• Tidak ada hasil yang ditemukan

LANDASAN TEORI

B. Karakter Religius

1. Pengertian Karakter

Karakter berasal dari bahasa Yunani yang berarti “to mark” atau

menandai dan memfokuskan bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku, sehingga orang yang tidak jujur, kejam, rakus dan perilaku jelek lainnya dikatakan orang berkarakter jelek.

Sebaliknya, orang yang perilakunya sesuai dengan kaidah moral disebut dengan berkarakter mulia.17

Pengertian karakter menurut Pusat Bahasa Dekdiknas adalah

“bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat, temperamen, watak”. Adapun berkarakter, adalah berkepribadian,

berperilaku, bersifat, dan berwatak.

Karakter mulia berarti individu memiliki pengetahuan tentang potensi dirinya, yang ditandai dengan nilai-nilai seperti reflektif, percaya diri, rasional, logis, kritis, analitis, kreatif dan inovatif, mandiri, hidup sehat, bertanggung jawab, cinta ilmu, sabar, berhati-hati, rela berkorban, pemberani, dapat dipercaya, jujur, menempati janji, adil, rendah hati, malu berbuat salah, pemaaf, berhati lembut, setia, bekerja keras, tekun, ulet/gigih, teliti, berinisiatif, berpikir positif, disiplin, antisipatif, inisiatif, visioner, bersahaja, bersemangat, dinamis, hemat/efisien, menghargai waktu, pengabdian/dedikatif, pengendalian diri, produktif, ramah, cinta keindahan (estetis, sportif, tabah, terbuka, tertib. Individu juga memiliki kesadaran untuk berbuat yang terbaik atau unggul, dan individu juga mampu bertidak sesuai potensi dan kesadarannya tersebut. Karakter adalah realisasi perkembangan positif sebagai individu (intelektual, emosional, sosial, etika, dan perilaku).

Individu yang berkarakter baik atau unggul adalah seseorang yang berusaha melakukan hal-hal yang terbaik terhadap Tuhan YME, dirinya,

17 Majid, Abdul, Pendidikan Karakter Perspektif Islam, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012, hal. 11.

sesama, lingkungan, bangsa dan negara serta dunia internasional pada umumnya dengan mengoptimalkan potensi (Pengetahuan) dirinya dan disertai dengan kesadaran, emosi dan motivasinya (perasaannya).18

Karakter memberikan gambaran tentang suatu bangsa, sebagai penanda, ciri sekaligus pembeda suatu bangsa dengan bangsa lainnya. Karakter memberikan arahan tentang bagaimana bangsa itu menapaki dan melewati suatu jaman dan mengantarkannya pada suatu derajat tertentu. Bangsa yang besar memiliki karakter yang mampu membangun sebuah peradaban besar yang kemudian mempengaruhi perkembangan dunia. Demikianlah yang terjadi dalam sebuah perjalanan sejarah.Nabi Muhammad SAW sebagai manusia sempurna yang pernah di muka telah memberikan contoh keteladanan bagaimana membangun karakter bangsa dan mempengaruhi dunia. Sehingga Michael H. Hart penulis buku 100 tokoh yang mempengaruhi di dunia menempatkan Nabi Muhammad SAW sebagai manusia yang paling berpengaruh sepanjang sejarah kemanusiaan, karena mampu mengubah karakter masyarakat dari realitas masyarakat yang sangat tidak beradab, suka menyembah patung, suatu produk manusia yang disembahnya sendiri, suka berjudi, suka membunuh anak perempuannya karena dianggap melemahkan citra diri keluarga besar (suku), memberikan penghargaan atas wanita dengan cara yang sangat

18 Kemendiknas, Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa; Pedoman Sekolah, Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum Kemendiknas, 2010, hal. 8-9.

murah dan keji, memperjualbelikan manusia dengan sistem perbudakan menjadi beradab dan bermoral.19

Semua realitas itu kemudian diubah dengan cara yang sangat indah dan cerdas melalui keteladanan dan dibangun karakter masyarakatnya, kemudian mampu mempengaruhi karakter bangsanya sehingga dapat diakui dalam percaturan sebuah kawasan (jazirah) bahkan hingga mampu mengubah sejarah perjalanan dunia.

Dalam membentuk karakter seorang peserta didik menurut Abudin Nata dan Fauzan yang dikutip oleh Ahmad Izzan bahwa dalam membentuk karakter seorang peserta didik tentunya harus memerlukan bimbingan dari orang yang lebih dewasa.Hal ini dapat dipahami dari kebutuhan-kebutuhan dasar yang dimiliki oleh setiap orang yang baru lahir.20 Hal senada dengan firman Allah SWT yang artinya: “Dan Allah

mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu apa pun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan, dan

hati agar kamu bersyukur.”

Berdasarkan ayat di atas, bahwa peserta didik mempunyai karakteristik. Diantara karakteristik tersebut adalah sebagai berikut21:

1. Peserta didik menjadikan Allah SWT sebagai motivator utama dalam menuntut ilmu.

19Akh Muwafik Shaleh, Membangun Karakter Dengan Hati Nurani, Jakarta, Erlangga:2002, 2.

20 Ahmad Izzan, Tafsir Pendidikan, Jakarta, Pustaka Aufa Media: 2012, 94. 21 Ahmad, hal 94

2. Senantiasa mendalami pelajaran secara maksimal, yang ditunjang dengan persiapan dan kekuatan mental, ekonomi fisik dan psikis.

3. Senantiasa mengadakan perjalanan (rihlah; comparative study) dan melakukan riset dalam rangka menuntut ilmu karena ilmu itu tidak hanya dalam satu majelis, tetapi dapat dilakukan ditempat dan majelis-majelis lainnya.

4. Memiliki tanggung jawab.

5. Ilmu yang dimilikinya dapat dimanfaatkan

Beberapa aspek anak didik yang perlu diperhatikan dalam dunia pendidikan adalah pertama aspek pedagogis yaitu memandang manusia sebagai animal educandum, binatang yang dapat didik. Kedua, aspek sosiologis dan kultural, memandang manusia sebagai homo socius, yaitu makhluk yang berwatak dan berkemampuan dasar atau yang memiliki ghanizah (instinct) untuk hidup bermasyarakat. Ketiga, aspek tauhid; memandang manusia sebagai makhluk yang berketuhanan.

2. Karakter Religius dalam Pendidikan Islam

Perlu diketahui macam-macam karakter peserta didik dalam pendidikan Islam. Macam-macam karakter peserta didik yang paling penting dalam pendidikan Islam yaitu:

a. Sabar

Sabar menurut Imam Al-Ghazali terdiri dari pengetahuan, keadaan, dan amal. Pengetahuan didalamnya seperti pohon,

keadaan seperti ranting-ranting, dan amal seperti buah. Kesabaran terbesar adalah sabar dalam menahan diri melampiaskan syahwat dan berlarut-larut dalam melakukannya, dan juga seseorang peserta didik harus memiliki kesabaran bila diganggu seseorang dalam perkataan dan perbuatan.

b. Jujur

Salah satu sifat seorang peserta didik yang dapat menentukan kepercayaan orang lain, baik guru maupun teman sasama adalah kejujuran. Jujur dapat ditandai dengan sikap terbuka atas apa yang sebenarnya ada atau terjadi pada dirinya. Sifat jujur dapat menumbuhkan rasa percaya diri. Dalam pandangan pendidikan Islam, kejujuran seorang peserta didik merupakan asas yang menjiwai segala hubungan dengan seorang guru. Sifat jujur yang terpelihara dengan baik dalam diri seorang peserta didik akan menjadikan seorang guru menaruh percaya pada peserta didik tersebut.

c. Ikhlas

Ikhlas adalah perbuatan membersihkan dan memurnikan sesuatu yang bersih dari campuran yang mencemarinya. Seorang pelajar harus ikhlas dan membersihkan hati sebagai prasarat untut menuntut ilmu.Menurut al-Nawwawi bahwa bersihnya hati untuk ilmu bersihnya bumi untuk tanaman. Dengan demikian,

seorang peserta didik perlu membersihkan hatinya agar dapat menyerap ilmu pengetahuan secara baik.

d. Tawadhu’

Tawadhu’ yaitu mengakui kebenaran dari orang lain dan rujuk

dari kesalahan menuju kebenaran. Oleh sebab itu seorang murid

harus bersifat tawadhu’ terhadap ilmu dan guru, karena dengan sikap tawadhu’ itulah ilmu dapat tercapai.

e. Qana’ah

Qana’ah yaitu menerima segala sesuatu apa adanya dan merasa cukup. Sifat qana’ah berkaitan erat dengan cara penerimaan dan kondisi psikologis seorang peserta didik terhadap apa yang diperolehnya.

f. Toleran

Sifat toleran seorang pelajar yaitu menghindari perbedaan yang dapat menimbulkan perpecahan demi meraih lezatnya persaudaraan. Oleh karena itu sifat toleran dapat menimbulkan persaudaraan yang terpelihara dan terhindar dari saling bermusuhan. Seorang peserta didik yang toleran terhadap orang lain berarti ia membangun persaudaraan yang menjadi jalan bagi kelancaran belajar bersama.

g. Ta’at

Ilmu hakikatnya cahaya Allah SWT dan hal itu hanya diberikan kepada hambanya yang patuh dan tunduk terhadap ajaran dan perintah-Nya. Perbuatan maksiat merupakan wujud dari ketidaktaatan seseorang. Hal ini berkaitan dengan ketaatan pada aturan-aturan Allah SWT. Di samping itu seorang peserta didik yang sedang mencari ilmu, memerlukan pertolongan dan bimbingan dari seorang guru. Peserta didik tidak boleh dibiarkan begitu saja untuk tumbuh dan berkembang dengan sendirinya. Dengan demikian seorang peserta didik yang ingin mendapatkan ilmu yang benar itu memerlukan bimbingan, pengarahan, dan pertunjukan dari guru terpercaya. Berdasarkan alasan ini, maka muncul etika pergaulan yang baik yang harus dilakukan oleh peserta didik ketika berhubungan dengan gurunya. Bagian inilah yang pada gilirannya memunculkan perlunya ketaatan pada seorang guru.

h. Tawakal

Tawakal adalah pengandalan hati kepada Tuhan yang Maha Pelindung karena segala sesuatu keluar dari ilmu dan kekuasaan serta kehendakNya, sedangkan selain Allah tidak dapat membahayakan dan tidak dapat member manfaat. Seorang peserta didik harus memiliki tawakal dan melakukan proses

belajar supaya dapat memanfaatkan waktu baik di siang hari maupun di malam hari, baik ketika diam atau dalam perjalanan. i. Khauf dan raja’

Takut (khauf) dan harapan (raja’) termasuk kedudukan para

penempuh jalan Allah dan keadaan para pencari ridha Allah SWT sifat yang ditunggu apabila menimbulkan kesedihan di hati dinamakan rasa takut (khauf), dan jika menimbulkan

kegembiraan maka dinamakan harapan (raja’).Rasa takut dan harapan adalah dua kendala untuk memimpin orang yang melihat indahnya kebenaran di dalam hatinya.Maka siapa yang melihat keindahan itu dengan hatinya, ia pun terbebas dari rasa takut atau harapan.

j. Syukur

Dalam istilah Kamus Besar Bahasa Indonesia kata syukur diartikan sebagai rasa terima kasih kepada Allah. Jadi sifat syukur berkaitan erat dengan cara berterima kasih.

Membangun karakter bangsa menjadi tanggung jawab bersama semua pihak dan komponen dari bangsa ini untuk ikut terlibat menyingsingkan lengan baju membangun karakter yang kuat dan khas. Semua potensi bangsa haruslah bangkit dan bersatu padu untuk melakukan sebuah gerakan dan tindakan dalam membangun karakter bangsa agar negeri ini bangkit dan meraih cita-cita besarnya sehingga mampu sejajar dengan bangsa-bangsa besar lain di dunia dan mampu

memberikan kontribusi bahkan menjadi pusat peradaban. Unsur masyarakat yang harus terlibat membangun karakter generasi, antara lain22:

1. Keluarga harus ikut terlibat membangun karakter generasinya melalui kepedulian dan keteladanan orang tua dengan cara memperkenalkan sejak dini dan mendampingi generasi. Kita mengenal arti baik dan buruk dari keluarga melalui apa yang sering dilihat, didengar dalam keluarga, ucapan, tindakan yang

ditampilkan khususnya orang tua. Ada sebuah ungkapan “al ummu madrasatul „ula” ibu adalah tempat pendidikan pertama

dalam kehidupan seorang manusia.

2. Kalangan pelaku lembaga pendidikan di manapun tingkat dan stratanya khususnya sejak pendidikan dasar, yaitu PAUD, TK, SD, kemudian tingkat yang lebih atasnya SMP hingga perguruan tinggi oleh pendidik (guru, dosen, dsb) juga harus terlibat membangun karakter melalui penanaman nilai dan penguatan nilai-nilai karakter itu dengan cara mengajarkannya dan mendidiknya

3. Organisatoris (termasuk dalam organisatoris adalah para pekerja, karyawan, aktivis organisasi, pemimpin organisasi apapun organisasinya, organisasi professional, pemerintahan

22 Akh Muwafik Shaleh, Membangun Karakter Dengan Hati Nurani, Jakarta, Erlangga:2002, 10.

ataupun lembaga dan instutusi lainnya): mempraktikkannya dan memberikan contoh teladan yang baik.

3. Metode Membangun Karakter

Metode membangun karakter diantaranya23: a. Melalui keteladanan

Dari sekian banyak metode membangun dan menanamkan karakter, metode inilah yang paling kuat.Karena keteladanan memberikan gambaran secara nyata bagaimana seseorang harus bertindak.Keteladanan berarti kesediaan setiap orang untuk menjadi contoh dan miniature yang sesungguhnya dari sebuah perilaku.

b. Melalui simulasi praktek (experiential learning)

Dalam proses belajar, setiap informasi akan diterima dan diproses melalui beberapa jalur dalam otak dengan tingkat penerimaan yang beragam. Terdapat enam jalur menuju otak, antara lain melalui apa yang dilihat, didengar, dikecap, disentuh, dicium, dan dilakukan. Bahkan Confucius, 2400 tahu lalu mengatakan: What I Hear, What I Forget, What I See, What I Remember, What I Do, What I Understanding.

c. Menggunakan metode ikon dan afirmasi (menempel dan menggantung)

23 Akh Muwafik Shaleh, Membangun Karakter Dengan Hati Nurani, Jakarta, Erlangga:2002, 12

Memperkenalkan sebuah sikap positif dapat pula dilakukan dengan memprovokasi semua jalur menuju otak kita khususnya dari apa yang kita lihat melalui tulisan atau gambar yang menjelaskan sikap positif tertentu. Misalnya dengan tulisan afirmasi dan ikon-ikon positif yang ditempelkan atau digantungkan ditempat yang mudah untuk kita lihat.

d. Menggunakan metode repeat power

Yaitu dengan mengucapkan secara berulang-ulang sifat atau nilai positif yang ingin dibangun.Metode ini dapat pula disebut dengan metode Dzikir Karakter. Metode ini merupakan salah satu cara untuk mencapai sukses dengan menanamkan sebuah pesan positif pada diri kita secara terus menerus tentang apa yang ingin kita raih

e. Metode 99 sifat utama

Metode ini adalah melakukan penguatan komitmen nilai-nilai dan sikap positif dengan mendasarkan pada 99 Sifat Utama

(Asma’ul Husna) yaitu pada setiap harinya setiap orang memilih

salah satu sifat Allah (Asma’ul Husna) secara bergantian kemudian

menuliskan komitmen perilaku aplikatif yang sesuai dengan sifat tersebut yang akan dipraktikkan pada hari itu.

f. Membangun kesepakatan nilai keunggulan

Baik secara pribadi atau kelembagaan menetapkan sebuah komitmen bersama untuk membangun nilai-nilai positif yang akan

menjadi budaya sikap atau budaya kerja yang akan ditampilkan dan menjadi karakter bersama. Hal ini haruslah menjadi sebuah kesepakatan bersama.

g. Melalui penggunaan metafora

Yaitu dengan menggunakan metode pengungkapan cerita yang diambil dari kisah-kisah nyata ataupun kisah inspiratif lainnya yang disampaikan secara rutin kepada setiap orang dalam institusi tersebut (siswa, guru, karyawan dll) dan penyampaian kisah motivasi inspiratif tersebut dapat pula selalu diikutsertakan pada setiap proses pembelajaran atau sesi penyampaian motivasi pagi sebelum memulai pekerjaan.