• Tidak ada hasil yang ditemukan

TRANSPORTASI HAJI DI TANJUNG PRIOK, BATAVIA A.Transportasi Haji Dalam Dinamika Pelayaran

B. Pelayanan dan Fasilitas Kapal-Kapal Haji 1.Administrasi

3. Karantina Haji

Sejak tahun 1911 Pulau di seberang pantai Batavia seperti Pulau Onrust telah di fungsikan sebagai karantina orang-orang yang mempunyai penyakit menular seperti yang disebutkan dalam Ordonansi Karantina dan kemudian di tetapkan menjadi Karantina pemeriksaan Kesehatan jama’ah Haji. Dengan kapasitas 1000 (seribu) orang dan bangunan yang terdiri dari atas 12 barak, rumah dokter, rumah bidan, 5 buah gudang, kantor dan sarana pelabuhan.121 Pada perkembangannya Karantina Pulau Onrust ini terus di bangun pemerintah dengan 35 unit barak dan tiap barak dapat menampung 100 orang, fungsi ini terus bertahan hingga tahun 1939.122 Untuk yang berada di Batavia pun biasanya orang-orang yang terindikasi mempunyai gejala penyakit menular tersebut juga akan di

120

Jan Hendrik Ziesel.De Pelgrims Quarantaine in de Roode Zee…..(1929:120)

121

Geofano Dharmaputra.Bengkel Kapal dan Pemukiman di Pulau Onrust. Dalam kumpulan

tulisan dan editor oleh R.Z.Leirissa. Sunda Kelapa Sebagai Jalur Sutra. (Jakarta:Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan, 1995).h.4 Lihat juga berita De Mailbode voor Passagiers Naar

Nederlandsche Indie edisi 2 Maret 1927 122

Pelgrim Quarantaine Barracks dalam Arsip Stukken Betreffende de verbetering van den aanlegsteir van het Quarantainestation op het eiland Kuiper-Batavia.(Arsip Department van Burgelijk Openbare Werken:Grote Bundel 1854-1933,Jilid I;1925) No.1965- A 38/1/17-.

karantinakan di Kepulauan Onrust. Dalam ordonansi Haji 1922 di tetapkan juga Pulau Kuiper123 sebagai Karantina pemeriksaan kesehatan jama’ah Haji yang jaraknya sekitar 500 meter di seberang Pulau Onrust.

Setiap Kapal yang singgah di Karantina per hari mungkin antara 1-3 Kapal tergantung musim pelayaran, sementara untuk pemeriksaan kondisi kebersihan atau kelayakan fasilitas kesehatan Kapal di kenakan pajak retribusi untuk pemasukan Karantina di terapkan tergantung berat tonnase Kapal. Dalam

Javasche Courant di terangkan berat Kapal dengan tonnase 3000 M3 di kenakan f

15,- per jam, dan untuk kapal dengan tonnase di atas 3000 M3 sebesar f 20 per jam. Dan bila sampai 5-7 jam bertambah menjadi f 22,50- f 30.124 Pada tahun 1922 biaya retribusi kapal tersebut naik sedikit menjadi f 30 per -7 jam.125

Karantina pemeriksaan kesehatan jama’ah Haji ini akan ramai saat musim-musim kepulangan jama’ah Haji, bila jumlah jama’ah sangat banyak maka petugas kesehatan sering kesulitan menangani pasien. Seperti musim Haji tahun 1926-1927 ,dengan melihat terus meningkatnya jumlah jama’ah Haji pada musim-musim sebelumnya (1926-1927) dalam hal karantina pemerintah cukup giat memperbaiki dan meningkatkan fasilitas kesehatan Karantina di dekat Embarkasi Pelabuhan Tanjung Priok, yaitu kepulauan Onrust dan Kuiper ,beberapa sarana perbaikan untuk menunjang kesehatan jama’ah Haji. Inspektur Dinas Kesehatan Jawa Barat tahun 1927 terus menyarankan kepada Departemen Pekerjaan Umum untuk membersihkan kembali kuman-kuman di bangunan kepulauan tersebut dan mengatur dengan rapi waktu pergantian bersandarnya Kapal dengan Maskapai

123

Saat ini berganti nama menjadi Pulau Bidadari 124

Javasche Courant, Dinsdag 5 April 1921 125

Bijblad op het Staatsblad van Nederlandsch Indie 8sten Juni 1922 No.10080 Besmettelijke Ziekten, Quarantaine Tarieven.(1923:77)

Pelayaran Haji. Hal ini disampaikan menjelang datangnya musim Haji pada akhir Juni tahun 1927.126

Oleh karena itu sarana yang paling banyak di lakukan perbaikan dari Karantina dekat Batavia adalah di Pulau Kuiper.127 Dimulai dari pembersihan kuman dan perbaikan dermaga untuk bersandar Kapal.128 Kemudian perbaikan infrastruktur bangunan yang dibuat 10-13 barak yang berbeda dan pemisahan antara yang laki dan perempuan, kemudian lahan yang akan diperluas dan perbaikan yang terpenting dalam sarana untuk membersihkan diri (kamar mandi). Perbaikan bangunan Karantina di Pulau Kuiper membuat pemerintah harus memaksimalkan peranan pulau Onrust sebagai Karantina Haji saat kepulangan melalui Debarkasi ,Tanjung Priok-Batavia hingga beberapa tahun kemudian.129 Perlu diketahui pemasukan keuangan Karantina selain mengandalkan keuangan pemerintah, namun juga retribusi Kapal-kapal yang bersandar.

Kesulitan dalam pengaturan jama’ah mungkin tidak hanya terjadi di Pulau Kuiper-Onrust yang berada di dekat Batavia, namun juga Karantina di sebelah Utara Pelabuhan Sabang, yaitu Karantina Haji Pulau Roebia. Dengan terus meningkatnya jumlah jama’ah Haji, membuat dua Karantina utama pada tahun 1927 yaitu Onrust dan Roebia kesulitan dalam mengelola jama’ah Haji saat kepulangan. Perlu diketahui kurang lebih sekitar 1000 jama’ah yang harus di urus

126

Surat No.1549 dari Inspektur Dinas Kesehatan Jawa Barat kepada yang terhormat Kepala Departemen Pekerjaan Umum di Weltevreden, 19 Mei 1927 (ANRI:Arsip Department van Burgelijk Openbare Werken:Grote Bundel 1854-1933,Jilid I) No.1965- 1925 A 38/1/17-

127

Pulau Kuiper –dekat Tanjung Priok adalah yang ditetapkan pertama dalam Ordonansi Haji

1922 sebagai Karantina Haji bersama Pulau Roebia-dekat Sabang sebelum aturan perubahan soal

Karantina Haji ditambahkan Pulau Onrust. lihat Stb 1922 No.698 .Bab VIII Pasal 49 ayat A

128Jama’ah Haji ke Pulau ini dengan sekoci dengan pengelompokan per 100 orang turun dari Kapal menuju dermaga.

129

ANRI. Stukken Betreffende de verbetering van den aanlegsteir van het Quarantainestation

op het eiland Kuiper-Batavia.(Arsip Department van Burgelijk Openbare Werken:Grote Bundel 1854-1933,Jilid I;1925) No.1965- A 38/1/17-.hal .8-11

oleh petugas Kesehatan Karantina dalam hitungan 1 Kapal Haji yang berisi penuh akan menurunkan jama’ahnya. Tidak jarang petugas kesehatan Karantina tidak mampu mengontrol jama’ah sebanyak itu karena kapasitas Karantina yang ada, hanya memadai untuk 1000 orang dalam pembersihan kuman, dan berdampak dengan beberapa jama’ah tidak terurus hingga ada yang meninggal karena jumlah petugas kesehatan yang kurang cukup.130

Untuk Karantina haji di luar wilayah Hindia Belanda sesaat sebelum ke Jeddah yaitu Kepulauan Kamaran yang letaknya di Laut Merah. Semenjak tahun 1903 karantina ini telah di kelola oleh Turki bersama 3 Negara yaitu Inggris, Prancis dan Belanda. Karantina ini selalu mendapat kritikan karena di nilai kondisinya yang menurut Wiranatakoesoema tidak mengenal kebersihan, dahulu malah jama’ah membawa penyakit demam dari pulau ini.131 Pasca jatuhnya kekuasaan Turki pada perang Dunia pertama, maka Inggris mengambil alih Pulau Kamaran dari tangan Turki. Kemudian hasil konferensi Sanitasi internasional tahun 1926 menetapkan persetujuan kontrak kerjasama dengan pihak Inggris dan Belanda untuk pengelolaan bersama Karantina di Pulau Kamaran sebagai pengawasan kesehatan jama’ah haji yang akan ke Mekkah.132

Dokumen terkait