• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

5.3. Karakteristik Agen Pelaksana

Karakteristik agen pelaksana memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pelaksanaan suatu kebijakan. Dalam karakteristik agen pelaksana harus ada prosedur tetap bagi pelaku kebijakan dalam melaksanakan kebijakannya dan adanya tanggung jawab dalam menjalankan sebuah kebijakan demi mencapai ukuran dan tujuan yang ingin dicapai. Karakteristik agen pelaksana mencakup tentang struktur birokrasi, dan pola-pola hubungan yang terjadi dalam birokrasi tersebut.

Dalam pelaksanan pemberian izin trayek angkutan umum di Kabupaten Deli Serdang, sudah ada Standar Operasional Prosedur (SOP) yang ditetapkan, terbukti dengan adanya pembagian tugas antara Dinas Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Satu Pintu sebagai penerbit izin trayek angkutan umum, dan Dinas Perhunbungan sebagai tim teknis peninjau kelengkapan syarat dalam pemberian izin trayek.

Gambar 5.4. SOP dalam pemberian izin trayek

Tolak

Ya

Sumber: Dinas PMPPTSP Kabupaten Deli Serdang.

Ibu Widya Astuty mengatakan:

“Untuk izinnya Dinas PMPPTSP yang mengeluarkan, sedangkan Dinas Perhubungan itu sebagai tim teknis yang meninjau kelengkapan syarat-syarat yang dimiliki pengusaha angkutan umum, dan dari rekomendai mereka nanti apakah izin trayeknya diterima atau ditolak.” (Wawancara dengan Ibu Widya Astuty, 31 Januari 2019, Transkrip Wawancara halaman 6)

Dari gambar di atas ditambah dengan wawancara dengan informan, informan menjelaskan tentang SOP tersebut dimana pemohon izin trayek terlebih dahulu menyerahkan berkas-berkasnya persyaratan yang dibituhkan sesuai permohonan ke Dinas Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Deli Serdang bagian pelayanan, kemudian berkas diverifikasi oleh Kepala Seksi Pelayanan Perizinan dan Non Perizinan. Dinas Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Satu Pintu kemudian megeluarkan Surat Perintah Tugas kepada

Pemohon Penerimaan Berkas Verifikasi Berkas (BO dan Kasi)

Dinas Perhubungan untuk meninjau lokasi pool atau fasilitas penyimpanan dan perawatan kendaraan angkutan umum yang dimiliki oleh pemohon, dan setelahnya Dinas Perhubungan mengeluarkan rekomendasi kepada Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu apakah permohonan izin trayek tersebut diterima atau ditolak. Apabila permohonan izin trayek tersebut diterima, maka bagian pelayanan perizinan akan mencetak draft izin trayek untuk ditantangani oleh Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Deli Serdang yang kemudian akan diserahkan kepada pemohon izin trayek tersebut.

Gambar 5.5. Contoh Izin Trayek Angkutan Umum

.

Apabila izin trayek sudah mati atau kadaluarsa masa berlakunya, maka untuk memperpanjang atau mengaktifkan izin trayeknya kembali hanya perlu mendaftarkannya kembali serta harus memenuhi syarat yang sudah ditetapkan, Ibu Widya Astuty menyatakan:

“kalau izinnya sudah mati, tetap didaftarkan seperti biasa dan pengusaha angkutan umum harus memenuhi syarat-syarat yang sudah ditetapkan.” (Wawancara dengan Ibu Widya Astuty, 27 Maret 2019, Transkrip Wawancara halaman 7)

Syarat-syarat yang dimaksud ialah:

1. Surat permohonan bermaterai Rp. 6000 2. Pakta Integritas

3. Bukti keikutsertaan BPJS Ketenagakerjaan 4. Fotocopi KTP pemohon

5. Fotocopi NPWP pemohon?perusahaan 6. Fotocopi pengesahan kemenkumHam

7. Fotocopi akte endirian perusahaan/perubahan 8. Surat rekomendasi organda

9. Surat keterangan desa tentang lokasi pool kendaraan 10. Surat izin usaha angkutan

11. Denah lokasi pool kendaraan (beserta foto) 12. Surat pernyataan kepemilikan kendaraan

13. Surat pernyataan memilikan fasilitas perawatan kendaraan 14. Fotocopi tanda pelunasan PBB tahun terakhir

15. Melampirkan izin trayek asli terakhir

Sebelum kendaraan angkutan umum beroperasi di jalan raya, kendaraan-kendaraan yang dimiliki pengusaha angkutan umum harus lulus uji kendaraan-kendaraan terlebih dahulu dan memiliki surat pegawasan. Hal ini disampaikan oleh Bapak Mahdan dalam wawancara dengan peneliti,

“Sebelum beroperasi di jalan, angkutan umum harus lulus uji KIR dulu, lalu diurus kartu pengawasannya karena harus ada nomor uji kendaraannya, setelah itu barulah bisa beroperasi di jalan.” (Wawancara dengan Bapak Mahdan, 25 Maret 2019, Transkrip Wawancara halaman 4)

Gambar 5.6. SOP Pengujian Kendaraan Bermotor

Sumber : Dinas Perhubungan Kabupaten Deli Serdang

Bapak Candra, staf penguji kendaraan bermotor Dinas Perhubungan Deli Serdang, menjelaskan:

“Sebelum di uji kendaraannya, pemilik kendaraan mendaftar dulu di loket, baru nanti kendaraannya di uji disini. Waktu pengujiannya sekitar 45-50 menit. Yang diuji itu kolong kendaraannya, lampu utama, roda, berat kosong kendaraan, remnya, speedo meter, emisi gas buangnya juga.” (Wawancara dengan Bapak Candra, 25 Maret 2019, Transkrip Wawancara halaman 12)

Bapak Tanjung, staf loket pendaftaran, menambahkan:

“Syarat kelengkapan yang harus dipenuhi pemohon itu harus bawa fotokopi KTP, STNK, izin trayeknya, dan buku uji yang lama, kendaraan yang mau diuji juga harus dibawa. Untuk biaya uji KIR Rp. 55.000, kalau ganti buku baru Rp.70.000.”

(Wawancara dengan BapakTanjung, 25 Maret 2019, Transkrip Wawancara halaman 14)

Peneliti juga mewawancarai Bapak Taufik, pemohon untuk uji KIR kendaraannya.

Saat ditanya tentang biaya dan syarat kelengkapan serta lamanya waktu pengujian, informan mengatakan:

“Biaya saya kena Rp.70.000. kalau kelengkapan yang dibawa STNK, KTP, dan buku uji yang lama. Kalau untuk waktu pengujiannya sekitar 45 menit gitu, cuma nunggu antreannya yang lama.” (Wawancara dengan Bapak Taufik, 25 Maret 2019, Transkrip Wawancara halaman 13)

Gambar 5.7. Alur Uji KIR Dinas Perhubungan Kab. Deli Serdang

Sumber : Dinas Perhubungan Keb. Deli Serdang

Produk yang diterima pemohon setelah selesai uji KIR adalah buku uji, plat uji, dan stiker uji atau tanda samping kendaraan, seperti yang di sampaikan oleh informan sebagai berikut:

“Kalau lolos uji KIR, profuk yang diberikan itu ada buku uji KIR, plat uji, dan stiker untuk ditempelkan dikendaraan. Kalau tidak lolos uji KIR, kita beritahukan ke pemohon apa-apa saja yang harus diperbaiki dari kendaraannya.”

(Wawancara dengan Bapak Candra, 25 Maret 2019, Transkrip Wawancara halaman 12)

Dari hasil wawancara peneliti dengan informan, serta hasil obvervasi dan dokomentasi di atas, diperoleh informasi bahwa sebelum pengusaha angkutan umum mengurus permohonan untuk mendapatkan Kartu Pengawasan, pengusaha terlebih

dahulu harus lulus uji kendaraannya untuk mendapankan nomor uji kendaraan. Proses untuk uji kendaraan itu sendiri memakan waktu sekitar 45-50 menit untuk setiap kendaraannya. Prosesnya dimulai dari pemohon mendaftarkan kendaraan yang hendak diuji dengan mengisi formulir pemeriksaan kendaraan bermotor ditambah beberapa persyaratan yang harus dilengkapi, seperti fotokopi KTP, STNK, izin trayek, dan buku uji yang lama, serta kendaraan yang akan diuji. Setelah itu kendaraan akan diuji oleh staf penguji, yang diperiksa adalah emisi gas buang kendaraan, kolong kendaraan, lampu utama kendaraan, ban kendaraan, berat kendaraan, uji rem kendaraan, uji kebisingan suara mesin dan klakson kendaraan, serta speedometer kendaraan. Setelah menjalani semua proses tersebut, apabila kendaraan dinyatakan lolos uji KIR, tidak lolos uji KIR, maka staf akan memberikan laporan kepada pemohon tentang apa-apa saja yang harus diperbaiki pemohon, ini berlak 14 hari, apabila lewat dari 14 hari maka pemohon harus membayar biaya retribusi kembali seperti di awal, apabila kurang dari 14 hari pemohon sudah memperbaki kendaraannya maka pemohon tidak perlu membayar biaya retribusi seperti di awal. Jika kendaraan pemohon lolos uji KIR, pemohon akan menerima buku uji, plat uji, serta stiker samping kendaaran. Untuk biaya yang dikenakan kepada pemohon yaitu Rp. 55.000/kendaraan dan Rp. 70.000/kendaraan apabila mengganti buku uji dengan yang baru. Ini sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Deli Serdang Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Retribusi Jasa Umum, dimana pembagiannya yaitu:

1. Administrasi Rp. 15.000 2. Jasa pengujian mobil penmpang Rp. 25.000

3. Buku uji Rp. 15.000

4. Tanda uji/plat uji Rp. 10.000

5. Pembuatan dan pemasangan stiker tanda samping Rp. 5.000

Setelah mendapat buku atau nomor uji KIR, kemudian pengusaha angkutan umum dapat mengajukan permohonan untuk Kartu Pengawasan agar kendaraan yang dimilikinya dapat beroperasi di jalan raya. Untuk proses penerbitan kartu pengawasan, informan dalam wawancaranya menjelaskan prosesnya sebagai berikut:

“Pemohon mengajukan permohonannya dulu, setelah itu kita periksa kelengkapan syarat-syaratnya, setelah disetujui pemohon harus bayar retribusinya, barulah kita proses kartu pengawasannya, selesainya 1 hari. Kalau untuk syarat-syaratnya itu fotokopi KTP, STNK, Kartu Pengawasan yang lama, dan buku uji KIR.” (Wawancara dengan Bapak Mahdan, 25 Maret 2019, Transkrip Wawancara halaman 4)

Gambar 5.8. SOP Penerbitan Kartu Pengawasan

Sumber : Dinas Perhubungan Kab. Deli Serdang

Gambar 5.9. Contoh Kartu Pengawasan

Dari hasil wawancara dan gambar di atas, proses pengurusan Kartu Pengawasan yaitu pengusaha angkutan mengajukan permohonannya uuntuk Kertu Pengawasan kepada Kepala Dinas Perhubungan Kabupaten Deli Serdang dengan syarat-syarat kelengkapan yaitu fotokopi KTP, STNK, Kartu Pengawasan yang lama, dan buku uji KIR. Kemudian Kepala Dinas menerima, menelaah, dan menyampaikan kepada Sekretaris dan Kepala Bidang, yang kemudian yang menyampaikan laporan kepada Kepala Seksi yang bersangkutan untuk memproses Kartu Pengawasan, kemudian setelah selesai Kartu Pengawasan dapat diberikan kepada pemohon.

5.4. Sikap/Kecenderungan Pelaksana

Disposisi merupakan watak dan karakteristik dari para pelaksana program dalam menyikapi suatu kebijakan dan merupakan faktor yang tidak dapat dilupakan.

Disposisi implementor dapat dilihat dari pemahaman para pelaksana dalam memenuhi tanggung jawabnya terhadap pelaksanaan kebijakan perizinan trayek angkutan umum.

Dalam pelaksanaan kebijakan atau program para implementor kebijakan tentu memiliki persepsi atau penilaian yang berbeda terhadap kebijakan yang akan dilaksanakan. Sikap mereka, baik itu menerima atau menolak, akan sangat mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan implementasi dari suatu kebijakan publik. Jika penilaian akan suatu kebijakan atau program berbeda antara pembuat kebijakan dengan pelaksana kebijakan dan cenderung berlawanan arah, maka kebijakan atau program tersebut akan sulit untuk di laksanakan. Bahkan perbedaan penilaian yang begitu kentara kemungkinan menciptakan keengganan dari para pelakasana sehingga menghambat pelaksanaan kebijakan atau program.

Dalam pelaksanaan kebijakan perizinan trayek angkutan umum ini, sikap dari para implementor dalam hal ini adalah Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Deli Serdang sudah menyikapinya dengan baik dan tidak ada penolakan terhadap kebijakan tersebut. Hal ini didapat dari wawancara dengan informan dan observasi peneliti ketika ditanya mengenai standar

dan tujuan kebijakan perizinan trayek angkutan umum serta tugasnya masing-masing.

Ibu Widya Astuti menyatakan bahwa:

“Pegawai atau staf diberikan arahan terlebih dulu tentang peraturan atau dasar hukumnya dan cara menjalankan aplikasinya.” (Wawancara dengan Ibu Widya Astuty, 31 Januari 2019, Transkrip Wawancara halaman 7)

Sependapat dengan pernyataan tersebut, Ibu Dewi Harahap juga menuturkan hal serupa bahwa pegawai atau staf diberikan pelatihan terlebih dahulu sebelum menjalankan tugasnya.

“Untuk pelatihan pegawai, pasti ada. Pegawai juga dikirim, dipilih beberapa untuk perjalanan dinas ke Dinas Perizinan kota lain untuk diambil ilmu dari sana dan diterapkan disini.” (Wawancara dengan Ibu Dewi Harahap, 31 Januari 2019, Transkrip Wawancara halaman 9)

Sedangkan untuk Dinas Perhubungan Kabupaten Deli Serdang juga sama halnya dengan Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Deli Serdang, sudah menyikapi peraturan tersebut dengan baik dan tidak ada penolakan seperti yang disampaikan Bapak Sagala yakni:

“Kalau ada peraturan-peraturan yang baru dari pemerintah akan langsung disampaikan kepada staf-staf yang lain supaya menjalakan tugasnya bisa sesuai dengan peraturan.” (Wawancara dengan Bapak Sagala, 18 Januari 2019, Transkrip Wawancara halaman 2)

Akan tetapi, dalam pelaksanaannya Dinas Perhubungan Kabupaten Deli Serdang sebagai pengawas tidak menjalankan tugasnya sebagai pengawas dengan baik dikarenakan Dinas Perhubungan membiarkan adanya perusahaan angkutan umum yang tidak memperpanjang izin trayeknya atau sudah kadaluarsa tetapi masih

tetap beroperasi seperti biasa, contohnya perusahaan Sintong Jaya yang masih beroperasi meskipun tidak memperpanjang izin trayeknya.

Saat peneliti mewawancarai supir dari angkutan umum Sintong Jaya, yaitu Bapak Sam, informan mengetahui bahwa izin trayek Sintong Jaya sudah kadaluarsa dan mengatakan tidak ada ditilang oleh Dinas Perhubungan.

“Izinnya sudah mati, untuk urusan izin kami gak tau menau, itu urusan orang kantor, kalau masalah ditilang sih tidak ada” (Wawancara dengan Bapak Sam, 13 April 2019, Transkrip Wawancara halaman 21)

Kemudian Bapak Agus dan Edi, yang juga merupakan supir angkutan umum Sintong Jaya, juga menyatakan hal serupa

“Kalau Izinnya sudah mati, itu urusan orang kantor kalau masalah izin.

Kami supir inikan kewajibannya cuma bayar iuran setiap hari.” (Wawancara dengan Bapak Agus, 13 April 2019, Transkrip Wawancara halaman 22)

“Gak ada ditindak dari Dishub, kalau masalah izin itu urusan orang kantor, saya gak tau-tau itu.” (Wawancara dengan Bapak Edi, 13 April 2019, Transkrip Wawancara halaman 23)

Dari wawancara dengan supir angkutan umum Sintong Jaya, informan menyatakan tidak ada tindakan tegas berupa tilang dari Dinas Perhubungan Deli Serdang terhadap pelanggaran izin trayek yang terjadi.

Gambar 5.10. Angkutan Umum CV. Sintong Jaya

Tabel 5.1. Daftar Perushaan Angkutan Umum di Deli Serdang

No. Nama Perusahaan

Tahun

Trayek Keterangan

Jumlah Armada

1. PT. Netis Asrat Group 2016 161

2. PT. Dirgantara Deli Trans 2016 170

3. PT. Nusa Indah Transport 2015 558

4. KPU Rajawali 2015 133

5. PT. Ultra Lima Megah 2014 274

6. PT. Batang Gadis Indah 2014 60

7. PT. U. Morina 2014 200

8. PT. Kenari Jaya 2016 338

9. PT. Lingga Sari Mas 2017 252

10. PO. Robinson Jaya 2011 Mati 80

11. CV. Sintong Jaya 2008 Mati 125

Sumber: Dinas Perhubungan Kabupaten Deli Serdang

Saat ditanya tentang hal ini, Bapak Mahdan menjawab

“Sudah kami surati, diberi peringatan, tapi tidak mau perpanjang izinnya juga.” (Wawancara dengan Bapak Mahdan, 18 Januari 2019, Transkrip Wawancara halaman 4)

Dari pernyataan informan, Dinas Perhubungan hanya memberikan surat peringatan kepada pihak angkutan umum yang izin trayeknya sudah kadaluarsa tersebut untuk memperpanjang izin trayeknya tanpa ada tindakan seperti menilang kendaraannya maupun mencabut izin usahanya ataupun tidak adanya sanksi berupa pidana atau denda yang diberikan kepada perusahaan angkutan umum yang tidak memperpanjang izin trayeknya sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Deli Serdang Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Perizinan Tertentu.

5.5. Komunikasi Antar Organisasi Terkait

Komunikasi merupakan faktor penting dalam mengimplementasikan suatu kebijakan atau program. Agar kebijakan publik bisa dilaksanakan dengan efektif, menurut Van Horn dan Van Mater (dalam Widodo, 1974) apa yang menjadi standar tujuan harus dipahami oleh para individu yang bertanggung jawab atas pencapaian standar dan tujuan kebijakan, karena itu standar dan tujuan harus dikomunikasikan kepada para pelaksana. Di samping itu, koordinasi merupakan mekanisme yang ampuh dalam implementasi kebijakan. Semakin baik koordinasi dan komunikasi di antara pihak-pihak yang terlibat dalam pengimplementasian kebijakan, maka kesalahan akan semakin kecil, demikian pula sebaliknya.

Komunikasi atau koordinasi antara Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu dengan Dinas Perhubungan Kabupaten Deli Serdang tidak ada masalah, hal ini disampaikan oleh informan, sebagai berikut:

“Tidak ada kendala koordinasi dengan Dinas Penanaman Modal dan Perizinan. Malah yang jadi kendala dalam pengurusan izin trayek itu teradang dari pengusaha angkutan umumnya sendiri, misalnya mereka ingin cepat-cepat izinnya keluar, tetapi syarat-syaratnya saja belum terpenuhi semua, seperti kondisi poolnya yang kurang memadai, masih banyaknya mobil yang tidak layak jalan.” (Wawancara dengan Bapak Sagala, 18 Januari 2019, Transkrip Wawancara halaman 2)

Hal serupa juga disampaikan oleh Bapak Mahdan dan Ibu Widya Astuty saat diwawancarai. Informan menyatakan:

“Untuk koordinasi dengan Dinas Perizinan tidak ada kendala.”

(Wawancara dengan Bapak Mahdan, 18 Januari 2019, Transkrip Wawancara halaman 4)

“Tidak ada. Koordinasi dengan Dinas Perhubungan bagus, tidak ada masalah.” (Wawancara dengan Ibu Widya Astuty, 31 Januari 2019, Transkrip Wawancara halaman 7)

Ini menjelaskan bahwa tidak ada permasalahan dengan komunikasi atau koordinasi antara Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Penanaman Perizinan Terpadu Satu Pintu dengan Dinas Perhubungan Kabupaten Deli Serdang.

Bapak Sagala juga menambahkan

“Saat menentukan trayek angkutan umum, kita undang organda dan pengusaha angkutan umum untuk mendiskusikan hal itu, agar tidak terjadi tumpang tindih dengan angkutan lain ataupun monopoli trayek.” (Wawancara dengan Bapak Sagala, 18 Januari 2019, Transkrip Wawancara halaman 2)

Dari hasil wawancara peneliti dengan informan, terungkap komunikasi dan sosialisasi dengan pengusaha angkutan umum berjalan dengan baik dan lebih mudah karena diwadahi oleh Organda Deli Serdang. Organda Deli Serdang merupakan wadah bagi pengusaha angkutan umum di Deli Serdang untuk menyampaikan aspirasi kepada pemerintah dan juga menjembatani komunikasi antara pemerintah, dalam hal ini Dinas Perhubungan dengan pengusaha angkutan umum.

Di tahun 2014, Ketua DPC Organda Deli Serdang sempat mendesak Dinas Perhubungan Deli Serdang untuk menertibkan serta merazia beberapa mobil angkutan umum yang diduga telah melanggar trayeknya di wilayah Kota Lubuk Pakam.

“Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Organisasi Gabungan Angkutan Darat (Organda) Deli Serdang mendesak Dinas Perhubungan Deliserdang untuk menertibkan serta merazia beberapa mobil angkutan yang diduga telah melanggar trayek di wilayah Kota Lubuk Pakam. Ketua DPC Organda Deli Serdang menilai ada beberapa angkutan yang memang sengaja mencari penumpang ke inti kota Lubuk Pakam.

Sementara menurutnya, izin trayek angkutan yang disangkakan itu hanya melayani sampai terminal Lubuk Pakam dan tidak boleh masuk ke inti Kota.” (Analisa, 2014, http://harian.analisadaily.com/kota/news/organda-deliserdang-berharap-pelanggaran-trayek-ditertibkan/61167/2014/09/05, 19 Maret 2019)

Tidak lama setelahnya Dinas Perhubungan Kabupaten Deli Serdang menertibkan dan merazia angkutan umum yang melanggar batas trayeknya tersebut. Hal ini merupakan bentuk komunikasi antara Dinas Perhubungan dengan Organda Deli serdang dimana Dinas Perhubungan mendengarkan aspirasi dan keluhan yang disampaikan oleh Organda Deli Serdang. Saat peneliti mewawancarai Sekretaris DPC Organda Deli Serdang, Bapak Herman, informan menjelaskan

“Saat itu karena ada perusahaan mengajukan keberatan, PT. Nitra mengajukan keberatan kepada kami karena angkutan A97 menaikkan penumpang dari inti kota Lubuk Pakam yang sudah melewati batas trayek A97. Jadi, kami sampaikanlah keluhan ini dengan Dinas Perhubungan untuk ditindak lanjuti.”

(Wawancara dengan Bapak Herman, 25 Maret 2019, Transkrip Wawancara halaman 17)

Dan saat ditanya kenapa sekarang Angkutan A97 masih masuk ke area inti Kota Lubuk Pakam, informan menjawab:

“Karena tidak ada keberatan lagi, jadi kita oke-okekan ajalah. Tapi ini gak secara resmilah pembiaran ini. Kalau tidak ada lagi keberatan, aman-aman ajanya itu.” (Wawancara dengan Bapak Herman, 25 Maret 2019, Transkrip Wawancara halaman 15)

Gambar 5.11. Angkutan Umum A97 yang memasuki area inti kota Lubuk Pakam

Dari pernyataan tersebut, informan menyebut tidak ada lagi keberatan yang disampaikan kepada pihak Organda Deli Serdang. Namun, berbeda dengan yang disampaikan oleh Bapak Sawaludin Sembiring, mandor angkutan umum Nitra trayek Lubuk Pakam-Amplas, beliau menyatakan:

“Tidak ada itu. Kami dirugikan sekali dalam hal ini. Angkutan umum Deli Serdang ini sangat dirugikan khususnya kami Nitra. Kami tetap protes ke Organda dan Dishub, tapi gak digubris. A97 itukan trayeknya cuma sampai terminal, tapi mereka malah masuk sampai ke inti kota Lubuk Pakam. Sekarang aja jumlah armada tinggal 30 unit untuk trayek Lubuk Pakam-Amplas, padahal dulu jumlah armadanya sampai 105 unit, kami rugi disini.” (Wawancara dengan Bapak Sawaludin Sembiring, 31 Maret 2019, Transkrip Wawancara halaman 17)

Gambar 5.13. Angkutan Umum PT. Nitra

Dari pernyataan informan tersebut, angkutan umum Nitra sangat dirugikan dengan masuknya angkutan A97 ke area inti kota Lubuk Pakam. Keluhan tentang masalah inipun tidak dihiraukan oleh Organda dan Dinas Perhubungan Deli Serdang.

Saat ini jumlah armada angkutan Nitra yang aktif hanya 30 unit saja untuk trayek Lubuk Pakam-Amplas. Supir angkutan umum Nitra, Bapak Syahrial, menyatakan hal serupa saat ditanya mengenai hal ini.

“Dulu aja protes kami digubris, itu karena kami bawa sekitar 15 umit mobil unutk protes ke Dishub. Sekarang udah gak ribut-ribut lagi, tak didengar keluhannya” (Wawancara dengan Bapak Syahrial, 31 Maret 2019, Transkrip Wawancara halaman 19)

Dari hasil wawancara dengan berbagai informan di atas, dapat disimpulkan komunikasi dan koordinasi antara Dinas Perhubungan dengan Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Deli Serdang untuk rekomendasi dalam penerbitan izin trayek angkutan umum berjalan dengan baik dan tidak ada kendala. Akan tetapi, komunikasi antara pelaku usaha angkuta umum di Deli Serdang, yaitu PT. Nitra, dengan Dinas Perhubungan tidak berjalan dengan baik.

Tidak adanya sanksi tegas dari Dinas Perhubungan terhadap pelaku pelanggaran izin trayek, dalam hal ini yaitu angkutan umum A97, dimana Dinas Perhubungan melakukan pembiaran terhadap angkutan umum A97 untuk memasuki wilayah inti kota Lubuk Pakam yang trayeknya hanya sampai terminal Lubuk Pakam, walau pihak Nitra sudah beberapa kali memprotes hal tersebut.

5.6. Lingkungan Eksternal (Sosial dan Politik)

Hal terakhir yang perlu diperhatikan guna menilai kinerja implementasi kebijakan adalah sejauh mana lingkungan eksternal turut mendorong keberhasilan kebijakan publik. Lingkungan sosial dan politik yang tidak kondusif dapat menjadi sumber masalah dari kegagalan kinerja implementasi kebijakan. Oleh karena itu, upaya implementasi kebijakan mensyaratkan kondisi lingkungan eksternal yang kondusif.

5.6.1. Lingkungan Sosial

Masyarakat dan pengusaha angkutan umum termasuk dari lingkungan eksternal dalam pelaksanaan kebijakan perizinan trayek ini. Partisipasi pengusaha angkutan umum dalam mendorong keberhasilan kebijakan perizinan trayek sudah cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari data yang diperoleh peneliti pada tabel 5.1, bahwa dari 11 perusahaan angkutan umum yang terdaftar di Kabupaten Deli Serdang, 9 di antaranya telah memperpanjang izin trayeknya, dan 2 di antaranya belum

Masyarakat dan pengusaha angkutan umum termasuk dari lingkungan eksternal dalam pelaksanaan kebijakan perizinan trayek ini. Partisipasi pengusaha angkutan umum dalam mendorong keberhasilan kebijakan perizinan trayek sudah cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari data yang diperoleh peneliti pada tabel 5.1, bahwa dari 11 perusahaan angkutan umum yang terdaftar di Kabupaten Deli Serdang, 9 di antaranya telah memperpanjang izin trayeknya, dan 2 di antaranya belum

Dokumen terkait