• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembentukan Karakter Religius di SMP Negeri 1 Grabag dan SMP Negeri 2 Ngablak Kab. Magelang

LANDASAN TEORI

PROFIL SEKOLAH 1. Nama Sekolah

C. Pembentukan Karakter Religius di SMP Negeri 1 Grabag dan SMP Negeri 2 Ngablak Kab. Magelang

Penelitian ini dilakukan oleh penulis pada akhir semester gasal, yang menjadi responden adalah kepala sekolah, para guru dan siswa di SMP Negeri 1 Grabag dan SMP Negeri 2 Ngablak Kabupaten Magelang

1. Pembentukan karakter religius

Menurut Eru Setyaningsih Sri Suparti, Budianto dan Sri Hastuti dalam membentuk karakter religius dengan membiasakan anak sholat berjamaah sehingga terbiasa disiplin (tepat waktu), menurut Asriyah dan Asmara Eka Istiadi memberi tugas menghafal surat-surat pendek yang ada dalam al-Quran dan hadits yang shoheh, membaca al-Quran atau Asmaul husna sebelum pelajaran dimulai, mengucapkan salam antar teman dan dengan guru, shalat berjamaah pada waktu dzuhur. Sedangkan menurut Siti Mahmudah dengan pemberian contoh,

mengembangkan pembiasaan3 Gatot Supriyanto dan Baruni Widawati, ada jadwal sholat yang harus dilaksanakan oleh siswa, doa pagi,

mengajak sholat jum’at jika ada kegiatan hari jum’at sampai sore, Siti

Rodliyah membiasakan siswa berdoa diawal dan akhir pelajaran, pembiasaan sholat dzuhur berjamaah di sekolah.Indarsih anak membiasakan sikap jujur, disiplin, sabar dan taat, berbagai ragam kegiatan keagamaan dilaksanakan.4

2. Kebijakan yang diambil dalam membentuk karakter religius

Berdasarkan wawancara penulis dengan para guru tentang kebijakan yang dapat diambil dalam membentuk karakter apabila anak tidak mematuhi peraturan/sholat berjamaah anak akan diberi sanksi yang ditetapkan. Memberi sanksi kepada anak-anak yang tidak mentaati peraturan yang telah ditetapkan, diingatkan dan dinasehati, melatih qurban di hari raya Idul Qurban, membayar zakat saat idul fitri, mengembangkan pembiasaan sholat berjamaah, membaca al-Qura’an

dan mengucapkan salam , menyetujui usulan guru-guru yang mengarah ke terbentuknya karakter religius, memasukkan jadwal sholat dzuhur berjamaah dalam jadwal pelajaran, memberi kebebasan melaksanakan ibadah di lingkungan sekolah

3 Wawancara denagn Eru Setyaningsih dkk, Membentuk Karakter Relegius, Sabtu, 20 Februari, jam 12.00-12.30

4Wawancara dengan Gatot Supiryanto dkk, Ragam Kegiatan Keagamaan yang Dilaksanakan, Sabtu 20 Februari 2016 pukul 12.30-12.45

3. Upaya Kepala sekolah dalam mendukung pembentukan karakter religius dengan memberi sarana yang menunjang yang sesuai kemampuan sekolah. Dengan mengadakan shalat dzuhur berjamaah di masjid agung yang ada di dekat sekolah, memperingati hari besar agama, menetapkan kebijakan kegiatan pembiasaan, merespon dan menyetujui usulan guru PAI yang masih sesuai dengan keuangan sekolah, memberikan kemudahan dalam mendanai setiap keagamaan, pembiasaan membaca al-Qur’an sebelum pelajaran dimulai, memberi

dukungan terhadap kegiatan yang berkaitan dengan pembentukan karakter religius

4. Program sekolah dalam upaya pembentukan kararkter religius siswa Yaitu apabila bulan Ramadhan mengadakan buka bersama, pesantren

kilat dan memperingati hari besar agama (Isra’Mi’raj).Melakukan

shalat berjamaah dhuhur, melatih qurban di hari raya qurban, melakukan tadarus bersama, membaca al-Qur’an sebelum masuk

pelajaran. Meningkatkan kegiatan keagamaan, pembiasaan berjabat tangan dengan sesama warga sekolah, kegiatan ekstra BTQ

5. Kerjasama antara guru selain PAI dengan guru PAI dalam membentuk karakter religius yaitu dengan kerjasama dalam memantau siswa dalam shalat berjamaah, mendukung semua kegiatan yang diadakan sekolah, kerjasama dalam membimbing anak demi terciptanya karakteristik religi, berbagi tugas dan mengawasi kegiatan siswa, mencatat nama anak yang tidak sholat dan melaporkan ke guru PAI, menegur anak

yang nakal dan melaporkan kepada guru PAI, bekerjasama yang baik dengan guru BK, PKn dan wali kelasnya, membimbing/mengawasi siswa saat sholat berjamaah, membantu dan ikut terlibat pada pelaksanaan peringatan hari besar agama,

6. Perencanaan pembelajaran PAI dalam membentuk karakter religius Diantaranya siswa diminta bertanggung jawab atas sholatnya baik jamaah di sekolah maupun di rumah, mengajarkan al-Qur’an dan

hadits, pembelajaran PAI sangat memberikan pengaruh terhadap pembentukan karakter religius dengan menyisipkan pembiasaan-pembiasaan ibadah dalam setiap kegiatan siswa dipantau dengan buku kegiatan

7. Pelaksanaan pembelajaran PAI dalam membentuk karakter religius berjalan dengan baik, dengan beberapa cara diantaranya dengan guru berceramah, memberi contoh dan siswa melaksanakan (bagi yang disiplin), menghafal surat-surat pendek, menghafal hadits sholeh, melaksanakan pembelajaran praktik yang bekaitan dengan pelajaran agama dan melaksanakan semua kompetensi keagamaan. Meskipun sudah ada pembinaan dan pemberian contoh masih ada siswa yang kurang patuh sehingga pelaksanaan pembelajaran menjadi berjalan kurang lancar.

8. Metode yang digunakan dalam pembelajaran PAI dalam membentuk karakter religius melaksanakan adalah sholat berjamaah, zakat fitrah, qurban, pemberian tugas laporan secara harian, menyiapkan daftar

hadir sholat berjamaah secara individu maupun kelompok, metode pembiasaan.

9. Faktor pendukung pembelajaran PAI dalam membentuk karakter religius diantaranya menyediakan buku-buku bacaan yang ada di perpustakaan yang berkaitan dengan agama, anak-anak bertanggung jawab melaksanakan sholat dzuhur berjamaah, guru mendampingi dan memberi contoh dan bimbingan, sarana prasarana, lingkungan sekolah, guru yang berkomitmen tinggi, adanya masjid di depan sekolah, adanya kerjasama semua warga sekolah, kerjasama antar guru, kerjasama antar siswa, dana/pembiayaan yang tersedia.kebijakan sekolah yang memberi dukungan dalam segala kegiatan yang berkaitan dengan pembentukan karakter religius siswa

10.Faktor penghambat pembelajaran PAI dalam membentuk karakter religius diantaranya banyak anak yang kurang disiplin/tidak mengikuti

shalat berjamaah, swiswa diminta menghafal surat Al Qur’an atau ayat

sampai waktu yang ditentukan masih ada siswa yang belum hafal, solusinya diberi motivasi dan bimbingan,kurang sarana/fasilitas (Mushola), keterbatasan waktu tatap muka antar siswa dengan guru solusinya waktu pembelajaran PAI ditambah

11.Upaya guru selain PAI dalam membentuk karakter religius siswa Sebelum mulai pelajaran semua guru menyempatkan memberi amanat sekitar 5 menit, sebelum memulai pelajaran dan selesai memerintahkan berdoa. Guru memberi motivasi, bimbingan dan contoh melaksanakan

jamaah di masjid, mengawali dan mengakhiri kegiatan dengan mengucapkan salam dan berdoa, menegur siswa yang nakal, merokok berkelahi, bolos, memberi sanksi, memberikan pengarahan, berperan aktif memberikan pembiasaan yang baik dalam kegiatan di sekolah, misalnya mengucapkan salam sebelum masuk kelas

12.Kondisi riil karakter religius siswa

Bermacam-macam/beraneka ragam ada yang disiplin, tertib, ada yang semaunya sendiri, baik namun perlu bimbingan dan motivasi serta contoh nyata dari orang tua, belum seluruh siswa berkararkter religius karena masih ada yang belum melaksanakan sholat secara rutin, belum memuaskan dan belum sesuai dengan yang diharap aktifkan. Realitas karakteristik siswa tidak akan serta merta terbentuk apabila tidak ada dukungan dan peran aktif dari keluarga dan sekolah, hampir 75% siswa sudah memiliki karakter tersebut.

Dalam pengamatan penulis terhadap 108 siswa kelas VII berdasarkan buku kegiatan ibadah siswa di SMP Negeri 1 Grabag didapatkan:

a.Laki-laki

Yang melaksanakan shalat subuh 57%, dzuhur 78%, ashar 70 %,

magrib 78 %, isya’ 67%, tahajud 4%, Duha 6%, membaca al-Quran 65%, membantu orang tua 50%, infaq sodaqoh 20%

b.Perempuan

Yang melaksanakan shalat subuh 77%, dzuhur 84%, ashar 75 %,

magrib 83 %, isya’ 59%, tahajud 6%, Duha 5%, membaca al -Quran 64%, membantu orang tua 87%, infaq sodaqoh 23%

Menurut hasil di atas dapat disimpulkan bahwa siswa-siswa belum melaksanakan kewajiban sebagai seorang muslim sepenuhnya (100%) baik yang laki-laki maupun perempuan. Angka yang paling tinggi terdapat pada stholat magrib laki-laki 78% dan perempuan 83% dan dzuhur laki-laki 78% dan perempuan 84%. Untuk waktu dzuhur siswa berada di sekolah, ada pantauan dari para guru sehingga siswa tetap melaksanakan sholat.Sedangkan waktu magrib siswa sudah dalam pengawasan orang tua masing-masing.Dengan demikian bahwa kesadaran siswa dalam menjalankan ibadah masih kurang, masih butuh pendampingan, belum bisa untuk melaksanakan atas dasar kebutuhan pribadinya masing-masing.Mereka masih menggantungkan perintah dari orangtua maupun dari gurunya.

D. Tradisi Keagamaan dalam membentuk Karakter Religius di SMP Negeri