• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakter Hak Cipta dan Desain Industri

BAB II PENYEBAB TERJADINYA SENGKETA ANTARA HAK

A. Karakter Hak Cipta dan Desain Industri

Kreativitas dan inovasi teknologi sebagaimana peningkatan ekonomi sangat dibutuhkan bagi pertumbuhan masyarakat dan pengembangan industri.Melalui kreasi dan inovasi teknologi mendatangkan kemakmuran dan pertumbuhan ekonomi bagi kehidupan masyarakat.Sebagai contoh dalam rangka pengembangan teknologi di bidang piranti lunak (software) komputer atau teknologi informasi yang baru diperlukan biaya, waktu dan tenaga kerja yang membutuhkan keahlian tertentu. Di sisi lain, kegiatan menggandakan/mengkopi, menggunakan atau memalsukan kreativitas dan inovasi yang telah dikembangkan oleh orang lain merupakan sesuatu yang mudah.42

Bagi mereka yang telah mengembangkan inovasi atas teknologi baru dengan menghabiskan banyak waktu dan biaya, apabila penggunaan teknologi oleh orang lain tanpa hak menyebabkan dorongan untuk mengembangkan teknologi lain akan menurun atau bahkan hilang, dan akibatnya pertumbuhan kreativitas manusia dan pengembangan industri dapat terhambat. Dari sudut pandang tersebut, dikembangkan suatu kaidah hukum yang dapat mendorong penelitian dan pengembangan dengan memberikan perlindungan bagi teknologi baru yang tercipta selama waktu tertentu

dengan memberikan hak eksklusif bagi para pengembang seperti Hak Kekayaan Intelektual.

Di tahun-tahun belakangan ini, sejalan dengan kondisi ekonomi seperti globalisasi ekonomi, perdagangan barang-barang selain produk seperti perdagangan jasa secara signifikan meningkat dengan pesat.Khususnya ketika ekonomi menitikberatkan pada bidang jasa, menimbulkan kendala non tarif terhadap perdagangan bebas, dan sebagai hasilnya, harmonisasi sistem HAKI43 secara internasional menjadi hal yang sangat menarik perhatian.

Sistem HAKI berbeda di setiap negara dan HAKI memiliki akibat hukum tersendiri di setiap negara. Bagaimanapun juga, meluasnya produk-produk palsu dan maraknya program komputer, musik dalam bentuk Compact Disc dan karya cipta film dalam format Video Compact Disc (VCD) bajakan akhir-akhir ini membawa kerusakan yang hebat dalam dunia perdagangan, dan sejalan dengan ini, sengketa-sengketa internasional yang berkaitan dengan HAKI pun terus meningkat. Dari permasalahan tersebut, kebutuhan perlindungan HAKI dan harmonisasi sistem HAKI secara internasional lebih meningkat dibanding sebelumnya.

Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki keanekaragaman seni dan budaya yang sangat kaya. Hal ini sejalan dengan keanekaragaman etnik, suku bangsa dan agama yang secara keseluruhan merupakan potensi nasional yang perlu

43 Akronim HAKI/HaKI/HKI adalah terjemahan Intellectual Property Rights, sebelum pengertian ini lebih dikenal dengan HAKI/HaKI, sebelum akhirnya dalam keseluruhan menyepakati dengan akronim HaKI sebagai HKI, dan dalam perkembangannya,akronim HKI sebagai suatu Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual (HKI) dibawah penanganan sistem dari Departemen Kehakiman RI, juga lihat Zen Umar Purba, makalah disampaikan pada seminar nasional diselenggarakan oleh Kadin, Jakarta 31 Januari 2001, Hal. 2.

dilindungi. Kekayaan seni dan budaya itu merupakan salah satu sumber dari karya intelektual yang dapat dan perlu dilindungi oleh undang-undang. Kekayaan itu tidak semata-mata untuk seni dan budaya itu sendiri, tetapi dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kemampuan di bidang perdagangan dan industri yang melibatkan para penciptanya. Dengan demikian, kekayaan seni dan budaya yang dilindungi itu dapat meningkatkan kesejahteraan tidak hanya bagi para penciptanya saja, tetapi juga bangsa dan negara.

Dalam kerangka permasalahan inilah, kehadiran undang-undang hak cipta perlu memperoleh perhatian sewajarnya. Dalam ilmu hukum, hak cipta seperti halnya hak-hak lainnya yang dikenal dalam Hak atas Kekayaan Intelektual digolongkan sebagai hak milik perorangan yang tidak berwujud. Hak ini bersifat khusus, karena hak tersebut hanya diberikan kepada pemilik atau pemegang hak yang bersangkutan untuk dalam waktu tertentu memperoleh perlindungan hukum guna mengumumkan, memperbanyak, mengedarkan, dan lain-lain hasil karya ciptanya atau memberi izin kepada orang lain untuk melaksanakannya. Hak cipta sering pula dikatakan hak eksklusif, karena mengenyampingkan orang lain untuk mengumumkan, memperbanyak, atau mengedarkan dan lain-lain, kecuali atas izin pemilik atau pemegang hak yang bersangkutan. Ciri-ciri seperti itu pula yang kemudian sering mengundang semacam kritik, bahwa hak cipta berkembang dari paham “individualisme”, bertentangan dengan paham kekeluargaan dan kegotong-royongan bangsa Indonesia.44

44 Bambang Kesowo, Pengantar Umum Mengenai Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI), Jakarta: Sekretariat Negara RI, terbit tanpa tahun, Hal. 8

Hak cipta adalah bagian dari sekumpulan hak yang dinamakan Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) yang pengaturannya terdapat dalam ilmu hukum yang dinamakan Hukum HAKI meliputi suatu bidang hukum yang membidangi hak-hak yuridis dari karya-karya atau ciptaan-ciptaan hasil olah pikir manusia bertautan dengan kepentingan-kepentingan yang bersifat ekonomi dan moral.45 Bidang yang dicakup dalam hak-hak atas kekayaan intelektual sangat luas, karena termasuk di dalamnya semua kekayaan intelektual yang terdiri atas ciptaan sastra, seni, dan ilmu pengetahuan.

Perlindungan hukum HAKI oleh WIPO46 dan oleh praktik negara-negara, dikelompokkan secara tradisional ke dalam dua kelompok kekayaan intelektual yaitu Hak Kekayaan Industri (Industrial Property Rights) dan Hak Cipta dan Hak Terkait (Copyrights dan Neighboring Rights).

Kekayaan Industri mencakup perlindungan invensi melalui paten, perlindungan kepentingan komersial tertentu melalui undang-undang merek dan undang-undang tentang nama dagang, dan undang-undang tentang perlindungan desain industri. Disamping itu, kekayaan industri meliputi pengendalian persaingan yang tidak wajar. Sedangkan hak cipta memberikan hak-hak tertentu kepada para pengarang atau pencipta karya intelektual lainnya (sastra, musik dan seni) untuk memberikan wewenang atau melarang untuk menggunakan karya tersebut selama

45Eddy Damian, Hukum Hak Cipta, Bandung: Alumni, 2003, Hal. 8

46 WIPO didirikan berdasarkan Convention Establishing the World Intellectual Property Organization, yang ditandatangani 14 Juli 1976 di Stockholm dan mulai berlaku 1970. WIPO menjadi organisasi internasional bagian dari United Nations (PBB) pada Desember 1974.

waktu tertentu. Secara luas, hak cipta mencakup ketentuan-ketentuan tentang perlindungan hak cipta menurut pengertian kata yang tepat dan juga perlindungan terhadap apa yang biasanya disebut dengan “hak-hak terkait”, sehingga eksklusif sifatnya.47

Perjanjian TRIPs tidak mendefenisikan kekayaan intelektual, tetapi Pasal 1 dan 2-nya menyebutkan bahwa kekayaan intelektual terdiri atas berikut ini:

a. Hak cipta dan hak-hak yang berkaitan dengan hak cipta seperti hak dari artis pertunjukan, produser rekaman suara dan organisasi penyiaran). b. Merek.

c. Indikasi geografis. d. Desain industri. e. Paten.

f. Desain rangkaian listrik terpadu.

g. Rahasia dagang dan data mengenai test. h. Varietas tanaman baru.

Kekayaan intelektual berhubungan dengan permohonan perlindungan atas gagasan-gagasan dan informasi yang mempunyai nilai komersial. Kekayaan intelektual merupakan kekayaan pribadi yang bisa dimiliki dan dialihkan kepada orang lain sebagaimana halnya jenis-jenis kekayaan lainnya termasuk dijual dan dilisensikan.

Konsepsi yang mendasar dalam rezim hukum hak cipta adalah bahwa hak cipta tidak melindungi ide-ide, informasi atau fakta-fakta, tetapi lebih melindungi bentuk dari pengungkapan ide-ide, informasi atau fakta-fakta tersebut (expressionof

ideas). Hal ini juga diatur dan ditentukan oleh negara-negara anggota WIPO,

Australia misalnya, hak cipta didefenisikan:48

copyright is form of intelectual property protection for a variaty of creative Works. It is not ideas but their expression which are subject to copyright.

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa hak cipta adalah ada (exist) dalam bentuk nyata (real), dan bukan ide-ide itu sendiri. Maka hak cipta tidak melindungi ide-ide atau informasi tersebut dituangkan dalam bentuk yang dapat dihitung dalam bentuk materi, dan dapat diproduksi ulang.

Hak cipta lahir sebagai hasil cipta karsa dari seorang pencipta melalui olah pikir manusia dalam bidang seni dan ilmu pengetahuan, yang bersifat originality dan

individuality. Hak Cipta diperoleh tanpa harus mendaftarkan, karena hak cipta

bersifat automatic protection. Pada pokoknya, hak cipta diperoleh bukan karena pendaftaran, guna penyelesaian sengketa pada proses litigasi juga bilamana pihak yang bersengketa dapat membuktikan kebenaran akan ciptaannya, maka hakim dapat menentukan pencipta yang sebenarnya. Selain itu, untuk menjamin keamanan ciptaannya, seorang pencipta dalam mengeksploitasi (tujuan komersial) akan memilih untuk mendaftarkan ciptaan ke Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual

48CAL (Copyright Agency Ltd), Copyright Information Sheet, Sydney: Copyright Ltd, Hal. 12.

Departemen Hukum dan HAM. Keaslian suatu karya baik berupa karangan atau ciptaan merupakan suatu hal esensial dalam perlindungan hukum melalui hak cipta. Maksudnya, karya tersebut harus benar-benar merupakan hasil karya orang yang mengakui karya tersebut sebagai karangan atau ciptaannya.49

Istilah hak cipta sebenarnya berasal dari negara yang menganut common

lawsystemyakni copyright, sedangkan di Eropa seperti Perancis dikenal droit d’aueteur dan di Jerman sebagai urheberecht. Di Inggris penggunaan istilah copyright dikembangkan untuk melindungi penerbit, bukan untuk melindungi si

pencipta. Namun seiring dengan perkembangan hukum dan teknologi, maka perlindungan diberikan kepada pencipta serta cakupan hak cipta diperluas tidak hanya mencakup bidang buku, tetapi juga drama, musik, artystic work, fotografi dan lain-lain. Pada dasarnya perlindungan hak cipta diberikan selama pencipta hidup dan setelah meninggal 50 tahun kemudian.50

Di dalam bidang hak cipta (copyright), yang merupakan bagian HAKI terkandung hak-hak eksploitasi atau hak-hak ekonomi (economic right) dan hak-hak moral (moral right).Berdasarkan hak-hak ekonomi yang dipunyai, memungkinkan seorang pencipta mengeksploitasi suatu karya cipta sedemikian rupa untuk memperoleh keuntungan-keuntungan ekonomi, sehingga perlu dilindungi secara memadai.Terkandung di dalam suatu karya cipta yang memiliki nilai-nilai ekonomis. Oleh karena itu, suatu ciptaan jika tidak dikelola secara tertib berdasarkan

49 Endang Purwaningsih, Hak Kekayaan Intelektual (HKI) Dan Lisensi, Bandung, CV. Mandar Maju, 2012, Hal. 35

seperangkat kaidah-kaidahhukum, dapat menimbulkan sengketa-sengketa antara pemilik hak cipta dengan pengelola (pemegang) hak cipta atau pihak lain yang melanggarnya. Untuk pengaturannya diperlukan seperangkat ketentuan-ketentuan hukum yang efektif dari segala kemungkinan pelanggaran oleh mereka yang tidak berhak atas hak cipta yang dimiliki seseorang.

Perkembangan pengaturan hukum hak cipta sejalan dengan perkembangan kebutuhan masyarakat dewasa ini, bahkan perkembangan perdagangan internasional, artinya bahwa konsep hak cipta telah sesuai dengan kepentingan masyarakat untuk melindungi hak-hak si pencipta berkenaan dengan ciptaannya, bukan kepada penerbit lagi. Di sisi lain, demi kepentingan perdagangan, pengaturan hak cipta telah menjadi materi penting dalam TRIPs agreement yang menyatu dalam GATT/WTO, selain itu konsep hak cipta telah berkembang menjadi keseimbangan antara kepemilikan pribadi (natural justice) dan kepentingan masyarakat.

Indonesia sebagai koloni kerajaan Belanda yang telah dijajah selama 3,5 abad, kedudukannya dalam hubungan internasional dan pengaturan hukum nasionalnya ditentukan dan bergantung sepenuhnya kepada Belanda. Dengan kondisi sedemikian ini, hukum positif tentang hak cipta yang secara formal berlaku di Indonesia adalah

A.W.1912 yang mulai berlaku pada tanggal 23 September 1912.51

Sejak negeri Belanda menandatangani naskah Konvensi Berne tentang

International Convention for the Protection of Literary and Artistic Work pada

tanggal 1 April 1913, sebagai negara jajahannya Indonesia diikutsertakan dalam

konvensi tersebut, sebagaimana disebutkan dalam Staadsblad Tahun 1914 Nomor 797.52

Konvensi Berne diadakan pertama kali oleh para anggotanya pada tahun 1886 yang kemudian direvisi beberapa kali merupakan basis perlindungan hak cipta secara internasional.Selanjutnya timbul gagasan untuk menciptakan hukum secara universal yang dikenal Universal Copyright Convention (UCC).Konvensi Berne bertujuan untuk melindungi hak pengarang (hak cipta) di bidang karya seni, sastra dan ilmu pengetahuan.Perlindungan mana diberikan kepada seluruh anggota dari konvensi itu dan secara bertimbal balik saling melindungi hak pengarang (hak cipta) antara Negara-negara yang menjadi anggota.Perlindungan adalah suatu jaminan supaya tidak timbul pelanggaran atau kejahatan di bidang hak pengarang (hak cipta).53

Konvensi Berne pada hakikatnya mensyaratkan Negara anggotanya untuk melindungi karya-karya, yang diantaranya sebagai berikut:54

1. Karya tertulis (written material) seperti halnya buku dan laporan. 2. Musik.

3. Karya drama dan koreografi. 4. Karya arsitektur.

5. Karya sinematografi dan video.

6. Karya adaptasi, seperti terjemahan dan aransemen music.

52 Sophar Maru Hutagalung, Hak Cipta Kedudukan & Peranannya Dalam Pembangunan, Jakarta: Sinar Grafika, 2012, Hal. 134

53Ibid., Hal. 137

54Endang Purwaningsih, Perkembangan Hukum Intelectual Property Rights Kajian Hukum Terhadap Hak Atas Kekayaan Intelektual dan Kajian Komparatif Hukum Paten, Bogor: Ghalia Indonesia, 2005, Hal. 3

7. Koleksi/kumpulan seperti ensiklopedia.

Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 yang secara formal merupakan juga pengakhiran berlakunya tertib hukum kolonial, dilanjutkan dengan awal tertib hukum nasional berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945. Pada tanggal 12 April 1982, pemerintah Indonesia memutuskan untuk mencabut A.W. 1912 dan sekaligus mengundangkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1982 tentang Hak Cipta yang dimuat dalam Lembaran Negara RI Tahun 1982 Nomor 15.55

Pembaharuan Undang-Undang Hak Cipta Indonesia dilatarbelakangi karena keikutsertaan dalam pergaulan masyarakat dunia dengan menjadi anggota dalam

Agreement Establishing the world Trade Organization (Persetujuan Pembentukan

Organisasi Perdagangan Dunia) yang mencakup pula Agreement on Trade Related

Aspects of Intellectual Property Right (Persetujuan tentang Aspek-Aspek Dagang

Hak Kekayaan Intelektual) yang selanjutnya disebut TRIPs, melalui Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994.56

Indonesia telah meratifikasi Konvensi Berne pada tahun 1997 melalui Keppres No. 18 Tahun 1997 dan World Intellectual Property Organization Treaty (Perjanjian Hak Cipta WIPO) melalui Keppres No.6 Tahun 1997. Selain itu Indonesia juga telah meratifikasi TRIPs pada tahun yang sama yang mengatur mengenai perlindungan karya melalui hak cipta, yaitu:57

1. Semua karya yang dilindungi berdasarkan Konvensi Berne.

55Bersamaan dengan pencabutan A.W. 1912, oleh Pemerintah RI dengan penetapan Dewan Perwakilan Rakyat telah menetapkan Undang-Undang Hak Cipta Nomor 6 Tahun 1982.

56Suyud Margono, Op. Cit., Hal. 69

2. Program komputer. 3. Database.

4. Pertunjukan, baik langsung maupun rekaman. 5. Rekaman suara.

6. Siaran-siaran.

Walaupun Indonesia telah memiliki Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1982 tentang Hak Cipta sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1987 dan terakhir Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002, yang selanjutnya disingkat UUHC, dimana perubahan itu telah memuat beberapa penyesuaian pasal yang sesuai dengan TRIPs Agreement, namun masih terdapat beberapa hal yang perlu disempurnakan untuk memberikan perlindungan bagi karya-karya intelektual di bidang hak cipta, termasuk upaya untuk memajukan perkembangan karya intelektual yang berasal dari keanekaragaman seni dan budaya tersebut di atas.

Pasal 7 Persetujuan TRIPs menyebutkan, perlindungan dan penegakan hukum HAKI bertujuan mendorong tumbuhnya inovasi, pengalihan dan penyebaran teknologi dan diperolehnya manfaat bersama antara penghasilan dan pengguna pengetahuan teknologi, dengan cara menciptakan kesejahteraan sosial dan ekonomi serta keseimbangan antara hak dan kewajiban.Prinsip-prinsip pokok persetujuan TRIPs58, antara lain sebagai berikut:

58 A. Zen Umar Purba, Menyambut Milenium III: TRIPs, Dimensi HaKI dan Kesiapan Kita, Newsletter No. 39, X (Desember 1999), Hal. 2

a. Menetapkan standar minimum untuk perlindungan dan penegakan hukum HAKI di negara-negara peserta. Dengan demikian, negara pesertabisa menetapkan standar yang lebih tinggi selama hal tersebut tidak bertentangan dengan persetujuan TRIPs.

b. Negara-negara peserta diharuskan memberikan perlindungan HAKI yang sama kepada warga negaranya sendiri dan warga negara peserta lainnya. Apapun hak yang diberikan kepada warga negaranya, juga harus diberikan pada warga negara peserta lain.

Persetujuan TRIPs memuat ketentuan mengenai penegakan hukum yang ketat disertai dengan mekanisme penyelesaian perselisihan sengketa (dengan adanya

Dispute Settlement Body), yang diikuti dengan hak bagi negara yang dirugikan untuk

mengambil tindakan balasan di bidang perdagangan secara silang (cross-relatiatory

measures).Persetujuan TRIPs merupakan kesepakatan internasional yang paling

komprehensif dalam bidang HAKI, yang juga merupakan perpaduan dari prinsip-prinsip dasar GATT dengan ketentuan-ketentuan substantif dari kesepakatan-kesepakatan internasional untuk perlindungan HAKI dalam suatu kerangka multilateral.

Setelah persetujuan TRIPs, Indonesia mempunyai hukum positif tentang Hak Cipta yang baru, yaitu Undang-undang Republik Indonesia No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta yang terdiri dari 78 (tujuh puluh delapan)pasal. Dengan demikian, Undang-undang Hak Cipta ini mulai berlaku (entry into force) tanggal 29 Juli 2003.Lahirnya undang-undang hak cipta yang baru dan dianggap telah full

compliance59terhadap ketentuan dalam TRIPs Agreement ini tidak lepas dari kecenderungan masyarakat dunia pada umumnya dan Indonesia pada khususnya untuk memberikan perlindungan hukum HAKI.Ciptaan dilindungi secara tersendiri dengan tidak mengurangi hak cipta atas karya asli, termasuk bagi ciptaan yang tidak atau belum diumumkan tetapi sudah dalam bentuk kesatuan nyata (real) yang dapat diperbanyak. Ketentuan Pasal 12 Undang-undang Hak Cipta Indonesia, menyatakan bahwa ciptaan yang dilindungi adalah ciptaan dalam bidang ilmu pengetahuan, seni dan sastra yang meliputi karya:60

1. Buku-buku, program komputer, pamflet, karya tipografis, susunan perwajahan (lay-out) karya tulis yang diterbitkan dan semua hasil karya tulis lain.

2. Ceramah, kuliah, pidato atau ciptaan lain yang sejenis dengan itu.

3. Alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu pengetahuan. 4. Cipta lagu atau musik dengan atau tanpa teks.

5. Drama atau drama musical, tari, kareografi, pewayangan dan pantonim. 6. Seni rupa dalam segala bentuk seperti seni lukis, gambar, seni ukir, seni

kaligrafi, seni pahat, seni patung, kolase dan seni terapan. 7. arsitektur

8. Peta

59IP Compliance atau kepatuhan pada komitmen pada norma HAKI memiliki spektrum yang lebih luas. Lebih dari sekedar kesesuaian dalam pengaturan, tetapi juga menyangkut ketaat-asasan dalam sikap dan perilaku para pendukungnya: para penyelenggara negara ataupun masyarakatnya, Lihat sambutan Sekretaris Negara/Kabinet. Bambang Kesowo (pada seminar, IP Compliance Dalam Rangka Prinsip Good Corporate Governance, diselenggarakan oleh Perhimpunan Masyarakat HAKI Indonesia/IIPS, Jakarta, 27 Maret 2003) Hal. 2

9. Seni batik. 10. Karya fotografi. 11. Karya sinematografi.

12. Terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, database61dan karya lain dari hasil pengalihwujudan.

Begitu pula dengan desain industri yang merupakan bagian dari kekayaan intelektual yang masuk dalam bidang hak milik perindustrian disamping hak cipta, paten, rahasia dagang dan desain tata letak sirkuit terpadu.Desain industri merupakan salah satu bagian HAKI yang unik dan memerlukan suatu persamaan persepsi, mengingat adanya tumpang tindih antara desain industri dan bagian HAKI lainnya.Selain itu terdapat beberapa konsep hukum mengenai HAKI lainnya seperti paten dan hak cipta yang digunakan dalam desain industri. Dari hukum paten mengambil jangka waktu monopoli yang terbatas yang didapat melalui pendaftaran yang memberikan hak kepada pemilik/pemegang hak atas desain untuk menghentikan pihak lain untuk memproduksi produk dengan desain yang sama, dan konsep kebaharuan atas desain merupakan syarat mutlak agar suatu desain dapat didaftarkan. Sedangkan dari hukum hak cipta, desain industri meminjam konsep ide-ide menjadi bentuk-bentuk fisik yang merupakan perwujudan dari ide.62

61

Pasal 10 ayat 2 TRIPs Agreement menentukan untuk memberikan perlindungan khusus bagi kompilasi data (Compilations of Data) sebagai Karya Cipta:

“Compilation of data or other material, wheather in machine readable or other form, which by reason of the selection or arrangement of their contents contitude intellectual creations shall be protection as such. Such protection, which shall not extend to the data or material itself, shall be without prejudice to any copyright subsisting in the data or material itself”

62Ranti Fauza Mayana, Perlindungan Desain Industri di Indonesia dalam era Perdagangan Bebas, Jakarta : Grasindo, 2004, Hal. 48

Perlindungan atas desain industri didasarkan pada konsep pemikiran bahwa lahirnya desain industri tidak terlepas dari kemampuan kreatifitas cipta, rasa dan karsa yang dimiliki oleh manusia. Jadi ia merupakan produk intelektual manusia.63

Perkembangan desain industri berkembang pesat sejak lahirnya revolusi industri di Inggris. Semula terdapat desain industri dengan dua dimensi yang diatur pada tahun 1787 dan berkembang menjadi tiga dimensi yang diatur melalui Sculpture

Copyright Act 1789 dan direvisi tahun 1814. Hingga kemudian lahir Registered Design Act 1949 yang menentukan desain industri sebagai bagian seni terapan

(applied art), dan di Inggris dicakup tiga bentuk perlindungan desain yaitu design

registration, full copyright dan design copyright. Selain berkaitan dengan hak cipta,

bisa juga desain industri bersinggungan dengan hak paten dan hak merek.64

Ada kesamaan antara hak cipta bidang seni lukis (seni grafika) dengan desain industri, akan tetapi perbedaannya akan terlihat ketika desain industri itu dalam wujudnya lebih mendekati paten. Jika desain industri semula diwujudkan dalam bentuk lukisan, karikatur atau gambar/grafik, satu dimensi yang dapat diklaim sebagai hak cipta, maka pada tahapan berikutnya ia disusun dalam bentuk dua atau tiga dimensi dan dapat diwujudkan dalam satu pola yang melahirkan produk materil dan dapat diterapkan dalam aktivitas industri. Dalam wujud itulah kemudian ia dirumuskan sebagai desain industri.

63H. Oka Saidin, Aspek Hukum Kekayaan Intelektual, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007, Hal. 467

Kadang-kadang terdapat hubungan yang rancu antara hak cipta dengan hak desain, disebabkan oleh suatu desain misalnya blue print dari penampilan produk tertentu yang termasuk dalam karya seni guna perolehan hak cipta.Jika karya seni dipakai sebagai blue print untuk memproduksi suatu produk maka pemegang karya seni tersebut juga mempunyai hak cipta atas ciptaan karya seninya itu.Misalnya

Dokumen terkait