• Tidak ada hasil yang ditemukan

Merupakan fase yang paling menentukan keberhasilan ensilase

dan sangat tergantung pada fase III, jika pH silase sekitar 4,0 menunjukkan bahwa silase stabil sehingga tidak terjadi lagi degradasi, namun jika turun dan kurang dari 4,0 maka aktivitas mikroba masih berlanjut. Degradasi asam laktat menjadi asam butirat ditandai dengan adanya bau yang dihasilkan dari dalam silo.

Ensilase merupakan proses yang sangat rumit dan banyak mengalami perubahan selama ensilase berlangsung. Bahan kering, karbohidrat, protein dan pigmen mengalami perubahan selama proses fermentasi pembuatan silase, dan perubahan bersifat biologis atau kimia serta intensitasnya tergantung pada karakteristik fisik, kimia dari bahan pakan, kepadatan dan kadar air dari bahan pakan. Berikut reaksi yang terjadi di dalam silo (perubahan selama ensilase) meliputi:

1. Perubahan mikrobiologis: pada tahap awal ensilase, mikroba aerob mendominasi silo, namun aktivitas mikroorganisme aerob secara bertahap akan berhenti sehingga kondisi silo menjadi anaerob. Bakteri aerob selanjutnya akan digantikan oleh bakteri anaerob seperti Escherchia, Klebsiella, Bacillus, Clostridium,

Streptococcus, Leuconostoc, Lactobacillus dan Pediococcus. Pertumbuhan

mikroorganisme dalam silo dipengaruhi oleh kadar air dari hijauan, karbohidrat mudah larut, proses mekanis dan aditif yang ditambahkan pada hijauan dalam silo.

2. Perubahan kimia merupakan perubahan yang terjadi selama ensilase meliputi:

Perubahan karbohidrat: monosakarida (glukosa, fruktosa) dan disakarida (sukrosa) merupakan karbohidrat yang mudah larut di dalam air dan mendominasi dalam hijauan. Oligosakarida selain sukrosa hadir dalam jumlah rendah. Komponen yang digunakan maksimum selama proses pengerjaan adalah karbohidrat larut sebagai polisakarida dan oligosakarida hadir dalam hijauan dan dihidrolisis sebagai:

Selulosa β-glukosidase

endo-β-glukanase Glukosa

Hemiselulosa xylanase, arabinase Xylose, Arabinose

Pati amilase Glukosa

Sukrosa invertase Glukosa dan Fruktosa

Enzim pada hijauan memanfaatkan karbohidrat mudah larut untuk melakukan respirasi yang menghasilkan karbondioksida dan air. Degradasi glukosa, fruktosa, xilosa, arabinosa dilakukan oleh bakteri penghasil asam laktat melalui fermentasi homolaktat dan heterolaktat. Fermentasi akan menghasilkan berbagai produk seperti asam laktat, asam asetat, manitol dan karbondioksida. Jumlah bakteri penghasil asam laktat pada hijauan segar relatif rendah dan didominasi oleh bakteri heterofermentatif.

Bakteri asam laktat heterofermentatif menghasilkan asam organik lebih sedikit dibandingkan dengan homofermentatif dan berpotensi kehilangan energi dalam bentuk karbon dioksida selama proses ensilase, namun kehilangan energi dapat diminimalkan dengan cara menambahkan inokulum BAL homofermentatif sebelum dimasukkan ke dalam silo.

72 Karakteristik Pakan Ruminansia

Tabel 9. Produk Fermentasi Berdasarkan Tipe Fermentasi

Substrat Tipe fermentasi Produk Akhir

Glukosa + ADP (1 mol) Homolaktat Asam Laktat + 2 ATP (2 mol) Fruktosa + 2 ADP (2 mol) Homolaktat Asam Laktat + 2 ATP (2 mol)

Glukosa + ADP (1 mol) Homolaktat Asam Laktat + Etanol + CO2+ ATP (1 mol)

Fruktosa + 2 ADP + H2O

(3 mol) Heterolaktat

Asam Laktat (1 mol) + manitol (2 mol) + Asam Asetat (1 mol) + CO2 + 2 ATP Arabinosa + 2 ADP

(1 mol)

Homolaktat dan Heterolaktat

Asam Laktat (1 mol) + Asam Asetat (1 mol + 2 ATP

Xylose + 2 ADP (2 mol) Homolaktat dan Heterolaktat

Asam Laktat (1 mol) + Asam Asetat (1 mol + 2 ATP

Jumlah asam sitrat dan asam malat yang terdapat pada hijauan relatif tinggi dan mampu terdegradasi dengan baik oleh bakteri pada fermentasi homolaktat maupun heterolaktat. Degradasi asam organik akan menghasilkan asam laktat, asam asetat, asam format, etanol dan 2, 3 butanadiol.

Homo dan Heterolaktat Fermentasi Laktat Asam

Sitrat Asam Asetat+Asam Format+Asam Butirat+Etanol+ CO2+Asam Laktat

Homo dan Heterolaktat+

Fermentasi Laktat Asam

Malat Fermentasi Laktat+Asam Asetat+Asam Format+Etanol+ CO2

3. Perubahan kimia pada senyawa nitrogen

Dedradasi senyawa nitrogen pada ensilase disebabkan oleh kerja enzim tanaman dan bakteri aerob maupun anaerob. Enzim pada tanaman mampu mengubah fraksi nitrogen dan mendegradasi protein menjadi NPN. Aktivitas enzim tersebut tergantung pada kadar air dan pH hijauan. Aktivitas proteolitik cenderung tinggi pada hijauan dengan tingkat kelembaban tinggi dan enzim protease daun lebih aktif dalam kisaran pH 5,0 hingga 6,0, sedangkan pada pH <4,3, aktivitas enzim protease tidak berjalan, sehingga berpotensi menyebabkan hilangnya sebagian besar fraksi protein hijauan oleh aktivitas proteolitik. Protein akan dipecah menjadi asam amino oleh bakteri seperti lactobacilli, pediococcus, sterptococcus dan clostridium, namun degradasi tersebut tergantung pada sifat bakteri, pH dan karakteristik hijauan.

Pigmen hijauan pada proses ensilase mengalami perubahan yakni dari hijauan menjadi warna coklat muda atau kuning keemasan, hal tersebut disebabkan oleh asam organik terhadap klorofil. Aroma yang dihasilkan oleh silase berkualitas baik diantaranya memiliki aroma wangi dan bercampur dengan sedikit asam.

4.3.3.2. Bio-konversi

Perlakuan secara biologis dalam teknologi proses dilakukan dengan cara melibatkan organisme hidup khususnya mikroba (Jamur) untuk meningkatkan nilai nutrisi pakan yang memiliki kualitas buruk. Jenis jamur yang sering diaplikasikan meliputi jamur aerobik seperti Sporotrichum sp.,

Lenzitis sp., Coprinus sp. Trichusus spiralis, Pacilomyces fusisporus. Jamur-jamur

tersebut memiliki kemampuan untuk memecah kompleks ligno-selulosa dan degradasi lignin dan selulosa.

4.3.4. Prospek Teknologi Proses

Teknologi pemrosesan pakan ternak terus mengalami perkembangan dari waktu ke waktu dan dibutuhkan inovasi dalam proses pengolahannya, karena pakan memiliki pengaruh besar terhadap produktivitas ternak, produk yang dihasilkan serta berdampak pada peningkatan pendapatan. Ketersediaan pakan yang berkelanjutan, mudah didapat, murah dan memiliki kualitas baik dapat diupayakan melalui aplikasi teknologi proses. Teknologi proses menjadi langkah tepat dalam upaya menyelesaikan masalah dan tantangan terkait dengan efektifitas penggunaan bahan pakan serta peningkatan kualitas nutrisi bahan pakan. Peluang besar bagi peternak maupun industri pakan dalam melakukan diversifikasi produk pakan terutama dalam memanfaatkan bahan pakan yang berasal dari produk samping perkebunan yang cenderung memiliki kualitas nutrisi rendah melalui aplikasi teknologi proses.

Adanya teknologi proses menjadi peluang untuk peternak maupun industri pakan dalam melakukan diversifikasi produk pakan terutama dalam memanfaatkan bahan pakan berasal dari produk samping perkebunan yang cenderung memiliki kualitas nutrisi yang rendah.

5.1. Analisis Pakan

Bahan-bahan yang digunakan sebagai pakan ternak pada dasarnya penting dalam hal kualitas karena berkaitan dengan kualitas produk yang dihasilkan dan efeknya pada manusia sebagai konsumen. Kualitas bahan pakan diantaranya ditentukan oleh nutrisi yang terkandung didalamnya. Nutrisi ternak merupakan faktor penting yang membatasi produktivitas ternak, dan biaya pakan dianggap sebagai kendala utama dalam meningkatkan pendapatan dari produksi ruminansia dalam skala besar bersifat sebagai industri, maupun skala kecil seperti usaha peternakan rakyat. Kandungan nutrisi bahan pakan diantaranya dapat diketahui melalui analisis bahan pakan. Analisis pakan merupakan upaya untuk menentukan nilai nutrisi dari pakan yang berbeda produk dalam hal bahan kering, protein kasar, serat kasar, lemak kasar, abu, mineral, dan parameter lainnya. Analisis

bertujuan untuk membandingkan nilai berbagai bahan pakan sehingga dapat dikombinasikan secara terbaik untuk memenuhi kebutuhan nutrisi ternak tertentu, dengan cara tersebut peternak dapat memberikan ransum seimbang kepada ternak yang dipelihara. Analisis pakan meliputi analisis secara fisik dan kimiawi.

Dokumen terkait