• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kandungan Nutrisi Bahan Pakan Berdasarkan Analisis Proksimat

ANALISIS DAN EVALUASI PAKAN

ilustrasi 25. Kandungan Nutrisi Bahan Pakan Berdasarkan Analisis Proksimat

Kadar air (KA) pada bahan pakan dapat dihilangkan dengan memanfaatkan panas matahari atau menggunakan oven. Pengeringan menggunakan oven dilakukan pada dengan beberapa tingkatan suhu,

yaitu: suhu 105 oC dilakukan selama 16 jam, 125 oC selama 4 jam dan

135 oC selama 3 jam, namun bahan pakan tambahan seperti molase harus

dikeringkan dengan suhu 70 oC karena memiliki kandungan senyawa volatil

yang tinggi. Pengeringan silase dan bahan pakan dengan kandungan lemak

tinggi disarankan menggunakan oven dengan suhu 95-100 oC.

Bahan kering dapat dihitung menggunakan rumus: Bahan kering (BK) = 100-KA. Pengujian kadar abu bertujuan untuk memisahkan kandungan organik dan anorganik bahan pakan. Kadar abu ditentukan dengan membakar sampel bahan pakan menggunakan tanur dengan suhu 550 °C sampai menjadi abu. Residu berupa abu dapat mewakili kandungan anorganik yakni mineral yang terkandung di dalam bahan pakan, namun pada proses analisis terdapat kemungkinan bahwa masih terdapat bahan organik lain (belerang, fosfor) yang terkandung pada abu. Bahan organik dapat diperoleh melalui selisih antara bahan kering dan kadar abu.

Kandungan protein kasar (PK) dalam bahan pakan ditentukan menggunakan metode Kjeldhal dengan asumsi bahwa seluruh nitrogen

yang terdapat di dalam bahan pakan sebanyak 16% berasal dari protein, sehingga protein bahan pakan ditentukan dengan cara menganalisis kandungan nitrogennya. Hasil yang diperoleh selanjutnya dikalikan dengan 100/16 atau 6,25. Prinsip dari metode Kjeldhal pada penentuan kadar protein kasar yaitu nitrogen yang terkandung di dalam bahan pakan akan diubah menjadi ammonium sulfat melalui proses pendidihan dengan asam sulfat pekat, selanjutnya didinginkan dan diencerkan dengan air suling dan menambahkan NaOH agar menjadi basa sehingga diperoleh ammonia. Amonia selanjutnya akan ditangkap oleh larutan asam borat dan dititrasi

menggunakan asam sulfat yang telah ditentukan normalitasnya.Penentuan

kadar lemak kasar dalam bahan pakan dilakukan dengan mengekstraksi bahan pakan ke dalam pelarut organik seperti petroleum ether atau hexan. Karbohidrat dalam bahan pakan terbagi menjadi dua fraksi, yaitu: serat kasar dan BETN. Karbohidrat yang tidak larut pada proses pemasakan

dengan H2SO4 1,25% dan larutan NaOH 1,35% mendidih secara

berturut-turut selama 30 menit merupakan fraksi serat kasar bahan pakan. Fraksi serat kasar mengandung selulosa, lignin, dan hemiselulosa, namun tidak semua komponen tersebut terdapat di dalam bahan pakan tergantung pada spesies dan tahap pertumbuhan hijauan. Komponen pati, gula, fruktan, pektin, asam organik dan pigmen termasuk dalam komponen yang terkandung pada BETN. Berikut rumus untuk menghitung BETN pada analisis proksimat. BETN = [100 - (kadar abu + protein kasar+lemak kasar + serat kasar)] %.

5.1.2.2. Analisis Serat

Penentuan fraksi serat menggunakan metode empiris penting untuk dilakukan. Prosedur alternatif dalam menganalisis serat telah dikembangkan oleh Van Soest (Van Soest Analysis) pada tahun 1960. Analisis Van Soest banyak digunakan untuk mengevaluasi hijauan terutama mengetahui tentang kandungan karbohidrat struktural.

80 Karakteristik Pakan Ruminansia

Tabel 10. Klasifikasi Komponen Hijauan Berdasarkan Analisis Van Soest

fraksi Serat Komponen

Isi Sel

(Serat larut dalam deterjen netral)

Lemak Gula

Asam organik dan zat yang larut dalam air Pektin

Pati

Non Protein Nitrogen (NPN) Protein larut

Dinding sel

(Serat tidak larut dalam deterjen netral)

Larut dalam deterjen asam Hemiselulosa Protein terikat serat Serat deterjen asam Selulosa

Lignin

Nitrogen lignifikasi Silika

Kemampuan sistem pencernaan ruminansia dalam mencerna serat kasar mendasari dikembangkannya analisis Van Soest. Kandungan serat kasar pada bahan pakan dalam analisis tersebut dibagi menjadi dua komponen, yaitu: dinding sel dan isi sel. Konstituen dapat dipisahkan dengan menggunakan dua deterjen: serat deterjen netral (NDF) dan serat deterjen asam (ADF).

Tabel 11. Fraksi Serat Kasar pada Analisis Van Soest

fraksi Serat Komponen

Utama Definisi dan Prinsip Analisis

ADF Selulosa, dan lignin

Bagian dinding tanaman yang tidak larut dalam detergen asam disebut ADF, sehingga pelarutan dengan larutan detergen asam merupakan prinsip yang dilakukan untuk analisis ADF

NDF Hemiselulos, selulosa, dan lignin

Bahan makanan yang tidak larut dalam larutan detergen netral disebut NDF. Pelarutan bahan dengan larutan detergen netral merupakan prinsip analisis yang dilakukan untuk analisis NDF

Hemiselulosa Hemiselulosa Hemiselulosa merupakan selisih antara ADF dan NDF Lignin Lignin Komponen ADF yang tidak larut dalam asam sulfat 72%

disebut sebagai lignin. Pelarutan dengan asam sulfat merupakan prinsip analisis yang dilakukan untuk analisis lignin Selulosa Selulosa Bahan ADF yang telah diekstraksi dengan asam sulfat 72%,

disaring, dikeringkan, dan selanjutnya diabukan disebut selulosa

Analisis Van Soest memiliki keterbatasan praktis seperti tuntutan waktu, sumber daya manusia, biaya dan infrastruktur laboratorium, sehingga telah mengalami beberapa modifikasi untuk meningkatkan efisiensi proses kuantifikasi, instrumen telah dikembangkan untuk mengotomatisasi sistem analisis serat. Filter Bag Technique (FBT) oleh Ankom merupakan metode prakatis yang digunakan untuk analisis banyak jenis pakan dengan karakteristik dan asal yang berbeda serta dapat mengurangi efek variabilitas bahan pakan. Alat lain yang tersedia untuk analisis serat adalah TE-149, menggunakan metode dengan melibatkan pencernaan dan penyaringan sampel umpan menggunakan kantong nylon secara tertutup. Teknik tersebut memastikan kondisi pencernaan dan penyaringan homogen untuk semua sampel dan memungkinkan lebih banyak sampel yang diuji dalam satu hari, karena tahapan analisis (pencucian dan penyaringan) dilakukan secara otomatis.

Kekurangan dari teknik analisis FBT yaitu informasi tentang keakuratan estimasi konten NDF dan ADF pada perangkat (diperoleh bersamaan dengan kantong penyaringan nilon TNT-100) sehingga sangat terbatas karena banyaknya pakan ruminansia. Pendekatan tersebut harus divalidasi pada berbagai jenis hijauan sebelum diterima secara umum. Penentuan fraksi serat menggunakan FBT dilakukan secara otomatis. Prosedur analisis NDF dan ADF menggunakan FBT.

1. Penimbangan sampel dilakukan menggunakan timbangan analitik sebanyak 0,5 g.

2. Sampel yang memiliki kadar pati tinggi, dilakukan inkubasi terlebih dahulu menggunakan 0,2 mL larutan α-amilase termo-stabil dan 9 mL urea pada suhu 90 °C selama 5 menit dan dipertahankan dalam larutan tersebut selama 24 jam.

3. Larutan deterjen netral atau asam sebanyak 2,700 ml ditambahkan ke penganalisis serat yang menjalankan analisis.

4. Sampel selanjutnya dimasukkan kedalam kantong yang terbuat dari 100% polipropilena ukuran 5,5 x 5,5 cm dengan porositas 100 µ dan disegel dengan sealer listrik.

5. Kantong yang telah terisi sampel selanjutnya akan ditempatkan dalam refluks TNT-100 untuk proses analisis selama 80 menit dengan suhu 98,2 °C.

82 Karakteristik Pakan Ruminansia

6. Kantong selanjutnya dicuci dengan air suling panas selama 5 menit, dikeringkan, dan dilakukan perendaman dalam aseton selama 5 menit

7. Proses perendaman selesai selanjutnya kantong dikeringkan menggunakan inkubator dengan suhu 105 °C selama 8 jam dan dimasukkan dalam desikator sampai dingin (suhu kamar).

8. Sampel dari desikator kemudian ditimbang menggunakan timbangan analitik.

9. Data yang diperoleh digunakan untuk menghitung persentase NDF dan/atau ADF berdasarkan persamaan berikut.

NDF dan/atau ADF (%) = [P3–(P1xC1)]

P2 x 100

Keterangan:

P1: Berat kantong praekstraksi P2: Berat sampel

P3: Berat sampel setelah proses ekstraksi

C1: Koreksi untuk tas nylon kosong (berat akhir tas setelah pengeringan)

5.1.2.3. Teknik Analitik Modern

Analisis bahan pakan selama ini terfokus pada pengukuran kadar air, serat kasar, protein kasar, lemak kasar, dan abu, sehingga dikembangkan metode baru yang bertujuan untuk mengetahui karakteristik bahan pakan dan potensi nutrisi yang terkandung di dalam bahan pakan. Metode analitik pada ruminansia, yang sedang dikembangkan adalah metode yang mampu menggambarkan pemanfaatan nutrisi bahan pakan dalam menunjang kinerja mikroba rumen dan sistem enzim pencernaan inang.

AA = Amino Acids, ADIN = Acid Detergent Insoluble Nitrogen, DUP = Digestible Undegradable Protein, ERDN =

Effective Rumen Degradable Nitrogen, ME = Metabolisable Energi, MP = Metabolisable Protein, N = Nitrogen, NF = Nitrogen Fraction, NFF = Non-Fermentable Fraction, PFF = Potentially Fermentable Fraction, UDN = Undegradable Nitrogen, VFA = Volatile Fatty Acids, WSC = Water-Soluble Carbohydrates

Dokumen terkait