• Tidak ada hasil yang ditemukan

2) Hukum laut Internasional

2.2 Kapal Aparat Negara di Laut

Lembaga yang mewadahi kapal-kapal aparat negara di laut perairan Pelabuhan Tanjung Emas terdiri dari :

1) TNI Angkatan Laut mengendalikan dan mengoperasikan alat utamanya di laut seperti kapal perang atau Kapal Republik Indonesia (KRI) dan Kapal Angkatan Laut (KAL). KRI dan KAL yang beroperasi di perairan Pelabuhan

Tanjung Emas adalah kapal-kapal dibawah kendali komando armada kawasan timur (KOARMATIM) dan pangkalan angkatan laut (LANAL) Semarang. 2) Kepolisian Republik Indonesia (POLRI) mengoperasikan kapal-kapal polisi

(KP) berpatroli di laut. Kapal-kapal polisi yang beroperasi di perairan Pelabuhan Tanjung Emas berada di bawah kendali Direktorat Kepolisian Air (Ditpolair) Jawa Tengah.

3) Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Departemen Perhubungan mengoperasikan kapal kesatuan penjagaan laut dan pantai (KPLP). Kapal KPLP yang dipergunakan untuk patroli di laut perairan Pelabuhan Tanjung Emas dibawah kendali KPLP Tanjung Emas Semarang merupakan kesatuan unit pelaksana teknis dibidang keamanan pelabuhan, bandar, perairan laut, pantai dan bantuan SAR dalam lingkungan kantor administrator pelabuhan (ADPEL) Departemen Perhubungaan Tanjung Emas. KPLP dalam tugasnya mempunyai fungsi menegakan ketentuan dan peraturan bidang perhubungan laut di daerah pelabuhan dan perairan bandar, melaksanakan patroli perairan dan bantuan SAR .

4) Direktorat Jenderal Bea Cukai Departemen Keuangan mengoperasikan kapal-kapal Bea Cukai. Kapal-kapal-kapal Bea Cukai yang beroperasi di perairan Pelabuhan Tanjung Emas di bawah kendali Kantor Pelayanan Bea Cukai Direktorat Bea dan Cukai Tanjung Emas Semarang yang bertugas patroli di laut untuk memeriksa dan memungut pajak-pajak tidak langsung bagi wajib pajak seperti : bea masuk, bea keluar, cukai serta mencegah adanya penyelundupan pajak-pajak seperti tersebut di atas.

5) Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi Jawa Tengah mengoperasikan kapal pengawas ikan (KPI). KPI adalah salah satu komponen dari monitoring, control and surveillance (MCS) atau sistem pemantauan, pemeriksaan dan pengamatan lapangan di lingkungan Direktorat Jendral Pengawasan dan Pengendalian Sumberdaya Kelautan dan Perikanan. Departemen Kelautan dan Perikanan yang mempunyai tugas dan kewenangan untuk melakukan tugas-tugas pengawasan sumber daya kelautan dan perikanan seperti penghentian, pemeriksaan dan penahanan di laut.

Kapal angkatan laut (navy vessel) dan kapal negara (government vessel) adalah kapal milik negara dan dioperasikan oleh lembaga pemerintah dengan tugas yang berbeda sesuai dengan tujuan penggunaannya. Menurut Santosa (2004), kapal perang adalah kapal yang digunakan untuk perang, termasuk kapal-kapal yang digunakan untuk mengangkut tentara atau perlengkapan perang. Menurut UNCLOS 1982 pasal 29 menyebutkan bahwa batasan kapal perang adalah suatu kapal yang dimiliki oleh angkatan bersenjata suatu negara yang memakai tanda luar yang menunjukan ciri khusus kebangsaan kapal tersebut, dibawah komando seorang perwira yang diangkat untuk itu oleh pemerintah negaranya dan yang namanya terdapat didalam daftar dinas militer yang tepat atau daftar yang serupa, dan yang diawaki oleh awak kapal yang tunduk pada disiplin angkatan bersenjata regular.

Kapal negara adalah kapal yang digunakan oleh negara untuk melaksanakan tugas-tugas keperluan pemerintahan sesuai dengan fungsi dan tugas instansi/lembaga pemerintah yang mengoperasikan kapal negara tersebut.

Menurut Markas Besar Tentara Nasional Angkatan Laut (2002), TNI AL memiliki sarana dan prasarana untuk mendukung kegiatan keamanan laut sebagai berikut :

1) Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) merupakan komponen Sistem Senjata Armada Terpadu (SSAT) dalam menjamin keamanan di laut, berperan untuk mengadakan pengawasan dan deteksi sasaran, pengenalan dan penilaian sasaran, penindakan dan penyidikan terhadap kejadian pelanggaran di laut sesuai dengan prosedur dan ketentuan hukum yang berlaku.

2) Kapal TNI Angkatan Laut (KAL) merupakan unsur pembantu perkuatan unsur-unsur KRI dalam melaksanakan tugas Kamla. Terbatasnya jumlah kekuatan TNI AL khususnya KRI, maka dipandang perlu mengatur lebih lanjut pembinaan dan pengoperasian KAL dalam tugas operasi Kamla.

3) Pangkalan TNI AL merupakan komponen SSAT yang berfungsi untuk memproyeksikan kekuatan TNI AL ke daerah operasi serta memberikan dukungan administrasi dan logistik secara berlanjut agar terjamin kelangsungan operasional unsur-unsur TNI AL. Selain itu pangkalan TNI AL berperan pula sebagai fasilitator proses yustisial pelanggaran hukum di laut. 4) Kapal-kapal dari instansi non TNI AL yang memiliki kapasitas dan wewenang

di dalam penyelenggaraan operasi keamanan di laut sebagaimana diamanatkan oleh undang-undang terdiri dari Polri, Direktorat Jenderal Bea Cukai, Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, Departemen Kelautan dan Perikanan.

Sesuai dengan TZMKU 1939 (Stb 1939 Nomor 442) yang diwewenangkan untuk melaksanakan hukum di laut adalah instansi perhubungan laut dan angkatan

laut. Sedangkan aparat kepabeanan diberi wewenang di bidangnya untuk menjamin pemasukkan bea-bea bagi negara.

Kewenangan ini didukung dengan peraturan-peraturan pelaksana dibidang acara pidana di laut melalui Stb 1939 Nomor 525 dan Stb 1939 No. 43 yang dilaksanakan oleh aparat dan kapal institusi angkatan laut dan Ditjen Perhubungan Laut, sejalan dengan perkembangan negara-negara di dunia dan hukum internasional khususnya UNCLOS yang telah diratifikasi oleh pemerintah RI sesuai Undang-undang No. 17 Tahun 1985 bahwa laut bagi suatu negara harus dijaga dan diamankan baik untuk kepentingan kedaulatan (sovereignty) maupun untuk kesejahteraan (prosperity) melalui fungsi pertahanan (defence function) dan fungsi polisionil (constabulary function) yang dilakukan hanya dengan kapal perang (warship) dan kapal pemerintah/sipil (government ship).

Hasil loka karya nasional hukum laut tentang penegakan kedaulatan dan hukum di laut yuridiksi negara kesatuan RI di tinjau dari aspek pengamanan batas wilayah dan sumber daya nasional di Jakarta pada September 2003 menjelaskan bahwa : Direktorat Jenderal Perhubungan laut dalam hal penegakan kedaulatan, keamanan dan kesejahteraan serta persatuan negara Republik Indonesia memiliki sarana alat dan peralatan kapal. Sesuai keputusan presiden (Keppres) Nomor 12 tahun 1982 menetapkan bahwa kapal tersebut adalah kapal negara yang digunakan dalam pelaksanaan tugas operasional di lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan Laut yang terdiri atas: