• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh-Pengaruh Politik a. Keadaan Politik Dalam Negeri

GAMBARAN UMUM BATAVIA A. Aspek Geografis dan Demografis

B. Keadaan Sosial Politik dan Perkembangan Haji 1.Keadaan Sosial dan Semangat Keagamaan1.Keadaan Sosial dan Semangat Keagamaan

2. Pengaruh-Pengaruh Politik a. Keadaan Politik Dalam Negeri

Pemerintah penjajah sejak masa VOC menganggap bahwa para jamaah haji membahayakan kekuasaan mereka dan mengganggu terpeliharanya rust en orde. Secara historis, memang banyak orang-orang yang telah berhaji yang memimpin perlawanan terhadap pemerintah kolonial. Di zaman prakolonial, kedudukan istimewa secara kultural ini membuat seorang haji dapat memupuk kekuatan.38 Kenyataannya seperti pemberontakan kaum Padri di Sumatra tahun 1803, pemberontakan Diponegoro di Jawa Tengah tahun 1825-1830, Jihad di Aceh tahun 1873, dan Jihad Petani di Cilegon Banten tahun 1888, perlawanan terhadap penjajah yang banyak menguras kas Hindia-Belanda.39 Dan kalau kita lebih melihat pemberontakan fisik tersebut merupakan gerakan yang ditunjukkan kaum Muslimin di motori oleh para haji dan Ulama.40

Pada tahun 1825 Residen Batavia telah melaporkan, bahwa setiap tahun jumlah orang yang pergi haji terus meningkat dan para haji ini tidak mau bekerja lagi, sedangkan orang pribumi percaya bahwa para haji itu mempunyai kekuatan gaib.41 Oleh karena Resolutie tahun 1825, secara umum, dalam konteks politik ialah agar para jama’ah Haji dapat dikendalikan kolonial. Sebagai upaya untuk

38

Muhammad Hisyam. Kebijakan Haji Masa Kolonial Kumpulan artikel ilmiah Sejarah dan

Dialog Peradaban: Persembahan 70 Tahun Prof.Dr.Taufik Abdullah. (Jakarta:LIPI Press,2005). h.335

39

Karel A Steenbrink. Beberapa Aspek Tentang Islam di Indonesia Abad Ke-19. (Jakarta:

Bulan Bintang, 1984).h.25-27 40

Departemen Pendidikan Nasional, Peranan Elit Agama Pada Masa Revolusi Kemerdekaan

Indonesia. (Jakarta:Departemen Pendidikan Nasional, 2000), hal.15 41

Karel A.Steenbrink. Beberapa Aspek Tentang Islam di Indonesia Abad

mencegah “gerakan” orang-orang yang telah melaksanakan haji yang biasa menumbuhkan fanatisme beragama.42 Dalam laporan kolonial jumlah pribumi Muslim Batavia yang berpengaruh hingga akhir tahun 1887 di hitung dari jumlah jawara mencapai 22906 orang, 3886 jumlah yang sudah berhaji, dan 1134 guru agama. Bila di representasikan dari jumlah populasi di Karesidenan Batavia saat itu yang mencapai 937.289 orang, artinya ada 0,53% orang yang berpengaruh.43

Akibat terjadinya perlawanan oleh para Ulama kepada Kolonial, akhirnya pemerintah Hindia Belanda berusaha membatasi perjalanan haji ke Mekkah. Kepercayaan masyarakat yang terlalu fanatik terhadap para haji di takutkan Belanda dapat membawa pengaruh negatif bagi eksistensi pemerintah Kolonial. Menurut Aqib Suminto dasar inilah yang membuat pemerintah Belanda mengeluarkan berbagai peraturan yang bertujuan untuk mempersulit Umat Islam ke Mekkah, lalu dikeluarkanlah ordonansi yang antara lain, berisi larangan bagi umat Islam Jawa untuk pergi ke Mekkah tanpa disertai surat pas jalan.44

Pembatasan ibadah haji ini merupakan suatu keinginan dasar kompeni. Menurut kesimpulan Vradenbergt bahwa jelas adanya hubungan antara seringnya pribumi beribadah haji dan kasus pemberontakan terhadap penguasa kolonial.45 Sedangkan menurut Snouck Hurgronje soal usaha pemerintah dalam pembatasan calon jama’ah haji mungkin akan sangat sia-sia. Dalam menanggapi surat kiriman rahasia dari Residen Banten tertanggal 11 Maret 1890 No.47 soal usaha pembendungan calon jama’ah Haji, menurutnya:

42

M.Dien Madjid. Berhaji Di Masa Kolonial. (Jakarta:CV Sejahtera, 2008) .h.82-83

43

Sartono Kartodirdjo dalam The Peasant‟s Revolt of Banten in 1888; it‟s Conditions, Course

and Sequel: A Case Study of Social Movements in Indonesia.,(1966:332) 44

Aqib Suminto. Politik Islam Hindia Belanda, (Jakarta:LP3ES, 1996).h.10

45

Jacob Vradenbergt.Ibadah Haji:Beberapa Ciri dan Fungsi di Indonesia.Dalam Kumpulan

“Pembendungan tersebut pastilah jauh lebih sulit sekarang daripada dulu, mengingat sarana komunikasi yang sudah lebih mudah. Didaerah-daerah yang sudah lama Haji merupakan tujuan cita-cita yang disukai banyak orang, sebaliknya saya menganggap bahwa pada umumnya semua perlawanan terhadap penambahan jumlah haji akan sia-sia, bahkan lebih dari itu, tak pantas dianjurkan.”46

Cara terpenting untuk itu adalah seharusnya pengawasan terus-menerus terhadap ilmu-ilmu Islam yang berkembang sekitaran penduduk.47 Atau cara lain dengan mengalirkan semangat pribumi ke arah lain, maksudnya seperti mengayunkan pribumi menuju kebudayaan Belanda, untuk menjauhkan keinginan untuk berhaji.48 Karena persoalan ini, dalam penanggulangannya menurut Hurgronje dalam tulisannya tentang “politik Haji” tahun 1899 ,pemerintah juga harus membuat peraturan secara hati-hati terhadap jabatan penghulu ,anggota dewan ulama, guru pesantren dan seterusnya, mekanismenya harus sebagai berikut:

“Setiap guru pesantren atau langgar, untuk dapat menempati kedudukan itu.harus terlebih dahulu mendapat izin bupatinya, dan izin ini akan diberikan sesudah memperoleh keterangan yang diperlukan mengenai kelayakan bekerja, prilaku, dari kepala distrik dan pihak berwajib lainnya. Jika kelak ternyata ia telah berbuat hal yang tidak baik atau memberikan ajaran yang membahayakan,maka izin tersebut akan dicabut, atau diambil tindakan yang lebih keras terhadap orang yang telah membuat pelanggaran. Sewaktu-waktu sang guru harus melaporkan kitab-kitab apa yang dipergunakan untuk memberi pelajaran, berapa banyak jumlah muridnya dan dari mana asal mereka.”49

Pengamatan ini merunut secara kronologis akibat dari pemberontakan pribumi Muslim yang dalam perspektif kolonial dari gerakan Tarekat namun juga dikaitkan dengan perkembangan haji di Nusantara. Di wilayah Batavia sendiri,

46

Surat Snouck Hurgronje kepada Sekretariat Umum di Batavia, 26 Maret 1890 . Gobee,E

dan C,Adriaanse. Nasihat-Nasihat C.Snouck Hurgronje Semasa Kepegawaiannya Kepada

Pemerintah Hindia Belanda;1889-1936. (Jakarta: INIS, 1993). Seri Khusus INIS Jilid VIII.h.1411 47C.Adrianse & E Gobee…Nasihat-Nasihat C.Snouck Hurgronje…(Jilid X h.1413

48

Tulisan Snouck dalam Nederland en de Islam, dikutip oleh M.Aqib Suminto.Politik Islam

Hindia Belanda:Het Kantoor voor Inlandsche Zaken.(Jakarta:LP3ES,1985).h.96 49

C.Snouck Hurgronje.Kumpulan Karangan Snouck Hurgronje.(Jakarta:INIS,1993), Jilid

pengawasan begitu ketat dilaksanakan pemerintah koloni. seperti kasus sanksi yang diberikan kepada seorang Mu’alim di Onderdistrik Meester Cornelis tahun 1901.50 Tidak hanya itu, tragedi 1888 di Banten Utara yang dampaknya sudah tersebar seantero Jawa saat itu, membuat pemerintah Hindia Belanda di Batavia geram dan juga melakukan pengawasan ketat terhadap perkembangan Tarekat-Tarekat di Pulau Jawa yang paham ortodoksinya membenci kaum kafir atau berideologi seperti Haji Wasid dan kawan-kawannya.51 Ini yang membuat pemerintahan Hindia Belanda sejak lama untuk mengambil inisiatif bersikap preventif dengan begitu ketat mengawasi para pengajar-pengajar alumni haji yang telah berguru ke Timur Tengah.52

Pada tahun 1907 C.Snouck Hurgronje selaku penasehat urusan pribumi memberikan saran lewat suratnya kepada Gubernur Jenderal cukup perkembangan ajaran-ajaran Islam yang perlu mendapat pengawasan Kolonial di daerah-daerah khususnya di Karesidenan Batavia. Karena tindakan preventif yang berlebihan

50

Pengawasan ini terlebih karena Batavia sebagai Pusat Pemerintahan Hindia-Belanda, Dalam sebuah laporan tahun 1901 bahwa seseorang bernama Muhammad Tayib dari Jambi walaupun orang pendatang setelah pulang Haji dia telah lama memberikan pelajaran agama di wilayah

Meester Cornelis dan dianggap mencurigakan karena dua kitabnya yang berjudul Tanbih

Ul-Islamiyyah dan Huddatul Qawim diduga oleh Pemerintah Daerah Batavia sarat dengan politik. Namun hal itu diluruskan oleh C.Snouck Hurgronje bahwa tidak terdapat hal yang mencurigakan dalam ortodoksi isi dua kitab tersebut, mungkin hanya kesalahan idiom dalam bahasa Arab ke

Melayu.“Telegram C.Snouck Hurgronje dari Kutaraja kepada Residen Batavia tanggal 10 Agustus

1901”, lihat dalam Nasihat-Nasihat C.Snouck Hurgronje Semasa Kepegawaiannya Kepada Pemerintah Hindia Belanda;1889-1936.(Jakarta:Seri Khusus INIS, Jilid X, 1994).h.2093-2094

51

Pasca geger Cilegon 1888, di beberapa daerah memang telah timbul salah paham sehingga

Tarekat seperti Naqsyabandiyah harus dilarang ajarannya.“Surat C.Snouck Hurgronje dari Serang

sebagai jawaban kepada Sekretaris Pertama Pemerintah atas surat tertanggal 24 Juli 1890. No.197,

Bulan Agustus 1890”, lihat dalam Nasihat-Nasihat C.Snouck Hurgronje.,Ibid. h.2067-2068

52

Secara nyata seperti terlihat di Residen Batavia, suatu penggerebekan tahun 1894 yang dilakukan oleh dirumah Muhali, dan para pengikutnya karena diduga memiliki kitab yang berisi dalil-dalil ajaran Haji Muhammad Saleh Mantare yang dianggap berpaham sama dengan Haji

Wasid di Banten. “Surat Snouck Hurgronje kepada Sekretaris Pemerintah Residen Banten tanggal 14 Maret 1894”, lihat dalam Nasihat-Nasihat C.Snouck Hurgronje. Jilid X.(1994;h.2072-2074)

dapat menimbulkan efek yang lebih buruk bagi pemerintah.53 Di Afdeling Kota Batavia sendiri jumlah orang-orang yang pergi untuk ibadah Haji ke Mekkah terus meningkat, pada musim haji tahun 1907/1908 jumlahnya 196 Jamaah, kemudian pada tahun berikutnya 1908/1909 naik mencapai 279 Jamaah.54

Perkembangan ideologi yang mewakili kelompok perlawanan lainnya yang di awasi Pemerintah Hindia Belanda ialah perkembangan Komunisme yang mendunia setelah revolusi Bolshevik tahun 1917 di Rusia dan menjadi topik pemberitaan di media-media pemerintah Hindia Belanda.55 Kenapa demikian, pihak Komunis sendiri selalu memberikan propaganda anti-penindasan penjajah di tanah Hindia bagi perkembangan Nasionalisme Muslim yang diwakili Sarekat Islam waktu itu, hal itu kemudian menginisiasi berdirinya PKI tahun 1924 yang berawal dari pecahnya Sarekat Islam faksi S.I. Merah.56 Smentara rezim sosialis sendiri yang di dirikan pada tahun 1917 di Rusia, menurut Akira Nagazumi mereka mempunyai kepentingan yang sama atas jamaah haji.

Sejak tahun 1925 Kedutaan Inggris dan Belanda menduga adanya kegiatan propaganda Soviet yang di tujukan kepada para jamaah haji di Mekkah melalui selebaran-selebaran anti penjajahan barat, dan mengkhawatirkan pengaruhnya atas gerakan-gerakan kaum nasionalis di negeri jajahan.57 Puncak gerakan Komunis di Hindia Belanda adalah pemberontakan kaum Komunis oleh PKI kepada

53

Surat Snouck Hugronje kepada Residen Batavia tertanggal 7 Oktober 1907 dalam Nasihat-Nasihat C.Snouck …. Jilid X.(1994:2088)

54

ANRI. Arsip Eeredienst-De Afdelingsgewijs ingerichte aschrift Pelgrimregister 1907-1911.

Tzg.GB.Ag 1911/16340 No.6570 55

Lihat dalam De Mailbode Official orgaan voor Passangers naar Nederlandsch-Indie edisi

14 November 1919

56Lihat perkembangan Nasionalisme “Kaoem Betawie” dalam J.Th.Petrus Blumberger. De Nationalistische Beweging in Nederlandsche Indie.(Dordrecht-Holland:Forris Publication,1987)

57

Akira Nagazumi.Pemberontakan Partai Komunis Indonesia dan Pengaruhnya atas Jamaah

Haji:1926-1927. dalam kumpulan tulisan Indonesia dalam Kajian Sarjana Jepang oleh Akira Nagazumi.(Jakarta:Yayasan Obor Indonesia,1986).h.215-216

penjajahan Belanda pada tanggal 12 dan 13 November 1926 yang bermula di Banten dan Batavia.58 Pemberontakan pihak Komunis di Batavia pada hari Jum’at tanggal 12 November 1926 pukul 16.00 petang, saat huru-hara tersebut berdampak kemudian hanya sedikit sekali warga Muslim Batavia yang meminta surat jalan (pas Haji) kepada Bupati (Regentschap) untuk menunaikan Haji ke Mekkah karena mereka rasa tidak aman untuk keluar wilayah.59 Dan pemberontakan PKI tersebut berhasil di padamkan pemerintah pada pertengahan Desember tahun 1926.

Situasi saat itu pemerintah cemas bila Mekkah dan Madinah di bolehkan secara terang-terangan untuk menjadi pusat propaganda anti kolonial Belanda. Ancaman lainnya adalah propaganda kepada jamaah haji di Mekkah oleh kelompok Komunis, untuk itu usaha Menteri Luar Negeri Belanda untuk menjaga hubungan dengan Arab Saudi terus di upayakan. Pemerintah Saudi sendiri menegaskan kembali “bahwa Mekkah bukanlah tempat yang aman bagi mereka yang ingin menentang penguasa Kolonial di tanah airnya, dan di Mekkah kita hanya mempelajari Agama”. Hal itu cukup menyenangkan hati Konsulat dan Pemerintah Belanda untuk menetralisir pihak-pihak Komunis.60

b. Keadaan Politik Luar Negeri

Dalam sejarah politik di Luar wilayah Hindia Belanda setidaknya ada tiga peristiwa besar yang mempengaruhi tingkat perkembangan haji dalam studi tahun 1900-1930. Pertama ialah Perang Dunia 1 antara tahun 1914-1918 yang

58

Over den Communistischen in West-Java dalam De Indische Gids 1926.(Deel II,1926:1128) 59

Hari kedua pemberontakan terjadi pemogokan umum buruh kereta api (S.S) lihat Achmad

Djajadiningrat. Kenang-Kenangan.(Batavia:Kolff-Buning,1936).h.432

60

Mekkah di bawah Raja Saud ternyata tidak cocok bagi segenap agitasi politik. Lihat Akira

Nagazumi. Pemberontakan Partai Komunis Indonesia dan Pengaruhnya atas Jamaah

melibatkan Turki Utsmani sebagai pengatur Haji di Mekkah. masa itu pemerintah memberhentikan prosesi Ibadah Haji, walaupun ada sedikit pribumi yang berani mengambil resiko untuk berangkat ke Timur Tengah. Kedua adalah peristiwa perlawanan kaum Wahabi untuk mengambil alih tanah Hejaz dari Syarif Husein, perlawanan yang dipimpin oleh Ibnu Saud tahun 1924-1925 yang kemudian Ibnu Saud menjadi Raja Saudi. Masa itu jemaah Haji hanya ada 74 orang dari Hindia Belanda. Ketiga adalah usaha yang dilakukan Kaum Komunis Internasional (Komintern) untuk mengkomuniskan Hindia Belanda yang puncaknya nanti pemberontakan Komunis tahun 1926 yang telah di jelaskan sebelumnya. Kedua peristiwa terakhir di atas sama-sama mempropagandakan hal yang tidak jauh berbeda kepada para jamaah Haji untuk melawan penjajahan Hindia Belanda bila kelompok Islam melalui paham Pan-Islamisme tetapi Soviet dengan Komunisme.

Pertama di tengah berkecamuknya Perang Dunia ke-I (1914-1918) di Eropa61 yang melibatkan koalisi Jerman dan Turki Utsmani yang berbeda blok dengan Belanda di Eropa .Di Batavia pemerintahan ketakutan dengan menduga kuat propaganda Pan-Islamisme oleh para Haji di Hindia Belanda sangat didukung oleh Ottoman Turki62, untuk mengganggu resistensi Hindia Belanda di Timur jauh dengan meniupkan semangat Pan-Islamisme.63 Namun hal itu dapat di

61

Peperangan Dunia yang dikenal dengan Perang Dunia I ini pihak Jerman dan Turki mengalami kekalahan dengan ditandatanganinya perjanjian Versailes tahun 1919 maka wilayah

kekuasaan Jerman dan Turki harus dikembalikan,.Pengantar dalam buku P.K. Ojong. Perang

Eropa Jilid I.(Jakarta:Kompas,2005) 62

Kees Van Dijk.The Netherlands Indies and The Great War;1914-1918.(Leiden:KITLV

Press, 2007).h.297-298 63

Dalam laporan Koloniaal Verslag ‘tahun 1916 ”beberapa wilayah seperti di Timur Celebes

para Haji mengklaim mendapat instruksi dari Istanbul untuk membangkitkan pemberontakan didesa-desa pada November 1915, pada Oktober 1916 di daerah Jambi masyarakat setempat sangat menunggu kedatangan kapal perang Turki untuk membantu perlawanan mereka,, di Pasir, Pantai Timur Borneo, para Muslim juga meminta bantuan Turki untuk melawan Belanda.Lihat

antisipasi oleh pemerintahan Hindia Belanda hingga kekalahan Turki dan Jerman dalam Perang besar tersebut.64 Masa-masa perang tersebut sejak tahun 1914 pemerintah berusaha mengevakuasi sekitar 5.611 orang mukimin atau yang biasa disebut Komunitas “Jawi” di Mekkah, untuk meminimalisir pengaruh propaganda Turki Utsmani. Dengan penjemputan menggunakan Kapal-kapal milik Kongsi Tiga melalui Tanjung Priok. Dan secara rinci berikut jumlah mukimin masa itu yang telah lama berada di Mekkah :

Tabel 1.a

Daftar Pemukim Hindia Belanda di Mekkah hingga 1915 No. Asal Daerah Jumlah No. Asal Daerah Jumlah 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. Banten Batavia Priangan Cirebon Pekalongan Semarang Rembang Surabaya Madura Pasuruan Besuki Banyumas Kedu Jogjakarta Surakarta Madiun Kediri Padang bawah Padang atas 60 185 400 150 100 250 80 350 140 100 65 125 150 70 50 150 90 100 350 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. Tapanuli Bengkulu Lampung Palembang Jambi Sumatera Timur Aceh Riau Bangka Belitung Kalimantan Barat Kalimantan Timur Menado Celebes Ambon Ternate Papua Barat Timor

Bali dan Lombok

150 20 180 200 80 60 100 40 30 25 200 400 15 150 50 20 4 182 200 (Sumber data: Bedevaartverslag 1914/1915)65

Di wilayah lain Semenanjung Arabia pemahaman baru sedang berkembang antara Islam reformis(modern) hasil antitesa kaum tradisionalis (ortodoks). Secara umum berdasarkan kriteria dari Deliar Noer gerakan

64

Kees Van Dijk.The Netherlands Indies....(2007:310-311)

65

Lebih lengkap lihat Bedevaartverslag 1914/1915, Berdasarkan catatan mantan drogman di

keagamaan terbagi menjadi dua poros, tradisional dan modern.66 Kaum reformis di sana yang mengusahakan pembebasan menjadi perhatian pihak kolonial.67 Di dunia Arab ideologi Wahabi yang menjadi representasi kaum reformis (pembebasan) begitu berkembang sekitar abad 20 awal apalagi setelah Amir Ibn Sa’ud mengambil kekuasaan di Hijaz dari Syarif Husein pada tahun 1925, dia berhasil mengubah peta politik di tanah Arab.68 Redaksi Majalah Bintang Hindia

melihat peristiwa ini sebagai kebangkitan kembali kaum Arab untuk melawan bansga asing yaitu Turki, dalam berita tersebut redaksinya sangat antagonis dengan memberi motivasi untuk pribumi Hindia untuk mengambil kembali tanah air kaum terjajah.69

Keadaan politik di tanah Hijaz waktu itu dapat dikatakan tidak aman, karena adanya serangan umum Ibn Sa’ud ke tanah Hijaz.70 Problem keamanan jalur jamaah haji antara Jeddah dan Mekkah serta pengadaan perbekalan untuk Mekkah, sangat tidak menjamin untuk kondisi beribadah haji di sana. Oleh karena itu dalam nasehat Snouck Hurgronje agar pemerintah mencegah keberangkatan

66

Deliar Noer.Gerakan Islam Moderen di Indonesia 1900-1942.(Jakarta: LP3ES,1985).h.12.

67

Surat Konsulat Belanda di Jeddah kepada Sekretariat Umum di Buitenzorg, tertanggal 8

Maret 1928. Dalam arsip Moehammedaansche Godsdienstige Geschriften. (ANRI:Arsip A/6)

68Kekuasaan ini dapat diambil Abd.Aziz Ibn Sa’ud setelah memenangkan peperangan dengan

raja Husein penguasa Hijaz.Serta juga karena runtuhnya dominasi Turki Utsmani atas Eropa dan

Timur Tengah khususnya Dunia Arab.Lihat catatan Suraiya Faroqhi.Pilgrims and Sultans:The

Hajj Under The Ottomans, op.cit., h.179-180.,‘Lihat juga M.Saleh Putuhena. Historiografi Haji Indonesia.,op.cit. h.344

69

Bintang Hindia, tahoen-IV, Saptoe,25 Februari 1925

70 Rencana penyerbuan Ibn Sa’ud sebenarnya semenjak tahun 1922 di antara faktor yang mendukung rencana itu adalah karena Raja Husein ibn Ali mengklaim bahwa Nejd, wilayah kekuasaan Dinasti Saudi, sebagai bagian dari wilayah kekuasaan dan Kerajaan Arab adalah ia

Rajanya.dalam Badriyatim.Perubahan Sosial Politik di Hijaz 1800 s/d 1925 dan Pengaruhnya

Terhadap Lembaga dan Kehidupan Keagamaan.(Jakarta:Disertasi untuk memperoleh gelar doktor di IAIN Syarif Hidayatullah, 1998).h.197

tiap calon jamaah haji dari Hindia Belanda untuk ke Jeddah dan menunggu hingga kondisi Mekkah kembali kondusif.71

Dua tahun setelah keadaan yang kondusif di tanah Hejaz jumlah jamaah haji asal Hindia Belanda yang berangkat tahun 1927 meningkat signifikan hingga mencapai 52.412 orang (data resmi pemerintah),72 Menurut Buya Hamka secara faktor politik sebabnya adalah karena kebijakan Ibnu Sa’ud untuk memberi kedamaian di wilayah Tanah Hejaz dan menjadikan kawasan yang netral terhadap politik, berdampak tingginya minat jamaah haji.73

C. Perkembangan Ekonomi dan Infrastruktur Pelabuhan di Batavia

Dokumen terkait