• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III SEJARAH KAPAL MOTOR DI ONAN RUNGGU

3.2 Kapal Motor

Pada awalnya kapal motor yang ada di Onan Runggu merupakan kapal motor milik zending Katholik. Merekalah yang pertama kali memiliki kapal motor di Onan Runggu. Lambat laun setelah beberapa waktu, raja-raja kampung di Kecamatan Onan Runggu mulai tertarik untuk memiliki kapal motor sendiri yang akan digunakan untuk mengangkut hasil pertanian keluar dari Samosir untuk dipasarkan.

Kapal motor yang dimiliki oleh pihak zending Katholik merupakan kapal motor yang terbuat dari besi. Sebuah kapal yang memiliki mesin yang dijadikan sebagai pendorong yang memutar baling-baling yang diletakkan pada bagian bawah buritan kapal. Kapal motor yang dimiliki orang Batak pada masa itu merupakan kapal motor yang terbuat dari kayu. Namun demikian mesin yang digunakan sebagai alat pendorongnya sama seperti kapal milik pastoran. Hanya bahan dan bentuk kapal saja yang berbeda. Bentuk kapal motor milik orang Batak dirancang khusus untuk mengangkut penumpang dan juga barang-barang berupa hasil pertanian. Sementara kapal motor pastoran lebih diperuntukkan sebagai kapal pribadi, bukan untuk angkutan umum. Tetapi dalam perjalanannya kapal pastoran ini juga ada kalanya mengangkut penumpang umum.

Keberadaan kapal motor merupakan suatu hal yang sangat menguntungkan bagi masyarakat Samosir khususnya Onan Runggu. Mereka sangat diuntungkan dalam hal waktu tempuh dari satu tempat ke tempat lain. Kapal motor inilah yang kemudian menggantikan posisi solu sebagai alat transportasi masyarakat khususnya dalam bidang perdagangan. Tetapi bukan berarti masyarakat meninggalkan solu ,

24

masyarakat masih tetap menggunakan solu tetapi tidak seperti dulu lagi yaitu sebagai transportasi perdagangan.

3.2.1Kapal Motor Raja

Kapal motor milik bangsa pribumi pertama kali ada di Onan Runggu yaitu pada tahun 1942 oleh Raja Pandua Nainggolan. Beliau adalah Raja huta dari Desa Nainggolan yang termasuk mempunyai hubungan baik dengan pihak zending dan kolonial karena beliau merupakan pimpinan nagari yang dipilih oleh pihak kolonial di nagari Nainggolan.

Selain sebagai seorang raja, Raja Pandua Nainggolan juga merupakan seorang pedagang atau oleh orang Toba disebut tokke. Raja Pandua disebut tokke dikalangan masyarakat Onan Runggu karena beliau juga bergelut dalam bidang perdagangan ataupun sebagai pedagang. Selain memasarkan hasil pertanian sendiri beliau juga menjalankan peran sebagai pengumpul hasil pertanian masyarakat.

Ketertarikan Raja Pandua Nainggolan memiliki kapal motor diawali dengan melonjaknya hasil panen dari bawang dan kacang tanah pada masa itu. Pemasaran saat itu sangat sulit karena masih menggunakan solu sehingga tidak jarang petani mengalami kerugian hasil panen. Dari kejadian tersebut kemudian beliau membuat sebuah kapal yang kegunaannya sangat berarti bagi masyarkat. Para petani lebih memilih menjual kepada Raja Pandua dikarenakan para petani tidak memiliki alat transportasi sendiri. Di samping itu mereka juga ingin lebih cepat mendapatkan uang dari hasil pertanian mereka.

Bertambahnya fungsi pelabuhan sebagai pekan (onan) serta jumlah masyarakat yang memakai kapal pastoran terus meningkat juga menjadi faktor lain yang mempengaruhi Raja Pandua membangun kapal. Dengan keberadaan kapal tersebut masyarakat merasa sangat senang dan menyambut dengan baik. Raja Pandua memiliki 2 buah kapal motor yaitu kapal Nainggolan I dan kapal Baho Raja yang keduanya digunakan untuk sarana angkutan penumpang dan juga hasil panen dari Onan Runggu untuk dipasarkan ke daerah lain. Raja Pandua memiliki kapal motor dengan cara membuat sendiri dengan bantuan para ahli dari Ajibata.

Efisiensi waktu tempuh dari satu tempat ke tempat lain yang ditunjukkan oleh kapal motor menjadi salah satu alasan mengapa orang-orang pribumi ini memilih untuk memiliki kapal motor sendiri. Jika pihak zending memiliki kapal motor sebagai sarana transportasi untuk kepentingan penyebaran zending Katholik sebagai alasan utamanya, maka orang-orang pribumi yang memiliki kapal motor adalah untuk mengangkut hasil panen mereka agar dapat dipasarkan ke onan sebagai alasan utamanya.

3.2.2Kapal Motor Pribumi : Pedagang

Selain Raja Pandua, ada juga seorang pedagang dari Desa Pangaloan Kecamatan Onan Runggu bernama Hardianus Rumapea yang juga memiliki sebuah kapal motor yang diberi nama Kapal Tani. Fungsi kapal ini juga sama seperti kapal motor milik Raja Pandua, yaitu untuk mengangkut penumpang dan juga hasil panen dari Onan Runggu. Hardianus Rumapea juga mempunyai posisi yang sama dengan Raja Pandua yaitu sebagai tokke. Beliau merupakan tokke padi dari Desa Pangaloan

26

Kecamatan Onan Runggu. Masyarakat banyak yang menjual padinya kepada Hardianus Rumapea. Disamping itu ada juga masyarakat yang menggilingkan padi di tempat Hardianus Rumapea ini. Pada saat itu beliau satu-satunya pemilik mesin penggiling padi di Desa Pangaloan.

Ketertarikan beliau memiliki kapal motor karena melihat kemajuan yang dialami oleh Raja Pandua semakin pesat dalam menjalankan usahanya. Hardianus Rumapea ini juga dapat memiliki kapal motor dengan cara membuat sendiri dibantu oleh para ahli dari Ajibata tetapi bukan orang-orang yang sama dengan yang membuat kapal Raja Pandua.25 Untuk selanjutnya kapal yang dimiliki Hardianus Rumapea ini beroperasi bersamaan dengan kapal milik Raja Pandua yang diatur trayek dan jadwal pelayarannya.

3.2.3Cara Pembuatan Kapal Motor

Dalam membuat sebuah kapal dibutuhkan ketelitian dalam memilih kayu. Hal ini dilakukan agar kapal dapat bertahan sampai 20 tahun lamanya. Sehingga modal dapat kembali dan ditambah dengan keuntungan dari hasil kapal tersebut. Kayu yang dipakai dalam pembuatan kapal yaitu kayu igul karena kualitasnya yang bagus dan harus berumur minimal 70 tahun. Kayu igul ini didapatkan dari daerah itu juga.

Dalam proses pembuatan kapal selalu diawali dengan upacara adat yang diyakini akan melindungi kapal dari bahaya ketika berlayar. Upacara adat ini diikuti oleh pemilik kapal, natua-tua nihuta/raja adat (yang menjadi pemimpin jalannya

25 Wawancara dengan Ibu Dame Boru Pakpahan, Pemilik Kapal Tani, Tanggal 10 Desember

prosesi upacara tersebut) dan masyarakat setempat. Prosesi upacara ini berupa penyembelihan seekor kerbau yang nantinya akan dinikmati oleh masyarakat satu kampung. Setelah menikmati sajian sebagai prosesi puncak mereka akan turun ke pinggir danau di mana kerangka kapal sudah dibuat dan di sanalah prosesi mendoakan kapal dengan ritual yang disebut dalam masyarakat Toba mangitaki.26

Dalam membangun sebuah kapal yang paling utama dibutuhkan di samping bahan-bahan adalah para tukang pembuat kapal. Dalam hal ini Raja Pandua mengupah orang-orang dari Ajibata yang sudah berpengalaman untuk membangun sebuah kapal. Mereka inilah yang membantu Raja Pandua untuk membangun kapal Nainggolan I. Sedangkan mesin kapal pada saat itu dibeli dari Siantar. Jenis mesin yang digunakan untuk kapal motor di Onan Runggu pada masa itu adalah jenis ford.27

Dinas perhubungan yang berada di Sibolga pada masa itu akan datang satu kali dalam satu tahun yakni di bulan Juni untuk memeriksa ketahanan dan kelayakan kapal ke Samosir sebab pada tahun 1940 belum ada dinas perhubungan air di Sebab pada masa itu pihak zending mempunyai akses dengan pemilik toko mesin tersebut di Siantar. Proses pembuatan kapal, upacara dan jenis mesin yang digunakan dalam kapal Hardianus Rumapea sama halnya dengan kapal milik Raja Pandua. Sedangkan posisi mesin pada kapal diletakkan tepat di lambung kapal dan tempat duduk penumpang berjejer di samping kiri kanan kapal sehingga bagian tengah kapal yang kosong dijadikan tempat menaruh barang-barang angkutan.

26 Wawancara dengan Oppung Solo, Pemilik Kapal Nainggolan I, Tanggal 7 Desember 2010

28

Samosir. Mereka melakukan pemeriksaan dengan cara memukulkan palu berukuran 10 kg ke badan kapal. Apabila badan kapal masih utuh ketika dipukul maka kapal tersebut masih layak pakai dan hal yang sama juga dilakukan pada mesin kapal.28

Pemeriksaan tersebut dilakukan supaya keselamatan ketika menyeberang terjamin sebab terkadang berat beban kapal melebihi beban yang seharusnya dimuat dalam kapal, karena dalam satu hari hanya satu kapal yang beroperasi untuk melayani para penumpang yang ingin berpegian keluar pulau.

Dokumen terkait