• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

F. Kerangka Teori Dan Konsepsi

Sebelum membahas tentang kerangka teori penelitian ini, ada baiknya mengetahui bahwa bagi suatu penelitian teori atau kerangka teoritis mempunyai beberapa kegunaan. Kegunaan tersebut mencakup hal-hal sebagai berikut :

a. Teori berguna untuk lebih mempertajam dan mengkhususkan faktor-faktor yang hendak diselidiki atau diuji kebenarannya.

b. Teori sangat berguna di dalam mengembangkan sistim klasifikasi fakta, membina struktur konsep-konsep serta mengembangkan definisi-definisi. c. Teori biasanya merupakan suatu ikhtisar dari pada hal-hal yang telah

diketahui serta diuji kebenarannya yang menyangkut obyek yang diteliti. d. Teori memberikan kemungkinan pada prediksi fakta mendatang, oleh karena

telah diketahui sebab-sebab terjadinya fakta tersebut dan mungkin faktor-faktor tersebut akan timbul lagi pada masa mendatang.

e. Teori memberikan petunjuk-petunjuk terhadap kekurangan-kekurangan pada pengetahuan peneliti.26

26Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta, 1984, hal 121

Teori berfungsi untuk menerangkan atau menjelaskan mengapa gejala spesifik atau suatu proses tertentu terjadi.27Fungsi teori dalam penelitian ini adalah untuk menstrukturisasikan penemuan-penemuan selama penelitian, membuat beberapa pemikiran, ramalan atau prediksi atas dasar penemuan dan menyajikannya dalam bentuk penjelasan-penjelasan dan pertanyaan-pertanyaan. Hal ini berarti teori merupakan suatu penjelasan yang bersifat rasional serta harus sesuai dengan objek yang dipermasalahkan dan harus didukung dengan adanya fakta yang bersifat empiris agar dapat diuji kebenarannya.

Teori merupakan anggapan yang teruji kebenarannya, atau pendapat, cara, aturan untuk melakukan sesuatu, atau asas hukum umum menjadi dasar ilmu pengetahuan atau keterangan mengenai suatu peristiwa.

Menurut W.L. Neuman, yang pendapatnya dikutip dari Otje Salman dan Anton F. Susanto, menyebutkan bahwa:

”teori adalah suatu sistem yang tersusun oleh berbagai abstraksi yang berinterkoneksi satu sama lainnya atau berbagai ide yang memadatkan dan mengorganisasi pengetahuan tentang dunia. Ia adalah cara yang ringkas untuk berfikir tentang dunia dan bagaimana dunia itu bekerja.”28

Kontinuitas perkembangan ilmu hukum, selain bergantung pada metodologi, aktifitas penelitian dan imajinasi sosial sangat ditentukan oleh teori.29 Karena penelitian ini merupakan penelitian yuridis normatif, kerangka teori diarahkan

27J.J.J. M. Wisman, Penelitian Ilmu-ilmu Sosial, Asas-asas, Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia, Jakarta, 1996, hal 203

28HR.Otje Salman dan Anton F. Susanto, Teori Hukum, Refika Aditama, Bandung, 2005, Hal.22

mengkaji teori ilmu hukum yang banyak digunakan di bidang hukum positif tertulis, yakni teori perlindungan hukum yang disampaikan oleh Sahardjo yaitu pengayoman.30Dengan kata lain teori pengayoman adalah menerapkan fungsi hukum untuk melindungi para pencipta mengenai hasil karya mereka dalam hal terjadi pelanggaran hak terhadap sengketa alas hak yang sama dengan pihak lain.

Dinamika muktahir ilmu pengetahuan dan teknologi telah mencetuskan suatu paradigma konsepsi ekonomi. pembangunan ekonomi (economic development) berpijak pada dinamika pengetahuan itu sendiri (economy based on knowledge). Kreatifitas intelektual manusia telah menciptakan karya-karya yang berguna bagi pembangunan negara melalui pengembangan cipta, rasa dan karsa-nya.

Hasil kreatifitas manusia itu memiliki nilai ekonomi yang menjadi kekayaan bagi penciptanya. Pengakuan atas kekayaan intelektual tersebut menjadi salah satu bukti paradigma konsepsi ekonomi yang dimiliki pengetahuan melalui hak kekayaan intelektual (Intellectual Property Rights). Konsekuensi logis bagi setiap kekayaan yang dimiliki individu adalah perlindungan dan pengakuan atas hak milik individu tersebut. Upaya memperoleh perlindungan dan pengakuan atas hak milik ini merupakan salah satu motivasi individu untuk bergabung dengan individu lain yang akhirnya membentuk masyarakat, yang dalam skala besar disebut ”Negara”.

John Locke, dalam ”The Second Treatise of Government”, menguraikan bahwa negara melalui kekuasaan pemerintahannya akan membentuk

ketentuan-30 Soediman Kartohadiprodjo, Pengantar Tata Hukum Indonesia, Pembangunan Jakarta, 1993, Hal. 245

ketentuan dan peraturan-peraturan dengan tujuan untuk melindungi pemilikan negara dan rakyatnya dari gangguan atau ancaman pihak lain. Masing-masing individu pun secara sukarela menundukkan diri pada ketentuan dan peraturan tersebut.

Argumentasi John Locke di atas, dapat dirumuskan bahwa negara memiliki kewenangan atas rakyatnya didasarkan pada penyerahan hak dari individu kepada negara dengan tujuan untuk mengatur individu yang bersangkutan. Negara dalam menjalankan fungsi dan tugas, disamping menerapkan aturan-aturan juga berwenang memberikan sanksi bagi siapa saja yang tidak mematuhi aturan-aturan tersebut.

Negara Indonesia memberikan perlindungan dan pengakuan atas hak milik rakyatnya dalam konstitusi negara. Pasal 28 D ayat (1) UUD 1945 menentukan bahwa ”setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama dihadapan hukum.” Hak individu untuk memperoleh pengakuan hak milik itu lebih lanjut disebut dalam Pasal 28 H ayat (4) UUD 1945 berbunyi, ”Setiap orang berhak mempunyai hak milik pribadi dan hak milik tersebut tidak boleh diambil alih secara sewenang-wenang oleh siapa pun.”

Oleh sebab itu, pemahaman terhadap HaKI bukanlah merupakan domain hukum semata, akan tetapi ada domain-domain ilmu lainnya, seperti teknik, ekonomi dan politik. Namun, meskipun demikian sebagian besar pemahaman terhadap HaKI haruslah berlandaskan pada pemahaman aspek hukum.

Dalam tataran global, perlindungan hukum terhadap hak kekayaan pribadi telah menjadi faktor kunci dalam pertumbuhan kapitalisme dan ekonomi pasar bebas. HaKI memiliki nilai kebendaan dan karenanya termasuk dalam kriteria kekayaan.

Perlindungan hukum terhadap hak kekayaan pribadi telah menjadi faktor kunci dalam pertumbuhan kapitalisme dan ekonomi pasar bebas. Sejarah merekam dari masyarakat kuno menunjukkan bahwa orang-orang mengakui hak untuk menguasai tanah dan barang, dan dihormati oleh pemerintah untuk melindungi mereka dalam kekayaan.

Seiring dengan perubahan teknologi, konsepsi ini mengalami pergeseran. Sistem hukum meletakkan kekayaan dalam tiga kategori, yaitu pertama, sebagian besar masyarakat mengakui hak kepemilikan pribadi dalam kekayaan pribadi, yang dikenal dengan intangible things; kedua, kekayaan dalam pengertian riil, seperti tanah dan bangunan; dan ketiga, kekayaan yang diketahui sebagai kekayaan intelektual.

Konsep inilah yang dicoba dipergunakan sebagai dasar pemikiran dalam perlindungan hak kekayaan intelektual. Sebagaimana diuraikan sebelumnya bahwa kekayaan intelektual membutuhkan olah pikir dan kreatifitas si pencipta, penemu atau sang kreator. Oleh karena itu pengambilan dengan tidak memberikan kompensasi bagi pemiliknya adalah suatu tindakan yang tidak dapat dibenarkan karena melanggar ajaran moral yang baik. Landasan moral ini pula yang dikenal dengan teori filsafat sebagai teori hukum alam. Dalam ajaran moral dikenal doktrin jangan mencuri atau jangan mengambil apa yang bukan hak-mu.

Sebagai ilustrasi, ada banyak produk kerajinan tradisional di suatu kelompok masyarakat tertentu, yang lebih dikenal sebagai produk khas suatu daerah tertentu dibandingkan dengan si pencipta. Baik itu individu ataupun kelompok/komunitas, sehingga aspek HaKI menjadi terabaikan. Semua orang tahu dengan bentuk kemasan,

dan kelezatan khas dari dodol garut, tetapi berapa banyak yang mengetahui dan menyadari bahwa pemegang merek dagang yang sah adalah ”Picnic” dan/atau menyadari bahwa banyak ”Picnic-Picnic” yang beredar adalah palsu.31Demikian pula halnya dengan wajit Cililin, ataupun perkakas kerja dari besi atau baja, seperti cangkul, golok, arit dan pisau sebagai merek Cibatu, Sukabumi atau kerajinan tanah liat dari Plered di Purwakarta. Semua ini menunjukkan betapa lemahnya kesadaran masyarakat akan HaKI, karena lebih menitikberatkan pada kepemilikan kolektif berdasarkan daerah.

Kemudian adanya perilaku konsumen tertentu yang bangga menggunakan sesuatu yang ”bermerek” terkenal dari luar negeri, sementara daya beli terbatas yang tentu saja telah membawa pengaruh buruk bagi produsen dalam negeri untuk serta merta meniru produk-produk terkenal dari luar negeri, tanpa mau mengembangkan kreativitas sendiri. Misalnya produk sepatu ”Kickers”yang laku di kalangan anak muda kelas menengah pada tahun 1980-an, banyak dijiplak dan diberi merek yang hampir menyerupai dengan merek aslinya menjadi ”Kecker”. Demikian pula dengan produk lainnya seperti merek ”Gucci” menjadi ”Goci”. Kondisi tersebut juga membawa implikasi yang kurang menguntungkan bagi produsen yang telah dan akan menghasilkan produk industri dan perdagangan, terutama yang akan melakukan ekspor.

Buktinya, kini ketika Indonesia mengekspor kerajinan rotan ke Amerika, maka Indonesia harus membayar royalti, karena di Amerika terdaftar hak paten untuk

31Sudarmanto, KI & HKI Serta Implementasinya Bagi Indonesia, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta, 2012, Hal. 1

melengkungkan rotan dan beberapa produk kursi dan bambu. Kondisi ini tentu akan mempengaruhi daya saing produk ekspor Indonesia.

Dua dari delapan aspek subjek HKI yang diatur dalam perjanjian TRIPs adalah Paten dan Desain Industri, yang merupakan hasil karya intelektual dan memiliki nilai ekonomi. Dua subjek ini dapat meningkatkan nilai tambah atau daya saing terhadap produk yang di dalamnya terkandung karya intelektual hasil temuan teknologi untuk subjek paten dan karya intelektual desain industri.

Desain industri juga tidak kalah penting dengan karya intelektual lainnya. Sebab suatu desain industri dapat menjadi kunci keberhasilan pemasaran produk industri atau kerajinan. Karena faktanya apabila suatu produk memiliki kualitas yang sama terhadap produk sejenis lainnya, maka keunggulan produk tersebut sangat ditentukan oleh bentuk produk yang ditampilkan. Agar produk tersebut jadi menarik, memiliki kesan estetik atau kesan keindahan. Dengan demikian produk tersebut dapat menimbulkan daya tarik bagi pembeli untuk membelinya.

2. Kerangka Konsepsi

Konsepsi adalah salah satu bagian terpenting dari teori. Peranan konsepsi dalam penelitian ini untuk menghubungkan teori dan observasi, antara abstrak dan kenyataan. Konsep diartikan sebagai kata yang menyatukan abstraksi yang digeneralisasikan dari hal-hal yang khusus yang disebut definisi operasional.32 Suatu Kerangka konsepsionil, merupakan kerangka yang menggambarkan hubungan antara

konsep-konsep khusus, yang ingin atau akan diteliti, akan tetapi merupakan suatu abstraksi dari gejala tersebut. Gejala itu sendiri biasanya dinamakan fakta, sedangkan konsep merupakan suatu uraian mengenai hubungan-hubungan dalam fakta tersebut.33

Dalam kerangka konsepsional diungkapkan beberapa konsepsi atau pengertian yang akan dipergunakan sebagai dasar penelitian hukum, guna menghindari perbedaan penafsiran dari istilah yang dipakai, selain itu juga dipergunakan sebagai pegangan dalam proses penelitian ini.

Selanjutnya, untuk menghindari terjadinya salah pengertian dan pemahaman yang berbeda tentang tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini, maka kemudian dikemukakan dalam bentuk defenisi operasional sebagai berikut:

a. Hak Kekayaan Intelektual adalah hak yang timbul bagi hasil olah pikir yang menghasilkan suatu produk atau proses yang berguna untuk manusia.34

b. Hak Cipta adalah hak ekslusif bagi Pencipta atau penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya atau memberikan izin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.35

c. Desain Industri adalah suatu kreasi tentang bentuk, konfigurasi atau komposisi garis atau warna, atau gabungannya, berbentuk tiga dimensi atau

33Soerjono Soekanto, Op.Cit, Hal. 132

34http://aritonang.blogspot.co.id/2015/03/pengertian-hak-kekayaan-intellectual.html, 08 Januari 2016, 09.45.

dua dimensi dan memberikan nilai estetika, serta dapat diwujudkan dalam pola tiga dimensi atau dua dimensi, dapat dipakai untuk menghasilkan suatu produk, barang atau komoditi industri atau kerajinan tangan.

d. Rezim adalah prinsip-prinsip, norma, aturan, dan prosedur pengambilan keputusan diantara para aktor-aktor yang ada dalam suatu wilayahisu.

Dokumen terkait