• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROYEK PEMBELAJARAN 1: KONSERVASI DESTINASI EKOWISATA MILENIAL

IV. Kesimpulan

4.2. Kampung Naga

Kursus Alat Musik Tradisional: Upaya Pelestarian Alat Musik Tradisional di Kawasan Konservasi Kampung

Naga.

Oleh: Rachel Augie Zefanya & Sherly Lavenia Prodi Pariwisata, Universitas Ciputra Surabaya

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji tentang Kawasan Konservasi Kampung Naga yang terletak di Tasikmalaya,

Jawa Barat. Kampung Naga merupakan salah satu kawasan konservasi seni-budaya yang terdapat di Indonesia dan masih terjaga hingga saat ini. Salah satu seni-budaya yang terdapat di Kampung Naga adalah alat musik tradisional. Akan tetapi, saat ini orang yang mampu membuat dan memainkan alat musik tradisional yang ada di Kampung Naga semakin sedikit jumlahnya. Maka dari itu, penelitian ini juga bertujuan untuk memberikan ideasi terhadap pelestarian alat musik tradisional di Kampung Naga dalam bentuk pembuatan kursus. Kursus terkait alat musik tradisional yang ada di Kampung Naga ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan pengunjung terhadap kesenian yang terdapat di Kampung Naga serta menciptakan sebuah generasi penerus yang mampu menjaga eksistensi dari alat musik tradisional di Kampung Naga. Kursus ini menjadi salah satu kegiatan yang mampu meningkatkan perekonomian masyarakat Kampung Naga di mana hal ini merupakan salah satu ciri dari pengembangan destinasi ekowisata yaitu memberikan manfaat keuangan bagi masyarakat setempat. Penelitian ini mengkaji potensi kursus alat musik tradisional terhadap konservasi di Kampung Naga.

Kata Kunci: Kampung Naga, pelestarian seni dan budaya, alat musik tradisional, ekowisata, konservasi.

Latar Belakang

Sektor pariwisata adalah salah satu sektor yang sangat berpengaruh bagi perekonomian sebuah negara.

Pengembangan pariwisata di suatu negara sangat

diperlukan agar tetap dapat menjadi sumber pendapatan dari suatu daerah. Berbagai macam pengembangan saat ini telah dilakukan. Salah satu konsep yang sedang dikembangkan saat ini adalah ekowisata. Ekowisata dikembangkan sebagai upaya untuk tetap melindungi sebuah tempat wisata dan meminimalkan dampak negatif dari kegiatan pariwisata terhadap alam. Selain untuk melindungi kawasan alam, ekowisata merupakan bentuk keprihatinan terhadap kondisi sosial dan ekonomi.

Indonesia memiliki banyak sekali wilayah wisata dengan pemandangan yang indah. Namun, kondisi ekonomi dari masyarakat setempat masih terhitung kurang. Maka dari itu, konsep ekowisata ini juga dapat menciptakan sebuah lapangan kerja baru yang bisa menguntungkan bagi masyarakat setempat. Kemudian, adanya ekowisata ini juga berdampak dalam segi edukasi. Pengunjung yang mengunjungi sebuah kawasan ekowisata bisa mendapatkan sebuah pengalaman serta pengetahuan yang baru. Maka dari itu, dapat disimpulkan bahwa ekowisata meliputi aspek konservasi, aspek pemberdayaan masyarakat, dan aspek edukasi.

Konservasi yang dilakukan pada konsep ekowisata tidak hanya konservasi alam tetapi bisa juga konservasi seni dan budaya. Budaya merupakan sebuah gaya hidup yang telah dilakukan sejak lama dan diturunkan sehingga gaya hidup tersebut akan terus ada. Namun, keberadaan budaya saat ini sangat terancam. Semakin sedikit orang yang melakukan suatu budaya tertentu. Selain itu, rumah-rumah adat juga mulai rusak dan tidak terawat. Oleh karena itu, ekowisata juga dapat mencegah hilangnya budaya dan rusaknya aset-aset budaya dengan cara

menjadikan kawasan tersebut sebagai sebuah tempat konservasi. Terdapat salah satu destinasi ekowisata yang unik di Indonesia yaitu Kampung Naga. Kampung Naga terletak di Jawa Barat, tepatnya di perbatasan antara Kabupaten Tasikmalaya dan Kabupaten Garut. Secara administratif, Kampung Naga terletak di wilayah Desa Neglasari, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya.

Konservasi yang dilakukan di Kampung Naga adalah konservasi seni dan budaya. Penduduk Kampung Naga masih sangat menjaga seni-budaya dan masih melakukan adat istiadatnya hingga saat ini. Rumah adat Sunda yang berbentuk rumah panggung juga merupakan salah satu yang dikonservasi karena struktur bangunan yang ada di Kampung Naga masih menunjukkan struktur bangunan asli dari adat Sunda. Kampung Naga ini dijadikan sebuah tempat konservasi karena kearifan lokal dan sistem tata ruang penduduk setempat yang masih menjaga alamnya sehingga terhindar dari kerusakan.

Adat yang dianut dan dipertahankan di Kampung Naga adalah adat Sunda. Kampung Naga dibagi menjadi tiga bagian oleh penduduk yaitu Leuweung Keramat (makam leluhur) di bagian barat, perkampungan di bagian tengah, dan Leuweung Larangan (hutan terlarang) di bagian timur. Penduduk sangat menjaga wilayah yang mereka tempati karena mereka percaya bahwa bencana alam itu disebabkan oleh perilaku manusia. Maka dari itu, terdapat kawasan hutan terlarang. Penduduk masih menggunakan hasil alam dari hutan tetapi dalam jumlah yang kecil. Hingga saat ini, penduduk Kampung Naga masih melakukan upacara adat seperti upacara menyepi, upacara hajat sasih yang bertujuan untuk memohon

keselamatan dan berkah dari para leluhurnya, upacara perkawinan (upacara nincak endog, upacara buka pintu, upacara ngampar, upacara riungan, upacara munjungan, dan khitanan). Tetapi meskipun sangat menjaga budaya tradisional, penduduk tidak melarang modernisasi sepenuhnya asalkan tidak membawa dampak buruk bagi lingkungan atau mengubah prinsip budaya mereka.

Kemudian, yang menarik dari Kampung Naga adalah struktur bangunan rumah milik penduduk. Karena rawan bencana, penduduk membangun rumah yang aman terhadap bencana dengan menggunakan bahan alam yang elastis dan ringan seperti bambu dan kayu sehingga ketika terdapat goncangan, rumah tidak akan runtuh. Rumah adat berbentuk rumah panggung. Terdapat golodog yang berfungsi untuk menerima tamu, ruang tengah atau ruang tamu, kamar tidur, serta dapur dan goah (tempat penyimpanan beras).

Salah satu kesenian yang terdapat di Kampung Naga adalah alat musik tradisional. Namun, sebagian besar pengunjung yang mengunjungi Kawasan Konservasi Kampung Naga hanya melihat dan melakukan penelitian terhadap struktur wilayah dan bangunan yang ada di Kampung Naga. Sedangkan, alat musik tradisional yang terdapat di Kampung Naga kurang memperoleh perhatian dari pengunjung. Alat musik tradisional merupakan suatu aset budaya yang sangat penting untuk dijaga kelestariannya. Akan tetapi, saat ini jumlah orang yang dapat memainkan dan membuat alat musik tradisional semakin hari semakin berkurang jumlahnya. Hal ini membuat eksistensi dari alat musik tradisional di Kampung Naga terancam. Kami berusaha menjaga kelestarian

kesenian yang dimiliki oleh masyarakat Kampung Naga yaitu alat musik tradisional dengan cara membuat sebuah kursus.

Kursus Alat Musik Tradisional

Penduduk Kampung Naga cenderung menolak pendirian bangunan baru di wilayah mereka karena mereka menganggap bahwa hal tersebut dapat mengganggu kelestarian kawasan di Kampung Naga.

Maka dari itu, salah satu ide pengembangan yang kami gunakan adalah membuat sebuah kursus alat musik tradisional di Kampung Naga. Kursus merupakan kegiatan pengajaran yang dilakukan oleh seseorang yang memiliki banyak pengetahuan kepada individu atau kelompok yang memiliki keinginan untuk belajar. Kursus alat musik tradisional ini bertujuan untuk mendukung konservasi berkelanjutan dengan cara mempertahankan eksistensi dari alat musik tradisional yang ada di Kampung Naga.

Terdapat berbagai alat musik tradisional yang ada di Kampung Naga yaitu, karinding, celempung, teureubang gembrung, teureubang sejak, dan angklung. Alat-alat musik tersebut merupakan alat musik tradisional asal Sunda. Salah satu yang saat ini jarang ditemukan adalah alat musik karinding. Karinding merupakan sebuah alat musik yang terbuat dari bahan bambu atau pelepah aren.

Cara memainkan alat musik ini adalah dengan menempelkan karinding ke bibir dan menepuk bagian kanan alat musik dengan jari telunjuk sehingga mengeluarkan suara. Alat musik ini awalnya merupakan sesuatu yang selalu dibawa oleh petani saat berada di sawah yang bertujuan untuk mengusir hama yang

mengganggu pertanian. Tetapi saat ini, karinding ditetapkan sebagai alat musik tradisional asal Sunda.

Karinding dan alat musik tradisional lainnya digunakan dalam sebuah pertunjukan seni maupun upacara adat.

Masyarakat dari Kampung Naga sendiri telah melakukan upaya pelestarian alat musik yang mereka miliki dengan cara membuat alat musik tradisional ketika mereka memiliki waktu luang. Meskipun begitu, saat ini jumlah orang yang dapat membuat dan memainkan alat musik tradisional di Kampung Naga semakin menipis. Hal ini dikarenakan hanya orang-orang tua saja yang memiliki kemampuan untuk memainkan dan membuat alat musik tersebut sedangkan kalangan muda hanya mengenal tentang kesenian tersebut tanpa bisa memainkan atau membuat alat musik tradisional. Maka dari itu, agar terdapat generasi penerus yang dapat menjaga kesenian yang ada di Kampung Naga tetap ada, perlu diadakan sebuah kursus alat musik tradisional.

Masyarakat Kampung Naga setempat yang memiliki kemampuan untuk membuat dan memainkan alat musik tradisional akan menjadi pengajar bagi pengunjung yang memang ingin mempelajari tentang alat musik tradisional di Kampung Naga. Agar menguntungkan juga bagi masyarakat setempat, kursus alat musik tradisional ini akan dikenakan biaya. Kemudian, karena mungkin untuk mempelajari cara memainkan alat musik membutuhkan waktu yang lama, dibutuhkan pembuatan sebuah komunitas yang dapat membantu pelatihan alat musik secara online. Alasan kursus atau pelatihan alat musik tradisional ini dilakukan secara online adalah agar mampu mendapatkan jumlah peminat yang lebih banyak terutama

anak-anak muda yang saat ini menggunakan platform online dalam kegiatan sehari-harinya. Hal ini juga dikarenakan adanya pandemi COVID-19 yang membuat jumlah kunjungan ke Kampung Naga dibatasi sehingga tidak banyak orang yang bisa belajar langsung ditempat.

Kursus secara online ini juga memudahkan bagi orang-orang yang tidak bisa datang langsung ke Kampung Naga karena berada di lokasi yang jauh. Selain itu, kursus alat musik tradisional dibagi dalam beberapa jenjang serta beberapa pertemuan, platform online adalah yang paling cocok digunakan.

Sistem operasional dari kursus alat musik tradisional di Kampung Naga ini adalah masyarakat setempat yang mampu memainkan dan membuat alat musik tradisional akan mengajarkan ilmu yang mereka miliki kepada suatu kelompok atau komunitas. Kemudian, kelompok atau komunitas yang sudah menguasai kemampuan bermain atau membuat alat musik dengan baik dapat menyalurkan ilmunya melalui kursus yang diadakan untuk orang-orang yang tertarik untuk mempelajari alat musik tradisional yang ada di Kampung Naga. Paket kursus yang bisa diikuti sudah termasuk alat musik yang akan dikirimkan ke alamat masing-masing. Tetapi, meskipun sudah dilakukan secara online, kursus juga akan dilakukan langsung di Kampung Naga tetapi dengan jumlah peserta yang terbatas.

Untuk mendukung upaya konservasi kesenian tradisional di Kampung Naga, kursus ini sebaiknya diwajibkan bagi generasi muda yang terdapat di Kawasan Kampung Naga terutama bagi masyarakat lokal yang mendapatkan pelatihan untuk menjadi tour guide dari Dinas Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga Kabupaten

Tasikmalaya. Kursus alat musik tradisional ini dimasukkan ke dalam program pelatihan oleh Dinas Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga Kabupaten Tasikmalaya apabila memungkinkan. Jadi, selain untuk menjaga eksistensi dari alat musik tradisional, pemasukan kursus alat musik tradisional ke program pelatihan ini membuat calon tour guide memiliki kemampuan untuk memainkan alat musik tradisional yang bisa dikenalkan kepada pengunjung yang mereka dampingi pada saat menjadi tour guide. Namun, untuk masyarakat lokal, kursus ini tidak dikenakan biaya apapun. Kemudian, sebaiknya lembaga pendidikan yang ada di Indonesia dihimbau untuk mengirimkan individu atau kelompok untuk mengikuti kursus alat musik tradisional ini sehingga tidak sedikit orang yang mampu menguasai permainan alat musik tradisional serta cara pembuatan dari alat musik tradisional tersebut.

Kemudian, untuk lebih meningkatkan minat masyarakat dalam mengikuti kursus yang diadakan oleh masyarakat lokal Kampung Naga, sebaiknya pemerintah dapat mengadakan lomba alat musik tradisional asal Sunda setiap tahunnya. Hadiah yang diberikan dapat berupa uang tunai maupun beasiswa bagi murid atau mahasiswa yang sedang menempuh pendidikan. Promosi online dilakukan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat untuk menjaga kelestarian kesenian yang dimiliki oleh Indonesia.

Peran dan Potensi Kursus Alat Musik Tradisional terhadap Konservasi Berkelanjutan di Kawasan Kampung Naga

Peran masyarakat di sebuah wilayah bisa terbilang sangat penting untuk menjaga keberlangsungannya wilayah tersebut. Sama halnya dengan di Kampung Naga, masyarakat sangat memiliki peran penting dalam keberlangsungan Kampung Naga, baik dalam pelestarian adat-istiadat maupun dalam kebiasaan sehari-hari. Salah satu peran yang harus masyarakat Kampung Naga lakukan adalah menjaga kelestarian kesenian mereka agar tetap ada dan tidak punah atau terlupakan baik oleh warga maupun wisatawan. Seperti yang kita ketahui, ada banyak sekali alat musik tradisional Kampung Naga dan banyak sekali yang tidak tahu bahwa Kampung Naga sendiri memiliki alat musik tradisional, maka dari itu perlu adanya konservasi kesenian dan budaya di Kampung Naga sendiri. Dengan adanya kursus alat musik tradisional yang diadakan untuk warga Kampung Naga dan turis, kami harap kesenian dan alat-alat musik tradisional Kampung Naga akan terjaga dan tidak punah.

Menurut kami akan sangat banyak manfaat yang dapat diambil jika kursus alat musik tradisional di Kampung Naga terlaksana. Pertama, kursus ini diperuntukan bagi warga maupun non-warga dengan sistem berbayar untuk turis, maka dari itu dengan adanya kursus ini akan menambah penghasilan warga-warga Kampung Naga itu sendiri. Dengan bertambahnya penghasilan warga Kampung Naga ini, tingkat perekonomian warganya juga akan meningkat. Hal ini juga merupakan salah satu ciri dari ekowisata yaitu keterlibatan masyarakat sehingga dengan

adanya kursus ini, masyarakat setempat ikut terlibat secara langsung baik dalam hal konservasi maupun perekonomian. Kedua, dengan diadakannya kursus alat musik tradisional ini, kesenian dan alat-alat musik tradisional Kampung Naga dapat terjaga dan tidak punah melainkan akan menjadi sebuah kesenian yang turun temurun. Ketiga, akan banyaknya generasi penerus yang bisa melanjutkan dan mengenalkan alat-alat tradisional maupun kesenian kepada masyarakat luar bahkan masyarakat asing karena jumlah orang yang dapat memainkan dan membuat alat musik tersebut semakin bertambah melalui kursus ini. Menurut kami, dengan adanya kursus ini sangat berpotensi meningkatkan kunjungan dan juga berpotensi untuk berkembangnya kesenian dan alat-alat musik tradisional di Kampung Naga sendiri.

Kesimpulan

Masyarakat Kampung Naga yang letaknya ada di Tasikmalaya ini bisa terbilang masih memegang kuat adat istiadat mereka. Mereka juga masih terbilang murni karena sebagian masyarakatnya menolak “dunia luar”. Tidak banyak yang tahu, sebenarnya Kampung Naga juga memiliki sangat banyak kesenian dan alat-alat musik tradisional yang cukup unik yang hanya bisa ditemui di sana. Tetapi sangat disayangkan, kesenian lokal yang ada di masyarakat Kampung Naga ini keberadaanya cukup terancam punah karena adanya perubahan pola pikir dan cara pandang masyarakat setempat, terlebih lagi dengan banyaknya wisatawan yang berkunjung juga pasti mempengaruhi pola pikir dari masyarakat Kampung Naga

sendiri. Terancamnya kepunahan pengembangan kesenian ini terlihat dari berkurangnya masyarakat Kampung Naga yang mengenal dan mengetahui cara memainkan dan cara membuat alat musik tradisional tersebut. Lebih parahnya lagi, banyak sekali generasi muda yang tidak mengetahui adanya kesenian tersebut.

Dengan begitu, perlu adanya kesadaran dari masyarakat yang ada di Kampung Naga untuk melestarikan kesenian lokal mereka. Melalui kursus ini diharapkan mengubah pola pikir dan cara pandang dari masyarakat Kampung Naga akan pentingnya menjaga kesenian tersebut, dan dengan adanya kesenian ini kami harap juga dapat meningkatkan penghasilan warga serta kelestarian kesenian lokal Kampung Naga terjaga.

Daftar Pustaka

Nugraha, I.S., Budiwati, D.S., & Karwati, U. (2013).

Pelestarian Musik Karinding di Kampung Manabaya Desa Pakuwon Kecamatan Cimanggung Kabupaten Sumedang. Pelestarian Musik Karinding, 1(3). Retrieved from https://ejournal.upi.

edu/index.php/antomusik/article/view/243

Paramitha, S., & Bhaskara, G.I. (2020). Pengembangan Pariwisata di Kampung Naga, Tasikmalaya, Jawa Barat. Jurnal Destinasi Wisata, 8(1), 103-112. doi:

https://doi.org/10.24843/JDEPAR.2020.v08.i01.p14

Dokumen terkait