh Dua Jabu merupakan suatu kesatuan yang utuh dan saling terikat dan tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. Sehingga tak dapat dipungkiri bahwa masyarakat Karo adalah masyarakat sosial yang memiliki ikatan yang sangat erat satu dengan yang lainnya dan memiliki sifat kekeluargaan saling membantu dan saling melengkapi (gotong-royong) yang tercermin dari Rumah Adat Sepuluh Dua Jabu tersebut.

Dokumen terkait