• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS YURIDIS CROSS REZIM HAK CIPTA DAN DESAIN INDUSTRI DI INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS YURIDIS CROSS REZIM HAK CIPTA DAN DESAIN INDUSTRI DI INDONESIA"

Copied!
136
0
0

Teks penuh

(1)

TESIS

Oleh

APRILIANNA SILVIA BERKAT GEA

097011095/M.Kn

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

TESIS

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Magister Kenotariatan Pada Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara

Oleh

APRILIANNA SILVIA BERKAT GEA

097011095/M.Kn

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

Program Studi : Kenotariatan

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Runtung, SH, MHum)

Pembimbing Pembimbing

(Prof.Dr.Muhammad Yamin,SH,MS,CN) (Dr.T.Keizerina Devi A,SH,CN,MHum)

Ketua Program Studi, Dekan,

(Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN) (Prof. Dr. Runtung, SH, MHum)

(4)

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Runtung, SH, MHum

Anggota : 1. Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN 2. Dr. T. Keizerina Devi A, SH, CN, MHum 3. Dr. Jelly Leviza, SH, MHum

(5)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : APRILIANNA SILVIA BERKAT GEA

Nim : 097011095

Program Studi : Magister Kenotariatan FH USU

Judul Tesis : ANALISIS YURIDIS CROSS REZIM HAK CIPTA

DAN DESAIN INDUSTRI DI INDONESIA

Dengan ini menyatakan bahwa Tesis yang saya buat adalah asli karya saya sendiri bukan Plagiat, apabila dikemudian hari diketahui Tesis saya tersebut Plagiat karena kesalahan saya sendiri, maka saya bersedia diberi sanksi apapun oleh Program Studi Magister Kenotariatan FH USU dan saya tidak akan menuntut pihak manapun atas perbuatan saya tersebut.

Demikianlah surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan dalam keadaan sehat.

Medan,

Yang membuat Pernyataan

(6)

transparansi memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap perlindungan Hak atas Kekayaan Intelektual (HaKI) di Indonesia. HaKI adalah instrumen hukum yang memberikan perlindungan hak pada seseorang atas segala hasil kreatifitas dan perwujudan karya intelektual dan memberikan hak kepada pemilik hak untuk menikmati keuntungan ekonomi dari kepemilikan hak tersebut. Hak Cipta dan Desain Industri merupakan bagian dari HaKI. Sengketa antara Hak Cipta dan Desain Industri yang memiliki alas hak yang sama sering terjadi di masyarakat, hal inilah yang dikenal sebagai cross rezim, serta hal ini pula yang menjadi dasar pemikiran untuk melakukan penelitian dengan menjawab permasalahan faktor-faktor apa yang menyebabkan terjadinya sengketa antara hak cipta dan desain industri, bagaimana bentuk-bentuk permasalahan hak cipta dan desain industri yang terjadi di Indonesia, serta bagaimana perlindungan terhadap hak cipta dan desain industri apabila terjadi sengketa.

Metode penelitian yang digunakan bersifat deskriptif analitis, dengan menggunakan pendekatan yuridis normatif. Sumber data diperoleh dengan mengumpulkan bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tertier. Alat pengumpulan data yang digunakan di dalam penelitan ini adalah studi kepustakaan, yang mencari konsepsi, teori-teori atau doktrin-doktin yang berkaitan dengan masalah penelitian, yang selanjutnya dianalisis secara kualitatif dan ditarik kesimpulan dengan menggunakan metode deduktif.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa penyelesian sengketa antara hak cipta dan desain industri yang memiliki alas hak yang sama adalah dengan menggugat siapa pun yang dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana disebutkan dalam pasal 9 UU No. 31 Tahun 2000, selain itu penyelesaian sengketa juga dapat dilakukan melaluiAlternative Dispute Resolution. Perlindungan terhadap hak cipta bersifat otomatis ekspresi nyata terwujud dan tanpa pendaftaran, yang diberikan kepada pemegang hak cipta, sedangkan perlindungan desain industri tidak bersifat otomatis karena baru diberikan berdasarkan pendaftaran terhadap desain yang baru. Untuk masa mendatang, diharapkan adanya penghormatan kepada para pemegang hak, baik hak cipta maupun desain industri, terhadap karya mereka, sehingga tidak terjadi lagi sengketa dikemudian hari.

(7)

transparency has great impact on HaKI (Intellectual Property Right) protection in Indonesia. HaKI is a legal instrument which provides protection of the right for a person on his creativity and realization of his intellectual work and gives a right owner to enjoy the economic benefit from his right ownership. Copyright and Industrial Design are a part of HaKI. The case of dispute between Copyright and Industrial Design which has the same legal basis usually occurs in society which is known as cross regime. The problems of the research were how about some factors which caused dispute between copyright and industrial design, how about the problems of copyright and industrial design which occurs in Indonesia, and how about the protection for copyright and industrial design when there is a dispute.

The research was descriptive analytic with judicial normative method. The data were gathered from primary, secondary, and tertiary legal materials by conducting library research and by searching for conception, theories, or doctrines related to the research problems. The gathered data were analyzed qualitatively and deductively.

The result of the research shows that settlement of dispute between copyright and industrial design which has the same legal basis is by filing a complaint on whoever does an act purposely and without his right as stipulated in Article 9 of Law No. 31/2000; besides that, settlement of dispute can be done by using Alternative Dispute Resolution. Protection for copyright is automatic and real expression in realization and without any registration which is given to the copyright holder, while protection for industrial design is not automatic because it is given according to the registration on new design. In the future, it is recommended that respect for the right holders be given, either to copyright holders or to industrial design holders, for their works so that there will be no dispute between them.

(8)

dan karunianya sehingga penulisan tesis ini dapat diselesaikan pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan tesis ini guna memenuhi salah satu syarat akademik dalam menyelesaikan Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan tesis ini, penulis menyadari bahwa untuk masuk pada tahapan seperti ini bukanlah ditempuh dengan mudah dan tidak hanya mengandalkan kemampuan penulis tetapi melalui tahap demi tahap penuh warna penulis lewati sehingga sampai saat ini. Semua ini bisa terjadi karena ada pihak-pihak yang berperan penting membantu penulis dalam menyelesaikan ini semua.

Dalam penulisan tesis ini banyak pihak yang telah memberikan bantuan dorongan moril, masukan dan saran. Oleh sebab itu, ucapan terima kasih yang mendalam penulis haturkan yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Subilhar, PhD, selaku Pejabat Rektor Universitas Sumatera Utara, atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Runtung, SH, MHum, selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara atas kesempatan menjadi mahasiswi Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, sekaligus sebagai Dosen Pembimbing yang telah memberikan waktunya untuk membimbing dan mengarahkan penulis dalam penyelesaian tesis ini.

(9)

dorongan, bimbingan, saran dan masukan kepada penulis demi untuk selesainya penulisan tesis ini.

5. (Alm.) Bapak Dr. Syahril Sofyan, SH, MKn, selaku Dosen Penguji yang telah memberikan masukan kepada penulis dalam penyempurnaan tesis ini.

6. Bapak Notaris Syafnil Gani, SH, MHum, selaku Dosen Penguji yang telah memberikan masukan kepada penulis dalam penyempurnaan tesis ini.

7. Bapak Dr. Jelly Leviza, SH, MHum, selaku Dosen Penguji yang telah memberikan masukan kepada penulis dalam penyempurnaan tesis ini.

8. Seluruh Staf Pengajar Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu kepada penulis selama menuntut ilmu pengetahuan di Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

9. Seluruh Staf Pegawai Administrasi (Ibu Fatimah, Kak Sari, Kak Winda, Kak Lisa, Kak Afni, Bang Ken, Bang Izal dan Bang Aldi) Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, selaku para pihak yang selalu membantu penulis selama menyelesaikan hal-hal besar dan kecil yang berkaitan dengan proses belajar di kampus.

10. Seluruh keluarga besar saya yang selalu memberi dukungan dan perhatian untuk segera menyelesaikan penulisan tesis ini, terkhusus untuk Bapatalu dan Mamatalu (A/I Roly Harefa) yang selalu mencurahkan kasih dan perhatian untuk saya selama menyelesaikan tesis ini.

(10)

13. Rekan-rekan dan sahabat-sahabat seperjuangan penulis, Mahasiswa/i Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, khususnya Angkatan 2009, yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu, yang selalu menolong dan memotivasi penulis untuk bisa menyelesaikan tesis ini.

Suatu rasa kebanggaan tersendiri dalam kesempatan ini penulis juga turut menghaturkan sembah sujud dan ucapan terima kasih yang tidak terhingga kepada kedua orang tua terkasih, Bapak Satozaro Gea, BBA dan Ibu Rosmaini Telaumbanua, SE, yang telah mencurahkan segenap kasih, waktu, tenaga, pikiran, doa dan perhatian kepada penulis serta telah berhasil mendidik penulis hingga seperti sekarang ini. Terimakasih sudah memberikan kepercayaan dan penguatan kepada penulis selama ini.

Penulis dengan segala kerendahan hati menyadari bahwa tesis ini tidak luput dari kekurangan dan kelemahan, baik dari segi penulisan maupun substansi yang masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun demi penyempurnaan penulisan tesis ini. Akhirnya penulis mengharapkan, semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan juga bagi pembaca pada umumnya.

Medan, 19 Januari 2016 Penulis

(11)

Nama : APRILIANNA SILVIA BERKAT GEA Tempat/Tanggal Lahir : Gunungsitoli, 25 April 1984

Agama : Kristen Protestan

Status : Belum Kawin

Alamat : Jl. Yos Sudarso No. 56, Gunungsitoli, Nias

II. KELUARGA

Nama Ayah : Satozaro Gea, BBA

Nama Ibu : Rosmaini Telaumbanua, SE

III. PENDIDIKAN

TK CENDRAWASIH GUNUNGSITOLI (1987-1990) SD RK MUTIARA GUNUNGSITOLI (1990-1996) SMP NEGERI 1 GUNUNGSITOLI (1996-1999) SMU ST. THOMAS 2 MEDAN (1999-2001)

SMU KRISTEN IMMANUEL MEDAN (2001-2002)

(12)

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR... iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR ISTILAH ASING... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1 A. Latar Belakang ... 1 B. Rumusan Masalah ... 17 C. Tujuan Penelitian ... 17 D. Manfaat Penelitian ... 18 E. Keaslian Penelitian ... 18

F. Kerangka Teori Dan Konsepsi ... 19

G. Metode Penelitian ... 27

BAB II PENYEBAB TERJADINYA SENGKETA ANTARA HAK CIPTA DAN DESAIN INDUSTRI ... 30

A. Karakter Hak Cipta dan Desain Industri ... 30

B. Kedudukan Hak Cipta dan Desain Industri... 50

C. Penyebab Terjadinya Sengketa Antara Hak Cipta Dan Desain Industri ... 59

BAB III BENTUK-BENTUK PERMASALAHAN HAK CIPTA DAN DESAIN INDUSTRI YANG TERJADI DI INDONESIA... 61

A. Bentuk-Bentuk Sengketa Hak Cipta dan Desain Industri ... 61

(13)

B. Penegakan Hukum Atas Pelanggaran Hak Cipta dan Desain

Industri ... 104

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 112

A. Kesimpulan ... 112

B. Saran ... 113

(14)

Man is a social and political being : Manusia adalah makhluk sosial dan bermasyarakat

Social relation : Hubungan bermasyarakat

Self preservation : Suatu tindakan pertahanan diri dari

bahaya

Law : Hukum

Recht : Hukum (bahasa Belanda) Ide dan

pemikiran orang banyak, bukan hanya Untuk dinikmati oleh kalangan terbatas tetapi secara menyeluruh

Language game : Permainan bahasa

Ubi sociates ibi ius : Dimana ada masyarakat, disana pasti ada

hukum

Alkas : Hukum (dalam bahasa Arab, jamak)

Rectum : Bimbingan, tuntutan atau pemerintahan

Rex : Orang yang pekerjaannya memberikan

bimbingan

Directum : Orang yang pekerjaannya mengarahkan

Gerechtigdheid : Keadilan (bahasa Belanda)

Gerechtigkeit : Keadilan (bahasa Jerman)

Lusitia : Keadilan

Lesere : Mengumpulkan orang-orang yang diberi

perintah

Law as a prosess, law in the making : Hukum yanng selalu dalam proses

menjadi

(15)

Protection of intellectual property : WIPO

World intellectual property organitation : WIPO

Cyber : Suatu interaksi yang terjadi melalui

jaringan komputer

Universal copyright convention : Konvensi Hak Cipta Sedunia

Masterpiece : Karya besar/agung

Alternative dispute resolution : Alternatif penyelesaian sengketa

Cross rezim : Lintas rezim

Economic development : Perkembangan ekonomi

Economic based on knowledge : Dasar pengetahuan ekonomi

Intellectual property rights : Hak kekayaan intelektual

The second treatise of government : Risalah kedua pemerintah

Intangible things : Hak kepemilikan pribadi dalam kekayaan

pribadi

Library research : Studi kepustakaan

Software : Piranti lunak

Compact disc : Piringan bundar yang terbuat dari logam

atau Plastik berlapis bahan yang dapat dialiri listrik, sehingga bersifat magnet

Video compact disc : Format digital standar untuk penyimpanan

gambar video dalam suatu cakram padat

Industrial property rights : Hak milik perindustrian

Copyrights and neighboring rights : Hak cipta dan hak terkait

Expression of ideas : Informasi fakta-fakta

(16)

Automatic protection : Perlindungan otomatis

Common law system : Suatu sistem hukum yang didasarkan

pada yurisprudensi

Copyright : Hak cipta

Droit d’aveteur : Hak cipta (bahasa Perancis)

Urheberecht : Hak cipta (bahasa Jerman)

Artistic work : Pekerja seni

Economic right : Hak eknomi

Moral right : Hak moral

TRIPs Agreement : Perjanjian TRIPs

Natural justice : Keadilan kodrat alam

International convention for the

Protection of literary and artistic work : Konvensi internasional untuk perlindungan karya sastra dan seni

Universal copyright convention : Konvensi hak cipta sedunia

Written material : Karya tertulis

Agreement establising the world trade

organization : Persetujuan pembentukan organisasi

perdagangan dunia

Agreement on trade related aspects of

Intellectual property rights : Persetujuan tentang aspek-aspek dagang

hak Kekayaan intelektual

World intellectual property organization

Treaty : Perjanjian hak cipta WIPO

Dispute settlement body : Badan penyelesaian sengketa

(17)

Sculpture copyright art : Hak cipta seni pahat

Registered design art : Seni desain terdaftar

Appied art : Seni terapan

Design regristration : Pendaftaran desain

Full copyright : Hak cipta penuh

Design copyright : Desain hak cipta

Blue print : Cetak biru, kerangka kerja terperinci

sebagai landasan dalam pembuatan kebijakan yang meliputi penetapan tujuan dan sasaran, pelaksanaan program dan fokus kegiatan serta langkah-langkah.

The hague arrangement concerning the

international deposit of industrial : Perjanjian Hague mengenai deposit

internasionalindustri

The paris convention for the protection

of industrial property : Konvensi Paris

untuk perlindungan kekayaan

industry

The locarno agreement establishing an International classification for industrial

designs of 1968 : Perjanjain Locarno mendirikan

klasifikasi internasional untuk desain industri 1968

TRIPs Agreement under the world trade

Organization agreement : Perjanjian TRIPs dibawah perjanjian

organisasi perdagangan dunia

Auteurs rechts : Hak pengarang

Economic interest : Kepentingan ekonomi

(18)

Collective management organization : Organisasi manajemen kolektif

Royalty : Jumlah yang dibayarkan untuk penggunaan properti seperti hak paten, hak cipta, dan lain-lain

Medical : Medis

Hobby : Kesenangan

Reward teory : Pengakuan terhadap karya intelektual yang telah dihasilkan oleh penemu/ pencipta/pendesain sehingga harus diberikan penghargaan atas upaya kreatifnya dalam menemukan karya intelektual.

The principle of natural justice : Prinsip keadilan alam

The economic agreement : Perjanjian ekonomi

Professional : Ahli

Social culture : Sosial budaya

Win : Menang

Lose : Kalah

Civil law system : Sistem perundang-undangan

Designing and printing of linens, cotton

Calicoes and muslins act : Merancang dan mencetak linen, katun,

calicoes dan kain kasa

Collage : Kolase

Restrictive business practise : Praktek-pratek usaha yang merugikan

Registered design : Desain yang didaftarkan

Design right : Hak Desain

The duration of protection available Shall amount to least 10 years Filling

date : Jangka minimal perlindungan adalah 10

(19)

Locus delicti : Berlakunya hukum pidana yang dilihat dari segilokasi terjadinya perbuatan pidana

Tempus delicti : Waktu terjadinya tidak pidana

Buying time : Waktu beli

(20)

transparansi memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap perlindungan Hak atas Kekayaan Intelektual (HaKI) di Indonesia. HaKI adalah instrumen hukum yang memberikan perlindungan hak pada seseorang atas segala hasil kreatifitas dan perwujudan karya intelektual dan memberikan hak kepada pemilik hak untuk menikmati keuntungan ekonomi dari kepemilikan hak tersebut. Hak Cipta dan Desain Industri merupakan bagian dari HaKI. Sengketa antara Hak Cipta dan Desain Industri yang memiliki alas hak yang sama sering terjadi di masyarakat, hal inilah yang dikenal sebagai cross rezim, serta hal ini pula yang menjadi dasar pemikiran untuk melakukan penelitian dengan menjawab permasalahan faktor-faktor apa yang menyebabkan terjadinya sengketa antara hak cipta dan desain industri, bagaimana bentuk-bentuk permasalahan hak cipta dan desain industri yang terjadi di Indonesia, serta bagaimana perlindungan terhadap hak cipta dan desain industri apabila terjadi sengketa.

Metode penelitian yang digunakan bersifat deskriptif analitis, dengan menggunakan pendekatan yuridis normatif. Sumber data diperoleh dengan mengumpulkan bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tertier. Alat pengumpulan data yang digunakan di dalam penelitan ini adalah studi kepustakaan, yang mencari konsepsi, teori-teori atau doktrin-doktin yang berkaitan dengan masalah penelitian, yang selanjutnya dianalisis secara kualitatif dan ditarik kesimpulan dengan menggunakan metode deduktif.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa penyelesian sengketa antara hak cipta dan desain industri yang memiliki alas hak yang sama adalah dengan menggugat siapa pun yang dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana disebutkan dalam pasal 9 UU No. 31 Tahun 2000, selain itu penyelesaian sengketa juga dapat dilakukan melaluiAlternative Dispute Resolution. Perlindungan terhadap hak cipta bersifat otomatis ekspresi nyata terwujud dan tanpa pendaftaran, yang diberikan kepada pemegang hak cipta, sedangkan perlindungan desain industri tidak bersifat otomatis karena baru diberikan berdasarkan pendaftaran terhadap desain yang baru. Untuk masa mendatang, diharapkan adanya penghormatan kepada para pemegang hak, baik hak cipta maupun desain industri, terhadap karya mereka, sehingga tidak terjadi lagi sengketa dikemudian hari.

(21)

transparency has great impact on HaKI (Intellectual Property Right) protection in Indonesia. HaKI is a legal instrument which provides protection of the right for a person on his creativity and realization of his intellectual work and gives a right owner to enjoy the economic benefit from his right ownership. Copyright and Industrial Design are a part of HaKI. The case of dispute between Copyright and Industrial Design which has the same legal basis usually occurs in society which is known as cross regime. The problems of the research were how about some factors which caused dispute between copyright and industrial design, how about the problems of copyright and industrial design which occurs in Indonesia, and how about the protection for copyright and industrial design when there is a dispute.

The research was descriptive analytic with judicial normative method. The data were gathered from primary, secondary, and tertiary legal materials by conducting library research and by searching for conception, theories, or doctrines related to the research problems. The gathered data were analyzed qualitatively and deductively.

The result of the research shows that settlement of dispute between copyright and industrial design which has the same legal basis is by filing a complaint on whoever does an act purposely and without his right as stipulated in Article 9 of Law No. 31/2000; besides that, settlement of dispute can be done by using Alternative Dispute Resolution. Protection for copyright is automatic and real expression in realization and without any registration which is given to the copyright holder, while protection for industrial design is not automatic because it is given according to the registration on new design. In the future, it is recommended that respect for the right holders be given, either to copyright holders or to industrial design holders, for their works so that there will be no dispute between them.

(22)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejak lahir di dunia sampai meninggal dunia, manusia selalu bergaul dengan manusia–manusia lain dalam suatu wadah yang bernama masyarakat.1Manusia dalam realitasnya adalah makhluk hidup yang memperlihatkan dua aspek yang tidak dapat dipisahkan satu dari yang lainnya, baik sebagai manusia individual maupun sebagai anggota masyarakat dalam kebersamaannya dengan manusia-manusia individual lainnya.Hal ini terlihat jelas dalam pola kehidupan manusia sehari-hari yang dimulai dari tengah-tengah keluarga (hubungan ayah, ibu dan anak-anak), dalam menjalankan pekerjaan (hubungan kerja) maupun dalam hubungan kemasyarakatan.

Kenyataan ini menegaskan bahwa manusia adalah makhluk sosial.Hal ini sejalan dengan pendapat seorang ahli pikir Yunani yaitu Aristoteles yang menyatakan manusia itu adalah Zoon Politicon, yang dijelaskan lebih lanjut oleh Hans Kelsen

“man is a social and political being” artinya manusia itu adalah makhluk sosial yang

dikodratkan hidup dalam kebersamaan dengan sesamanya dalam masyarakat, dan makhluk yang terbawa oleh kodrat sebagai makhluk sosial itu selalu berorganisasi.2 Oleh karenanya setiap anggota masyarakat mempunyai hubungan antara satu dengan

1A. Halim Tosa, Pengantar Ilmu Hukum Indonesia,Fakultas Syariah IAIN Ar-Raniry, Banda

Aceh, 1996, Hal. 25

2 Soediman Kartohadiprodjo (2), Pengantar Tata Hukum di Indonesia, Ghalia Indonesia,

(23)

yang lain dimana tiap hubungan tentu menimbulkan hak dan kewajiban. Hubungan antara manusia disebut hubungan sosial (social relation) atau relasi sosial, dimana masing-masing pihak/subjek ada interaksi dan menyadari kehadiran satu sama lain.

Selain itu masing-masing individu tentu mempunyai hubungan kepentingan. Kepentingan ini berbeda-beda bahkan tidak jarang saling berhadapan atau berlawanan.Kebutuhan atau kepentingan dalam komunitas manusia didorong adanya naluri self preservasi, yaitu untuk melakukan berbagai usaha untuk menghindari atau melawan dan mengatasi bahaya-bahaya yang mengancam kehidupan manusia dalam mempertahankan eksistensinya.3

Kepentingan-kepentingan itu merupakan kepentingan pribadi dan kepentingan antar pribadi. Kepentingan-kepentingan pribadi dapat diupayakan pemenuhannya masing-masing tanpa saling bertemu atau pun berbenturan namun kadang-kadang kepentingan antar pribadi dapat bertemu dan berbenturan satu sama lain.4

Mengingat akan banyaknya kepentingan, terlebih kepentingan antar pribadi tidak mustahil terjadi konflik antara sesama manusia, dikarenakan kepentingannya saling bertentangan. Konflik kepentingan ini terjadi apabila dalam melaksanakan kepentingannya merugikan kepentingan orang lain. Agar kepentingannya tidak terganggu dan merasa aman untuk memenuhi kepentingan-kepentingannya, maka setiap bentuk gangguan terhadap kepentingan harus dicegah karena akanmengganggu

3Johannes Ibrahim, Hukum Organisasi Perusahaan-Pola Kemitraan dan Badan Hukum, PT.

Refika Aditama, Bandung, 2006, Hal. 12

4 Soedjono Dirdjosisworo, Pengantar Ilmu Hukum, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1999,

(24)

keseimbangan tatanan masyarakat. Manusia selalu berusaha agar tatanan masyarakat dalam keadaan seimbang, karena tatanan yang seimbang menciptakan suasana tertib, damai dan aman, yang merupakan jaminan kelangsungan hidupnya.5

Ketertiban yang didukung oleh adanya tatanan ini terdiri dari tatanan yang mempunyai sifat-sifat yang berlainan. Sifat yang berbeda-beda ini disebabkan oleh karena norma-norma yang mendukung masing-masing tatanan ini mempunyai sifat yang tidak sama. Oleh karena itu, dalam masyarakat yang teratur setiap manusia sebagai anggota masyarakat harus memperhatikan norma atau kaidah, atau peraturan hidup yang ada dan hidup dalam masyarakatnya.6 Di sinilah hukum memegang peranan yang penting karena dinamika kehidupan bermasyarakat selalu menuntut cara berperilaku yang patut dalam interaksi antara yang satu dengan yang lain untuk mencapai ketertiban.

Upaya menemukan pengertian yang tidak lain merupakan esensi dari istilah hukum itu sendiri, sebagai gejala universal sesuai dengan hakikat kodrat manusia, dengan digunakannya istilah yang berbeda-beda di antara bangsa-bangsa telah atau akan menjadi permasalahan yang cukup fundamental. Istilah hukum yang dalam kamus bahasa disinonimkan dengan “law”, “recht” dan sebagainya.Ditinjau dari sudut budaya sebagai hasil cipta, rasa, karsa, dan karya manusia dalam hidup bermasyarakat tidaklah begitu saja disamaratakan pengertian yang dikandungnya. Sebagai cermin budaya suatu bangsa atau masyarakat, hukum merupakan pandangan

(25)

filsafat, ideologi negara dan sekaligus nilai-nilai luhur yang dijunjung tinggi dan diketahui nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh masyarakat atau bangsa demikian pula filsafat dan ideologinya dibentuk dengan ramuan geografi, demografi, kekayaan alam, sejarah, dan pengalaman hidup yang berbeda-beda sehingga hal ini akan menjadi penghalang bagi seseorang pengamat maupun peneliti untuk mengemukakan pengertian yang universal.7

Hukum mengandung pengertian yang luas. Kata hukum digunakan banyak orang dalam cara yang sangat umum, sehingga mencakup seluruh pengalaman hukum, betapapun bervariasinya atau dalam konteksnya yang sederhana. Namun dari sudut pandang yang paling umum sekalipun, hukum mencakup banyak aktivitas dan ragam aspek kehidupan manusia.Penggunaannya merefleksikan terjadinya keragaman “permainan bahasa” (language game) sebagaimana dijelaskan dalam konsep

Wittgensteinian dengan menempatkan penggunaan kata-kata dalam konteks interaksi

manusia dan kehidupan sosial secara umum. Jangkauan permainan bahasa semacam ini, misalnya dari seorang anak kecil yang bertanya kepada bapaknya, mengapa ia berhenti di lampu lalu lintas? Dikatakan bahwa, demikianlah “hukumnya” hingga dimainkan dalam ruangan legislatif, kantor polisi, kantor-kantor jaksa, pengadilan dan ruang-ruang seminar.8

7 M. Soebagio, dan Slamet Supriatna, Dasar-Dasar Ilmu Hukum, Akademika Presindo,

Jakarta, 1970, Hal. 24

8 H.R. Otje Salman - Anton F. Susanto,,Teori Hukum (Mengingat, Mengumpulkan dan

(26)

Menurut Cicero (106-43 SM), yang pendapatnya dikutip oleh Shidarta menyatakan bahwa dimana ada masyarakat, disana pasti ada hukum (ubi societas ibi

ius). Artinya, hukum sendiri sudah lahir dengan sendirinya di dalam masyarakat dan

untuk itu secara sadar atau tidak sadar selalu ada figur-figur tertentu yang memainkan peranan sebagai bentuk dan penerap hukum itu.9Jadi hukum adalah ketentuan-ketentuan yang timbul dari dan dalam pergaulan hidup manusia.Timbulnya berdasarkan rasa kesadaran manusia itu sendiri, sebagai gejala-gejala sosial yang merupakan hasil dari pengukuran baik tentang tingkah laku manusia di dalam pergaulan hidupnya.10

Dari sudut etimologi, kata hukum berasal dari Bahasa Arab dan merupakan bentuk tunggal.Kata jamaknya adalah Alkas, yang selanjutnya diambil alih dalam Bahasa Indonesia menjadi Hukum.Di dalam pengertian hukum terkandung pengertian bertalian erat dengan pengertian yang dapat melakukan paksaan.Recht berasal dari

Rectum, Bahasa Latin, yang mempunyai arti bimbingan atau tuntutan atau

pemerintahan. Bertalian dengan Rectum dikenal kata Rexyaitu orang yang pekerjaannya memberikan bimbingan atau memerintah. Rexjuga dapat diartikan Raja, yang mempunyai Regimen yang artinya kerajaan. Kata Rectum dapat dihubungkan juga dengan kata Directum, yang artinya orang yang mempunyai pekerjaan membimbing atau mengarahkan.Kata Recht atau bimbingan atau pemerintahan selalu

9 Shidarta, Moralitas Profesi Hukum Suatu Tawaran Kerangka Berpikir, Refika Aditama,

Bandung, 2006, Hal. 11

10 R. Abdoel Djamali, Pengantar Hukum Indonesia, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1993,

(27)

didukung oleh kewibawaan. Seorang yang membimbing, memerintah harus mempunyai kewibawaan. Kewibawaan mempunyai hubungan yang erat dengan ketaatan, sehingga orang yang mempunyai kewibawaan akan ditaati oleh orang lain. Dengan demikian perkataan recht mengandung pengertian kewibawaan dan hukum atau recht itu ditaati orang yang secara sukarela. Dari kata recht tersebut timbul juga istilah Gerechtigdheid, ini adalah Bahasa Belanda atau Gerechtigkeit, dalam Bahasa Jerman berarti keadilan, sehingga hukum juga mempunyai hubungan erat dengan keeadilan. Jadi dengan demikian recht dapat diartikan hukum yang mempunyai dua unsur penting yaitu Kewibawaan dan Keadilan.Kata Ius (Latin) berarti hukum, berasal dari Bahasa Latin Lubere artinya mengatur atau memerintah.Perkataan mengatur dan memerintah itu mengandung dan berpangkal pokok pada kewibawaan. Selanjutnya, istilah Ius bertalian erat dengan Lusitia atau keadilan.Pada zaman dulu bagi orang Yunani, Lusitia adalah dewi keadilan yang dilambangkan sebagai seorang wanita dengan kedua matanya tertutup dengan tangan kirinya memegang neraca dan tangan kanan memegang sebuah pedang. Jadi, dari segi etimologi dapat disimpulkan bahwa Ius yang berarti hukum bertalian erat dengan keadilan (lusitia) yang mempunyai tiga unsur: wibawa, keadilan dan tata kedamaian. Kata Lex berasal dari Bahasa Latin dan berasal dari kata Lesere, artinya mengumpulkan ialah mengumpulkan orang-orang untuk diberi perintah.Jadi di sini terkandung pula adanya hukum ialah wibawa atau otoritas, sehingga kata Lex yang berarti hukum sangat erat hubungannya dengan perintah dan wibawa.11

(28)

Berdasarkan uraian di atas dan sehubungan dengan arti kata hukum, maka dapat disimpulkan bahwa:12

a. Pengertian hukum itu bertalian erat dengan keadilan. b. Pengertian hukum itu bertalian dengan kewibawaan.

c. Pengertian hukum itu bertalian erat dengan ketaatan/orde yang selanjutnya menimbulkan kedamaian.

d. Pengertian hukum itu bertalian erat dengan peraturan dalam arti peraturan yang berisi norma.

S.K. Amin, dalam bukunya “Bertamasya Ke Alam Hukum”, memberikan pengertian bahwa, Hukum ialah kumpulan peraturan-peraturan yang terdiri dari norma dan sanksi-sanksi dan bertujuan mengadakan ketertiban dalam pergaulan manusia, sehingga keamanan dan ketertiban terpelihara.13

Dari uraian di atas, nampak dengan jelas bahwa betapa eratnya hubungan antara hukum dan masyarakat.Secara umum hukum dapat diberi defenisi sebagai himpunan peraturan-peraturan yang dibuat oleh orang yang berwenang, dengan tujuan untuk mengatur tata kehidupan bermasyarakat yang mempunyai ciri memerintah dan melarang serta mempunyai sifat memaksa dengan menjatuhkan sanksi hukuman bagi mereka yang melanggarnya.14

Lebih lanjut dalam perkembangannya, ditawarkan sebuah konsep pemikiran bahwa, hukum adalah suatu institusi yang bertujuan mengantarkan manusia kepada

(29)

kehidupan yang adil, sejahtera dan membuat manusia bahagia.Pernyataan tersebut mengandung paham mengenai hukum, baik konsep, fungsi serta tujuannya.Hal tersebut sekaligus merupakan ideal hukum yang menuntut untuk diwujudkan. Sebagai konsekuensinya, hukum merupakan suatu proses yang secara terus-menerus membangun dirinya menuju ideal tersebut. Hukum adalah institusi yang secara terus-menerus membangun dan mengubah dirinya menuju kepada tingkat kesempurnaan yang lebh baik.Kualitas kesempurnaannya dapat diverifikasikan ke dalam faktor-faktor keadilan, kesejahteraan, kepedulian kepada rakyat dan lain-lain. Inilah hakekat “hukum yang selalu dalam proses menjadi” (law as a process, law in the making). Hukum tidak ada untuk hukum itu sendiri, tetapi untuk manusia.15

Begitu luasnya cakupan tentang hukum sehingga ada banyak pendapat dari para ahli dan pakar yang berusaha mendefenisikannya. Keberadaan hukum sebagai aturan, norma dalam mengatur tingkah-laku serta kepentingan para pihak dalam masyarakat sangat luas. Hukum diperlukan dalam berbagai bidang kehidupan, salah satunya untuk mengatur hak diantara para pihak.Ada banyak hak yang timbul atau muncul dalam dunia ini, salah satu diantaranya adalah Hak atas Kekayaan Intelektual (HaKI).

Globalisasi yang sangat identik dengan free market, free competition dan

transparancymemberikan dampak yang cukup besar terhadap perlindungan Hak atas

Kekayaan Intelektual (HaKI) di Indonesia. Selama ini berbagai usaha untuk

15Satjipto Rahardjo, Hukum Progresif Sebuah Sintesa Hukum Indonesia, Genta Publishing,

(30)

menyosialisasikan penghargaan terhadap Hak atas Kekayaan Intelektual (HaKI) telah dilakukan secara bersama-sama oleh aparat pemerintah terkait beserta lembaga-lembaga pendidikan dan lembaga-lembaga swadaya masyarakat.Akan tetapi sejauh ini upaya sosialisasi tersebut tampaknya belum cukup berhasil.

Ada beberapa alasan yang mendasarinya.Pertama, konsep dan perlunya HaKI belum dipahami secara benar di kalangan masyarakat.Kedua, kurang optimalnya upaya penegakan hukum, baik oleh pemilik HaKI itu sendiri maupun aparat penegak hukum.Ketiga, tidak adanya kesamaan pandangan dan pengertian mengenai pentingnya perlindungan dan penegakan HaKI dikalangan pemilik HaKI dan aparat penegak hukum, baik itu aparat Kepolisian, Kejaksaan maupun Hakim.Dalam praktik pergaulan internasional, Hak atas Kekayaan Intelektual (HaKI) telah menjadi salah satu isu penting yang selalu diperhatikan oleh kalangan Negara-negara maju di dalam melakukan hubungan perdagangan dan/atau hubungan ekonomi lainnya.

(31)

memperbanyak dan/atau mengumumkan hasil karya intelektualnya tersebut. Dengan kata lain, HaKI memberikan hak monopoli kepada pemilik hak dengan tetap menjunjung tinggibatasan-batasan yang mungkin diberlakukan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Dari istilah Hak atas Kekayaan Intelektual (untuk selanjutnya disebut dengan HaKI), ada 3 (tiga) kata kunci dari istilah tersebut yaitu: Hak, Kekayaan dan Intelektual. Hak adalah benar, milik, kepunyaan, kewenangan, kekuasaan untuk berbuat sesuatu (karena telah ditentukan oleh undang-undang) atau wewenang menurut hukum.Kekayaan adalah perihal yang bersifat ciri, kaya, harta yang menjadi milik orang.Intelektual adalah cerdas, berakal, dan berpikiran jernih berdasarkan ilmu pengetahuan atau yang mempunyai kecerdasan tinggi, cendikiawan atau totalitas pengertian atau kesadaran terutama yang menyangkut pemikiran atau pemahaman.Kekayaan Intelektual adalah kekayaan yang timbul dari kemampuan intelektual manusia yang dapat berupa karya di bidang teknologi, ilmu pengetahuan, seni dan sastra.Karya ini dihasilkan atas kemampuan intelektual melalui pemikiran, daya cipta dan rasa yang memerlukan curahan tenaga, waktu dan biaya untuk memperoleh produk baru dengan landasan kegiatan penelitian atau yang sejenis.

(32)

1500-an dan kemudian lahir hukum mengenai paten pertama di Inggris yaitu Statute of Monopolies (1623). Amerika Serikat baru mempunyai undang-undang paten tahun 1791. Upaya harmonisasi dalam bidang HaKI pertama kali terjadi tahun 1883 dengan lahirnya Paris Convention untuk masalah Paten, Merek Dagang dan Desain. Kemudian Berne Convention1886 untuk masalah copyright atau hak cipta.

Tujuan dari konvensi-konvensi tersebut adalah standarisasi, pembahasan masalah baru, tukar-menukar informasi, perlindungan minimum dan prosedur mendapatkan hak. Kedua konvensi itu kemudian membentuk biro administratif bernama The United International Bureau for The Protection of Intelectual Property yang kemudian dikenal dengan namaWorld Intellectual Property Organization (WIPO). WIPO kemudian menjadi badan administratif khusus di bawah PBB yang menangani masalah HaKI anggota PBB.Sebagai tambahan pada tahun 2001 World

Intellectual Property Organization (WIPO) telah menetapkan tanggal 26 April

sebagai Hari Hak Kekayaan Intelektual sedunia.Setiap tahun, Negara-negara anggota WIPO termasuk Indonesia menyelenggarakan beragam kegiatan dalam rangka memeriahkan Hari Hak Kekayaan Intelektual sedunia.

(33)

Mahadi ketika menulis buku tentang Hak Milik Immateril mengatakan, tidak diperoleh keterangan yang jelas tentang asal-usul kata “hak milik intelektual”.Kata “intelektual” yang digunakan dalam kalimat tersebut, tak diketahui ujung pangkalnya.16

Hak kekayaan intelektual adalah hak kebendaan, hak atas sesuatu benda yang bersumber dari hasil kerja otak,17hasil kerja rasio.Hasil dari pekerjaan rasio manusia yang menalar.18 Hasil kerjanya berupa benda immaterial.Benda tidak berwujud.Kita ambil contoh karya cipta lagu.Untuk menciptakan alunan nada (irama) diperlukan pekerjaan otak.Menurut ahli biologi otak kananlah yang berperan untuk menghayati kesenian, berhayal, menghayati kerohanian, termasuk juga kemampuan melakukan sosialisasi dan mengendalikan emosi.Fungsi ini disebut fungsi nonverbal, metaforik, intuitif, imajinatif dan emosional.Spesialisasinya bersifat intuitif, holistik dan mampu memproses informasi secara simultan.

Inilah kira-kira perubahan undang-undang, perjalanan perundang-undangan HAKI di Indonesia: UU No.6 Tahun 1982, diperbaharui menjadi UU No.7 Tahun 1987, diperbaharui lagi menjadi UU No.12 Tahun 1992 dan terakhir undang-undang tersebut diperbaharui menjadi UU No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Kekayaan Intelektual yang disahkan pada 29 Juli 2002, ternyata diberlakukan untuk 12 bulan

16Mahadi, Hak Milik Immateril, BPHN-Bina Cipta, Jakarta, 1985, Hal. 4

17Otak yang dimaksudkan bukanlah otak yang kita lihat seperti tumpukan daging yang enak

digulai, yang beratnya 2% dari total berat tubuh, tetapi otak yang berperan sebgai pusat pengaturan segala kegiatan fisik dan psikologis, yang terbagi menjadi dua belahan, kiri dan kanan.

18Kata “menalar” ini penting, sebab menurut penelitian pakar antropologi fisik di Jepang,

(34)

kemudian, yaitu 19 Juli 2003, inilah kemudian menjadi landasan diberlakukannya Undang-undang HAKI di Indonesia.

Hak cipta adalah hak eksklusif bagi pencipta atau penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaaanya atau memberikan izin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.19

Auterswet 1912 dalalm pasal 1 (satu)menyebutkan, “Hak Cipta adalah hak

tunggal dari pencipta, atau hak dari yang mendapat hak tersebut, atas hasil ciptaannya dalam lapangan kesusastraan, pengetahuan dan kesenian, untuk mengumumkan dan memperbanyak dengan mengingat pembatasan-pembatasan yang ditentukan oleh undang-undang.20

Kemudian Universal Copyright Convention dalam pasal V (Lima) menyatakan sebagai berikut, “Hak Cipta meliputi hak tunggal si pencipta untuk membuat, menerbitkan dan memberi kuasa untuk membuat terjemahan dari karya yang dilindungi perjanjian ini.”21

Dalam Auterswet 1912 maupun Universal Copyright Convention

menggunakan istilah “hak tunggal” sedangkan UUHC (Undang-undang Hak Cipta) Indonesia menggunakan istilah “hak khusus” bagi pencipta. Jika kita lihat penjelasan pasal 2 UUHC Indonesia yang dimaksudkan dengan hak eksklusif dari pencipta ialah

19Republik Indonesia, Lembaran Negara Tahun 2002 No. 85, Undang-Undang No. 19 Tahun

2002, Tentang Hak Cipta, Jakarta, 29 Juli 2002, pasal 1 butir 1

(35)

tidak ada pihak lain yang boleh memanfaatkan hak tersebut, kecuali dengan izin pencipta.22

Perkataan “tidak ada pihak lain” yang digaris bawah di atas mempunyai pengertian yang sama dengan hak tunggal yang menunjukkan hanya pencipta saja yang boleh mendapatkan hak semacam itu. Inilah yang disebut dengan hak yang bersifat eksklusif.Eksklusif berarti khusus, spesifik, unik. Keunikannya itu, sesuai dengan sifat dan cara melahirkan hak tersebut.23

Menurut Hutauruk ada dua unsur penting yang terkandung dari rumusan pengertian hak cipta yang termuat dalam ketentuan Undang-Undang Hak Cipta Indonesia, yaitu:

1. Hak yang dapat dipindahkan, dialihkan kepada pihak lain

2. Hak moral yang dalam keadaan bagaimanapun dan dengan jalan apa pun tidak dapat ditinggalkan daripadanya (mengumumkan karyanya, menetapkan judulnya, mencantumkan nama sebenarnya atau nama samarannya dan mempertahankan keutuhan atau integritas ceritanya).24

Hak cipta adalah terminologi hukum yang menggambarkan hak-hak yang diberikan kepada pencipta untuk karya-karya mereka dalam bidang ilmu pengetahuan, seni dan sastra.

22Republik Indonesia, Tambahan Lembaran Negara No. 3217, Penjelasan Undang-Undang

No.6 Tahun 1982, Tentang Hak cipta, Jakarta 12 April 1982, Penjelasan Pasal 2.

23H. OK. Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual (Intellectual Property Rights), PT.

Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2007, Hal. 59s

(36)

Desain industri adalah sesuatu yang menjadikan suatu produk menjadi tampak lebih bagus dan menarik; lebih jauh lagi, dapat meningkatkan nilai komersial suatu produk untuk diterima di pasar.

Bila suatu desain industri dilindungi, pemiliknya seseorang atau entitas yang sudah mendaftarkan desain tersebut diberikan suatu hak eksklusif untuk menerapkan desain industrinya, melarang pihak lain membuat, memakai, menjual atau mengimpor desain tersebut tanpa persetujuannya.Hal ini dapat membantu pencipta untuk mendapatkan keuntungan optimal, sesuai dengan investasinya.Sistem perlindungan yang efektif juga menguntungkan konsumen dan masyarakat, yaitu dapat meningkatkan persaingan yang adil dan praktek perdagangan yang jujur, meningkatkan kreatifitas, yang pada akhirnya dapat memperbanyak jumlah produk yang menarik secara estetis.

Melindungi desain industri akan dapat membantu meningkatkan pertumbuhan ekonomi, karena kreatifitas di sektor industri dan manufaktur, juga sektor seni tradisional dan kerajinan tangan ikut terdorong dengan sistem perlindungan ini. Sektor-sektor tersebut turut berkontribusi dalam pengembangan kegiatan komersil dan ekspor produk nasional.

(37)

dan komposisi). Peraturan mengenai Hak Cipta dapat dilihat dalam Undang-Undang nomor 19 Tahun 2002 sedangkan Desain industri diatur dalam undang-undang tersendiri yaitu Undang-Undang nomor 31 Tahun 2000.

Perlindungan Hak Cipta bersifat otomatis saat ekspresi nyata terwujud dan tanpa pendaftaran (deklaratif).Sedangkan perlindungan desain industri diberikan berdasarkan pendaftaran terhadap desain yang baru (konstitutif).Karya cipta merupakan sebuah karya masterpiece dan tidak diproduksi secara massal sedangkan Desain Industri diproduksi massal.

Dalam kasus sengketa hak cipta dan desain industri yang memiliki alas hak yang sama, solusi yang lazim digunakan adalah Alternative Dispute Resolution (negosiasi, mediasi, konsiliasi). Dalam kasus seperti Cross Rezim Penegakan Hak Desain Industri dan Hak Cipta, banyak pro dan kontra dikalangan praktisi HaKI.Sebagian mengatakan “ya” dan sebagian “tidak”.Bagi yang pro mereka menyatakan lebih baik mencari makan bersama ikan hiu daripada berebut makanan dengan ikan hiu.Alternative Dispute Resolution (ADR) adalah pilihan lebih baik. Dengan demikian, tidak perlu pusing dengan proses litigasi dan lebih mengirit biaya dan waktu. Serta masing-masing pihak memiliki alas hak.Sebaliknya bagi yang

kontra, mempertanyakan pilihan ADR sebagai solusi.Jelas telah terjadi pelanggaran

(38)

Desain Industri merupakan bagian dari Hak atas Kekayaan Intelektual.Perlindungan atas desain industri didasarkan pada konsep pemikiran bahwa lahirnya desain industri tidak terlepas dari kemampuan kreatifitas cipta, rasa dan karsa yang dimiliki oleh manusia. Jadi ia merupakan produk intelektual manusia, produk peradaban manusia.25

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk menggali lebih jauh penelitian terhadap perlindungan hukum pada Hak Cipta dan Desain Industri apabila terjadi sengketa dan dari permasalahan tersebut penulis ingin menuangkannya dalam bentuk tesis dengan judul ANALISIS YURIDIS CROSS REZIM HAK CIPTA DAN DESAIN INDUSTRI DI INDONESIA.

B. Rumusan Masalah

1. Faktor-faktor apa yang menyebabkan terjadinya sengketa antara HakCipta dan Desain Industri?

2. Bagaimana bentuk-bentuk permasalahan hak cipta dan desain industri yang terjadi di Indonesia?

3. Bagaimana perlindungan terhadap hak cipta dan desain industri apabila terjadi sengketa?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui penyebab terjadinya sengketa antara Hak Cipta dan Desain Industri.

(39)

2. Untuk mengetahui bentuk-bentuk permasalahan hak cipta dan desain industri yang terjadi di Indonesia.

3. Untuk mengetahui perlindungan terhadap hak cipta dan desain industri apabila terjadi sengketa.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara praktis maupun secara teoritis, yakni :

1. Secara Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi masyarakat, para praktisi hukum, pemerintah dan pengusaha dalam pengembangan ilmu pengetahuan khususnya pada bidang hukum hak kekayaan intelektual terutama yang berkaitan dengan suatu karya cipta.

2. Secara Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperoleh pengetahuan yang lebih mendalam tentang perlindungan terhadap karya cipta yang bersumber pada kreatifitas yang dihasilkan oleh seseorang

E. Keaslian Penelitian

(40)

Indonesia”. Jadi penelitian ini adalah asli karena sesuai dengan azas-azas keilmuwan yang jujur, rasional, objektif dan terbuka. Sehingga penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan terbuka terhadap masukan serta saran-saran yang membangun sehubungan dengan pendekatan dan perumusan masalah dalam penelitian ini.

F. Kerangka Teori dan Konsepsi 1. Kerangka Teori

Sebelum membahas tentang kerangka teori penelitian ini, ada baiknya mengetahui bahwa bagi suatu penelitian teori atau kerangka teoritis mempunyai beberapa kegunaan. Kegunaan tersebut mencakup hal-hal sebagai berikut :

a. Teori berguna untuk lebih mempertajam dan mengkhususkan faktor-faktor yang hendak diselidiki atau diuji kebenarannya.

b. Teori sangat berguna di dalam mengembangkan sistim klasifikasi fakta, membina struktur konsep-konsep serta mengembangkan definisi-definisi. c. Teori biasanya merupakan suatu ikhtisar dari pada hal-hal yang telah

diketahui serta diuji kebenarannya yang menyangkut obyek yang diteliti. d. Teori memberikan kemungkinan pada prediksi fakta mendatang, oleh karena

telah diketahui sebab-sebab terjadinya fakta tersebut dan mungkin faktor-faktor tersebut akan timbul lagi pada masa mendatang.

e. Teori memberikan petunjuk-petunjuk terhadap kekurangan-kekurangan pada pengetahuan peneliti.26

26Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta,

(41)

Teori berfungsi untuk menerangkan atau menjelaskan mengapa gejala spesifik atau suatu proses tertentu terjadi.27Fungsi teori dalam penelitian ini adalah untuk menstrukturisasikan penemuan-penemuan selama penelitian, membuat beberapa pemikiran, ramalan atau prediksi atas dasar penemuan dan menyajikannya dalam bentuk penjelasan-penjelasan dan pertanyaan-pertanyaan. Hal ini berarti teori merupakan suatu penjelasan yang bersifat rasional serta harus sesuai dengan objek yang dipermasalahkan dan harus didukung dengan adanya fakta yang bersifat empiris agar dapat diuji kebenarannya.

Teori merupakan anggapan yang teruji kebenarannya, atau pendapat, cara, aturan untuk melakukan sesuatu, atau asas hukum umum menjadi dasar ilmu pengetahuan atau keterangan mengenai suatu peristiwa.

Menurut W.L. Neuman, yang pendapatnya dikutip dari Otje Salman dan Anton F. Susanto, menyebutkan bahwa:

”teori adalah suatu sistem yang tersusun oleh berbagai abstraksi yang berinterkoneksi satu sama lainnya atau berbagai ide yang memadatkan dan mengorganisasi pengetahuan tentang dunia. Ia adalah cara yang ringkas untuk berfikir tentang dunia dan bagaimana dunia itu bekerja.”28

Kontinuitas perkembangan ilmu hukum, selain bergantung pada metodologi, aktifitas penelitian dan imajinasi sosial sangat ditentukan oleh teori.29 Karena penelitian ini merupakan penelitian yuridis normatif, kerangka teori diarahkan

27J.J.J. M. Wisman, Penelitian Ilmu-ilmu Sosial, Asas-asas, Fakultas Ekonomi, Universitas

Indonesia, Jakarta, 1996, hal 203

28HR.Otje Salman dan Anton F. Susanto, Teori Hukum, Refika Aditama, Bandung, 2005,

Hal.22

(42)

mengkaji teori ilmu hukum yang banyak digunakan di bidang hukum positif tertulis, yakni teori perlindungan hukum yang disampaikan oleh Sahardjo yaitu pengayoman.30Dengan kata lain teori pengayoman adalah menerapkan fungsi hukum untuk melindungi para pencipta mengenai hasil karya mereka dalam hal terjadi pelanggaran hak terhadap sengketa alas hak yang sama dengan pihak lain.

Dinamika muktahir ilmu pengetahuan dan teknologi telah mencetuskan suatu paradigma konsepsi ekonomi. pembangunan ekonomi (economic development) berpijak pada dinamika pengetahuan itu sendiri (economy based on knowledge). Kreatifitas intelektual manusia telah menciptakan karya-karya yang berguna bagi pembangunan negara melalui pengembangan cipta, rasa dan karsa-nya.

Hasil kreatifitas manusia itu memiliki nilai ekonomi yang menjadi kekayaan bagi penciptanya. Pengakuan atas kekayaan intelektual tersebut menjadi salah satu bukti paradigma konsepsi ekonomi yang dimiliki pengetahuan melalui hak kekayaan intelektual (Intellectual Property Rights). Konsekuensi logis bagi setiap kekayaan yang dimiliki individu adalah perlindungan dan pengakuan atas hak milik individu tersebut. Upaya memperoleh perlindungan dan pengakuan atas hak milik ini merupakan salah satu motivasi individu untuk bergabung dengan individu lain yang akhirnya membentuk masyarakat, yang dalam skala besar disebut ”Negara”.

John Locke, dalam ”The Second Treatise of Government”, menguraikan bahwa negara melalui kekuasaan pemerintahannya akan membentuk

ketentuan-30 Soediman Kartohadiprodjo, Pengantar Tata Hukum Indonesia, Pembangunan Jakarta,

(43)

ketentuan dan peraturan-peraturan dengan tujuan untuk melindungi pemilikan negara dan rakyatnya dari gangguan atau ancaman pihak lain. Masing-masing individu pun secara sukarela menundukkan diri pada ketentuan dan peraturan tersebut.

Argumentasi John Locke di atas, dapat dirumuskan bahwa negara memiliki kewenangan atas rakyatnya didasarkan pada penyerahan hak dari individu kepada negara dengan tujuan untuk mengatur individu yang bersangkutan. Negara dalam menjalankan fungsi dan tugas, disamping menerapkan aturan-aturan juga berwenang memberikan sanksi bagi siapa saja yang tidak mematuhi aturan-aturan tersebut.

Negara Indonesia memberikan perlindungan dan pengakuan atas hak milik rakyatnya dalam konstitusi negara. Pasal 28 D ayat (1) UUD 1945 menentukan bahwa ”setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama dihadapan hukum.” Hak individu untuk memperoleh pengakuan hak milik itu lebih lanjut disebut dalam Pasal 28 H ayat (4) UUD 1945 berbunyi, ”Setiap orang berhak mempunyai hak milik pribadi dan hak milik tersebut tidak boleh diambil alih secara sewenang-wenang oleh siapa pun.”

Oleh sebab itu, pemahaman terhadap HaKI bukanlah merupakan domain hukum semata, akan tetapi ada domain-domain ilmu lainnya, seperti teknik, ekonomi dan politik. Namun, meskipun demikian sebagian besar pemahaman terhadap HaKI haruslah berlandaskan pada pemahaman aspek hukum.

(44)

Perlindungan hukum terhadap hak kekayaan pribadi telah menjadi faktor kunci dalam pertumbuhan kapitalisme dan ekonomi pasar bebas. Sejarah merekam dari masyarakat kuno menunjukkan bahwa orang-orang mengakui hak untuk menguasai tanah dan barang, dan dihormati oleh pemerintah untuk melindungi mereka dalam kekayaan.

Seiring dengan perubahan teknologi, konsepsi ini mengalami pergeseran. Sistem hukum meletakkan kekayaan dalam tiga kategori, yaitu pertama, sebagian besar masyarakat mengakui hak kepemilikan pribadi dalam kekayaan pribadi, yang dikenal dengan intangible things; kedua, kekayaan dalam pengertian riil, seperti tanah dan bangunan; dan ketiga, kekayaan yang diketahui sebagai kekayaan intelektual.

Konsep inilah yang dicoba dipergunakan sebagai dasar pemikiran dalam perlindungan hak kekayaan intelektual. Sebagaimana diuraikan sebelumnya bahwa kekayaan intelektual membutuhkan olah pikir dan kreatifitas si pencipta, penemu atau sang kreator. Oleh karena itu pengambilan dengan tidak memberikan kompensasi bagi pemiliknya adalah suatu tindakan yang tidak dapat dibenarkan karena melanggar ajaran moral yang baik. Landasan moral ini pula yang dikenal dengan teori filsafat sebagai teori hukum alam. Dalam ajaran moral dikenal doktrin jangan mencuri atau jangan mengambil apa yang bukan hak-mu.

(45)

dan kelezatan khas dari dodol garut, tetapi berapa banyak yang mengetahui dan menyadari bahwa pemegang merek dagang yang sah adalah ”Picnic” dan/atau menyadari bahwa banyak ”Picnic-Picnic” yang beredar adalah palsu.31Demikian pula halnya dengan wajit Cililin, ataupun perkakas kerja dari besi atau baja, seperti cangkul, golok, arit dan pisau sebagai merek Cibatu, Sukabumi atau kerajinan tanah liat dari Plered di Purwakarta. Semua ini menunjukkan betapa lemahnya kesadaran masyarakat akan HaKI, karena lebih menitikberatkan pada kepemilikan kolektif berdasarkan daerah.

Kemudian adanya perilaku konsumen tertentu yang bangga menggunakan sesuatu yang ”bermerek” terkenal dari luar negeri, sementara daya beli terbatas yang tentu saja telah membawa pengaruh buruk bagi produsen dalam negeri untuk serta merta meniru produk-produk terkenal dari luar negeri, tanpa mau mengembangkan kreativitas sendiri. Misalnya produk sepatu ”Kickers”yang laku di kalangan anak muda kelas menengah pada tahun 1980-an, banyak dijiplak dan diberi merek yang hampir menyerupai dengan merek aslinya menjadi ”Kecker”. Demikian pula dengan produk lainnya seperti merek ”Gucci” menjadi ”Goci”. Kondisi tersebut juga membawa implikasi yang kurang menguntungkan bagi produsen yang telah dan akan menghasilkan produk industri dan perdagangan, terutama yang akan melakukan ekspor.

Buktinya, kini ketika Indonesia mengekspor kerajinan rotan ke Amerika, maka Indonesia harus membayar royalti, karena di Amerika terdaftar hak paten untuk

31Sudarmanto, KI & HKI Serta Implementasinya Bagi Indonesia, PT. Elex Media

(46)

melengkungkan rotan dan beberapa produk kursi dan bambu. Kondisi ini tentu akan mempengaruhi daya saing produk ekspor Indonesia.

Dua dari delapan aspek subjek HKI yang diatur dalam perjanjian TRIPs adalah Paten dan Desain Industri, yang merupakan hasil karya intelektual dan memiliki nilai ekonomi. Dua subjek ini dapat meningkatkan nilai tambah atau daya saing terhadap produk yang di dalamnya terkandung karya intelektual hasil temuan teknologi untuk subjek paten dan karya intelektual desain industri.

Desain industri juga tidak kalah penting dengan karya intelektual lainnya. Sebab suatu desain industri dapat menjadi kunci keberhasilan pemasaran produk industri atau kerajinan. Karena faktanya apabila suatu produk memiliki kualitas yang sama terhadap produk sejenis lainnya, maka keunggulan produk tersebut sangat ditentukan oleh bentuk produk yang ditampilkan. Agar produk tersebut jadi menarik, memiliki kesan estetik atau kesan keindahan. Dengan demikian produk tersebut dapat menimbulkan daya tarik bagi pembeli untuk membelinya.

2. Kerangka Konsepsi

Konsepsi adalah salah satu bagian terpenting dari teori. Peranan konsepsi dalam penelitian ini untuk menghubungkan teori dan observasi, antara abstrak dan kenyataan. Konsep diartikan sebagai kata yang menyatukan abstraksi yang digeneralisasikan dari hal-hal yang khusus yang disebut definisi operasional.32 Suatu Kerangka konsepsionil, merupakan kerangka yang menggambarkan hubungan antara

(47)

konsep-konsep khusus, yang ingin atau akan diteliti, akan tetapi merupakan suatu abstraksi dari gejala tersebut. Gejala itu sendiri biasanya dinamakan fakta, sedangkan konsep merupakan suatu uraian mengenai hubungan-hubungan dalam fakta tersebut.33

Dalam kerangka konsepsional diungkapkan beberapa konsepsi atau pengertian yang akan dipergunakan sebagai dasar penelitian hukum, guna menghindari perbedaan penafsiran dari istilah yang dipakai, selain itu juga dipergunakan sebagai pegangan dalam proses penelitian ini.

Selanjutnya, untuk menghindari terjadinya salah pengertian dan pemahaman yang berbeda tentang tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini, maka kemudian dikemukakan dalam bentuk defenisi operasional sebagai berikut:

a. Hak Kekayaan Intelektual adalah hak yang timbul bagi hasil olah pikir yang menghasilkan suatu produk atau proses yang berguna untuk manusia.34

b. Hak Cipta adalah hak ekslusif bagi Pencipta atau penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya atau memberikan izin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.35

c. Desain Industri adalah suatu kreasi tentang bentuk, konfigurasi atau komposisi garis atau warna, atau gabungannya, berbentuk tiga dimensi atau

33Soerjono Soekanto, Op.Cit, Hal. 132

34http://aritonang.blogspot.co.id/2015/03/pengertian-hak-kekayaan-intellectual.html, 08

Januari 2016, 09.45.

(48)

dua dimensi dan memberikan nilai estetika, serta dapat diwujudkan dalam pola tiga dimensi atau dua dimensi, dapat dipakai untuk menghasilkan suatu produk, barang atau komoditi industri atau kerajinan tangan.

d. Rezim adalah prinsip-prinsip, norma, aturan, dan prosedur pengambilan keputusan diantara para aktor-aktor yang ada dalam suatu wilayahisu.

G. Metode Penelitian

1. Sifat Penelitian dan Metode Pendekatan

Penelitian ini bersifat deskriptif analitis, yaitu untuk menggambarkan dan menganalisa permasalahan yang ada pada masa sekarang,36 yaitu mengenai motif, kriteria serta proses perlindungan HaKI, kedudukan hukum HaKI

Penelitian ini menggunakan metode yuridis normatif.37 Penelitian yuridis normatif membahas doktrin-doktrin atau asas-asas dalam ilmu hukum.38 Materi penelitian diperoleh melalui pendekatan yuridis normatif yang didukung oleh pendekatan yuridis sosiologis. Pendekatan yuridis normatif yaitu pendekatan hukum dengan melihat peraturan-peraturan, baik bahan hukum primer maupun bahan hukum sekunder atau pendekatan terhadap masalah dengan cara melihat dari segi peraturan perundang-undangan yang berlaku, sedangkan pendekatan yuridis sosiologis dimaksudkan untuk melihat kenyataan secara langsung yang terjadi dalam pratek di lapangan.

36Winarno Surakhmad, 1978, Dasar dan Tehnik Research, Tarsito, Bandung, Hal. 132 37Roni Hanitijo Soemitro, Metode Penelitian Hukum dan Jurimetri, Ghalia Indonesia, 1988,

Hal. 11

(49)

2. Bahan Penelitian

Bahan penelitian yang digunakan adalah bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tertier. Bahan hukum primer yaitu bahan hukum yang terdiri atas peraturan perundang-undangan yang diurut berdasarkan hierarki perundang-undangan, bahan hukum sekunder yaitu bahan hukum yang terdiri atas buku-buku teks yang ditulis para ahli hukum berpengaruh, jurnal-jurnal hukum, pendapat para sarjana, hasil-hasil simposium yang berkaitan dengan topik penelitian. Kemudian bahan hukum tertier adalah bahan hukum yang memberikan petunjuk atau penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, seperti kamus hukum, ensiklopedia dan lain-lain.

3. Teknik Pengumpulan Data

Studi Kepustakaan

Sebagai penelitian hukum yang bersifat normatif, teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui studi kepustakaan (Library

Research) yaitu dilakukan untuk memperoleh atau mencari konsepsi-konsepsi

teori-teori atau doktrin-doktrin yang berkaitan dengan permasalahan penelitian. Studi kepustakaan meliputi bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tertier. Bahkan menurut Ronny Hanitijo Soemitro dokumen pribadi dan pendapat ahli hukum termasuk dalam bahan hukum sekunder.39

4. Analisis Data

Analisis data sebagai tindak lanjut proses pengolahan data merupakan kerja seorang peneliti yang memerlukan ketelitian, dan pencurahan daya pikir secara

(50)

optimal.40Analisis data adalah merupakan sebuah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan.41

Kegiatan analisis dimulai dengan melakukan pemeriksaan terhadap data yang terkumpul pdari inventarisasi peraturan perundang-undangan dan karya ilmiah yang berkaitan dengan judul penelitian, baik media cetak dan laporan-laporan penelitian lainnya, serta wawancara yang digunakan untuk mendukung analisis data.

Data yang telah dikumpulkan baik dari penelitian kepustakaan maupun yang diperoleh di lapangan, selanjutnya akan dianalisa dengan pendekatan kualitatif sehingga diperoleh data yang bersifat deskriptif.

Mengingat sifat penelitian maupun objek penelitian, maka semua data yang diperoleh akan dianalisa secara kualitatif, dengan cara data yang telah terkumpul dipisah-pisahkan menurut kategori masing-masing dan kemudian ditafsirkan dalam usaha untuk mencari jawaban terhadap masalah penelitian. Dengan menggunakan metode dedukatif ditarik suatu kesimpulan dari analisis yang telah selesai diolah tersebut yang merupakan hasil penelitian.

40Bambang Waluyo, Penelitian Hukum Dalam Praktek, Sinar Grafika, Jakarta, 1996, Hal. 77 41Lexy Moleong, Metode Penelitian Kulaitatif, Penerbit Remaja Rosdakarya, Bandung, 2004,

(51)

BAB II

PENYEBAB TERJADINYA SENGKETA ANTARA HAK CIPTA DAN DESAIN INDUSTRI

A. Karakter Hak Cipta dan Desain Industri

Kreativitas dan inovasi teknologi sebagaimana peningkatan ekonomi sangat dibutuhkan bagi pertumbuhan masyarakat dan pengembangan industri.Melalui kreasi dan inovasi teknologi mendatangkan kemakmuran dan pertumbuhan ekonomi bagi kehidupan masyarakat.Sebagai contoh dalam rangka pengembangan teknologi di bidang piranti lunak (software) komputer atau teknologi informasi yang baru diperlukan biaya, waktu dan tenaga kerja yang membutuhkan keahlian tertentu. Di sisi lain, kegiatan menggandakan/mengkopi, menggunakan atau memalsukan kreativitas dan inovasi yang telah dikembangkan oleh orang lain merupakan sesuatu yang mudah.42

Bagi mereka yang telah mengembangkan inovasi atas teknologi baru dengan menghabiskan banyak waktu dan biaya, apabila penggunaan teknologi oleh orang lain tanpa hak menyebabkan dorongan untuk mengembangkan teknologi lain akan menurun atau bahkan hilang, dan akibatnya pertumbuhan kreativitas manusia dan pengembangan industri dapat terhambat. Dari sudut pandang tersebut, dikembangkan suatu kaidah hukum yang dapat mendorong penelitian dan pengembangan dengan memberikan perlindungan bagi teknologi baru yang tercipta selama waktu tertentu

(52)

dengan memberikan hak eksklusif bagi para pengembang seperti Hak Kekayaan Intelektual.

Di tahun-tahun belakangan ini, sejalan dengan kondisi ekonomi seperti globalisasi ekonomi, perdagangan barang-barang selain produk seperti perdagangan jasa secara signifikan meningkat dengan pesat.Khususnya ketika ekonomi menitikberatkan pada bidang jasa, menimbulkan kendala non tarif terhadap perdagangan bebas, dan sebagai hasilnya, harmonisasi sistem HAKI43 secara internasional menjadi hal yang sangat menarik perhatian.

Sistem HAKI berbeda di setiap negara dan HAKI memiliki akibat hukum tersendiri di setiap negara. Bagaimanapun juga, meluasnya produk-produk palsu dan maraknya program komputer, musik dalam bentuk Compact Disc dan karya cipta film dalam format Video Compact Disc (VCD) bajakan akhir-akhir ini membawa kerusakan yang hebat dalam dunia perdagangan, dan sejalan dengan ini, sengketa-sengketa internasional yang berkaitan dengan HAKI pun terus meningkat. Dari permasalahan tersebut, kebutuhan perlindungan HAKI dan harmonisasi sistem HAKI secara internasional lebih meningkat dibanding sebelumnya.

Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki keanekaragaman seni dan budaya yang sangat kaya. Hal ini sejalan dengan keanekaragaman etnik, suku bangsa dan agama yang secara keseluruhan merupakan potensi nasional yang perlu

43 Akronim HAKI/HaKI/HKI adalah terjemahan Intellectual Property Rights, sebelum

(53)

dilindungi. Kekayaan seni dan budaya itu merupakan salah satu sumber dari karya intelektual yang dapat dan perlu dilindungi oleh undang-undang. Kekayaan itu tidak semata-mata untuk seni dan budaya itu sendiri, tetapi dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kemampuan di bidang perdagangan dan industri yang melibatkan para penciptanya. Dengan demikian, kekayaan seni dan budaya yang dilindungi itu dapat meningkatkan kesejahteraan tidak hanya bagi para penciptanya saja, tetapi juga bangsa dan negara.

Dalam kerangka permasalahan inilah, kehadiran undang-undang hak cipta perlu memperoleh perhatian sewajarnya. Dalam ilmu hukum, hak cipta seperti halnya hak-hak lainnya yang dikenal dalam Hak atas Kekayaan Intelektual digolongkan sebagai hak milik perorangan yang tidak berwujud. Hak ini bersifat khusus, karena hak tersebut hanya diberikan kepada pemilik atau pemegang hak yang bersangkutan untuk dalam waktu tertentu memperoleh perlindungan hukum guna mengumumkan, memperbanyak, mengedarkan, dan lain-lain hasil karya ciptanya atau memberi izin kepada orang lain untuk melaksanakannya. Hak cipta sering pula dikatakan hak eksklusif, karena mengenyampingkan orang lain untuk mengumumkan, memperbanyak, atau mengedarkan dan lain-lain, kecuali atas izin pemilik atau pemegang hak yang bersangkutan. Ciri-ciri seperti itu pula yang kemudian sering mengundang semacam kritik, bahwa hak cipta berkembang dari paham “individualisme”, bertentangan dengan paham kekeluargaan dan kegotong-royongan bangsa Indonesia.44

44 Bambang Kesowo, Pengantar Umum Mengenai Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI),

(54)

Hak cipta adalah bagian dari sekumpulan hak yang dinamakan Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) yang pengaturannya terdapat dalam ilmu hukum yang dinamakan Hukum HAKI meliputi suatu bidang hukum yang membidangi hak-hak yuridis dari karya-karya atau ciptaan-ciptaan hasil olah pikir manusia bertautan dengan kepentingan-kepentingan yang bersifat ekonomi dan moral.45 Bidang yang dicakup dalam hak-hak atas kekayaan intelektual sangat luas, karena termasuk di dalamnya semua kekayaan intelektual yang terdiri atas ciptaan sastra, seni, dan ilmu pengetahuan.

Perlindungan hukum HAKI oleh WIPO46 dan oleh praktik negara-negara, dikelompokkan secara tradisional ke dalam dua kelompok kekayaan intelektual yaitu Hak Kekayaan Industri (Industrial Property Rights) dan Hak Cipta dan Hak Terkait (Copyrights dan Neighboring Rights).

Kekayaan Industri mencakup perlindungan invensi melalui paten, perlindungan kepentingan komersial tertentu melalui undang-undang merek dan undang-undang tentang nama dagang, dan undang-undang tentang perlindungan desain industri. Disamping itu, kekayaan industri meliputi pengendalian persaingan yang tidak wajar. Sedangkan hak cipta memberikan hak-hak tertentu kepada para pengarang atau pencipta karya intelektual lainnya (sastra, musik dan seni) untuk memberikan wewenang atau melarang untuk menggunakan karya tersebut selama

45Eddy Damian, Hukum Hak Cipta, Bandung: Alumni, 2003, Hal. 8

46 WIPO didirikan berdasarkan Convention Establishing the World Intellectual Property

(55)

waktu tertentu. Secara luas, hak cipta mencakup ketentuan-ketentuan tentang perlindungan hak cipta menurut pengertian kata yang tepat dan juga perlindungan terhadap apa yang biasanya disebut dengan “hak-hak terkait”, sehingga eksklusif sifatnya.47

Perjanjian TRIPs tidak mendefenisikan kekayaan intelektual, tetapi Pasal 1 dan 2-nya menyebutkan bahwa kekayaan intelektual terdiri atas berikut ini:

a. Hak cipta dan hak-hak yang berkaitan dengan hak cipta seperti hak dari artis pertunjukan, produser rekaman suara dan organisasi penyiaran). b. Merek.

c. Indikasi geografis. d. Desain industri. e. Paten.

f. Desain rangkaian listrik terpadu.

g. Rahasia dagang dan data mengenai test. h. Varietas tanaman baru.

Kekayaan intelektual berhubungan dengan permohonan perlindungan atas gagasan-gagasan dan informasi yang mempunyai nilai komersial. Kekayaan intelektual merupakan kekayaan pribadi yang bisa dimiliki dan dialihkan kepada orang lain sebagaimana halnya jenis-jenis kekayaan lainnya termasuk dijual dan dilisensikan.

Referensi

Dokumen terkait

Nilai anomali magnetik (gambar 5) daerah penelitian dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok anomali, yaitu: anomali magnetik rendah pada skala warna hijau tua sampai biru dengan

[r]

Dari hasil koefesien korelasi yang diperoleh menunjukkan bahwa besar pendapatan orang tua (0,638) menjadi faktor terbesar yang mempengaruhi prestasi belajar siswa,

KOMPOSISI DAN KELIMPAHAN IKAN YANG BERASOSIASI DENGAN LAMUN PADA KERAPATAN LAMUN YANG BERBEDA DI PULAU PANJANG JEPARA. Agus Nurchotim, Ruswahyuni, Niniek

Pasal 6 ayat (1) Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 51 Tahun 1960 tentang Larangan Pemakaian Tanah Tanpa Izin yang Berhak atau Kuasanya.Pada perkara

Di sini sub-kajian kebijakan komunikasi dan demokrasi dalam beberapa hal agak memiliki kedekatan dengan studi Komunikasi Politik, Komunikasi Sosial, Komunikasi Budaya, namun kajian

Berdasarkan beberapa penjelasan teori diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah experienced regret, anticipated regret dan risk tolerance mempengaruhi

Industri batu alam buatan: Dikarenakan batu alam adalah bahan alam yang tidak dapat diperbaharui, dan sekarang sulit untuk didapatkan dengan harga yang semakin