• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DI ONAN RUNGGU

4.3 Kondisi Ekonomi Masuknya Kapal Motor Dari Luar Samosir 1965

4.3.2 Pendidikan

Kondisi perekonomian yang lebih maju dapat dilihat dari taraf hidup masyarakat yang semakin meningkat. Dengan adanya penghasilan yang cukup, masyarakat dapat memenuhi pendidikan bagi anak-anaknya, yang dulunya mereka hanya mampu menyekolahkan anak-anaknya hanya sampai tingkat SMP (Sekolah Menengah Pertama) kini dapat melanjutkan ketingkat yang lebih tinggi yaitu SMA (Sekolah Menengah Atas) bahkan sampai pada tingkat universitas. Sistem pendidikan

56

pribumi yang terpokus pada pengetahuan praktis itu mulai terdesak oleh sistem pendidikan Barat. Pengetahuan praktis yang sering dipercaya masyarkat pada masa itu adalah bahwa anak-anak mereka mendapatkan pelajaran hidup dari orang tuanya saja. Lakai-laki tugasnya sebagai kepala rumah tangga dan pencari nafkah sedangkan perempuan hanya bertugas di rumah mengurus keluarga serta melayani suami. Pengetahuan yang ada pada perempuan adalah pengetahuan yang diajarkan secara turun temurun yaitu berupa keterampilan menenun. Hal inilah yang lambat laun mulai ditinggalkan masyarakat, mereka ingin memberikan lebih kepada anak-anaknya. Bahwa pengetahuan itu sangat luas dan harus dicapai. Ketika adanya sarana pendidikan maka semakin memperkuat tekad para orangtua untuk memberikan pengetahuan yang lebih kepada anak-anaknya dengan cara menyekolahkan mereka. Sekolah tersebut ada berupa sekolah umum ataupun kejuruan.

Pada tahun 1962 pendidikan kejuruan juga semakin diminati masyarakat seperti pertanian dan peternakan. 61

61 Wawancara dengan S. Pakpahan, Pensiunan Guru. Tanggal 12 Juli 2010

Berdirinya sekolah kejuruan juga berpengaruh untuk menahan arus keluar tenaga-tenaga muda tersebut untuk merantau. Sebab setelah menamatkan pendidikan kejuruannya maka mereka lebih antusias untuk melakoni usaha pertanian dan berternak di kampung halaman dengan cara yang lebih modern. Mereka dapat mempraktekkan apa yang di dapatnya selama di bangku sekolah. Mereka tak perlu bersusah-susah mengikuti persaingan kerja yang ada di kota sebab di kampung halaman sendiri mereka dapat bekerja dengan kemampuan yang ada. Namun demikian tetap ada juga beberapa diantaranya yang keluar dari kampung halamannya untuk mengadu nasib di kota.

Tabel VII

Jumlah Penduduk Menurut Sekolah Yang Di Tamatkan Di Pulau Samosir 1960

No Kecamatan

Jumlah penduduk berdasarkan sekolah yang ditamatkan Tidak Sekolah SD SMP SMA Univ Jlh 1 Onan Runggu 13.866 11.273 2.033 1.189 53 28.414 2 Palipi 7.042 10.238 3.620 1974 87 22.961 3 Pangururan 18.895 12.267 1.819 758 82 33.821 4 Simanindo 10.555 6.874 1.482 1.942 62 20.915 Sumber : Pemda Tk II Tapanuli Utara, Tapanuli Utara Dalam Angka 1980, Tarutung : Kantor Statistik Kabupaten Tapanuli Utara hlm 43

Dari tabel diatas juga terlihat perbandingan jumlah tamatan sekolah dibandingkan jumlah seluruh penduduk diatas umur 10 tahun. Untuk kecamatan Onan Runggu terdapat sebanyak 2033 orang jumlah siswa tamatan SMP dibandingkan seluruh penduduk usia diatas 10 tahun, untuk tingkatan SMA sebanyak 1.189 orang dan untuk tamatan perguruan tinggi sebanyak 53 orang. Kecamatan Palipi jumlah penduduk tamatan SMP adalah 3.620 orang, tamatan SMA sebanyak 1.974 orang dan tamatan perguruan tinggi sebanyak 87 orang dari jumlah penduduk usia diatas 10 tahun. Untuk kecamatn Pangururan jumlah penduduk yang menamatka sekolah pada tingkat SMP sebanyak 1.819 orang dan untuk tingkat SMA sebanyak 758 otang dan untuk tingkat universitas sebanyak 82 orang. Kecamatan Simanindo

58

usia di atas sepuluh tahun yang menamatkan Sekolah Menengah Pertama sebanyak 1.482 orang dan tingkat Sekolah Menengah Atas sebanyak 1.942 orang dan tingkat universitas sebanyak 62 orang.

Berdasarkan uraian diatas dapat dilihat bagaimana jumlah anak-anak yang mengenyam pendidikan sekolah. Hal ini juga berkaitan dengan kemampuan orangtua masing-masing ataupun lebih tepatnya kemampuan masyarakat Onan Runggu untuk menyekolahkan anak-anak mereka. Walaupun tidak semua dari anak-anak tersebut yang berhasil sampai jenjang universitas, tetapi hal tersebut bukan menjadi masalah. Diantara mereka yang tidak melanjutkan pendidikannya sampai jenjang universitas bisa jadi disebabkan karena memang mereka ingin langsung mempraktekkan apa yang didapatnya dari bangku sekolah ke kehidupan sehari-hari ataupun langsung bekerja membantu orangtua. Namun demikian jumlah anak-anak yang duduk di bangku sekolah sudah dapat menggambarkan bagaimana tingkat kesadaran masyarakat akan pendidikan anak dan juga menggambarkan bagaimana kehidupan masyarakat yang semakin meningkat dalam hal perekonomian kebutuhan pendidikan, dalam hal perkembangan pola pikir dan juga dalam hal pengembangan kwalitas sumber daya manusia masyarakat Onan Runggu itu sendiri.

Di Onan Runggu, dalam keluarga yang sudah mencapai tingkat ekonomi yang mapan dapat menyekolahkan anaknya ke tingkat sarjana. Sedangkan bagi keluarga yang tingkat ekonominya kurang hanya mampu sampai tingkat SMA saja. Setelah itu anak-anak mereka akan merantau untuk mencari uang yang kemudian diperuntukkan untuk melanjutkan pendidikannya ketingkat yang lebih tinggi yaitu tingkat universitas. Ada beberapa anak dari daerah Onan Runggu yang sudah berhasil meraih

gelar sarjana pada tahun 1965. Namun demikian setelah meraih gelar sarjana mereka tidak kembali ke daerah asal melainkan lebih memilih hidup di perantauan dan bidang pekerjaan yang digeluti rata-rata di kantor pemerintahan.62

4.3.3Cakrawala Pemikiran

Pendidikan tersebut membuka cakrawala pemikiran mereka menjadi lebih luas dan perhatian kepada pertanian pun lambat laun berkurang. Jabatan dalam gereja, dan sebagai guru bantu di sekolah-sekolah zending mulai menjadi idaman walaupun mereka tidak memperoleh gaji. Mereka melihat jabatan tersebut mengangkat status sosial sesuai dengan pandangan masyarakat ketika itu. Menurut pandangan masyarakat pada saat itu bahwa orang yang bekerja di kantoran lebih tinggi derajatnya dan status sosialnya lebih terhormat di masyarakat. Hal ini juga yang kemudian mendorong para orangtua untuk meyekolahkan anak-anaknya ke tingkat yang lebih tinggi. Agar kelak mendapatkan pekerjaan yang dapat meningkatkan status sosial mereka dalam masyarakat.

Berdirinya Universitas HKBP Nomensen di Pematang Siantar pada tahun 1954 semakin meningkatkan keinginan para orang tua untuk menyekolahkan anaknya sampai pada tingkat universitas. Jika pada masa sebelum tahun 1960-an di mana para orang tua harus menitikkan air mata untuk memberangkatkan anak-anaknya sekolah karena keterbatasan ekonomi, belakangan kondisi tersebut menjadi terbalik. Mereka akan sangat sedih apabila anak-anaknya tidak mau sekolah. Hal ini dianggap menurunkan wibawa sosial mereka. Sepanjang orangtua mampu membiayai

60

pendidikan anak-anaknya minimum SLTA. Mengenai pendidikan seorang anak, bagi masyarakat Batak merupakan hal yang paling penting. Sebenarnya maksudnya adalah agar si anak memiliki kehidupan yang lebih baik dari pada orangtuanya. Salah satu cara untuk mencapai kehidupan yang lebih baik tersebut adalah dengan memperoleh pendidikan. Sebab menurut mereka orang yang berpendidikan akan lebih mudah mendapatkan pekerjaan yang nantinya dapat mengubah kehidupannya ke arah yang lebih baik. Dalam hal ini orangtua akan berusaha keras untuk meningkatkan derajat sosial anaknya dalam masyarakat. Sebab anak merupakan kekayaan bagi orang tua yang harus dijaga dan dirawat sebaik mungkin. Seperti yang terungkap dalam filosofi orang Batak yang menyebutkan ”Anakkokki do hamoraon di au” yang artinya anakku adalah kekayaan bagiku.

Dalam bidang kesehatan masyarakat sudah lebih rasional memilih cara pengobatan di mana pada masa sebelumnya masyarakat masih lebih percaya dengan pengobatan tradisional atau disebut mardatu. Mardatu yaitu apabila ada keluarga yang sakit maka mereka akan lebih memilih berobat kepada dukun. Tetapi setelah tahun 1965, masyarakat Onan Runggu sudah lebih menyerahkan masalah pengobatan kepada pusat-pusat kesehatan yang didirikan zending dan pemerintah sehingga akses mendapatkan layanan kesehatan sudah lebih terbuka keluar Samosir dengan lancarnya transportasi kapal.63

4.3.4Kepemilikan Barang-Barang Elektronik

Tingkat perekonomian masyarakat yang sudah maju sangat jelas terlihat dari kepemilikan barang-barang pemuas (sekunder), seperti radio dan telvisi. Kepemilikan barang-barang pemuas seperti di atas menandakan bahwa tingkat pendapatan masyarakat sudah meningkat dan mencukupi.

Kemampuan masyarakat memiliki barang-barang pemuas tidak lepas dari peranan kapal motor sebab para masyarakat membeli barang-barang tersebut dari luar pulau seperti Balige dan Ajibata dan untuk membawa barang seperti televisi dan radio harus melalui kapal motor.

Selain karena memang sudah semakin mudahnya akses transportasi keluar pulau Samosir, keinginan memiliki alat-alat elektronik seperti televisi juga didorong oleh rasa keingintahuan mengenai dunia luar. Kemajuan zaman yang terjadi akan mendorong manusia untuk mengikutinya. Begitu juga yang terjadi dengan masyarakat Onan Runggu, mereka dapat mengikuti perkembangan zaman dan dapat mengetahui keadaan dunia di luar wilayahnya melalui berbagai sarana yang ada pada masa itu. Sebelumnya mungkin sebagian masyarakat Onan Runggu hanya mengenal radio sebagai alat untuk menngetahui perkembangan dunia luar. Mereka hanya bisa mendengarkan berita-berita yang diperdengarkan melalui radio. Tetapi kini ketika tingkat perekonmian mereka sudah semakin membaik, beberapa dari mereka mampu membeli alat elektronik lain yang lebih dari radio. Sebuah televisi yang menyajikan berita dan hiburan dalam bentuk audio visual. Mereka bukan hanya mendengar suaranya saja tetapi juga dapat melihat gambar hidup melalui layar televisi. Selain

62

sebagai sarana mengetahui dunia luar dalam bentuk berupa berita, televisi juga merupakan sebagai salah satu sarana hiburan bagi masyarakat.

Selain alat-alat elektronik tersebut, hal yang lebih penting lagi adalah tenaga listrik. Listrik yang dipaergunakan oleh masyarakat pada masa itu adalah listirk yang dihasilkan dari pembangkit listrik tenaga air buatan sendiri. Setiap desa di Onan Runggu sudah memiliki kincir air pada masa itu yang diperuntukkan memutar turbin yang nantinya akan menghasilkan listrik. Pembangkit listrik tenaga air ini ditempatkan di sungai yang arusnya cukup deras yang mampu menggerakkan turbin.

Dengan adanya pembangkkit listrik tenaga air tersebut maka semakin banyak masyarakat yang memakai tenaga listrik di dalam rumah mereka. Dahulunya mereka masih belum menggunakan listrik dikarenakan memang keterbatasan kemampuan dana untuk memperoleh sarana pembangkit listrik. Tetapi kini listrik sudah menjadi salah satu kebutuhan yang paling penting dalam kehidupan masyarakat. Dengan adanya listrik tersebut mereka juga dapat menggunakan alat-alat elektronik yang bertenaga listrik lainnya sebagai alat pendukung kehidupan mereka.

BAB V

KESIMPULAN

Sejarah kapal motor di Onan Runggu diawali dengan kedatangan zending Katholik yang menggunakann kapal motor sebagai sarana untuk pekabaran injil. Hal ini merupakan titik awal dari keberaadaan kapal motor di Onan Runggu. Pada awalnya zending hanya menggunaka kapal motor sebagai sarana kepentingan pekabaran injil, akan tetapi lambat laun kapal motor juga digunakan sebagai sarana untuk membatu masyarakat untuk malaksanakan kegiatan sehari-hari.

Persentuhan masyarakat Batak di Onan Runggu dengan dunia Barat ditandai dengan masuknya misi zending ke wilayah tersebut. Mulai dari masa misi zending Protestan hingga kemudian masuknya misi zending Katholik. Dari misi zending Katholik inilah masyarakat Batak di Onan Runggu mulai mengalami perkembangan yang lebih maju dari sebelumnya.

Kapal motor yang diperkenalkan oleh misi zending Katholik sebagai sarana transportasi penginjilan telah membawa dampak yang sangat positif bagi masyarakat Onan Runggu terutama dalam bidang ekonomi. Perekonomian masyarakat semakin meningkat, kesejahteraan semakin terwujud, dan pola pemikiran masyarakat semakin maju.

Kemajuan perkembangan perekonomian masyarakat Onan Runggu tidak terlepas dari keberadaan kapal motor. Efisiensi waktu tempuh dalam memasarkan hasil panen sangat mendukung dalam kelancaran kegiatan ekonomi. Dengan semakin lancarnya kegiatan perekonomian masyarakat, maka kesejahteraan masyarakat

64

semakin meningkat. Mereka mampu untuk menyekolahkan anak-anaknya ketingkat yang lebih tinggi dengan harta kekayaan yang dimiliki. Persentuhan dengan wilayah- wilayah di luar Onan Runggu merupakan dampak positif dari semakin banyakknya kapal-kapal motor yang beroperasi dari Onan Runggu, ataupun banyaknya kapal motor yang singgah dan mengambil penumpang di Onan Runggu.

Perkembangan wilayah Onan Runggu semakin maju pesat dan perputaran kegiatan ekonomi tidak lagi terpusat pada satu pasar (onan). Melainkan sudah bertambah di onan yang baru. Hal ini karena semakin ramainya orang-orang yang melakukan kegiatan jual beli di onan yang lama. Maka ditambahlah jumlah onan di Onan Runggu.

Bertambahnya onan yang baru juga berkaitan dengan masuknya semangat pendidikan dalam masyarakat yang berdampak pada pemurnian tujuan dari ekonomi pasar pada masyarakat yaitu memperoleh keuntungan. Jika sebelumnya pasar adalah tempat untuk menjual kelebihan sisa hasil konsumsi, tujuan ini berkembang menjadi usaha mencari keuntungan bagi dana pendidikan anak.

Mereka menatap masa depan dengan cara yang lebih modern, mempersiapkan generasi muda mereka untuk memperoleh penghidupan yang lebih layak kelak. Kehidupan yang lebih baik daripada orangtua mereka. Hal ini diwujudkan dengan pemenuhan pendidikan bagi anak-anaknya. Sebuah pola pikir yang semakin maju dari sebuah masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Taufik, Sejarah Lokal di Indonesia, Jogjakarta: Gajahmada University Press, 1996

Aritonang, Jan S, Sejarah Pendidikan di Tanah Batak, Jakarta: Gunung Mulia, 1988

Castles, Lance, Kehidupan Politik Suatu Keresidanan Di Sumatera, Jogjakarta: Kepustakaan Populer Gramedia, 2001

Djuharie, O. Setiawan, Pedoman Penulisan Skripsi Tesis Disertasi, Bandung: Yrama Widya, 2005

Eddy, Sutrisno, Kisah-kisah Penemuan Sepanjang Zaman Transportasi, Jakarta: INOVASI, 2002

Goltom, D.J, Rajamarpodang, Dalihan Natolu Nilai Budaya Suku Batak, Medan: C.V Armanda, 1992

Harahap, Basyiral Hamidy dan Hotman M. Siagian, Orientasi Nlai-Nilai Budaya

Batak, Jakarta: Sanggar Williem Iskandar, 1987

Hutagalung, W.M, Pustaha Batah Tarombo Dohot Turiturian Ni Bangso Batak, Medan: Tulus Jaya, 1991

Kuntowijoyo, Metodologi Sejarah, Jogjakarta: PT. Tiara Wacana Yogya, 2003

Nasution, Nur, Manajemen Transportasi, Jakarta: GHALIA INDONESIA, 2004

Panitia Pesta Yubelium 75 tahun Gereja Katolik Di Tanah Batak, Matahari Terbit Di

66

Pemda Tingkat II Tapanuli Utara Kantor Sensus dan Statistik Tarutung, Onan

Runggu Dalam Angka 1990, Tarutung, 1990

Poespo, Marwati dkk, Sejarah Nasional Iindonesia III, Jakarta: PN. BALAI PUSTAKA, 1984

Sangti, Batara, Sejarah Batak, Balige: Karsitex Balige, 1977

Siahaan, Edward Tigor, Tapanuli Utara – The Beautiful Land, Jakarta: Photography Workshop, 2003

Simanjduntak, Bungaran Antonius, Konflik Status dan Kekuasaan Batak Toba, Jogjakarta: Penerbit Jendela, 2002

Usman, Sution dkk, Hukum Pengangkutan Di Indonesia, Jakarta: PT. RINEKA CIPTA, 1991

DAFTAR INFORMAN

1. Nama : Benson Sihombing Umur : 54 Tahun

Alamat : Pangururan

Pekerjaan : Pegawai Perpustakaan Gereja Katholik Pangururan

2. Nama : B. Harianja Umur : 82 Tahun Alamat : Onan Runggu

Pekerjaan : Tokoh Masyarakat Onan Runggu

3. Nama : Dame Br Pakpahan Umur : 76 Tahun

Alamat : Onan Runggu

Pekerjaan : Pedagang/ pemilik Kapal Tani

4. Nama : Josner Nainggolan Umur : 69 Tahun

Alamat : Nainggolan Pekerjaan : Petani

68 5. Nama : K. Pakpahan

Umur : 73 Tahun Alamat : Onan Runggu

Pekerjaan : Tokoh Masyarakat Onan Runggu

6. Nama : Oppung Solo Umur : 83 Tahun

Alamat : Desa Nainggolan

Pekerjaan : Pedagang/Isteri Raja Pandua

7. Nama : Parlin Pakpahan Umur : 78 Tahun Alamat : Onan Runggu

Pekerjaan : Petani/Anak pemilik solu pertama di Onan Runggu

8. Nama : Roy Gultom Umur : 48 Tahun Alamat : Onan Runggu

9. Nama : S. Pakpahan Umur : 84 Tahun Alamat : Onan Runggu Pekerjaan : Pensiunan Guru

10. Nama : T. Siregar Umur : 82 Tahun Alamat : Onan Runggu Pekerjaan : Petani

11. Nama : Verry W Nainggolan Umur : 28 Tahun

Alamat : Medan

Pekerjaan : Karyawan Swasta

12. Nama : Viktor Rumapea Umur : 67 Tahun

Alamat : Padang Bulan Medan

Sumber: Verry W Nainggolan Onan Runggu sebelum 1942

Solu yang digunakan sebagai alat transportasi perdagangan dan juga penyeberangan

2

Sumber: Verry W Nainggolan

Suasana di sebuah pelabuhan lama di Nainggolan sebelum tahun 1942. Pada masa itu masih menggunakan solu sebagai alat trasnportasi

Sumber: Primer

Kapal motor Pastor Pater Sybrandus.

Kapal motor pertama yang ada di Onan Runggu, milik pastoran.

Sekarang berada di depan Gereja Paroki Pangururan. Dijadikan sebagai monument untuk memperingati perjalanan misi zending Katholik di Samosir.

Dokumen terkait