• Tidak ada hasil yang ditemukan

REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA SURAT PENCATATAN CIPTAAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA SURAT PENCATATAN CIPTAAN"

Copied!
139
0
0

Teks penuh

(1)

a.n. MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA DIREKTUR JENDERAL KEKAYAAN INTELEKTUAL

Dr. Freddy Harris, S.H., LL.M., ACCS. NIP. 196611181994031001 REPUBLIK INDONESIA

KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

SURAT PENCATATAN

CIPTAAN

Dalam rangka pelindungan ciptaan di bidang ilmu pengetahuan, seni dan sastra berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta, dengan ini menerangkan:

Nomor dan tanggal permohonan : EC00202018112, 17 Juni 2020 Pencipta

Nama : Dr. Hamdi Mayulu, S. Pt., M.Si

Alamat : Jl. Perjuangan 5 RT. 02 Kelurahan Sempaja Selatan, Kecamatan Samarinda Utara, Kota Samarinda, Provinsi Kalimantan Timur., Samarinda, Kalimantan Timur, 75119

Kewarganegaraan : Indonesia

Pemegang Hak Cipta

Nama : Dr. Hamdi Mayulu, S. Pt., M. Si

Alamat : Jl. Perjuangan 5 RT.02 Kelurahan Sempaja Selatan, Kecamatan Samarinda Utara, Kota Samarinda, Provinsi Kalimantan Timur, Samarinda, Kalimantan Timur, 75119

Kewarganegaraan : Indonesia

Jenis Ciptaan : Buku

Judul Ciptaan : KARAKTERISTIK PAKAN RUMINANSIA

Tanggal dan tempat diumumkan untuk pertama kali di wilayah Indonesia atau di luar wilayah Indonesia

: 16 Juni 2020, di Jakarta

Jangka waktu pelindungan : Berlaku selama hidup Pencipta dan terus berlangsung selama 70 (tujuh puluh) tahun setelah Pencipta meninggal dunia, terhitung mulai tanggal 1 Januari tahun berikutnya.

Nomor pencatatan : 000190160

adalah benar berdasarkan keterangan yang diberikan oleh Pemohon.

Surat Pencatatan Hak Cipta atau produk Hak terkait ini sesuai dengan Pasal 72 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta.

(2)
(3)
(4)
(5)

RAJAWALI PERS Divisi Buku Perguruan Tinggi

PT RajaGrafindo Persada

(6)

Perpustakaan Nasional: Katalog dalam terbitan (KDT) Hamdi Mayulu

Karakteristik Pakan Ruminansia/Hamdi Mayulu —Ed. 1, Cet. 1.—Depok: Rajawali Pers, 2020.

xx, 116 hlm., 23 cm. Bibliografi: hlm. 103 ISBN 978-623-231-392-7

1. Pemilihan umum -- Sengketa. I Judul. II. Yayat Sri Hayati.

364.132 4

Hak cipta 2020, pada penulis

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan cara apa pun, termasuk dengan cara penggunaan mesin fotokopi, tanpa izin sah dari penerbit

2020.2609 RAJ

Dr. Hamdi Mayulu, S.Pt., M. Si.

KARAKTERISTIK PAKAN RUMINANSIA

Cetakan ke-1, Juni 2020

Hak penerbitan pada PT RajaGrafindo Persada, Depok Editor : Tim Kreatif RGP

Setter : Jaenudin Desain Cover : Tim Kreatif RGP Dicetak di Rajawali Printing

PT RAJAGRAfinDo PeRSADA

Anggota IKAPI Kantor Pusat:

Jl. Raya Leuwinanggung, No.112, Kel. Leuwinanggung, Kec. Tapos, Kota Depok 16956 Telepon : (021) 84311162

E-mail : rajapers@rajagrafindo.co.id http: //www.rajagrafindo.co.id

Perwakilan:

Jakarta-16956 Jl. Raya Leuwinanggung No. 112, Kel. Leuwinanggung, Kec. Tapos, Depok, Telp. (021) 84311162. Bandung-40243, Jl. H. Kurdi Timur No. 8 Komplek Kurdi, Telp. 022-5206202. Yogyakarta-Perum. Pondok Soragan Indah Blok A1, Jl. Soragan, Ngestiharjo, Kasihan, Bantul, Telp. 0274-625093. Surabaya-60118, Jl. Rungkut Harapan Blok A No. 09, Telp. 031-8700819. Palembang-30137, Jl. Macan Kumbang III No. 10/4459 RT 78 Kel. Demang Lebar Daun, Telp. 0711-445062. Pekanbaru-28294, Perum De' Diandra Land Blok C 1 No. 1, Jl. Kartama Marpoyan Damai, Telp. 0761-65807. Medan-20144, Jl. Eka Rasmi Gg. Eka Rossa No. 3A Blok A Komplek Johor Residence Kec. Medan Johor, Telp. 061-7871546. Makassar-90221, Jl. Sultan Alauddin Komp. Bumi Permata Hijau Bumi 14 Blok A14 No. 3, Telp. 0411-861618. Banjarmasin-70114, Jl. Bali No. 31 Rt 05, Telp. 0511-3352060. Bali, Jl. Imam Bonjol Gg 100/V No. 2, Denpasar Telp. (0361) 8607995. Bandar Lampung-35115, Perum. Bilabong Jaya Block B8 No. 3 Susunan Baru, Langkapura, Hp. 081299047094.

(7)

Alhamdulillahi robbil alamin, segala puji bagi Allah Azza Wajalla yang telah memudahkan penulis dalam menyelesaikan buku dengan judul

Karakteristik Pakan Ruminansia.

Ilmu Nutrisi Ruminansia, Bahan Pakan Formulasi Ransum, dan Teknologi Pakan merupakan tiga mata kuliah pada Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Mulawarman yang berkaitan erat dengan buku ini. Kaitan terpenting dengan mata kuliah ilmu nutrisi ruminansia adalah membahas dan mempelajari nutrisi-nutrisi (air, protein, serat, lemak, mineral, vitamin) yang terdapat di dalam bahan pakan sampai kepada tingkat pemanfaatannya oleh ternak, metabolisme nutrisi, regulasi konsumsi, kecernaan pakan, dan dampaknya terhadap ternak. Hubungan dengan bahan pakan formulasi ransum, yaitu: mempelajari keanekaragaman bahan pakan, potensi bahan pakan lokal, kriteria kualitas bahan pakan, jenis pakan inkonvensional, dan mengaplikasikan formulasi ransum yang sesuai dengan tujuan produksi. Mata kuliah teknologi pakan memiliki keterkaitan yang lebih dekat, terutama mempelajari dan memahami bagaimana mengaplikasikan teknologi pengolahan bahan pakan, dan pengaruh teknologi terhadap kualitas nutrisi, masa simpan pakan, serta tingkat penggunaannya yang mampu menghasilkan pakan efisien, efektif dalam peningkatan produktivitas ruminansia.

(8)

vi Karakteristik Pakan Ruminansia

Penulisan buku referensi bertujuan memberikan pemahaman kepada pembaca khususnya mahasiswa tentang ruang lingkup pakan ruminansia, keanekaragaman bahan pakan, klasifikasi pakan, karakteristik pakan, teknologi proses, analisis pakan dan evaluasi pakan, sehingga diharapkan kepada mahasiswa peternakan untuk membaca dan mendalami buku ini. Keterbatasan dan ruang lingkup penggunaan buku dimaksud tentunya tidak terbatas hanya pada beberapa mata kuliah di atas, dan mahasiswa, serta akademisi. Pemanfaatan yang lebih luas juga dapat untuk kalangan praktisi, industri pakan, peternak, dan siapapun yang tertarik dengan nutrisi ruminansia dengan kebutuhannya. Manfaat yang sangat diharapkan bagi pembaca, antara lain: mampu memberikan pemahaman tentang karakteristik pakan ruminansia, sehingga dapat memanfaatkan bahan pakan dalam ransum secara efektif, dan efisien, serta berdampak pada peningkatan pendapatan usaha ternak.

Penulis menghaturkan ucapan terima kasih kepada Dr. dr. Endang Sawitri, M. Kes., yang telah memberikan bantuan dalam menyelesaikan proses penyusunan buku. Najwan Mahendra Pratama Mayulu anak saya tersayang (banyak tersita waktu kebersamaannya), dan semua pihak yang terlibat dalam sumbang saran serta keikhlasan membantu dalam proses penyelesaian buku ini.

Penulis menyadari bahwa materi buku yang ditulis jauh dari sempurna, dan terdapat banyak kekurangan. Harapan yang sangat dinantikan adalah saran, kritik dan masukan untuk menyempurnakan bangunan idea dalam buku ini. Semoga mampu memberikan kemudahan serta manfaat bagi pembaca yang ingin mempelajari dan mendalami ilmu nutrisi ternak, dan yang terpenting adalah pengembangan ilmu pengetahuan di bidang peternakan. In Syaa Allah kita semua diberikan taufik, hidayah, dan kemudahan agar mampu memahami, serta menerapkannya. Amiin Ya Robbal ’Alamin.

Samarinda, Februari 2020

(9)

PRAKATA v

DAFTAR ISI vii

DAFTAR TABEL xi

DAFTAR ILUSTRASI xiii

KERANGKA KONSEP xv

RANGKUMAN xvii

BAB 1 PENDAHULUAN 1

BAB 2 SUMBER DAYA PAKAN 5

2.1 Bahan Pakan Nabati 6

2.2 Bahan Pakan Hewani 8

2.3 Bahan Pakan Kimiawi 8

BAB 3 KLASIFIKASI BAHAN PAKAN 13

3.1 Konsentrat 14

3.1.1 Sumber Energi 14

3.1.2 Sumber Protein 22

3.2 Roughages 25

(10)

viii Karakteristik Pakan Ruminansia 3.2.1 Roughages Kering 25 3.2.2 Roughages Hijauan 27 3.2.3 Silase 28 3.2.4 Rumput 31 3.2.5 Daun-daun 47 3.2.6 Pakan Inkonvensional 48

BAB 4 KARAKTERISTIK BAHAN PAKAN 53

4.1 Karakteristik Fisik Pakan 54

4.1.1 Keambaan 54

4.1.2 Kerapatan 54

4.1.3 Daya Serap Air 55

4.1.4 Kelarutan 56

4.2 Karakteristik Kimiawi Pakan 56

4.2.1 Serat 56 4.2.1.1 NDF 59 4.2.1.2 ADF 59 4.2.1.3 Selulosa 59 4.2.1.4 Hemiselulosa 60 4.2.1.5 Lignin 60 4.2.2 Degradabilitas Protein 61 4.3 Teknologi Proses 63 4.3.1 Perlakuan Fisik 64 4.3.1.1 Perubahan Partikel 64 4.3.1.2 Hydrothermal Carbonization 64 4.3.2 Perlakuan Kimiawi 68 4.3.2.1 Oksidatif 68 4.3.2.2 Hydrolysis 69 4.3.3 Perlakuan Biologis 69 4.3.3.1 Ensilase 69 4.3.3.2 Bio-konversi 73

(11)

BAB 5 ANALISIS DAN EVALUASI PAKAN 75

5.1 Analisis Pakan 75

5.1.1 Analisis secara fisik 76

5.1.1.1 Makroskopis 76

5.1.1.2 Mikroskopis 77

5.1.2 Analisis secara Kimia 77

5.1.2.1 Analisis Proksimat 78

5.1.2.2 Analisis Serat 79

5.1.2.3 Teknik Analitik Modern 82

5.1.2.4 Oxygen Bomb Calorimeter 83

5.1.2.5 Kromatografi 85

5.1.2.6 Colorymetry dan Sepectrophotometry 87

5.2 Evaluasi Pakan 88 5.2.1 Teknik Evaluasi 88 5.2.1.1 Kanulasi 89 5.2.1.2 Fistulasi 92 5.2.2 Metode Indikator 95 5.2.3 Metode Laboratorium 95 5.2.3.1 Metode In vitro 96 5.2.3.2 Metode In vivo 96 5.2.3.3 Metode In sacco 97

BAB 6 IMPLIKASI DAN PENUTUP 101

DAFTAR PUSTAKA 103

(12)
(13)

Tabel 1. Pengaruh Kualitas Hijauan terhadap Jumlah Konsumsi

Pakan 27

Tabel 2. Komposisi Silase Rumput dan Tanaman Jagung 29

Tabel 3. Komposisi Silase dengan Pengawetan Buruk 30

Tabel 4. Komposisi dan Nilai Nutrisi Silase dengan Perlakukan

Aditif 31

Tabel 5. Kandungan PK Rumput Gajah Mini Berdasarkan Umur

dan Jarak Tanam 34

Tabel 6. Kandungan Serat Kasar Hasil Samping Perkebunan 58

Tabel 7. Jenis Mikroorganisme dan Enzim Dalam Degradasi Bahan

Pakan 58

Tabel 8. Degradabilitas Beberapa Jenis Bahan Pakan 62

Tabel 9. Produk Fermentasi Berdasarkan Tipe Fermentasi 72

Tabel 10. Klasifikasi Komponen Hijauan Berdasarkan Analisis Van Soest 80

(14)

xii Karakteristik Pakan Ruminansia

Tabel 11. Fraksi Serat Kasar Pada Analisis Van Soest 80

Tabel 12. Aplikasi Kromatografi 86

(15)

Ilustrasi 1. Skema Pembagian Komposisi Bahan Pakan 5

Ilustrasi 2. Klasifikasi Bahan Pakan 13

Ilustrasi 3. Struktur Grain 15

Ilustrasi 4. Bungkil Kedelai 23

Ilustrasi 5. Bungkil Kacang Tanah 24

Ilustrasi 6. Skema Perlakuan Silase 28

Ilustrasi 7. Morfologi Rumput 32

Ilustrasi 8. Pennisetum purpureum 33

Ilustrasi 9. Lolium multiflorum 35

Ilustrasi 10. Bachiaria ruziziensis 36

Ilustrasi 11. Cynodondactylon 37

Ilustrasi 12. Dactylis glomerata 38

Ilustrasi 13. Morfologi Leguminosa 39

Ilustrasi 14. Acacia angustissima 43

Ilustrasi 15. Sweet clover (Melilotus sp) 44

Ilustrasi 16. Medicago sativa 45

(16)

xiv Karakteristik Pakan Ruminansia

Ilustrasi 17. Lotus corniculatus 46

Ilustrasi 18. Neptunia plena (L.) Benth 46

Ilustrasi 19. Skema Pemanfaatan Pohon Tebu 49

Ilustrasi 20. Perbandingan Fraksi Nutrisi Bahan Pakan 57

Ilustrasi 21. Skema Hidrolisis Serat Kasar 57

Ilustrasi 22. Skema Teknologi Proses 64

Ilustrasi 23. Diagram Proses HTC 65

Ilustrasi 24. Skematis HTC Selulosa 66

Ilustrasi 25. Kandungan Nutrisi Bahan Pakan Berdasarkan

Analisis Proksimat 78

Ilustrasi 26. Karakterisasi Pakan Ruminansia 83

Ilustrasi 27. Alat Bomb Calorimeter 84

Ilustrasi 28. Adsorption Chromatography 86

Ilustrasi 29. Partition Chromatography 86

Ilustrasi 30. Prinsip Kerja Spektrofotometri 87

Ilustrasi 31. Tahap Awal Kanulasi 90

Ilustrasi 32. Pembuatan Kanula 91

Ilustrasi 33. Ternak Berfistula 92

(17)

KERANGKA KONSEP

(18)
(19)

Kelangkaan dan kuantitas serta kualitas pasokan pakan yang berfluktuasi sepanjang tahun menjadi kendala utama produksi ternak terutama di negara-negara berkembang. Ruminansia memiliki peran penting dalam mempertahankan mata pencaharian, keamanan gizi, lingkungan dan pertumbuhan pertanian terutama di Indonesia. Produktivitas ruminansia tidak optimal, bahkan banyak diantara para peternak yang mengalami kerugian disebabkan karena pakan yang tidak memadai sehingga masih banyak peternak yang memberikan pakan seadanya tanpa memperhatikan persyaratan kualitas, kuantitas dan efisiensi pemberian.

Pengembangan subsektor agribisnis hulu seperti industri pakan merupakan pendukung dalam pengembangan ruminansia yang dapat membantu memecahkan permasalahan para peternak dalam hal sapronak. Pemilihan dan penentuan bahan pakan menjadi prioritas utama yang harus dilakukan dalam menjamin mutu pakan. Pakan berkualitas, yaitu: pakan yang mampu mencukupi kebutuhan nutrisi ternak, dapat dicerna dan memiliki tingkat kecernaan tinggi. Bahan pakan ruminansia sangat beragam disetiap daerah, sehingga memiliki nutrisi yang bervariatif. Kemampuan ruminansia dalam memanfaatkan pakan secara efektif menjadi peluang besar untuk diberikan berbagai jenis bahan pakan, termasuk bahan pakan

(20)

xviii Karakteristik Pakan Ruminansia

lokal. Optimasi penggunaan produk samping pertanian, perkebunan dan agroindustri selain dapat menyediakan biomassa pakan ruminansia juga mampu menurunkan biaya pakan, meningkatkan produktivitas ternak serta berdampak pada peningkatan pendapatan.

Bahan pakan berdasarkan asalnya diklasifikasikan menjadi tiga kategori yaitu asal tumbuhan (nabati), asal hewan (hewani), dan kimiawi. Syarat penggunaan produk samping pertanian sebagai bahan pakan ternak:1) mudah didapat karena keberadaannya berkesinambungan; 2) mengandung nutrisi yang dibutuhkan ternak; 3) disukai ternak

(palatable); 4) tidak mengandung racun atau zat anti nutrisi; 5) memiliki

harga murah sehingga mampu memberikan keuntungan yang lebih; 6) dapat diproses melalui teknologi ramah lingkungan; dan 7) produk yang dihasilkan dari pengolahan hasil samping pertanian dapat diterima oleh peternak. Produk samping pertanian berdasarkan waktu perolehannya dibagi menjadi dua golongan, yaitu limbah pasca panen dan limbah industri pengolahan hasil pertanian (agroindustri). Produk samping dan sisa tanaman terbagi menjadi empat kategori,yaitu: 1) produk samping tinggi serat dan rendah nitrogen seperti jerami; 2) produk samping tinggi serat dan tinggi nitrogen seperti ampas bir; 3) produk samping rendah serat dan rendah nitrogen seperti dari molasses, pulp jeruk, limbah nanas; dan 4) produk samping rendah serat dan tinggi nitrogen seperti bungkil kelapa sawit, bugkil kelapa. Penggunaan produk samping agroindustri sering kali dibatasi oleh adanya mikotoksik dan zat anti nutrisi seperti inhibitor trypsin (protease), tanin, lektin, fitat, gossypol, oksalat, glukosinolat, saponin, serta anti vitamin. Bahan pakan hewani berdasarkan sumber perolehannya: a) produk dari susu (segar atau kering) dan hasil samping pengolahannya; b) produk-produk dari industri daging dan karkas, seperti tepung daging, tepung tulang (bone meal),tepung daging dan tulang (meat

bone meal/MBM); c) limbah rumah potong hewan (RPH) seperti tepung

darah dan tepung bulu; dan d) produk dari industri pengolahan hasil laut seperti tepung ikan dan tepung kepala udang. Bahan kimia tidak berbahaya dapat digunakan sebagai sumber non protein nitrogen (NPN) untuk ternak, yaitu: urea dan biuret.

Bahan pakan diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu: konsentrat, roughages, dan pakan inkonvensional. Konsentrat merupakan pakan atau campuran pakan yang memenuhi nutrisi primer (protein, karbohidrat dan lemak) pada tingkat yang lebih tinggi tetapi mengandung serat kasar (SK)

(21)

kurang dari 18% dengan kelembaban rendah. Konsentrat terbagi menjadi dua, yaitu: konsentrat sumber energi (PK<18%) dan konsentrat sumber protein (PK>18%). Bahan pakan penyusun konsentrat sumber energi diantaranya biji-bijian dan butiran (jagung, gandum, sorghum, barley), hasil samping penggilingan (dedak, pollard), molase (tebu, bit), akar (lobak, bit) serta umbi (singkong, ubi jalar). Bahan pakan penyusun konsentrat sumber protein yaitu bungkil kedelai, bungkil kacang tanah dan bungkil bunga matahari. Roughages merupakan bahan pakan ruminansia yang memiliki kandungan SK>18% dan terbagi menjadi lima kelompok yaitu roughages kering dan roughages hijauan, silase, rumput dan daun-daunan. Pengaruh karakteristik fisik dan kimiawi pakan pada produksi ternak di daerah tropis dianggap sebagai faktor utama yang mempengaruhi produktivitas ruminansia. Karakteristik pakan berkontribusi pada ekosistem rumen yang efisien. Karakteristik fisik meliputi: a) keambaan

(bulk); b) kerapatan (density); c) daya serap air; dan d) kelarutan, sedangkan

karakteristik kimiawi diantaranya, yaitu: fraksi serat yang terdiri dari NDF, ADF, selulosa, hemiselulosa dan lignin. Tersedianya bahan pakan alternatif seperti hasil samping tanaman perkebunan dan produk turunan hasil pengolahan (kelapa, kelapa sawit, kopi, tebu dan kakao) dengan sifat fisik dan kimiawi yang dimiliki mengharuskan adanya teknologi pemrosesan spesifik untuk mengubah ukuran partikel pakan, menambah nilai guna bahan, nilai nutrisi, proses penyimpanan, serta kemudahan dalam hal pengolahan bahan pakan. Teknologi proses meliputi fisik (perlakuan partikel, hydrothermal carbonization); kimia (oksidatif, hydrolysis); dan biologis (ensilase, bio-konversi). Teknologi proses menjadi langkah tepat dalam upaya menyelesaikan masalah dan tantangan terkait dengan efektivitas penggunaan bahan pakan serta peningkatan kualitas nutrisi bahan pakan. Peluang besar bagi peternak maupun industri pakan dalam melakukan diversifikasi produk pakan terutama dalam memanfaatkan bahan pakan yang berasal dari produk samping perkebunan yang cenderung memiliki kualitas nutrisi rendah melalui aplikasi teknologi proses.

Kandungan nutrisi bahan pakan dapat diketahui melalui analisis bahan pakan. Analisis bertujuan untuk membandingkan nilai berbagai bahan pakan sehingga dapat dikombinasikan secara terbaik untuk memenuhi kebutuhan nutrisi ternak tertentu, dengan cara tersebut peternak dapat memberikan ransum seimbang kepada ternak yang dipelihara. Analisis pakan meliputi analisis secara fisik dan kimiawi. Analisis secara fisik

(22)

xx Karakteristik Pakan Ruminansia

terbagi menjadi dua, yaitu: secara langsung dengan menggunakan panca indra (makroskopis) maupun dengan bantuan alat (microskopis). Analisis secara makroskopis meliputi kemurnian, warna, aroma atau bau, tekstur, sedangkan pada analisis mikroskopis dapat menggunakan mikroskop

stereomicroscopy untuk (penampakan permukaan) dan compound microscopy

(sifat internal partikel). Analisis secara kimia dapat dilakukan melalui proksimat, analisis serat (van soest, filter bag technique), bomb calorimeter, kromatografi, colorymetry dan sepectrophotometry.

Penentuan mutu dan potensi bahan pakan yang dapat dimanfaatkan oleh ternak diketahui melalui uji kecernaan. Kecernaan menentukan jumlah nutrisi pakan yang benar-benar diserap oleh ternak untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan, produksi, reproduksi dan maintenance, selain itu efisiensi penggunaan pakan dapat ditingkatkan melalui penggunaan bahan pakan yang memiliki kecernaan tinggi. Evaluasi bahan pakan dapat dilakukan dengan beberapa metode, diantaranya: metode indikator, in

vitro, in vivo, dan in sacco. Karakteristik bahan pakan ruminansia sangat

penting untuk dipelajari dan dipahami sebagai upaya dalam meningkatkan produktivitas ruminansia melalui efisiensi dan efektivitas penggunaan pakan sehingga berdampak pada peningkatan keuntungan usaha.

(23)

Ruminansia memainkan peran penting dalam mempertahankan sumber penghasilan, keamanan gizi, lingkungan dan pertumbuhan Pertanian Indonesia. Pembangunan peternakan dihadapkan pada beberapa masalah, diantaranya ketersediaan pakan yang tidak kontinu sepanjang tahun dan kualitas bahan pakan yang variatif serta dipengaruhi oleh musim. Kualitas dan kuantitas pakan ternak khususnya hijauan berfluktuasi dan dipengaruhi oleh musim. Musim penghujan produksi hijauan melimpah, namun belum dimanfaatkan, karena kurang optimal penerapan teknologi pengawetan. Peternak belum banyak yang melaksanakan pengolahan pakan melalui proses teknologi untuk memenuhi kebutuhan pakan. Pemberian hijauan segar dengan jumlah besar kepada ternak yang dipelihara, dimusim penghujan, namun pada musim kemarau hijauan pakan mengalami penurunan produksi. Penurunan produksi musim kemarau diikuti menurunnya kandungan nutrisi, terutama nitrogen, mineral rendah, dan terjadi peningkatan kandungan lignin, serta silika. Kondisi tersebut menyebabkan tingkat kecernaan pakan menjadi rendah, dan berdampak terhadap rendahnya produktvitas ruminansia. Ketersediaan pakan dan pemberian pakan yang efisien adalah dasar dari keberhasilan produksi

Ruminansia. Pemberian ransum yang seimbang dan formulasi pakan yang

PENDAHULUAN

(24)

2 Karakteristik Pakan Ruminansia

benar mampu meningkatkan produktivitas ruminansia, kualitas produk

dan kesejahteraan Ruminansia. Produksi ternak yang optimal terutama

ditentukan oleh nutrisi yang memadai dari sudut pandang fisiologis, ekonomis dan ekologis.

Ruminansia membutuhkan nutrisi yang tepat untuk pertumbuhan, pemeliharaan, dan menyediakan energi dalam menunjang kinerja serta fungsi vital. Pakan berkualitas rendah dengan nilai kecernaan rendah cenderung menghasilkan gas metana yang lebih tinggi. Fenomena tersebut menunjukkan bahwa sebagian energi yang terkandung di dalam pakan akan terbuang sebagai energi gas metana yang jumlahnya dapat bervariasi yakni 2-15% dari energi yang ada di dalam pakan. Keberlanjutan produksi

ruminansia menguntungkan dapat dicapai melalui produksi, pemanfaatan, manajemen pakan yang tepat terutama hijauan.

Produktivitas ruminansia (kebutuhan hidup pokok, pertumbuhan,

produksi dan reproduksi ternak) dalam usaha peterternakan ditentukan oleh faktor dasar yakni pakan. Pakan yang berkualitas akan menjadikan ternak sanggup menjalankan fungsi organ dalam tubuh secara normal, diantaranya menjaga keseimbangan jaringan tubuh, dan menghasilkan energi sehingga proses metabolisme dapat berjalan dengan baik. Kebutuhan pakan ternak disesuaikan dengan kondisi fisiologis dan tingkat produksinya.

Kuantitas pakan yang diperlukan berkaitan dengan interaksi antara kecernaan dan kapasitas organ pencernaan, karena jumlah zat gizi pakan yang sebenarnya dapat dimanfaatkan oleh ruminansia ditentukan oleh kapasitas kompartemen reticulo-rumen. Inovasi teknologi pengolahan untuk menghasilkan pakan bersumber dari bahan-bahan yang tersedia dan relatif murah menjadi upaya mengatasi permasalahan ketersediaan hijauan pakan. Bahan pakan secara internasional terbagi menjadi delapan kelas yaitu 1) pakan kasar (roughages); 2) hijauan segar(green forage, pasture); 3) silase(silage); 4) bahan pakan sumber energi; 5) bahan pakan sumber protein; 6) bahan pakan sumber mineral; 7) bahan pakan sumber vitamin;

dan 8) bahan additive. Prinsip dalam pemilihan dan menggunakan bahan

pakan diantaranya murah, mudah didapat, tidak bersaing dengan kebutuhan manusia, dan mengandung nutrisi yang menunjang produktivitas ternak.

Karakteristik fisik bahan baku pakan kurang mendapat perhatian serius, kaitannya dengan kualitas nutrisi dalam menyusun ransum. Kerapatan, kelarutan dan kapasitas mengikat air mempengaruhi proses pengolahan bahan pakan. Ukuran partikel bahan pakan yang kecil meningkatkan

(25)

kerapatan dan memperluas area permukaan pakan yang dapat dijangkau oleh sistem enzim mikroorganisme rumen, sehingga meningkatkan laju pelepasan pakan. Kapasitas mengikat air mempengaruhi tingkat kolonisasi mikroba pada permukaan pakan, kerja enzim serta tekanan osmosis yang selanjutnya mempengaruhi keseluruhan ekologi rumen.

Pengembangan subsektor agribisnis hulu seperti industri pakan merupakan pendukung dalam pengembangan ruminansia yang dapat membantu memecahkan permasalahan para peternak dalam hal sapronak. Produktivitas ruminansia tidak optimal, bahkan banyak diantara para peternak yang mengalami kerugian disebabkan karena pakan yang tidak memadai sehingga masih banyak peternak yang memberikan pakan seadanya kepada ternak tanpa memperhatikan persyaratan kualitas, kuantitas dan efisiensi pemberian. Teknologi proses potensial yang dapat diaplikasikan meliputi tiga perlakuan, yaitu: perlakuan fisik, kimiawi dan biologis. Proporsi biaya pakan dari total seluruh biaya produksi usaha peternakan, menempati urutan tertinggi yakni mencapai 70-80%, dengan demikian, memproduksi pakan tidak hanya dituntut kelayakan dari aspek kualitas dan kecukupan nutrisi, tetapi perlu mempertimbangkan aspek yang lain yakni ekonomis, murah dan terjangkau oleh kemampuan para peternak. Pakan dengan kualitas dan nutrisi yang tepat untuk ruminansia dapat dicapai melalui pemahaman terhadap karakteristik pakan ruminansia, sehingga dibutuhkan buku referensi yang menguraikan karakteristik pakan ruminansia.

(26)
(27)

Upaya peningkatan kualitas dan kuantitas produk hewani di Indonesia dibutuhkan adanya sumberdaya pakan yang mampu memenuhi kebutuhan ternak. Produktivitas ternak selain ditentukan oleh sumberdaya genetik dan lingkungan, kualitas serta kuantitas pakan yang dikonsumsi menjadi aspek penting dalam usaha peternakan. Pemilihan dan penentuan bahan pakan menjadi prioritas utama yang harus dilakukan peternak dalam menjamin mutu pakan. Bahan pakan merupakan setiap bahan yang dapat dikonsumsi, diserap, dan dimanfaatkan oleh ternak. Komposisi bahan pakan ternak diantaranya:

ilustrasi 1. Skema Pembagian Komposisi Bahan Pakan

SUMBER DAYA PAKAN

(28)

6 Karakteristik Pakan Ruminansia

Pakan berkualitas adalah pakan yang mampu mencukupi kebutuhan nutrisi ternak, dapat dicerna dan memiliki tingkat kecernaan tinggi. Bahan pakan ruminansia sangat beragam disetiap daerah, sehingga memiliki nutrisi yang bervariatif. Kemampuan ruminansia dalam memanfaatkan pakan secara efektif menjadi peluang besar untuk diberikan berbagai jenis bahan pakan, termasuk bahan pakan lokal. Pakan lokal dapat didefinisikan sebagai setiap bahan baku yang merupakan sumber daya lokal, berpotensi sebagai pakan dasar, komponen konsentrat dan pakan suplemen. Pakan lokal dapat berupa hasil sisa atau residu tanaman (crop residues), hasil samping atau limbah tanaman (crop-by products), dan hasil samping agroindustri (agroindustry by products).

Optimasi penggunaan produk samping pertanian, perkebunan dan agroindustri selain dapat menyediakan biomassa pakan ternak juga mampu menurunkan biaya pakan, meningkatkan produktivitas ternak serta berdampak pada peningkatan pendapatan. Kualitas bahan pakan ditentukan oleh komposisi nutrisi (air, serat, protein, energi, lemak), palatabilitas dan daya cerna. Produksi limbah pertanian memiliki potensi yang cukup besar untuk memenuhi kebutuhan pakan ruminansia khususnya hijauan. Bahan pakan berdasarkan asalnya diklasifikasikan menjadi tiga kategori, yaitu: asal tumbuhan (nabati), asal hewan (hewani), dan kimiawi.

2.1 Bahan Pakan Nabati

Bahan pakan nabati merupakan bahan pakan yang berasal dari tumbuhan, diantaranya dapat diperoleh dari produk samping industri pertanian atau perkebunan. Kegiatan pertanian menghasilkan ribuan ton produk samping, diantaranya bungkil kelapa hasil pengolahan minyak, ampas tebu, ampas jeruk, kulit buah, kulit kopi, jerami jagung dan tongkol jagung yang berpotensi menjadi pakan ternak. Kelemahan produk samping dimaksud terdapat dalam komposisi kimia (nutrisi) sangat bervariasi, dan cenderung memiliki kualitas yang rendah. Penggunaan produk samping untuk ruminansia sering dilakukan hanya sebagai pakan suplemen, atau pada saat pakan berserat tidak tersedia, namun tidak semua produk samping pertanian dapat dijadikan sebagai pakan ternak. Beberapa syarat penggunaan produk samping pertanian sebagai bahan pakan ruminansia: 1) mudah didapat karena keberadaannya berkesinambungan; 2) mengandung nutrisi yang dibutuhkan; 3) disukai (palatable); 4) tidak mengandung racun atau zat anti nutrisi; 5) memiliki harga murah

(29)

sehingga mampu memberikan keuntungan yang lebih; 6) dapat diproses melalui teknologi ramah lingkungan; dan 7) produk yang dihasilkan dari pengolahan hasil samping pertanian dapat diterima oleh peternak.

Produk samping pertanian berdasarkan waktu perolehannya dibagi menjadi dua golongan, yaitu: limbah pasca panen dan limbah industri pengolahan hasil pertanian (agroindustri). Limbah tanaman pertanian pasca panen dapat didefinisikan sebagai bagian tanaman di atas tanah atau pucuknya yang tersisa setelah diambil hasil utamanya, sedangkan limbah agroindustri merupakan sisa dari pengolahan bermacam-macam hasil utama pertanian. Limbah argroindustri dibagi menjadi tiga kelompok berdasarkan kandungan protein yaitu 1) kandungan protein kurang dari 10%; 2) kandungan protein 10-18%; dan 3) kandungan protein lebih dari 18% dari bahan kering. Limbah agroindustri dapat dimanfaatkan menjadi substrat produksi enzim pada fermentasi solid-state yakni sebagai aditif pakan untuk ruminansia namun cenderung memiliki kecernaan, energi, protein kasar, dan mineral serta vitamin yang rendah.

Produk samping dan sisa tanaman terbagi menjadi empat kategori,yaitu: 1) produk samping tinggi serat dan rendah nitrogen seperti jerami; 2) produk samping tinggi serat dan tinggi nitrogen seperti ampas bir; 3) produk samping rendah serat dan rendah nitrogen seperti dari molasses, pulp jeruk, limbah nanas; dan 4) produk samping rendah serat dan tinggi nitrogen seperti bungkil kelapa sawit, bugkil kelapa. Penggunaan produk samping agroindustri sering kali dibatasi oleh adanya mikotoksik dan zat anti nutrisi seperti inhibitor trypsin (protease), tanin, lektin, fitat, gossypol, oksalat, glukosinolat, saponin, serta anti vitamin. Senyawa-senyawa tersebut dapat mempengaruhi penyerapan protein dan mineral di dalam tubuh, sehingga mengurangi palatabilitas, kecernaan, mengganggu metabolisme tubuh, bahkan dapat menyebabkan kerusakan hati akibat efektoksik di dalamnya. Peningkatan nilai nutrisi dan mengimbangi keberadaan anti nutrisi tersebut dibutuhkan teknologi pengolahan yang tepat seperti bio-konversi serat, fermentasi, hypotermal dan perlakuan menggunakan natrium hidroksida (NaOH), serta pemanasan dengan autoklaf, sehingga produk samping agroindustri dapat dimanfaatkan sebagai bahan pakan ternak.

Proses bio-konversi enzim pengurai serat yang diproduksi oleh jamur termofilik lebih cocok untuk mencerna serat di dalam rumen daripada jamur mesofilik sehingga kadar serat dalam bahan pakan dapat berkurang.

(30)

8 Karakteristik Pakan Ruminansia

2.2 Bahan Pakan Hewani

Bahan pakan hewani merupakan seluruh produk yang berasal dari hewan darat, atau hewan air, memiliki kandungan energi dan protein tinggi (34-82%). Bahan pakan hewani sering dimanfaatkan untuk meningkatkan kadar protein dalam ransum. Kategori bahan pakan hewani berdasarkan sumber perolehannya: a) produk dari susu (segar atau kering), dan hasil samping pengolahannya; b) produk-produk dari industri daging dan karkas, seperti tepung daging, tepung tulang (bone meal), tepung daging dan tulang (meat

bone meal/MBM); c) limbah rumah potong hewan (RPH) seperti tepung

darah dan tepung bulu; serta d) produk dari industri pengolahan hasil laut seperti tepung ikan dan tepung kepala udang.

Tepung ikan merupakan bahan pakan yang diproduksi dengan memasak ikan, dan menekannya dengan tujuan untuk menghilangkan sebagian besar minyak dan air. Tepung ikan mengandung sekitar 10% kelembaban, 55% protein, 6,9% lemak dan garam mineral 25% khususnya 5,4% Ca dan 3,4% P, selain itu terdapat kandungan vitamin A, D dan

sumber terkaya vitamin B12. Tepung darah adalah produk samping RPH

yang mengandung lebih dari 80% protein kasar, tetapi rendah kalsium dan fosfor. Tepung daging diperoleh dengan merebus dan mengeringkan daging dari hewan mati. Bahan pakan yang berasal dari hewan tidak semuanya dapat digunakan untuk menyusun ransum ruminansia seperti tepung daging dan tulang, tepung darah, tepung hati dan limbah yang dihasilkan dari sistem pencernaan ruminansia.

2.3 Bahan Pakan Kimiawi

Bahan pakan ruminansia selain dari tumbuhan dan hewan juga dapat diperoleh dari bahan kimia yang tidak berbahaya untuk ternak seperti urea dan biuret yang sering digunakan sebagai sumber non protein nitrogen (NPN).

a. Urea

Ruminansia mampu memanfaatkan senyawa NPN sebagai sumber protein melalui peran mikroorganisme rumen. Hijauan dengan kualitas rendah seringkali ditandai dengan tingginya serat kasar terutama lignin dan rendah kandungan nitrogennya, sehingga berakibat pada rendahnya palatabilitas

(31)

ternak serta daya cerna. Aplikasi senyawa NPN pada pakan pertama kali dilakukan di Jerman pada tahun 1879. Urea merupakan senyawa organik pertama yang disintesis dari reagen anorganik dan tersusun dari unsur

karbon, oksigen, nitrogen serta hydrogen, dengan rumus kimia CON2H4

atau CO (NH2)2. Urea memiliki nama lain yang sangat beragam diantaranya:

Karbamid, Aquacare, Aquadrate, Basodexan, Carbonyldiamide, Hyanit, Keratinamin, Nutraplus, Onychomal, Pastaron, Ureaphil, dan Urepearl. Karakteristik fisik urea antara lain: berbentuk kristal padatan, berwarna putih, mudah larut dalam air, bersifat higroskopis, memiliki kepadatan 1,3230 g/mL pada suhu 20 °C, tekanan uap 1,2 × 10-5 mm mercury (Hg) pada suhu 25 °C dan pH 7,2. Upaya yang dapat dilakukan untuk menghindari terjadinya kerusakan urea pada saat proses penyimpanan,

yaitu: temperature berkisar antara 10-30 oC dan kelembaban < 70%.

Kandungan nitrogen pada urea murni berkisar antara 464-466 g/kg atau 2900-2913 g rotein kasar/kg. Urea yang terhidrolisis sempurna (ureolisis)

sebanyak 1 kg mampu menghasilkan 0,57 kg NH3. Reaksi kimia yang terjadi

pada saat hidrolisis urea sebagai berikut:

NH2 (CO) NH2+ H2O 2NH3+CO2

Penggunaan urea telah umum pada industri peternakan, sehingga diversifikasi penggunaan urea banyak dilakukan terutama untuk mencapai produktivitas ternak yang optimal dan mampu menekan biaya pakan. Urea berperan memasok sebagian kebutuhan protein (30-40%) untuk pertumbuhan ruminansia. Metode kimiawi pengolahan pakan yang memanfaatkan urea diantaranya adalah metode alkali dan amoniasi. Urea yang masuk ke dalam rumen akan terhidrolisis dengan cepat menjadi amonia dan karbondioksida oleh enzim urease, sehingga akan mengakibatkan adanya peningkatan konsentrasi amonia didalam rumen. Amonia yang dihasilkan menjadi sumber nitrogen oleh mikroorganisme rumen untuk sintesis protein mikroba bersama dengan kerangka karbon yang berasal dari karbohidrat atau protein. Pemanfaatan amonia yang efisien untuk sintesis protein mikroba membutuhkan konsentrasi amonia awal yang optimal dan sumber energi cukup. Kadar amonia yang dibutuhkan untuk menunjang biosintesis mikrobia rumen yaitu berkisar antara 3,57-7,14 mM.

Penggunaan urea pada pakan ternak harus diperhatikan karena penggunaan berlebihan dapat menyebabkan rumen menyerap amonia

(32)

10 Karakteristik Pakan Ruminansia

dengan cepat sehingga melebihi kemampuan hati dalam mengubahnya kembali menjadi urea, hal tersebut dapat mengakibatkan konsentrasi amonia darah perifer meningkat sehingga mengakibatkan terjadinya keracunan. Sifat toksik urea dapat dihindari dengan menggunakan urea sesuai dosis yang tepat, yakni: sebanyak 3-5%. Kadar amonia optimal yang disarankan dalam rumen sebanyak 5-8 mg/100 ml dan peningkatan konsentrasi amonia melebihi batas optimal dapat terjadi ketika protein kasar ransum lebih dari 13%. Urea menjadi beracun jika kadar amonia melebihi 80 mg/100 ml cairan rumen dan 1 mg per 100 ml darah. Urea defisiensi terhadap mineral sulfur sehingga pada saat penggunaannya perlu ditambahkan 0,13 g natrium sulfat anhidrat per gram urea.

Gejala yang timbul akibat keracunan urea ditandai dengan adanya tremor otot, kesulitan bernafas, hiper salivasi, kembung, tetani, kejang, dan kematian dalam waktu dua hingga tiga jam, namun tingkat keparahan gejala tergantung pada dosis urea yang terkonsumsi. Keracunan urea dapat dihentikan dengan perlakuan awal yakni pemberian asam asetat secara oral sebanyak 5-10% dan diulangi 2-3 jam sebanyak setengah dosis awal, namun penggunaan asetat lebih dari 10% dapat mengakibatkan iritasi pada esophagus.

b. Biuret

Sumber NPN yang diberikan kepada ternak ruminansia selain urea dapat

diperoleh dari biuret. Biuret ((CONH2)2-NH) adalah hasil kondensasi dari

dua molekul urea yang dimanfaatkan industri peternakan sebagai sumber NPN ruminansia. Karakteristik dari biuret yaitu berbentuk kristal dan tidak berwarna. Penggunaan biuret didominasi oleh industri peternakan berskala besar dan jarang dilakukan peternak skala kecil, hal tersebut disebabkan karena harganya yang mahal.

Biuret memiliki kandungan nitrogen 408 g/kg (2550 g protein kasar/ kg), namun, nitrogen dalam biuret tidak mudah digunakan sebagai sumber protein. Hidrolisis biuret dalam rumen lebih lambat jika dibandingkan dengan urea, sehingga dibutuhkan beberapa minggu agar mikroorganisme dapat beradaptasi. Biuret menghasilkan retensi nitrogen secara signifikan lebih banyak daripada urea pada sapi jantan yang mengonsumsi hijauan

tropis. Lamanya waktu yang dibutuhkan dan tingkat adaptasi ruminansia

terhadap biuret sangat bervariasi dan dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya kandungan protein dan karbohidrat pada pakan.

(33)

Domba yang diberi tambahan biuret dalam ransum mencapai retensi nitrogen maksimum 30 hingga 40 hari, sedangkan domba yang diberi jerami dengan protein rendah (3,4%), protein sedang (5%), dan protein tinggi (10,3%) aktivitas biuretolitik maksimum dapat dicapai sekitar 15,30 dan 70 hari setelah biuret diberikan pertama kali dalam ransum. Penggunaan biuret pada pakan tidak memiliki efek beracun bahkan pada tingkat yang lebih tinggi.

(34)
(35)

Ilustrasi 2. Klasifikasi Bahan Pakan

KLASIFIKASI BAHAN PAKAN

(36)

14 Karakteristik Pakan Ruminansia

3.1 Konsentrat

Konsentrat merupakan pakan atau campuran pakan yang memenuhi nutrisi primer (protein, karbohidrat dan lemak) pada tingkat yang lebih tinggi tetapi mengandung serat kasar (SK) kurang dari 18% dengan kelembaban rendah. Konsentrat terbagi menjadi dua, yaitu: konsentrat sumber energi dan konsentrat sumber protein. Konsentrat sumber energi memiliki kandungan protein kasar (PK) kurang dari 18%, sedangkan konsentrat sumber protein mengandung PK lebih dari 18%.

3.1.1 Sumber Energi

Indikator utama dalam menentukan kebutuhan pakan ruminansia seringkali menggunakan energi. Energi dapat berasal dari berbagai sumber bahan organik, termasuk serat, karbohidrat, lemak dan protein. Kebutuhan energi untuk hidup pokok (maintenance) ternak di daerah tropis sekitar 30%, dan lebih tinggi dibandingkan ternak di daerah subtropis. Kebutuhan energi ternak diantaranya dipengaruhi oleh ukuran tubuh (body size), ternak dengan ukuran tubuh yang lebih besar memerlukan energi untuk

maintenance lebih tinggi dibandingkan ternak dengan ukuran tubuh lebih

kecil.

Pakan sumber energi memiliki kandungan energi lebih dari 2.250 kkal/kg. Bahan pakan yang termasuk ke dalam pakan sumber energi, yaitu: butir-butiran (kacang, jagung, sorghum atau cantel, kedelai), umbi-umbian (ketela rambat, ketela pohon), minyak (kelapa, sawit, kedelai), lemak hewan (tallow), hasil samping agroindustri (pollard, bekatul, molasses).

a. Butiran dan biji-bijian

Butiran dan biji-bijian merupakan bahan pakan yang berasal dari dari tanaman sereal dan rumput-rumputan yang mengandung pati yang terkonsentrasi pada endosperm. Tanaman penghasil biji-bijian menghasilkan produk utama berupa biji dan produk samping berupa sisa bagian tanaman (daun dan batang), kulit biji (sekam), dan jerami yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan, tetapi memiliki kualitas nutrisi yang rendah.

Biji-bijian yang digiling atau diproses dengan cara tertentu untuk diambil produk utamanya akan menghasilkan produk samping berupa sekam dan dedak. Biji-bijian memiliki kandungan protein pada setiap

(37)

jaringan penyusunnya, namun konsentrasi protein tertinggi terdapat pada lapisan embrio dan aleuron yang jumlahnya bervariasi, yaitu: antara 8-12%. Kandungan bahan kering biji-bijian dipengaruhi oleh waktu panen dan cara penyimpanan namun umumnya berkisar antara 80-90%. Jenis biji-bijian mengandung lemak kasar yang bervariasi yakni berkisar antara 1-6%, kalsium 0,1%, tinggi fosfor, tinggi vitamin E, namun defisiensi terhadap vitamin A, vitamin D, dan asam amino lisin serta metionin. Kandungan lemak jagung berkisar antara 4-6%, serghum 3-4%, gandum 1-3%, dan beras 1-3%. Jagung kuning memiliki kandungan β karoten, yang merupakan prekursor vitamin A. Penggunaan biji-bijian sebagai bahan penyusun konsentrat ternak ruminansia dapat meningkatkan biaya pakan dan penggunaan dapat menimbulkan beberapa masalah diantaranya gangguan pencernaan, seperti asidosis sehingga dalam penggunaannya membutuhkan adanya proses pengolahan.

ilustrasi 3. Struktur Grain

Biji-bijian secara umum tersusun atas beberapa bagian diantaranya sepasang bracts (lemma dan palea), awn, starchy endosperm, aleurone, tegmen, pericarp, embryo (tersusun dari scutellum, epiblast, coleoptile, plumule, radical, coleorhize, rachilla) dan sterile lemmas. Biji-bijian

(38)

16 Karakteristik Pakan Ruminansia

yang sering dimanfaatkan sebagai bahan pakan penyusun konsentarat ruminansia.

1) Jagung

Jagung (Zea mays) merupakan biji-bijian yang berperan penting untuk melengkapi kecukupan nutrisi dalam menyusun ransum. Jagung tergolong

tanaman tropis yang memiliki jalur fotosintesis C4 dan secara inheren lebih

produktif dari pada tanaman dengan jalur C3. Jenis-jenis jagung diantaranya

jagung mutiara (flint corn), jagung gigi kuda (dent corn), jagung manis (sweet

corn), jagung berondong (pop corn), jagung tepung (floury corn), dan jagung

ketan (waxy corn). Jenis jagung yang sering dimanfaatkan sebagai pakan ternak adalah jenis jagung gigi kuda (dent corn).

Jagung termasuk dalam bahan pakan sumber energi karena memiliki kandungan pati tinggi yakni sebanyak 70%, TDN 85-90%, serat kasar 1,9%, protein kasar 8-12%, lemak kasar 4%, abu 2,0%, NDF 15,6%, ADF 3,5%, lignin 1,0%, vitamin A 5,2 iµ/kg, vitamin E 22 iµ/kg, thiamin 3,5

mg/kg, riboflavin 1,0 mg/kg, vitamin B6 3,0 mg/kg namun jagung tidak

memiliki vitamin B12. Kandungan pati dalam biji jagung tersusun atas

amylase 25% dan amilopektin 75%. Pati dalam biji jagung lebih lambat dicerna dalam rumen jika dibandingkan dengan biji-bijian lain. Kandungan mineral didalam biji jagung meliputi Ca 0,02%; P 0,35%; Mg 0,12%; K 0,42%; Na 0,02%; Cl 0,08%; S 0,10%; Mn 7 ppm; dan Zn 21 ppm. Kualitas biji jagung dapat dipengaruhi oleh proses penyimpanan, dan kontaminasi mikotoksin yang sering terjadi pada saat proses penyimpanan. Mikotoksin utama yang menjadi perhatian adalah aflatoksin yang diproduksi oleh kapang Aspergillus flavus.

2) Sorghum

Sorghum (Sorghum bicolor) merupakan tanaman dengan jalur fotosintesis

C4, produktivitas tinggi dan toleransi terhadap suhu tinggi. Kandungan

nutrisi sorghum, yaitu pati 65%, TDN 80-85%, lemak kasar 2-3%, protein kasar 8-12%, serat kasar 3,0%, abu 2,8%, NDF 10,95%, ADF 5,95%, lignin 1,15%, vitamin A 0,7 iµ/kg, vitamin E 12 iµ/kg, thiamin 4,0 mg/

kg, riboflavin 1,1 mg/kg, dan vitamin B6 3,2 mg/kg. Kandungan mineral

didalam biji sorghum sangat beragam yang meliputi: Ca 0,02%; P 0,25%; Mg 0,17%; K 0,47%; Na 0,01%; Cl 0,06%; S 0,11%; Mn 44 ppm; dan Zn 34 ppm.

(39)

Biji sorghum memiliki tanin terkondensasi (senyawa polifenol) yang bereaksi dengan enzim pencernaan sehingga dapat mengurangi kecernaan nutrisi pakan. Kandungan tanin dapat dikurangi dengan menggunakan senyawa alkali seperti natrium, ammonium hidroksida dan amonia anhidrat. Penggunaan additive Polyethelyne glycol akan membentuk ikatan kompleks dengan tanin sehingga dapat meningkatkan nilai nutrisi sorghum.

3) Gandum

Gandum merupakan pakan sumber energi yang memiliki kandungan serat kasar 10,4%, lemak kasar 2,6%, TDN 75-80%, protein kasar 8-14%, abu 2,4%, NDF 16,0%, ADF 4,0%, lignin 1,2%, namun pemanfaatan gandum di Indonesia sebagai pakan ternak jarang digunakan karena harga yang mahal, permintaan untuk kebutuhan manusia lebih tinggi, dan ketersediaannya sangat terbatas, sehingga hanya gandum rusak yang dapat diberikan untuk ternak. Kandungan nutrisi gandum bervariasi dan tergantung pada spesies gandum. Kandungan mineral didalam biji gandum, yaitu: Ca 0,03%; P 0,28%; Mg 0,15%; K 0,50%; Na 0,01%; Cl 0,01%; S 0,15%; Mn 42 ppm; dan Zn 40 ppm.

4) Barley

Barley (Hordeum vulgare) merupakan bahan pakan ternak dari kelompok biji-bijian yang tumbuh di Eropa, Amerika Utara dan Asia. Kandungan nutrisi barley diantaranya serat kasar 2,5%, protein kasar 11-16%, lemak kasar 2,5%, abu 2,5%, TDN 78-80%, NDF 20,0%, ADF 7,0%, lignin 2,0%, vitamin A 0,7 iµ/kg, vitamin E 20 iµ/kg, thiamin 1,9 mg/kg, riboflavin 1,8

mg/kg, dan vitamin B6 3,0 mg/kg.

Mayoritas Negara maju menggunakan barley sebagai bahan penyusun konsentrat penggemukan sapi potong dengan prosentase mencapai 85%. Potensi tersebut ditunjang dengan adanya kandungan karbohidrat non pati pada barley, yaitu: β-glukan yang larut dalam air sehingga dapat dengan mudah dicerna oleh mikroba rumen. Kandungan mineral di dalam barley meliputi: Ca 0,05%; P 0,38%; Mg 0,14%; K 0,56%; Na 0,02%; Cl 0,06%; S 0,12%; Mn 22 ppm; dan Zn 38 ppm.

(40)

18 Karakteristik Pakan Ruminansia

b. Hasil samping penggilingan

1) Pollard

Pollard atau dedak gandum (Wheat bran) merupakan bahan pakan sumber energi yang diperoleh dari hasil samping penggilingan gandum. Penggunaan pollard sebagai komposisi bahan penyusun ransum sangat popular dalam industri peternakan karena memiliki palatabilitas cukup tinggi, namun penggunaannya dibatasi terutama untuk ternak setelah melahirkan karena

bersifat pencahar. Pollard mengandung protein kasar berkisar 13-16%, serat

kasar 2,2%, lemak kasar 15,0%, abu 8,4%, NDF 64,0%, ADF 14,5%, TDN

65-70%, dan lignin 3,6%. Kandungan mineral di dalam pollard, yaitu: Ca

0,17%; P 0,93%; Mg 0,53%; K 1,32%; Na 0,04%; Cl 0,16%; S 0,21%; Mn 112 ppm; dan Zn 85 ppm.

2) Dedak Padi

Dedak merupakan produk hasil penggilingan padi yang berasal dari pengelupasan lapisan padi (aleurone, tegmen, palea, pericarp) akibat proses penggilingan. Kandungan nutrisi dedak padi diantaranya protein kasar 17,0%, lemak kasar 1,5%, serat kasar 18,0%, abu 18,2%, NDF 38,2%, ADF

11,9%, dan lignin 4,3%. Kandungan mineral di dalam dedak padi, yaitu:

Ca 0,07%; P 1,33%; Mg 0,81%; K 1,57%; Na 0,03%; Cl 0,09%; S 0,19%; Mn 186 ppm; dan Zn 71 ppm.

c. Molase

Molase merupakan bahan pakan sumber energi hasil dari proses pembuatan gula, berbentuk cairan dan berwarna hitam serta memiliki konsistensi yang kental. Molase dapat berperan untuk meningkatkan palatabilitas ternak terhadap ransum yang diberikan, merangsang aktivitas mikro organisme rumen dalam memecah selulosa, dan berfungsi sebagai bahan pengikat pellet. Molase sangat baik ditambahkan pada ransum karena mampu mengikat bahan penyusun ransum, melarutkan urea, vitamin, dan bahan lainnya. Penggunaan molase yang disarankan pada ransum, yaitu: sebanyak 2%. Kualitas molase ditentukan berdasarkan kadar gula dan berat jenisnya yang dinyatakan dengan Brix.

(41)

1) Molase Tebu

Molase Tebu (Cane molasses) adalah produk samping pembuatan gula berbahan dasar tebu. Tebu seberat satu ton dalam proses pembuatan gula menghasilkan molase sebanyak 25-50 kg. Kualitas molase yang baik mengandung gula sebanyak 43%, dan kepadatan tidak kurang dari 79,5

brix. Kandungan energi molase tebu berkisar antara 55-60%, protein kasar

1-2%, serat kasar 8,5% dan abu 3,5%. Molase tebu memiliki kandungan

mineral yang baik untuk ternak diantaranya Ca 0,40%; P 0,23%; Mg

0,42%; K 4,01%; Na 0,22%; S 0,47%; Fe 263 ppm, Mn 59 ppm; Zn 21 ppm,

selain mineral tersebut di dalam molase tebu terdapat niasin dan asam

prantotenat yang tinggi, namun defisiensi terhadap thiamin, riboflavin, vitamin A serta vitamin D.

Molase tebu menjadi bahan dasar pada proses pembuatan Urea Molasses

Blok (UMB). Penggunaan molase dalam ransum ruminansia berkisar antara

10-15%, penggunaan yang terlalu berlebihan tanpa diimbangi dengan serat yang cukup dapat menyebabkan gangguan pencernaan dan toksisitas molase. Asupan serat rendah menghasilkan stasis rumen dan proliferasi mikroba tumbuh lambat sehingga menghasilkan tiaminase yang dapat menghancurkan tiamin dan berdampak kerusakan otak. Pemberian serat yang cukup dalam penyusunan ransum efektif untuk mencegah terjadinya toksisitas molase.

2) Molase Bit

Molase Bit (Beet molasses) adalah produk samping pembuatan gula dari bit yang mengandung sekitar 48-53% gula dan kepadatan tidak kurang dari 79,5 brix. Kandungan protein kasar berkisar antara 6-10%, dan TDN

65-75%. Kandungan mineral di dalam molase bit, yaitu: Ca 0,15%; P 0,33%;

Mg 0,29%; K 6,06%; Na 1,48%; S 0,60%; Fe 87 ppm Mn 66 ppm; dan Zn

18 ppm. Molase bit berperan sebagai bahan pakan sumber energi yang

memiliki gula larut dan relatif murah, sehingga sering ditambahkan dalam pembuatan silase. Molase tidak hanya meningkatkan palatabilitas ternak, tetapi dapat bertindak sebagai agen pengikat. Penggunaan tambahan molase sebagai konstituen dan zat pengikat berperan sebagai suplemen protein, mineral dan vitamin untuk ruminansia.

(42)

20 Karakteristik Pakan Ruminansia

3) Molase Jeruk

Molase Jeruk (Citrus molasses) diproduksi dari limbah jeruk yang mengandung sekitar 41-43% gula dengan kepadatan tidak kurang dari 71,0

brix. Kadar air molase jeruk berkisar antara 27-30%, protein kasar 10-14%

dan TDN 65-75%. Kandungan mineral di dalam molase jeruk, yaitu: Ca

1,92%; P 0,12%; Mg 0,12%; K 1,10%; Na 1,06%; Cl 0,08%; S 0,10%; Fe 151 ppm, Mn 9 ppm; dan Zn 11 ppm.

d. Akar dan Umbi

1) Akar

Akar tanaman berpotensi sebagai bahan pakan ternak, diantara yang paling umum diberikan adalah bit dan lobak. Karakteristik utama akar secara umum, yaitu: memiliki kadar air tinggi (75-90%), bahan organik (50-75%), serat kasar dan protein rendah, namun degradabilitas protein dalam rumen tinggi (80-85%).

Lobak (Brassica rapa) merupakan jenis sayuran dari famili Cruciferae yang memiliki bunga putih dan bulat, banyak ditanam di daerah beriklim sedang. Lombak terbagi menjadi dua varietas, yaitu: varietas tender kecil ditanam untuk konsumsi manuasia dan varietas tender besar ditanam sebagai pakan ternak. Kandungan nutrisi lobak diantaranya bahan

kering 8-10%, protein kasar 12-13%, dan TDN 75-80%. Lobak memiliki

kandungan mineral beragam seperti: Ca 0,59%; P 0,26%; Mg 0,22%; K 2,99%; Na 1,05%; Cl 0,65%; S 0,43%; Fe 118,0 ppm, dan Mn 43 ppm.

Bit adalah tanaman yang memiliki bentuk bulat pada bagian akar, berwarna merah keunguan masuk kedalam kelas Beta vulgaris sub-species

Vulgaris Conditiva. Pemanfaatan bit sebagai pakan sapi perah banyak

dilakukan oleh Negara Denmark dan Belanda. Kandungan bahan kering

bit berkisar antara 14-22% dan protein kasar sebanyak 7%. Bit memiliki

kandungan mineral yang lengkap diantaranya Ca 0,91%; P 0,09%; Mg 0,23%; K 0,96%; Na 0,31%; Cl 0,18%; S 0,30%; Fe 642 ppm, Mn 62 ppm; dan Zn 22 ppm.

2) Umbi

Pakan alternatif menjadi aspek penting dalam upaya menyediakan pakan yang memadai dan berkelanjutan diantaranya adalah umbi. Umbi merupakan organ tumbuhan yang mengalami perubahan ukuran dan

(43)

bentuk, berperan untuk menyimpan nutrisi dalam tanaman. Jenis umbi yang berpotensi menjadi bahan pakan ternak diantaranya singkong dan ubi jalar.

Singkong (Manihot esculenta) tergolong tanaman perennial yang memiliki tinggi batang ±4 m dengan bentuk daun majemuk, tumbuh subur di wilayah beriklim tropis dan subtropis. Tanaman singkong banyak dibudidayakan di Indonesia sebagai bahan pangan seperti kripik dan tepung tapioka, namun disebagian wilayah singkong dimanfaatkan sebagai bahan campuran pakan ternak. Singkong termasuk bahan pakan sumber energi yang kaya akan karbohidrat (92%). Kandungan protein kasar singkong

mencapai 2,4%, TDN 67% dan Mineral seperti Ca 0,28%; P 0,19%; K

0,26%; serta Mn 20 ppm.

Varietas tanaman singkong secara umum terbagi menjadi dua yaitu varietas pahit dan manis. Varietas singkong pahit memiliki kandungan asam sianida (HCN), atau asam prusat 0,02-0,03%, sehingga dibutuhkan proses pemasakan terlebih dahulu sebelum diberikan kepada ternak, sedangkan varietas manis dapat langsung diberikan untuk ternak karena hanya memiliki asam prusat Kurang dari 0,01%. Tanaman singkong memiliki kandungan senyawa glukosidasi cynogen, yaitu: linamarin yang sebagian besar terakumulasi pada daun, batang, dan kulit, sehingga pemanfaatan singkong sebagai pakan diupayakan untuk dikupas kulitnya untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan akibat senyawa tersebut. Pengurangan senyawa beracun pada singkong dapat dihilangkan melalui proses pemasakan dan pengeringan (±2 minggu). Pemanfaatan singkong pada ransum ruminansia dapat mencapai 20-25% sehingga dapat menurunkan biaya pakan.

Ubi jalar merupakan tanaman tropis, memiliki akar adventif, tumbuh secara merambat, banyak ditanam untuk konsumsi manusia dan berpotensi menjadi pakan ternak. Ubi jalar mengandung 10,83% serat kasar, 5,37% protein kasar, 5,15% lemak kasar, dan 5,37% abu. Kandungan BETN ubi jalar tergolong tinggi yakni mencapai 65,20% sehingga sangat potensial menjadi pakan sumber energi.

Tanaman merambat secara umum memiliki kandungan karbohidrat yang rendah tetapi tinggi serat. Kandungan karbohidrat pada ubi jalar berkisar antara 80-90% dari berat kering ubi jalar dan pati pada ubi jalar tahan terhadap hidrolisis oleh enzim amylase. Kandungan inhibitor trypsin pada ubi jalar dapat menurunkan kecernaan protein dalam pakan. Inhibitor trypsin tersebut dapat diturunkan melalui proses pemasakan.

(44)

22 Karakteristik Pakan Ruminansia

Penggunaan tepung ubi jalar sebagai pakan pada sapi laktasi 90% lebih efisien jika dibandingkan dengan tepung jagung dan mampu meningkatkan produksi susu. Sapi dengan berat 400-500 kg mampu mengkonsumsi ubi jalar sebanyak 50-70 kg/hari.

3.1.2 Sumber Protein

Sumber protein merupakan bahan pakan yang memiliki kandungan protein lebih dari 18%. Bahan pakan sumber protein cenderung memiliki harga yang lebih mahal jika dibandingkan dengan bahan pakan sumber energi, sehingga penggunaanya dalam ransum harus optimal. Suplemen protein berdasarkan sumber asalnya terbagi menjadi empat kategori, yaitu: protein nabati, protein hewani, NPN, dan protein tunggal. Tumbuhan menyediakan lebih dari 90% protein dalam ransum ternak, diantaranya diperoleh dari hasil pengolahan biji menjadi minyak (bungkil), selain tumbuhan, hewan dan hasil turunannya mampu menghasilkan produk yang berkadar protein lebih tinggi namun produk turunan hewan mamalia tidak diperbolehkan untuk dikonsumsi sapi karena dapat menyebabkan penyakit sapi gila (mad

cow disease).

Protein merupakan senyawa berupa makro molekul yang penting pada ransum ruminansia. Protein terbagi menjadi dua, yaitu: protein sederhana dan protein terkonjugasi. Protein yang terhidrolisis hanya menghasilkan asam amino atau yang disebut sebagai protein sederhana, sedangkan

protein konjugasi,merupakan protein yang dalam proses hidrolisis tidak

hanya menghasilkan asam amino, tetapi menghasilkan komponen organik ataupun komponen anorganik berupa gugus prosthetic.

1) Protein nabati

Sumber protein nabati jumlahnya sangat bervariasi bahkan dalam tanaman yang sama dapat menghasilkan kadar protein yang berbeda, termasuk bagian-bagian tanaman, dan tahap kedewasaan tanaman. Protein nabati memiliki kandungan protein kasar yang lebih rendah jika dibandingkan dengan protein hewani. Protein nabati selain dari tanaman dapat diperoleh dari produk samping seperti penggilingan gandum, pembuatan bir, penyulingan dan produksi pati. Berikut bahan pakan sumber protein nabati.

(45)

a) Bungkil Kedelai

Bungkil merupakan residu yang tersisa setelah proses pengolahan minyak dari biji atau tumbuhan penghasil minyak. Metode pengolahan minyak diklasifikasikan menjadi tiga: yaitu: a) Ghani pressed; b) Expeller pressed; dan c) Solvent extracted. Bungkil mengandung asam glutamat, sistin, metionin, dan kadar lisin yang bervariasi. Temperatur dan tekanan yang tinggi dari proses expeller menyebabkan denaturasi protein, penurunan kecernaan, dan pengurangan zat anti nutrisi seperti gossypol serta goitrin.

ilustrasi 4. Bungkil Kedelai

Bungkil kedelai (Glycine max) mengandung protein kasar berkisar antara 45-55%, lemak kasar16-21% dan TDN 75-84%. Bungkil kedelai memiliki palatabilitas yang tinggi dan mudah dicerna. Protein dalam bungkil kedelai mudah terdegradasi dalam rumen sehingga pemberiannya dibatasi pada ruminansia terutama sapi potong dan sapi perah. Bungkil kedelai dapat menjadi sumber kalsium dan fosfor yang baik jika dibandingkan biji-bijian sereal. Penggunaan bungkil kedelai pada ransum sapi perah di negara-negara maju mampu meningkatkan kadar asam linoleat terkonjugasi dalam susu. Bungkil kedelai mengandung zat anti nutrisi seperti inhibitor trypsin, saponin, fito estrogen, glukinin, goitrogen, lektin, dan zat pengikat mineral, namun inhibitor trypsin dapat dihilangkan melalui proses pemasakan.

(46)

24 Karakteristik Pakan Ruminansia

b) Bungkil Kacang Tanah

ilustrasi 5. Bungkil Kacang Tanah

Bungkil kacang tanah (Arachis hypogaea) merupakan sumber protein nabati yang dihasilkan dari proses pengolahan kacang tanah menjadi minyak. Kandungan nutrisi diantaranya protein kasar berkisar antara 40-50% dan TDN 75-85%, namun bungkil kacang tanah defisiensi terhadap asam amino (lisin, metionin, sistin, triptofan), rendah kalsium, karoten, dan vitamin D. Penggunaan bungkil kacang tanah direkomendasikan tidak lebih dari 25% untuk sapi laktasi.

c) Bungkil Bunga Matahari

Bunga matahari termasuk dalam golongan tanaman perennial dengan tinggi batang mampu mencapai 6 m, dan bijinya banyak dimanfaatkan manusia untuk diolah menjadi minyak dan makanan (kuaci). Residu dari hasil pengolahan biji tersebut berpotensi sebagai bahan pakan ternak karena memiliki kadar protein kasar 30% dan TDN 65%. Penggunaan bungkil bunga matahari pada ransum dapat mencapai 20%.

(47)

3.2 Roughages

Roughages merupakan bahan pakan ruminansia yang memiliki kandungan serat kasar lebih dari 18% dan rendah energi seperti jerami padi, jerami jagung, pucuk tebu dan hijauan kering. Komponen serat menjadi sumber energi utama pada ruminansia namun memerlukan aktivitas mikroba agar dapat didegradasi menjadi monomer atau oligomer dari senyawa dasar penyusunnya, yaitu: hexose dan pentose. Proses degradasi dan fermentasi serat melibatkan berbagai aktivitas, antara lain mekanis, enzimatis dan metabolis yang mampu pengaruhi interaksi antara mikroba rumen dengan lingkungan di dalam rumen. Bahan pakan berserat mampu menjadi sumber energi untuk ternak.

Kebutuhan energi ternak dipengaruhi oleh status fisiologi ternak dan faktor lingkungan. Kebutuhan energi pada daerah tropis akan lebih tinggi dibandingkan dengan daerah subtropis, karena kualitas pakan yang pada umumnya relatif lebih rendah. Pakan berkualitas rendah menyebabkan

heat increment yang lebih tinggi, dan mengakibatkan efisiensi pakan lebih

rendah. Heat increment merupakan energi yang dikeluarkan ternak pada saat proses pencernaan pakan dalam saluran cerna. Sumber energi dengan nilai kalori sekitar 2,25 kali lebih tinggi dibandingkan karbohidrat yang dimiliki oleh lemak. β-oksidasi lemak dapat menghasilkan energi dalam

bentuk FADH2 dan NADH yang berperan dalam proses electron transport

sehingga menghasilkan energi tinggi. Oksidasi lengkap dari asam palmitat

(C16) dapat menghasilkan FADH2 dan NADH yang setara dengan 129 ATP.

Nilai manfaat pakan berserat dapat ditingkatkan dengan cara merubah komponen serat menjadi senyawa dengan konformasi molekul lebih sederhana sehingga akan lebih mudah dipecah dan difermentasi oleh mikroba rumen.

3.2.1 Roughages Kering

Hay merupakan metode pengawetan hijaun (pengeringan) dengan cara menurunkan kadar air agar jaringan tanaman mati atau tidak aktif sehingga mampu menghambat terjadinya kerusakan akibat reaksi enzim pada hijaun maupun akibat kontaminasi mikroba. Keuntungan dari pembuatan hay diantaranya: hay menjadi pakan alternatif khususnya pada musim kemarau, dimana pada musim tersebut hijauan sangat terbatas, lebih awet dibandingkan hijauan segar dan lebih mudah diberikan untuk ternak, metode pembuatan hay:

(48)

26 Karakteristik Pakan Ruminansia

1. Pengeringan Matahari

Hijauan yang telah memasuki masa panen, sebagai upaya dalam memperpanjang masa simpan dapat dilakukan pengurangan kadar air. Pengurangan kadar air dapat dilakukan secara langsung yakni dengan memanfaatkan panas matahari. Pengeringan dilakukan dengan cara menghamparkan hijauan ditempat yang lapang selama beberapa hari dengan beberapa waktu dibalik agar hijauan dapat kering merata, selanjutnya hijauan yang telah kering sempurna dapat dibentuk menyerupai bentuk persegi panjang, kubus maupun berbentuk gulungan dengan menggunkan bantuan mesin. Metode pengeringan menggunakan sinar matahari relatif murah dan mudah dilakukan, namun sangat bergantung dengan kondisi cuaca.

2. Pengeringan dalam Ruangan

Ruangan yang digunakan untuk membuat hay telah dilengkapi dengan alat (blower) pada lantai sehingga udara yang dihasilkan mampu mengeringkan hijauan. Pengeringan dengan cara tersebut mampu menjaga nutrisi dalam hijauan yang seringkali hilang akibat pemanasan dan waktu yang dibutuhkan lebih singkat karena tidak tergantung dengan cuaca, namun pengeringan dalam ruangan memiliki beberapa kekurangan diantaranya: a) pengeringan tidak seragam karena lapisan yang menghadap ke blower mengering dengan cepat daripada lapisan yang berlawanan; b) biaya pengeringan relatif mahal; dan c) proses tersebut kurang cocok diaplikasikan pada hijauan yang memiliki kondisi kelembaban tinggi.

3. Dehidrasi Hijauan

Kehilangan nutrisi dapat disebabkan karena penanganan yang buruk dan aktivitas enzim pada tanaman. Proses dehidrasi hijauan melibatkan sirkulasi udara panas untuk mengeringkan hijauan dengan cepat. Jenis pengeringan untuk dehidrasi hijauan berbeda-beda seperti pengering suhu rendah dan pengering suhu tinggi. Keuntungan dari dehidrasi hijauan adalah waktu pengeringan lebih cepat, dapat meminimalkan hilangnya enzim pada tanaman, dan mengurangi potensi hilangnya bagian tanaman terutama daun. Kekurangan dari metode tersebut yaitu biaya yang dibutuhkan selama proses dehidrasi hijauan dan pemeliharaan alat relatif mahal, membutuhkan ketersediaan hijauan yang berkelanjutan dan tenaga ahli yang trampil serta profesional.

(49)

Karakteristik hay yang baik diantaranya, yaitu: memiliki aroma khas hijauan, kadar air tidak lebih dari 15-20%, tidak mengalami kontaminasi dengan bahan asing (debu, jamur, gulma yang tidak diinginkan), berwarna hijau, jumlah daun relatif banyak, dan disukai ternak. Peyimpanan hay dapat mempengaruhi kualitas hay, sehingga dibutuhkan cara penyimpanan yang tepat seperti: hay yang akan disimpan kadar airnya tidak lebih dari 15% dan menyimpannya dilakukan dengan membentuk hay menjadi gulungan, berbentuk persegi panjang dan/atau dibentuk kubus.

3.2.2 Roughages Hijauan

Hijauan merupakan pakan ruminansia yang utama, sehingga ketersediaan hijauan baik kualitas maupun kuantitasnya sangat menentukan produktivitas dan perkembangan ruminansia. Kualitas, kuantitas dan kesinambungan ketersediaan pakan menjadi kendala yang sering dihadapi, hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya komponen iklim, kondisi tanah, luas lahan yang semakin sempit serta musim kemarau yang identik dengan suhu tinggi sehingga membuat hijauan pakan sulit didapatkan, terutama jenis rumput unggul. Hijauan selain dimanfaatkan sebagai pakan ternak juga berperan penting dalam konservasi tanah, kualitas air, dan kualitas udara. Spesies, varietas, iklim, stadium pertumbuhan, kesuburan tanah, pengambilan sampel dan prosesing menyebabkan perbedaan komposisi kimia hijauan dan berdampak pada kualitas hijauan.

Fase pertumbuhan ukuran daun bertambah besar sehingga fotosintesis meningkat dan berdampak pada peningkatan laju pertumbuhan dan kualitas hijauan. Tanaman yang memasuki fase produksi maka pertumbuhan tanaman menjadi melambat, hal tersebut disebabkan karena sebagian besar energi dimanfaatkan tanaman untuk menghasilkan bunga dan biji. Kualitas hijuan dapat berpengaruh terhadap pakan yang dikonsumsi oleh ternak.

Tabel 1. Pengaruh Kualitas Hijauan terhadap Jumlah Konsumsi Pakan

Kualitas hijuan Intake (%) Jumlah Konsumsi BK sapi potonga (kg)

Tinggi 1,75 -2,5 9,52 -13,6 Sedang 1,50 -1,75 8,16 - 9,52 Rendah 1,00 -1,25 5,44 - 6,8

(50)

28 Karakteristik Pakan Ruminansia

3.2.3 Silase

Kuantitas dan kualitas rumput berfluktuasi mengikuti musim, sehingga

berpengaruh terhadap produktivitas ruminansia. Produktivitas rumput

tinggi, mampu tumbuh dengan cepat, dan memiliki kualitas yang tinggi pada musim penghujan, sedangkan pada musim kemarau rumput yang dihasilkan memiliki kualitas dan kuantitas rendah. Teknologi yang dapat diaplikasikan dalam menjaga nutrisi hijauan, memperpanjang masa simpan, dan mempermudah proses pemberian pakan diantaranya adalah proses silase. Silase merupakan hijauan yang sengaja diawetkan melalui proses fermentasi secara anaerob (tanpa udara, atau oksigen) dalam tempat yang disebut silo. Silase berdasarkan cara pengawetannya terbagi menjadi dua kategori, yaitu: fermentasi alami dan perlakuan additif.

ilustrasi 6. Skema Perlakuan Silase

a. Silase Alami

Silase alami terbagi menjadi dua, yaitu: silase yang diawetkan dengan baik dan silase diawetkan dengan buruk. Jenis silase yang diawetkan dengan baik umumnya berbahan dasar rumput dan tanaman berbiji seperti jagung, serta fermentasi didominasi bakteri asam laktat.

Silase tanaman jagung memiliki kandungan asam laktat lebih rendah dari pada silase rumput, hal demikian disebabkan karena kandungan BK lebih tinggi. Kandungan NPN pada silase jagung berbeda dengan kandungan NPN yang ada pada rumput, karena pada hijauan segar nitrogen total dapat berperan sebagai protein. Deaminasi asam amino dapat terjadi selama fermentasi, namun aktivitasnya cenderung rendah sehingga mengakibatkan

(51)

kandungan amonia silase menjadi rendah, yakni kurang dari 100g N-NH3/ kgNT. Keberadaan karbohidrat larut dalam air dapat menghasilkan senyawa berenergi tinggi seperti etanol dengan gross energi 29,8 MJ/kg.

Tabel 2. Komposisi Silase Rumput dan Tanaman Jagung

Komposisi Silase Rumput

a

Silase Tanaman Jagung Tidak Layu Layu

Bahan kering (g/kg) 186 316 285

pH 3,9 4,2 3,9

N total (g/kg BK) 23,0 22,8 15,0

N Protein (g/kg NTb) 235 289 545

N-NH3(g/kg NT) 78 79 63

Karbohidrat larut air (g/kg BK) 10 47 16

Pati (g/kg BK) - - 206

Asam asetat (g/kg BK) 36 24 26

Asam butirat (g/kg BK) 1,4 0,6 0

Asam laktat (g/kg BK) 102 59 53

Etanol (g/kg BK) 12 6,4 <10

aSilase terbuat dari sumber rumput yang sama bNT=Nitrogen total

Silase yang diawetkan dengan buruk pada proses fermentasi didominasi oleh bakteri clostridia atau enterobacteria dan kondisi diperburuk dengan

adanya reaksi oksidasi. Asam asetat dalam silase merupakan produk akhir

fermentasi enterobacteria. Proses pengawetan dengan metode tersebut sering diaplikasikan pada tanaman berkadar air tinggi atau kandungan karbohidrat larut dalam air yang rendah. Silase yang dihasilkan cenderung

memiliki pH tinggi yakni berkisar antara 5,0-7,0, dan N-NH3 di atas 200

g/kg NT. Amonia berasal dari katabolisme asam amino, disertai dengan produk degradasi lainnya seperti amina dan berbagai asam keto serta asam lemak.

b. Silase dengan Perlakuan Aditif

Aditif telah dikembangkan dalam membantu meningkatkan stabilitas aerobic silase yang terbagi menjadi dua yaitu: aditif biologis dan aditif

Gambar

ilustrasi 4. Bungkil Kedelai
ilustrasi 5. Bungkil Kacang Tanah
Tabel 1. Pengaruh Kualitas Hijauan terhadap Jumlah Konsumsi Pakan Kualitas hijuan Intake (%) Jumlah Konsumsi BK sapi potong a  (kg)
ilustrasi 6. Skema Perlakuan Silase
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada Tampilan Form penyewa data penyewa akan diinput dengan mengisi No.Indentitas, nama penyewa,alamat,jenis kelamin, telepon proses ini dimulai dengan menekan tombol

Untuk mengelola peserta ujian pilih menu peserta ujian kemudian klik tambah jika akan menambah data, klik import jika akan mengambil data dari excel, klik edit jika

Form maintain kode pos ini digunakan untuk mengelola data master wilayah yang terdiri atas nomor kode pos, nama kelurahan, nama kecamatan, jenis wilayah (kabupaten atau kota),

Optimisme, salah satu hal yang menengahi antara bagaimana seseorang menginterpretasi kejadian eksternal sejara subyektif adalah optimisme (Seligman &amp;

Gerakan Indonesia Melayani terdiri dari dua program kerja. Masing-masing program kerja Gerakan Indonesia Melayani memiliki metode pelaksanaan yang berbeda. Program kerja

Kurangnya kesadaran hukum masyarakat tentu berpengaruh terhadap perlindungan indikasi geografis produk salak gula pasir Karangasem, karena dalam hal ini kesadaran

Surat Pencatatan Hak Cipta atau produk Hak terkait ini sesuai dengan Pasal 72 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta....

Petunjuk penggunaan Animasi Go Green Selamatkan Bumi (ANGOREEN) akan mendeskripsikan secara umum tampilananimasi yang berkaitan dengan edukasi global warming kepada