• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kandungan total fenol dan flavonoid pada ekstrak Temu Ireng dan Ki Urat

FLAVONOID PADA EKSTRAK TEMU IRENG DAN EKSTRAK KI URAT

4.2 Bahan dan Metode 1 Penapisan fitokimia

4.3.2 Kandungan total fenol dan flavonoid pada ekstrak Temu Ireng dan Ki Urat

Tabel 5 berikut menampilkan hasil penentuan rataan kandungan total fenol dan flavonoid pada ekstrak Temu Ireng dan Ki Urat yang masing-masing dinyatakan sebagaigallic acid equivalentdanquercetin equivalent.

Tabel 5 Rataan kandungan fenol dan flavonoid pada ekstrak Temu Ireng dan Ki Urat

Ekstrak Total fenol (mg/g GAE)* Total flavonoid (mg/g QE)**

Ekstrak Ki Urat 16.93±0.058a 0.94±0.04a

Ekstrak Temu Ireng 11.33±0.115b 0.06 ±0.01b Ket: * dinyatakan sebagaigallic acid equivalent, ** dinyatakan sebagaiquercetin equivalent. Data

dinyatakan sebagai rataan ± simpangan baku. Huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan hasil uji t pada taraf keberartian 0.05

Dari Tabel 5 diketahui bahwa rataan kandungan total fenol ekstrak Ki Urat lebih tinggi dibandingkan dengan kandungan total fenol pada ekstrak Temu Ireng. Berdasarkan uji t diketahui bahwa rataan kandungan total fenol ekstrak Ki Urat berbeda nyata dari rataan kandungan total fenol ekstrak Temu Ireng (Lampiran 15, Tabel 35).

Dari Tabel 5 diketahui bahwa rataan kandungan total flavonoid ekstrak Ki Urat lebih tinggi dibandingkan dengan kandungan total flavonoid pada ekstrak Temu Ireng (Lampiran 16, Tabel 39). Kandungan flavonoid ekstrak Ki Urat adalah 0.94 mg/g, sedangkan rataan kandungan total flavonoid ekstrak Temu Ireng hanya 0.06 mg/g. Kandungan flavonoid dalam kedua ekstrak yang jauh lebih kecil dibandingkan fenol total menunjukkan bahwa sebagian besar senyawa fenol bukanlah flavonoid.

4.3.3 Analisis spektroskopi massa

Analisis spektroskopi massa dengan menggunakan peralatan GCMS terhadap kedua kandidat ekstrak bahan aktif antiphotoaging tersebut telah memberikan informasi tambahan mengenai komponen kimia yang dapat digunakan sebagai acuan baku mutu. Kromatogram kromatografi dari ekstrak Temu Ireng dapat dilihat pada Gambar 4 berikut ini.

antioksidan dan senyawa fenolat. Pelarut etanol 80% dapat digunakan mengekstraksi material tumbuhan untuk mendapatkan aktivitas antioksidan dan kandungan senyawa fenolat yang tinggi (Sultana et al. 2009). Senyawa fenol diketahui memiliki aktivitas antioksidan yang memberikan kontribusi dalam mencegah photoaging. Keberadaan fenol, khususnya flavonoid, diduga memegang peran penting terkait dengan aktivitas antioksidan kedua kandidat ekstrak bahan aktif antiphotoaging ini. Aktivitas antioksidan kedua kandidat ekstrak bahan aktif antiphotoaging ini berhubungan dengan aktivitas penghambatan pembentukan MMP-1 dan penghambatan penurunan prokolagen tipe I akibat paparan UV.

Hasil penentuan fenol total pada ekstrak Temu Ireng adalah 11.33 mg/g GAE. Hasil penentuan fenol total pada ekstrak Ki Urat adalah 16.93 mg/g GAE. Keberadaan senyawa fenol dalam ekstrak Temu Ireng dan ekstrak Ki Urat sangat penting. Senyawa fenol dapat memberikan perlindungan efisien terhadap efek berbahaya radiasi UV matahari pada manusia. Senyawa fenol bermanfaat dalam mengatasi peradangan surya akibat radiasi UV dan stres oksidatif (Nichols dan Katiyar 2010). Berdasarkan hasil penentuan aktivitas antioksidan diduga bahwa aktivitas antiphotoaging kedua ekstrak disebabkan oleh efek antioksidan senyawa fenol, khususnya flavonoid. Aktivitas antioksidan senyawa fenol yang terdapat dalam kedua ekstrak ini mencegah terjadinya stres oksidatif akibat paparan radiasi UV sehingga kedua kandidat ekstrak bahan aktif ini berpotensi mencegah photoaging.

Pada tahap penelitian ini juga dilakukan penentuan total flavonoid pada kedua kandidat ekstrak bahan aktif antiphotoaging. Pada penentuan total flavonoid ini digunakan quercetin sebagai baku karena quercetin memberikan perlindungan dalam rentang UVA dan UVB (Korac dan Khambholja 2011).

Berdasarkan hasil penentuan total flavonoid diketahui bahwa kandungan flavonoid dalam kedua ekstrak jauh lebih kecil dibandingkan fenol total. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar senyawa fenol dalam kedua kandidat ekstrak bahan aktif antiphotoaging tersebut bukan flavonoid. Rataan total flavonoid ekstrak Ki Urat adalah 0.94 mg/g, sedangkan rataan total flavonoid ekstrak Temu Ireng ialah 0.06 mg/g. Senyawa flavonoid dalam ekstrak Ki Urat diduga berperan lebih besar sebagai antioksidan dibandingkan senyawa flavonoid dalam ekstrak Temu Ireng.

Penelitian ini menunjukkan bahwa ekstrak Ki Urat dan ekstrak Temu Ireng mengandung senyawa fenol dan flavonoid sebagai antioksidan yang berperan mencegah photoaging. Keberadaan senyawa fenol dan flavonoid sebenarnya tersebar luas pada spesies tumbuhan lain, namun tidak semua tumbuhan tersebut digunakan untuk tujuan yang terkait dengan antiphotoaging. Sampai saat ini penelitian potensi khasiat antiphotoaging dari tumbuhan masih jarang dilakukan. Potensi khasiat antiphotoaging dari tumbuhan lain yang mengandung senyawa fenol dan flavonoid masih perlu diteliti lebih lanjut.

Pada tahap penelitian ini juga dilakukan analisis spektroskopi massa terhadap kedua kandidat ekstrak bahan aktif antiphotoaging. Analisis spektroskopi massa dengan menggunakan peralatan GCMS membantu memberikan informasi tentang perkiraan komponen yang dapat dijadikan acuan baku mutu karakteristik untuk menentukan kedua ekstrak. Berdasarkan

data hasil kromatografi dari ekstrak Temu Ireng diketahui bahwa kandidat ekstrak bahan aktif antiphotoaging ini menunjukkan senyawa yang terdapat dalam persentase jumlah yang cukup banyak dibanding senyawa lain, yaitu senyawa peak 40, 44, 49, 50, 59, 66, 74, 75, 77, dan 82. Penelusuran literatur yang dilakukan belum mendapatkan informasi mengenai aktivitas penghambatan MMP-1 dan aktivitas penghambatan pembentukan prokolagen tipe I dari senyawa ini. Hasil penelusuran literatur hanya memperoleh informasi mengenai aktivitas antioksidan senyawa peak 44, 50, dan 59. Senyawa peak 59 memiliki waktu retensi 29.977 menit dengan kandungan 6.19% yang diperkirakan sebagai senyawaelemene (Lampiran 17, Gambar 23). Minyak atsiri daun Temu Ireng mengandung 3.3% senyawa ini (Jirovetz et al. 2000). Senyawa ini diketahui memiliki aktivitas antioksidan (Maoet al.2012), namun penelusuran literatur belum mendapatkan informasi mengenai aktivitas penghambatan MMP-1 dan aktivitas penghambatan pembentukan prokolagen tipe I dari senyawa ini.

Senyawapeak44 danpeak50 dengan waktu retensi 27.607 dan 28.432 menit, kedua senyawa ini adalah Curcumol. Total senyawa Curcumol yang terdeteksi pada Ekstrak Temu Ireng ialah sebanyak 9.86%. Curcumol merupakan sesquiterpenoid hemiketal tipe guaiane. Minyak atsiri daun Temu Ireng mengandung 4.3% senyawa ini (Jirovetz et al. 2000). Curcumol merupakan salah satu komponen utama pada minyak atsiri Curcuma yang diketahui memiliki aktivitas antioksidan, dan memiliki efek toksisitas yang lemah (Luo et al. 2010; Wang et al. 2012). Keberadaan senyawa Curcumol dapat digunakan sebagai salah satu informasi penting untuk menentukan ekstrak etanol rimpang Temu Ireng pada analisis dengan GCMS pirolisis.

Kromatogram hasil kromatografi dari esktrak Ki Urat ini menunjukkan bahwa senyawa peak 4 dan 66 merupakan senyawa yang terdapat dalam persentase jumlah yang cukup banyak dibanding senyawa lain. Peak 4 dirujuk sebagai senyawa 1-Propen-2-ol , sedangkan peak66 dirujuk sebagai senyawa Neophytadiene (Lampiran 18, Gambar 31 dan 32). Hasil penelusuran literatur belum menemukan informasi tentang aktivitas penghambatan MMP-1 maupun aktivitas antioksidan dari kedua senyawa tersebut. Keberadaan 1-Propen-2-ol dan Neophytadiene disarankan sebagai salah satu informasi untuk menentukan ekstrak etanol daun Ki Urat pada analisis dengan GCMS pirolisis. Hal ini dikarenakan senyawa 1-Propen-2-ol dan Neophytadiene merupakan senyawa dominan yang terdapat dalam ekstrak etanol daun Ki Urat berdasarkan analisis GCMS pirolisis.

Karakterisasi metabolit sekunder bukan hanya penting bagi kegiatan eksperimen tetapi juga merupakan bagian penting dari pengembangan prosedur kendali mutu. Kendali mutu (Quality Control) merupakan istilah yang mengacu pada proses yang terlibat dalam menjaga kualitas dan validitas dari sebuah produk. Kendali mutu untuk mengkarakterisasi dan menentukan zat aktif merupakan tahap penting dalam penelitian dan pengembangan produk alami. Prosedur dan hasil kendali mutu ini dapat digunakan sebagai acuan kualitas oleh industri (Yu et al. 2011; Kumar et al. 2012; Vijayalakshmi dan Ravindhran 2012). Hasil karakterisasi metabolit sekunder terhadap ekstrak Temu Ireng dan Ki Urat dapat dijadikan baku mutu untuk kedua ekstrak tersebut.

4.5 Simpulan

Hasil uji fitokimia menunjukkan bahwa ekstrak Temu Ireng dan Ki Urat mengandung metabolit sekunder alkaloid, terpenoid, fenol, dan flavonoid. Keberadaan fenol dan flavonoid diduga memegang peran penting terkait dengan aktivitas antioksidan ekstrak Temu Ireng dan Ki Urat yang berhubungan dengan aktivitas antioksidan dan penghambatan pembentukan MMP-1.

Kandungan fenol total dalam ekstrak Temu Ireng (11.33 mg/g GAE) lebih rendah dibandingkan ekstrak Ki Urat (16.93 mg/g GAE). Rataan kandungan total flavonoid ekstrak Ki Urat 0.94 mg/g lebih besar dibandingkan kandungan total flavonoid ekstrak Temu Ireng 0.06 mg/g. Fenol dan flavonoid dapat memberikan efek photoprotective dengan mencegah terjadinya stres oksidatif akibat paparan UV sehingga menghambatphotoaging.

Senyawa Curcumol disarankan sebagai salah acuan baku mutu ekstrak Temu Ireng pada analisis dengan GCMS. Keberadaan Curcumol merupakan salah satu acuan yang dapat digunakan sebagai karakteristik untuk menentukan ekstrak etanol rimpang Temu Ireng. Senyawa 1-Propen-2-ol dan Neophytadiene disarankan sebagai salah acuan baku mutu ekstrak Ki Urat pada analisis dengan GCMS pirolisis. Keberadaan kedua senyawa dapat dijadikan sebagai karakteristik untuk menentukan ekstrak etanol daun Ki Urat.