• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERKEMBANGAN PELAYARAN DAN KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP TRANSPORTASI HAJI

A. Perkembangan Transportasi Jamaah Haji di Batavia 1.Kapal Layar (1825-1869)

2. Kapal Uap dan Kapal Motor (1870-1911)

Menjelang akhir abad ke-19, lamanya perjalanan mengarungi lautan berkurang secara signifikan dengan mulai munculnya kapal uap dan dibukanya Terusan Suez pada tahun 1869 memudahkan jalur Eropa ke Asia dan sebaliknya. Sejak awal abad ke-19 pelayaran di Nusantara banyak mengalami perubahan ,di tandai dengan evolusinya alat transportasi kapal laut, dari ukuran dan yang penting lainnya adalah perubahan tipe atau design baru kapal dengan inovasi dari bahan-bahan kayu ke bahan-bahan besi. Para nahkoda dan pemilik-pemilik kapal di Eropa mengenalkan berbagai jenis Kapal inovasi baru untuk kelancaran dan kemudahan lalu lintas pelayaran. Pada sektor ini banyak masyarakat sekitar pelabuhan mengapresiasi evolusi kapal ini. Karena pada abad ke-19 ini yang terpenting adalah perubahan tipe dan jenis Kapal dari kapal layar ke kapal uap setelah memasuki era besar revolusi industri.23

Pelayaran dan perdagangan pasca pembukaan Terusan Suez pada tahun 1869 membuat hubungan laut antara benua Asia dan benua Eropa semakin dekat jaraknya. Jalur baru itu memunculkan eksistensi koneksi kapal uap atas hubungan kapal layar. Biaya transportasi yang agak terjangkau, dan pasar untuk produk tropis meluas dengan sendirinya karena harga dapat turun. Dan pemodal Belanda

22

L.W.C Van Den Berg. Orang Arab di Nusantara. (Jakarta:Komunitas Bambu,2010).

h.xxxiv-xxxv. 23

Bab The evolution of ships.oleh Gerrit J.Knaap. Shallow Waters,Rising Tide: Shipping and

pun makin tertarik berinvestasi di Hindia Belanda.24 Masa itu pemanfaatan transportasi kapal tenaga uap sebagai pengangkutan jema’ah haji menjadi tanda kemajuan transportasi haji secara global.25 Sampai akhir abad ke-19 kapal layar masih tetap digunakan dalam pelayaran samudera secara umum, seperti jenis

clipper dengan layar bersusun tiga sampai empat tiang. Antara tahun 1869-1870 di perairan Hindia Belanda kapal uap pun masih memakai bantuan tenaga angin layar dengan tiga tiang layar seperti kapal Prins Hendrik der Nederlanden.26

Pada era itu Hindia Belanda sulit dalam bersaing atas keberhasilan Inggris dalam mengembangkan Singapura sebagai pelabuhan bebas (free Port) yang mampu menyedot aktivitas perdagangan kawasan Asia bagian Tenggara dan Dunia.27 Oleh karena itu maka pemerintah mengatur penetapan undang-undang tarif cukai Hindia Belanda yang telah mempercepat proses liberalisasi pelayaran dan perdagangan.28 Namun kebijakan-kebijakan tersebut dinilai belum ampuh dalam beberapa tahun kemudian semisal tahun 1878 Nusantara masih dominan kapal uap kecil yang sebagian besar mengibarkan bendera Inggris.

Menurut J.S.Furnivall masa itu belum ada kapal uap yang dibuat di Holland, semua kebutuhan dikirim dari Inggris. Oleh karena itu pemerintah

24

Bernard H.M Vlekke. Nusantara Sejarah Indonesia. (Jakarta: Kepustakaan Populer

Gramedia,2008) .h.348 25

Kemudahan jaringan pelayaran yang telah terbangun antara Semenanjung Arab dan Malaya juga menjadi faktor meningkatnya jumlah jamaah haji asal Nusantara pada abad ke-19. Anthony

Reid. Rum and Java:The Vicissitudes of Documenting a Long Distance Relationship. dalam

kumpulan tulisan From Anatolia to Aceh.(London:Oxford University Press,2015).h.32

26

Adrian B Lapian. Orang Laut, Bajak Laut, Raja Laut:Sejarah kawasan Laut Sulawesi Abad

XIX.(Jakarta:Komunitas Bambu,2011).h.296-299

27

Abad ke-19 Singapura tidak hanya sebagai basis perdagangan namun juga sebagai gerbang

masuk modernisasi Islam. Koh Keng We. Gateway and Panopticon:Singapore and Surviving

Regime Change in the Nineteenth Century Malay World. Dalam kumpulan tulisan Derek Heng dan

Syed Muhd Khairudin Aljunaid. Reframing Singapore:Memory-Identity-Trans-Regionalism.

(Amsterdam University Press,2009).h.39 28

Singgih Tri Sulistyono.Dinamika Kemaritiman dan Integrasi Negara Kolonial dalam

kumpulan tulisan Indonesia Dalam Arus Sejarah Jilid IV:Kolonisasi dan Perlawanan. (Jakarta:

Belanda sejak tahun 1870 memberikan kontrak kepada perusahaan pelayaran

Nederland Steamship.Co. Dan setelah kontraknya berakhir kemudian dipindahkan kepada Koninklijke Paketvaart Maatschappij (KPM) yang didirikan pada tahun 1888.29 Namun pendapat Furnivall perlu di tinjau kembali karena dalam laporan kolonial beberapa galangan Kapal di Pelabuhan Amsterdam, Feyenord, Rotterdam, Batavia, dan Surabaya telah membangun 2-5 Kapal uap untuk keperluan angkatan laut maupun angkutan barang sejak tahun 1870-an dengan berat tonnase antara 1350-3900 M3.30

Setelah dibukanya Terusan Suez tahun 1869 juga menandai dibukanya kantor Konsulat Belanda di Jeddah 3 tahun kemudian, pada tahun 1872. Dikarenakan pemerintah Hindia Belanda merasa khawatir, tidak dapat memantau apa yang dilakukan jama’ah Haji asal Hindia Belanda selama ditanah suci selain menunaikan ibadah Haji.31 Ketika Konsulat di dirikan di Jeddah itu belum ada perhubungan kapal langsung antara Hindia Belanda dan Jeddah. Tercatat jamaah lebih menitikberatkan kapal-kapal pengangkut haji dari Pelabuhan Singapura.32

Sejak kantor konsulat Belanda yang telah dibuka tahun 1872 berdampak pada efektifitas ujian haji memang dirasa sudah tidak perlu karena di Jeddah pembuktian seseorang yang betul-betul pergi ke tanah Suci terdapat dalam paspor haji yang harus dicap di Konsulat Belanda di Jeddah. Dalam aturan perubahan di pasal 3 aturan haji 1859, bahwa “tiap Jamaah Hindia Belanda pemegang surat jalan ke Mekkah setibanya di Pelabuhan Jeddah harus menghadap ke Konsulat

29

J.S.Furnivall.Hindia Belanda:Studi tentang Ekonomi Majemuk.(Jakarta:Freedom Institute,

2009).h.218 30

Koloniaal Verslag 1900. Statistich Jaaroverzicht 1898.(Batavia:Landsrukkerij,1900).h.110 31

Encylopedia van Nederlandsch Indie. Deel I. (Leiden:E.J.Briil, 1917).h.214-216 32

Belanda di Jeddah, kemudian menukarkan surat jalan tersebut dengan surat izin tinggal selama berlangsungnya musim haji”.33

Masa itu arus lalu-lintas jemaah Haji di pegang oleh pemilik-pemilik Kapal Arab dan Inggris.34 Oleh karena itu pada tahun 1873 Pemerintah Hindia Belanda ikut mengambil bagian untuk menunjang pereokonomiannya dari segi bisnis pengangkutan jamaah haji dari Hindia Belanda ke Jeddah serta sebaliknya dengan memberikan kontrak kepada tiga perusahaan pelayaran Belanda. Untuk menangani transportasi jama’ah haji perusahaan pelayaran tersebut digabung dalam satu kongsi yang disebut “Kongsi Tiga. Dan perusahaan-perusahaan pelayaran tersebut adalah Rotterdamsche Lloyd, Stoomvartmaatschapij Mij Nederland, dan Stoomvartmaatschapij Mij Ocean.35 Pada tahun 1874 di tetapkannya hak monopoli Kongsi Tiga atas pengangkutan jamaah haji oleh pemerintah Hindia Belanda, dampaknya jumlah jamaah haji cukup naik signifikan, walaupun tercatat banyak jamaah yang khususnya berasal dari Borneo dan Sumatra masih menggunakan kapal-kapal Inggris dari Singapura.

Aktivitas perusahaan-perusahaan pelayaran tersebut dalam hal publikasi sama-sama memasang reklame yang tersebar hingga ke plosok-plosok desa. Dan dibantu kepala pemerintah daerah setempat, pada sirkuler pemerintah tanggal 8 Juni tahun 1882 kepada kepala daerah yang membantu warganya naik haji dengan Kapal milik Pemerintah akan mendapat ganjaran dengan memungut premi per-penumpang sebesar f 2,50 untuk yang berhasil memberangkatkan calon jama’ah

33

Staatsblad van Nederlansch Indie. 17den Julij 1875 No.161 Bedevaartgangers (Batavia: Ter Landsrukkerij,1876)

34

Jacob Vradenbergt.Ibadah Haji Beberapa ciri dan fungsi.(1997:37)

35 Istilah lain yang familiar oleh masyarakat masa itu disebut “Kapal Dines” (Kapal

Pemerintah). Lihat dalam Kumpulan Karangan Snouck Hurgronje Jilid VIII.( Jakarta: INIS, 1993).

haji dari wilayahnya ke Jeddah dengan menumpang kapal-kapal milik Stoomvaart Maatschappij Nederland, Rotterdamsche Llyod, dan Stoomvaart Mij Oceaan.36 Dalam besluit 27 November 1882 perusahaan-perusahaan tersebut berkombinasi dalam membentuk karcis pulang-pergi untuk jamaah dari Batavia.37

Beberapa pribumi sudah mengetahui persoalan pelayanan baik melalui Kapal di Singapura maupun di Hindia Belanda, namun banyak juga pribumi yang menyangka bahwa mereka tidak menyenangkan pemerintah pusat bila tidak menumpang kapal-kapal Nederland atau Rotterdamsche Llyod yang mereka anggap kapal pemerintah atau biasa disebut “kapal dinesbukan kapal partikelir.

Sehingga kadang merasa harus menggunakan kapal tersebut.38 Kantor-kantor agen maskapai pelayaran Kongsi Tiga tersebut juga terletak di wilayah Batavia serta kota-kota pelabuhan lainnya dan sangat membantu kemudahahan warga Muslim di sekitar Batavia.39 Setelah berdirinya perusahaan pelayaran dalam negeri yaitu

Koninklijke Paketvaart Maatschappij tahun 1888, lebih memudahkan pelayaran antar pulau untuk mengangkut calon jamaah haji ke embarkasi Batavia dan sangat membantu minat calon jamaah haji dari timur Hindia.40

Sayangnya dalam aspek pengawasan kesehatan yang menjadi perhatian utama pada abadke-19 untuk kenyamanan jamaah selama pelayaran di atas kapal belum begitu baik. Demikian halnya pelayaran di kawasan Terusan Suez hingga

36

Ketentuan ini diperkuat sirkuler sekretaris pertama Gubernemen pada butir 8,6 Juni 1882,

No.90 6B, di kutip oleh M.Dien Majid dalam Berhaji di Masa Kolonial.,op.cit.(2008:56-57) .

Lihat juga Karel A.Steenbrink.Beberapa Aspek tentang Islam di Indonesia….(1984:240)

37

Johan Eisenberger.Indie en de Bedevaart naar Mekka...(1928:170)

38

Surat Snouck Hurgronje kepada Direktur Pengajaran, Ibadah dan Kerajinan. Di Batavia

tanggal 19 Juli 1895 dalam C.Adrianse dan E.Gobee (Nasihat-Nasihat C.Snouck Hurgronje….Jilid

VIII: 1993:1511) 39

Regeerings Almanak voor Nederlandsch Indie 1927, Deel II.(Weltevreden:Landsrukkerij, 1927).h.845-847

40

Laut Merah kurang lebih ada 15000 kapal hilir mudik antara tahun 1884-1891, Namun terdapat 20 kapal yang tidak sehat terdeteksi terjangkit penyakit menular mungkin selebihnya ada namun tidak di ketahui.41

Belum terlalu diperhatikannya aspek fasilitas kesehatan baik oleh pemerintah Hindia Belanda, syahbandar pelabuhan maupun pemilik perusahaan pelayaran seperti terlihat dalam sebuah laporan di Tanjung Priok. Pada musim haji 1890/1891 di dapat bahwa Kapal Gelderland yang membawa kurang lebih 700 jamaah Haji datang dari Pelabuhan Jeddah ke Pelabuhan Tanjung Priok. Dan kapal tersebut meninggalkan Pelabuhan Jeddah ketika wabah kolera berkecamuk, di laporkan ada 32 orang jamaah haji yang meninggal dalam perjalanan karena di dalam kapal tersebut diketahui tidak ada satupun dokter kapal.42

Untuk perbaikan kondisi dalam ruangan kapal beberapa perusahaan pelayaran berpedoman pada sebuah ketentuan untuk kapal angkutan jamaah haji, Namun diketahui belum masuk ke dalam Lembaran Negara (Staatsblad). Sebuah ketentuan “Native Passangers Ship Act 1884” tertanggal 15 Februari di dapatkan dari surat kawat maskapai Stoomvaart Maatschappij Nederland kepada Menteri Koloni soal aturan pengiriman haji. Ketentuan itu antara lain berisi “hanya kapal-kapal yang mempunyai dek dari kayu akan dibolehkan untuk mengangkut jamaah, dan kapal itu harus mempunyai besi untuk tiang dek ,kemudian dalam semua hal dek itu harus dari kayu dan tidak berisi penuh batubara”. Masa itu kadangkala

41

Pada tanggal 4 Juli 1890 Kapal S.S.Deccan saat di periksa di Karantina Kamaran dengan

jumlah penumpang 1223 jamaah, di dapat 34 orang meninggal, 7 orang terjangkit cacar. Setahun

kemudian tanggal 1 Mei 1891 S.S.Sculptor milik Inggris dengan 785 jamaah, di dapat 14 jamaah

yang meninggal, dan 1 orang di tahan di camp karena terjangkit setelah 20 hari pelayaran.

P.Adriani. De Bedevaarten naar Arabie en de Verspreiding der Epidemische Ziekten :eene

Epidemologische studie voor Medici en Politici. (Ooltgensplaat: M.Breur,1899).h.112 42

Surat Snouck Hurgronje kepada Direktur Pengajaran, Ibadah dan Kerajinan di Madiun, tanggal 12 Januari 1891

kapal-kapal yang digunakan untuk mengangkut batu bara di waktu lain digunakan untuk mengangkut jamaah haji sehingga sering dijumpai oleh jamaah di ruangan kapal ada sisa-sisa batu bara di dalamnya.43

Kapal uap dan motor masa itu rata-rata tonnase paling besar mencapai 5000 ton dan jumlahnya belum banyak tersedia. Dengan terus meningkatnya jumlah jamaah haji menyebabkan kapal-kapal milik pemerintah tidak mampu lagi mengangkut keseluruhan jamaah haji. Oleh karena itu pemerintah membuka pintu kepada pihak swasta untuk turut serta dalam pengangkutan jamaah haji. Sejak tahun 1890 di putuskan untuk mengkombinasi perusahaan-perusahaan Kongsi Tiga dengan perusahaan kapal uap Ocean Steamship Company milik Alfred Holt dari Inggris yang sering mengangkut jamaah dari pelabuhan embarkasi Singapura. Perusahaan-perusahaan swasta lainnya pun bermunculan dan bersedia untuk mengangkut jamaah haji dari sepanjang pantai di Jawa dan Padang.44

Namun dalam perjalanan sejarah, pelayanannya kepada para jamaah di kesampingkan bahkan jamaah haji di jadikan objek pemerasan.45 Dalam hal ini agen Herklots dan Firma Al segaff & Co melakukan penyimpangan saat memberangkatkan dan memulangkan jamaah Haji. Agen Travel Haji Herklots semisal yang berkantor pusat di Batavia ,kapal carteran yang di sewanya sering melebihi bobot kapasitas untuk mengangkut penumpang haji. Manuver Herklots yang hanya mencari banyak keuntungan atas jamaah Haji, membuat pihak

43 Surat dari Stoomvaart Maatschappij Nederland kepada Menteri Luar Negeri di „s Gravenhage. tertanggal 7 Desember 1893 No.387.

44

Johan Eisenberger.Indie en de Bedevaart naar Mekka…(1928:171)

45

M.Dien Madjid. Aktivitas Travel Haji Firma Al-Segaf & Co di Semenanjung Melayu dalam

Arsip Belanda (1855-1899). (Jakarta: Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta; Jurnal Al-Turas, No.1 Vol I0, Januari 2004), ISSN:0853-1692

Nederland dan Rotterdamsche Llyod mengeluh tentang tekanan yang menyebabkan penumpang dari jamaah haji di renggut dari kapal-kapal mereka.46

Dalam laporan Konsul Belanda di Jeddah tahun 1893 agen Herklots yang mengumpulkan jamaah haji di Jeddah dengan mengcarter sebuah kapal Samoa milik perusahaan pelayaran Inggris yang beratnya sekitar 5000 ton berangkat dari Pelabuhan Hartlepool melewati Port-Said, Suez, Jeddah, Aden, Padang dan tiba di Tanjung Priok-Batavia pada tanggal 29 Agustus 1893 pukul 05.00 dengan 49 hari perjalanan Kapal di paksa mengangkut 2500 penumpang jamaah Haji saat singgah di Pelabuhan Jeddah.47 Kemudian saat singgah di Pelabuhan Padang kapal ini telah menurunkan 600 penumpang. Kondisi kesehatan jamaah haji dalam perjalanan pun baik namun kemudian mulai timbul penyakit menular, dan di dapat 61 orang yang meninggal. Setelah di ketahui dari hasil pemeriksaan kesehatan bahwa mereka yang sakit tidak mendapatkan layanan kesehatan yang baik selama di atas kapal. Dan mereka yang menderita penyakit kolera kemudian segera di bawa ke rumah sakit namun beberapa tidak tertolong.48 Pada perkembangannya berikutnya agen Herklots mengalami collapse karena merugi.49

Perkembangan kompetisi perusahaan-perusahaan pelayaran nampaknya tidak memperhatikan aspek kenyamanan dan kesejahteraan penumpang, seperti

46

Surat Snouck Hurgronje kepada Direktur Pengajaran, Ibadah dan Kerajinan tanggal 19 Juli 1895 No.2510/1896. C.Adrianse dan E.Gobee (Nasihat-Nasihat C.Snouck Hurgronje….Jilid

VIII:1993:1516) 47

Dalam surat Menteri Kolonial tertanggal 9 Juni 1893 No.5823 menuturkan bahwa Kapal yang berisi 2500 sampai 3000 jamaah sangat berbahaya untuk kesehatan mereka dan secara tidak langsung menimbulkan kematian di Hindia Belanda karena penyakit menular.

48

Rapport van den Officer van Gezondheid van board Hms.Gedeh betreffende eene geneeskundige inspectie aan board van het Engelsch Stoomschip Samoa, Kaptein Adams, komende van Djeddah.(ANRI.Pelgrimregister dalam (Arsip Algemene Secretaries:Missive Gouvernement Secretaries (MGS): Seri Grote Bundel(GB),1892-1942). No. 2811 MGS 4-11-1893. GB.Ag.2280

49

Pembahasan ini menjadi bahasan khusus pak M.Dien Madjid.Berhaji di Masa Kolonial.

aspek pelayanan kesehatan di dalam kapal haji dirasa belum cukup memadai. Protes-protes kepada pelayanan operasional Nederland serta Rotterdamsche Llyod

juga kadang di layangkan oleh agen kapal Deandles & Co yang merasa adanya temuan kecurangan. Seperti yang terjadi pada tahun 1890 bahwa untuk tiap orang telah di hitung kapasitasnya 84 jamaah untuk dek atas. Dan menurut peraturan tahun 1886 dalam pasal 5 ketentuan jumlah penumpang tidak boleh lebih dari 5 jamaah per 100 registertonnen yang dapat di angkut. Namun dalam kapal

Nederland waktu itukurang lebih ada 140 jamaah per kapal di dek atas, dan pada kapal Rotterdamsche Llyod ada kurang lebih 120 jamaah per kapal di dek atas.50

Semua maskapai pun kemudian berusaha untuk memperbaiki mutu pelayanannya jika tidak ingin kehilangan pelanggan, dan beberapa maskapai mempunyai ketentuan sendiri mengenai fasilitas untuk menjaga reputasinya. Seperti maskapai kapal Mij Nederland sendiri tahun pada tahun 1896 telah menghidangkan beberapa hal sebelum di terapkannya ordonansi pelayaran haji, persediaanya antara lain :

 Minum, nasi dan garam dalam jumlah yang cukup  Ikan asin sehari-hari mendapat 0,25 kg,

 Kopi sehari-hari mendapat 0,03 kg,  Teh sehari-hari mendapat 0,02 kg  Gula sehari-hari mendapat 0,02 kg

 Lauk-pauk untuk nasi berlaku seperti daging dan cabai

Untuk kesehatan seperti biasanya calon jamaah Haji diperiksa oleh Mantri Kesehatan dengan teliti. Para jamaah juga harus mendapatkan perlakuan, sikap dan tingkah laku yang baik Nahkoda Kapal dan apabila awak kapal ada yang ketahuan melakukan pemerasan uang di atas kapal terhadap para jamaah ,maka

50

Nahkoda akan memberlakukan hukuman keras. Masalah jamaah yang meninggal harus dicatat dalam jurnal kapal dan harus segera diambil tindakan untuk diberikan kepada agen di Jedah atau di Batavia. Kemudian surat jalan dan tiket milik jamaah haji yang meninggal diberikan kepada agen.51

Semenjak pertama kali pemerintah menetapkan ordonansi pelayaran kapal haji tahun 1898 perhatian atas fasilitas ruangan dan kesehatan di tingkatkan.52 Dan pada perkembangannya semisal musim haji tahun 1901-1905 rata-rata kapal-kapal Kongsi Tiga yang digunakan untuk mengangkut jamaah haji berjumlah 7-29 kapal, dengan tonnase antara 3000 sampai 5000 M3.53

Ordonansi haji tahun 1898 yang berpedoman pada ketentuan konvensi sanitasi internasional dalam pengaturan ruangan minimal perhitungan 5 jamaah haji per 100 registertonen dari bruto kapal, namun faktanya jumlah jamaah dalam kapal antara 600 bahkan hingga 900 orang karena seharusnya dengan berat kapal semisal sekitar 5000 ton hanya cukup untuk 300-500 jamaah.Akibatnya beberapa jamaah yang berhimpitan bahkan beberapa tidak mendapat ruangan dalam kapal dan dampaknya jamaah mendapat udara yang tidak sehat.54 Salah seorang jamaah haji dari Batavia, ‘H.Moehammad warga yang berasal dari Afdeling Meester Cornelis di ketahui meninggal dunia akibat terjangkit penyakit malaria yang di deritanya dalam perjalanan kapal haji dari Tanjung Priok menuju Jeddah.55

51

Extract-Ketentuan mengenai pengiriman Jamaah Haji per Kapal Api dari Stoomvaart Mij. Nederland. Dalam Besluit 1-6-1896 No.6 dalam arsip laporan Mukhlis Paeni & Tim Penyusun.

Biro Perjalanan Haji di Indonesia Masa Kolonial…op.cit..(2001:45). 52

Lihat Staatsblad 10 October 1898 no.294

53

Jan Hendrik Ziesel.De Pelgrims Quarantaine in de Roode Zee.(1929:48). Lihat tonnase

kapal-kapal buatan antara tahun 1890-1910www.theshiplist.com/ships/lines/rotterdamschellyod.

54

Jan Hendrik Ziesel.De Pelgrims Quarantaine in de Roode Zee.(1929:46-47).

55

ANRI. Arsip Eeredienst-De Afdelingsgewijs ingerichte aschrift Pelgrimregister 1907-1911.

Sebenarnya dalam beberapa kasus sering di temuinya jamaah haji yang meninggal dalam perjalanan karena jenis kapal pos dan kapal kargo yang di jadikan kendaraan jamaah haji kurang dengan fasilitas perawatan kesehatan. Menurut Dr.Johan Eisenberger sebenarnya kapal-kapal haji harus di lengkapi rumah sakit, atau kamar mandi yang layak dan di terapkan secara permanen. Sehingga kapal-kapal yang berpartisipasi dalam pengangkutan jamaah haji haruslah yang terbaik dalam pelayanan kesehatan.56

Kebijakan terhadap perbaikan Kapal Uap

Memasuki tahun 1905, untuk pertama kalinya jumlah kapal uap lebih banyak dari pada kapal layar dalam dunia pelayaran Hindia Belanda.57 Di tahun tersebut upaya untuk memperbaiki kondisi-kondisi pelayanan Kapal Uap Hindia Belanda di tetapkan oleh Pemerintah melalui Keputusan Gubernur Jenderal tahun 1905 (Staatsblad 1905 No.370 ) ,peraturan ini di sebut “Ordonansi Kapal Uap” dimana perbaikan-perbaikan untuk kapal-kapal yang melalui Hindia Belanda harus ditingkatkan dan hal ini sudah dijelaskan pada Bab sebelumnya.58

Ordonansi kapal uap ini untuk pengangkutan tingkat lokal maupun besar, dan untuk semua pelabuhan Hindia Belanda yang kurang dari 200 mil laut yang terletak diluar pelabuhan timur. Untuk kapal post dan kapal penumpang minimal mempunyai lebih dari 12 kamar penumpang. Ordonansi ini berlaku untuk semua kapal dari Hindia Belanda dengan dilengkapi oleh surat keterangan jalan. Namun ketentuan ini tidak akan berlaku untuk kapal perang pemerintah, kapal yang

56

Johan Eisenberger.Indie en de Bedevaart naar Mekka…(1928:172)

57

Akhir abad ke-19 kapal uap pada saat itu hanya kurang dari 30% dari seluruh armada perdagangan Hindia Belanda, awalnya hanya angkatan laut Belanda yang dilengkapi kapal uap.

G.J.Resink.Bukan 350 Tahun di Jajah.(Jakarta:Komunitas Bambu,2013).h.297

58

Staatsblad van Nederlansch Indie. 06 July 1905 No.370 Stoomvaartordonantie (Batavia: Landsrukkerij,1906)

tonasenya kurang dari 25 M3 , dan bukan juga untuk kapal yang hanya digunakan untuk angkutan di aliran sungai.Dalam pasal 6 ayat D dinyatakan bahwa untuk pengangkutan pribumi dalam jumlah besar, maka satu kapal membutuhkan satu Nahkoda, dilengkapi dengan seorang diploma dan jurumudi. Lalu minimal juga ada masinis dengan diploma C dan 2 masinis dengan diploma B. Kapal ini akan diberi surat keterangan jalan setelah menjalani ujian kelayakan oleh Kepala Departemen Kelautan serta Kepala Pelabuhan sebagai komisi penguji (examencommissien) untuk mendapatkan lisensi sebagai syarat kapal untuk perjalanan nantinya karena sesuai dengan besluit kerajaan 30 Januari 1904 no.23.

Satu kapal yang akan memulai pelayarannya akan diberikan surat jalan dan lisensi berbentuk sertifikat yang terdiri dari tingkat A,B,C, dan D. untuk pengangkutan penumpang dengan Kapal besar harus mempunyai kamar dilengkapi tempat tidur dan untuk dek penumpang harus dengan lebar 0,84 meter per kubik dan panjang 1,53 meter kubik dan tinggi minimal balkon dek 1,72 meter persegi.59 Dan satu dek penumpang harus mempunyai daya tahan 70 Kg per orang. lalu untuk tempat anak-anak diberikan 0,72 meter persegi untuk usia 12 tahun ke atas. Untuk fasilitas perahu kecil jumlahnya disesuaikan dengan tonase atau besaran Kapal.60 Berikut jumlah minimal perahu penolong di atas Kapal:

Tabel 6.a

Dokumen terkait