• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN

1. Karakteristik Core Habitat di Kalimantan Barat

Berdasarkan hasil analisis komponen utama, diperoleh bahwa variabel lingkungan yang menjadi karakteristik utama (KU1c) adalah kawasan lahan basah atau wetland berupa hutan mangrove, badan air, lahan terbuka, dan area dengan elevasi lebih dari 300 meter. Hutan mangrove atau hutan bakau adalah hutan yang tumbuh diatas rawa-rawa berair payau yang terletak pada garis pantai dan dipengaruhi oleh pasang-surut air laut (Wikipedia 2012). Hutan ini tumbuh khususnya di tempat-tempat yang terjadi pelumpuran dan akumulasi bahan organik. Ekosistem hutan bakau bersifat khas, baik adanya pelumpuran yang mengakibatkan kurangnya aerasi tanah, salinitas yang tinggi, serta mengalami daur penggenangan oleh pasang surut air laut. Karakteristik ini diidentifikasikan sebagai lokasi SMA mencari makanan.Makanan utama SMA

adalah larva lebah dan tawon-tawonan. Menurut Harmonis et al. (2006), rambai laut atau Sonneratia caseolaris adalah pohon inang bagi koloni lebah yang termasuk ke dalam famili Dipterocarpaceae yang berada di daerah pesisir dengan tipe hutan bakau. Pada tahun 2009, kondisi hutan mangrove di Provinsi Kalimantan Barat memiliki total luas 153,327 hektar (BPKH Wilayah III Pontianak 2011). Elevasi lebih dari 300 meter didefinisikan sebagai kawasan yang didalamnya terdapat jenis-jenis pohon inang yang disukai oleh koloni lebah.Pohon inang yang disukai lebah umumnya tergolong ke dalam famili Dipterocarpaceae (Harmonis et al. 2006). Dipterocarpaceae merupakan sekelompok tumbuhan pada daerah beriklim basah dan tumbuh pada ketinggian dibawah 1000 meter serta memiliki ukuran sangat besar dengan ketinggian pohon mencapai 70-85 meter (Wikipedia 2012).

Hasil KU2c merupakan kawasan lanskap pertanian dengan jenis penutupan lahan sawah dan semak belukar rawa. Lanskap pertanian merupakan suatu bentuk lanskap yang penting bagi habitat SMA. Hal ini dikaitkan dengan keberadaan makanan SMA, yaitu larva lebah. Koloni suatu lebah membutuhkan nektar dari bunga untuk membangun sarangnya. Nektar tersebut diperoleh lebah dari tanaman liar atau tanaman berbunga yang ada pada suatu lahan pertanian.

Hasil KU3c adalah kawasan yang memiliki karakteristik kemiringan lahan pegunungan (25-40%). Pegunungan merupakan rangkaian jajaran yang dibatasi oleh dataran tinggi atau dataran yang melewati punggung gunung atau Lembah (Wikipedia 2012). Habitat SMA dapat ditemukan pada kawasan dataran rendah, hutan pegunungan, serta lembah sungai dan bersarang pada pohon-pohon tinggi (ARRCN 2012). Karakteristik lanskap ini merupakan karakteristik lanskap yang dapat membentuk thermal wind yang membantu SMA untuk terbang. Angin termal ini merupan kombinasi antara variasi landform dan cuaca yang baik (ARRCN 2012).

Hasil KU4c merupakan lanskap yang berdekatan dengan aktifitas manusia.

Burung migran dapat digolongkan sebagai spesies “fugitive”, yaitu spesies yang

mampu bertahan dan beradaptasi di suatu habitat baru dalam jangka waktu yang relatif singkat (MacArthur et al. diacu dalam Rappole dan Jones 2003). Menurut Rappole dan Jones (2003), salah satu kategori yang menjadi habitat dari spesies

fugitive” adalah kawasan hutan hujan tropis sebagai habitat musim dinginnya. Sebagian besar burung migran tidak menggunakan kawasan hutan hujan tropis sebagai habitat musim dinginnya karena kawasan tersebut telah ditempati oleh burung non-migran yang telah memiliki territorial kekuasannya sehingga burung migran terpaksa untuk memilih habitat sekunder, marginal, bahkan habitat yang sudah tidak alami lagi.

Hasil KU5c diinterpretasikan dengan kawasan yang memiliki elevasi 0- 300 meter. Hasanah (2011) menyatakan bahwa salah satu karakteristik utama penyusun habitat musim dingin SMA di Kalimantan Selatan adalah kawasan dengan karakter hutan dataran rendah dengan elevasi 0-300 meter. Hal ini mengindikasikan bahwa komponen utama kelima ini adalah hutan dataran rendah karena penutupan lahan core habitat di Kalbar adalah hutan lahan kering dengan luas penutupan lahan 60.104,5 ha. Ragam penutupan lahan core habitatdi Kalbar tersaji dalam Gambar 21.

35

Gambar 21. Luas Area Penutupan Lahan Core Habitat Musim Dingin SMA di Kalimantan Barat

Karakteristik keenam (KU6c) dan karakteristik ketujuh (KU7c) yang merupakan kawasan dengan kemiringan lahan agak datar dan bergelombang. Kedua karakter tersebut erat kaitannya variasi bentukan lahan yang mempengaruhi thermal wind atau angin termal. Burung pemangsa menggunakan angin termal dan udara vertikal untuk meluncur dan melambung untuk melintasi jarak yang jauh dengan pengeluaran energi minimal (Bildstein 2006). Angin termal ini merupan kombinasi antara variasi landform dan cuaca yang baik (ARRCN 2012).

Karakteristik kedelapan diinterpretasikan sebagai kawasan hutan rawa gambut. Hutan rawa gambut merupakan bentuk kekayaan ekologi yang khas di Kalimantan Barat (BPHK Wilayah III Pontianak 2011). Hutan rawa primer yang ada di provinsi ini seluas 28.007 ha dan 1.582.922 ha sebagai hutan rawa sekunder. Karakteristik penutupan lahan hutan rawa gambut ini berkaitan dengan kecukupan makanan dari SMA karena pada hutan rawa gambut didapati beberapa spesies Dipterocarpaceae yang merupakan pohon inang dari lebah madu, seperti Koompasia spp. dan Dipterocarpus spp.

Karakteristik kesembilan (KU9c) dan karakteristik kesepuluh (KU10) diinterpretasikan sebagai kawasan dengan kemiringan lahan berbukit dan datar. Kedua karakter tersebut merupakan karakteristik yang berhubungan dengan

thermal wind yang terbentuk atas variasi kemiringan lahan. 2. Karakteristik Edge Habitat di Kalimantan Barat

Karakteristik utama (KU1e) edge habitat diinterpretasikan sebagai kawasan dengan karakteristik lanskap pertanian.berupa sawah dan semak belukar rawa. Karakteristik ini memiliki kesamaan dengan KU2c pada core habitat. Karakter ini terkait dengan keberadaan makanan SMA yaitu larva lebah. Lebah merupakan serangga penting yang berfungsi sebagai pollinator

(membantu penyerbukan) tanaman pertanian, buah-buahan, dan bunga liar. Untuk meningkatkan efektivitas kerja dari lebah itu sendiri, diperlukan akses lokal bagi lebah untuk berkoloni dan juga memperoleh sumber makanannya (Svensson et al. 1999)

Kelas kemiringan lahan pegunungan merupakan karakter yang muncul pada karakteristik kedua (KU2e). Kawasan pegunungan merupakan tempat yang disukai oleh SMA untuk membangun sarangnya serta membantu SMA untuk terbang dengan bantuan thermal wind. Untuk karakteristik ketiga (KUe3), diperoleh bahwa karakteristik yang diperoleh merupakan kelas elevasi 300-1000 meter. Ketinggian ini merupakan lokasi yang cocok bagi ragam pohon dari famili Dipterocarpae yang merupakan pohon inang dari sarang lebah.

Karakteristik keempat (KU4e) yang didapat adalah perkebunan kelapa sawit. Menurut Borneo Climate Change (2012), perusahaan perkebunan kelapa sawit di Kalimantan Barat melakukan perusakan lingkungan demi usaha mereka, seperti penebangan kayu di pinggiran sungai, lean clearing di lahan gambut, dan sebagian wilayah usaha perusahaan memasuki wilayah konservasi. Kelas penutupan lahan perkebunan kelapa sawit yang ada sekarang ini muncul sebagai salah satu karakteristik yang dipilih SMA karena kemungkinan besar kawasan inilah yang belum ditempati oleh spesies burung pemangsa non-migran yang ada di Kalbar.

Hasil KU5e merupakan kawasan dengan klasifikasi kemiringan lahan pegunungan. Sama halnya dengan KU2e, kawasan ini adalah tempat yang disukai oleh SMA untuk membangun sarangnya dan kebutuhan SMA akanthermal wind. Karakteristik keenam (KU6e) adalah hutan rawa gambut. Hutan rawa gambut berkaitan dengan sumber pangan SMA yaitu larva lebah. Sarang lebah di hutan rawa gambut terdapat pada pohon Dipterocarpaceae yang tumbuh pada hutan rawa gambut.

KU7e yang didapat pada edge habitat adalah kelas elevasi lebih dari 1000 meter. Pada ketinggian ini, diindikasikan juga terdapat jajaran Dipterocarpaceae yang merupakan pohon inang sarang lebah. Selain itu juga, ketinggian ini merupakan kawasan Montana dimana SMA memilih kawasan ini sebagai tempat bersarang (ARRCN 2012). Karakteristik kedelapan (KU8e) merupakan jenis lanskap yang berdekatan dengan aktifitas manusia.Karakteristik ini pun muncul pada KU4c core habitat. Pemilihan karakteristik lahan terbangun oleh SMA dilakukan karena adanya kompetisi dari burung non-migran yang telah memiliki habitat yang tetap pada suatu kawasan sehingga SMA memiliki kecenderungan untuk memilih kawasan marginal yang berada di antara kawasan alami namun masih berdekatan dengan kawasan non-alami.

Karakteristik kesembilan (KU9e), kesepuluh (KU10e), dan kesebelas (KU11e) yang dihasilkan adalah kelas kemiringan lahan datar, agak datar, dan kelas elevasi 0-300 meter. KU12e yang dihasilkan adalah hutan lahan kering.Keempat karakteristik tersebut dapat diindikasikan sebagai kawasan hutan dataran rendah. Kelas penutupan lahan edge habitat musim dingin SMA di Kalimantan Barat didominasi oleh hutan lahan kering dengan luas area 1.045.128,25 ha (Gambar 22).

Karakteristik terakhir (KU13e) yang diperoleh adalah kelas kemiringan lahan pegunungan.Kelas kemiringan lahan ini berpengaruh kepada keberadaan

37

thermal wind yang dipengaruhi oleh variasi landform untuk mempermudah individu SMA terbang.

Gambar 22. Luas Area Penutupan Lahan Edge Habitat Musim Dingin SMA di Kalimantan Barat

Perbandingan Karakteristik Lanskap Core dan Edge Habitat Musim Dingin SMA di Kalimantan Barat

Berdasarkan hasil analisis komponen utama (AKU), dinyatakan bahwa masing-masing core dan edge habitat memiliki variabel lingkungannya masing- masing sehingga terbentuk suatu persamaan dan perbedaan karakteristik lanskap habitat musim dingin SMA di Kalimantan Barat. Diagram persamaan dan perbedaan karakteristik tersaji dalam Gambar 23 dan tabel perbandingan karakteristik core dan edge habitat terdapat dalam Tabel 9.

1. Persamaan Karakteristik Lanskap Habitat Musim Dingin SMA di Kalbar Berdasarkan diagram tersebut, didapatkan tidak adanya persamaan karakteristik lanskap habitat musim dingin SMA sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada karakteristik dasar yang menyusun lanskap habitat musim dingin SMA di Kalbar. Core dan edge habitat merupakan kedua jenis habitat yang berbeda begitu pun pada habitat musim dingin SMA.

2. Perbedaan Karakteristik Lanskap Habitat Musim Dingin SMA di Kalbar Perbedaan karakteristik lanskap habitat merupakan komponen khusus yang menyusun kedua habitat tersebut dan memiliki kedudukan komponen utama yang sama pada core dan edge habitat. terdapat dua tipe, yaitu karakteristik utama (KU) yang sama dengan urutan KU berbeda dan karakteristik unik yang hanya terdapat pada masing-masing habitat saja. Terdapat sebelas komponen utama untuk karakteristik yang sama dengan kedudukan yang berbeda.

2.1.Karakteristik utama yang sama dengan kedudukan yang berbeda

Karakteristik utama yang sama dengan kedudukan yang berbeda menandakan adanya perbedaan kepentingan karakteristik pada masing- masing core dan edge habitat. Karakteristik pertama adalah kawasan lanskap pertanian. Pada core habitat karakteristik ini dijumpai pada KU2c sedangkan pada edge habitat karakteristik ini dijumpai pada KU1e.

Karakteristik lahan pertanian memiliki tingkat kepentingan yang lebih tinggi pada edge habitat dibandingkan pada edge habitat.

Keterangan :

- KUnc : Komponen Utama ke-n untuk core habitat

- KUne : Komponen Utama ke-n untuk edge habitat

Gambar 23. Diagram Persamaan dan Perbedaan Karakteristik Lanskap Habitat Musim Dingin SMA di Kalimantan Barat

Karakteristik kedua yaitu kawasan lanskap yang dekat dengan aktivitas manusia.Karakteristik ini muncul pada KU4c di core habitat dan KU8e di

edge habitat. Karakteristik selanjutnya adalah dataran rendah (elevasi 0- 300 m) yang muncul sebagai KU5c di core habitat dan KU11e di edge habitat. Karakteristik keempat, karakteristik lanskap dengan kelas kemiringan lahan agak berbukit (3-8%) merupakan KU6c di core habitat

dan KU10e di edge habitat. Karakteristik kelima adalah karakteristik lanskap dengan kemiringan lahan berbukit (8-15%) yang berada pada KU7c di core habitat dan KU5e di edge habitat. Hal ini menandakan bahwa tingkat kepentingan kelas elevasi berbukit lebih penting pada edge habitat dibandingkan pada core habitat. Karakteristik selanjutnya muncul pada KU9c di core habitat dan KU13e di edge habitat adalah karakteristik lanskap dengan kelas kemiringan lahan berbukit (15-25%). Kawasan dengan kelas kemiringan lahan datar (0-3%), merupakan KU10c pada core habitat dan KU9e pada edge habitat.Karakteristik lanskap lahan terbuka muncul pada KU1c dan KU4e. Karakteristik lanskap dengan elevasi lebih dari 100 meter merupakan KU1c dan KU7c.Karakteristik terakhir yang merupakan karakteristik lanskap dengan elevasi 500-1000 meter muncul pada KU1c dan KU3e.

2.2.Karakteristik unik yang ada hanya di masing-masing core dan edge habitat

Karakteristik unik ini dihasilkan oleh kedua ragam habitat karena adanya perbedaan jumlah komponen utama yang dihasilkan oleh kedua habitat tersebut. Pada core habitat, komponen utama yang dihasilkan sebanyak sepuluh komponen sedangkan 13 komponen utama dihasilkan di

edge habitat. Core Habitat  KU1c  KU2c  KU3c  KU4c  KU5c  KU6c  KU7c  KU8c  KU9c  KU10c Edge Habitat  KU1e  KU2e  KU3e  KU4e  KU5e  KU6e  KU7e  KU8e  KU9e  KU10e  KU11e  KU12e  KU13e Persamaan T I D A K A D A

39

Tabel 9. Perbandingan Karakteristik Lanskap Core dan Edge Habitat di Kalimantan Barat

Komponen

Utama Core Habitat Edge Habitat

KU1 JTBA (Jarak Terdekat ke Badan Air) JTSB (Jarak Terdekat ke Semak Belukar Rawa) JTMG (Jarak Terdekat ke Hutan Mangrove) JTSH (Jarak Terdekat ke Sawah)

JTBK (Jarak Terdekat ke Lahan Terbuka) JTE2 (Jarak Terdekat ke Elevasi 300-500 m) JTE3(Jarak Terdekat ke Elevasi 500-800 m) JTE4(Jarak Terdekat ke Elevasi 800-1000 m) JTE5(Jarak Terdekat ke Elevasi >1000 m)

KU2 JTSB (Jarak Terdekat ke Semak Belukar Rawa) JTK6 (Jarak Terdekat ke Kemiringan Lahan > 40%) JTSH (Jarak Terdekat ke Sawah)

KU3

JTK5(Jarak Terdekat ke Kemiringan Lahan 25-

40%) JTE3(Jarak Terdekat ke Elevasi 500-800 m) JTE4(Jarak Terdekat ke Elevasi 800-1000 m) KU4 JTBG (Jarak Terdekat ke Lahan Terbangun) JTBK (Jarak Terdekat ke Lahan Terbuka)

JTST (Jarak Terdekat ke Perkebunan Kelapa Sawit) KU5 JTE1 (Jarakt Terdekat ke Elevasi 0-100 m) JTK3 (Jarak Terdekat ke Kemiringan Lahan 8-15%) KU6

JTK2 (Jarak Terdekat ke Kemiringan Lahan 3-

8%) JTHR (Jarak Terdekat ke Hutan Rawa Gambut) KU7

JTK3 (Jarak Terdekat ke Kemiringan Lahan 8-

15%) JTE5(Jarak Terdekat ke Elevasi >1000 m) KU8 JTHR (Jarak Terdekat ke Hutan Rawa Gambut) JTBG (Jarak Terdekat ke Lahan Terbangun) KU9

JTK4 (Jarak Terdekat ke Kemiringan Lahan 15-

25%) JTK1 (Jarak Terdekat ke Kemiringan Lahan 0-3%) KU10

JTK1 (Jarak Terdekat ke Kemiringan Lahan 0-

3%) JTK2 (Jarak Terdekat ke Kemiringan Lahan 3-8%) KU11 - JTE1 (Jarak Terdekat ke Elevasi 0-100 m) KU12 - JTHK (Jarak Terdekat ke Hutan Lahan Kering) KU13 - JTK4 (Jarak Terdekat ke Kemiringan Lahan 15-25%)

Karakteristik unik yang muncul pada core habitat saja adalah karakteristik lanskap yang berhubungan dengan hutan mangrove dan badan air serta karakteristik lanskap dengan kemiringan lahan lebih dari 25-40% (pegunungan). Karakteristik unik yang pertama berhubungan ketersediaan pakan SMA yaitu lebah madu karena adanya pohon inang sarang lebah madu di kawasan hutan mangrove, yaitu Sonneratia casseolaris. Karakteristik unik selanjutnya merupakan karakter yang disukai SMA karena variasi ketinggian dan kemiringan yang membentuk angin thermal untuk memudahkan SMA dalam terbang. Rata-rata jarak terdekat yang diperoleh adalah 3,4 km.

Karakteristik unik yang hanya muncul pada edge habitat adalah JTK 6 (kelas kemiringan lahan pegunungan), JTST (perkebunan sawit), dan JTHK (hutan lahan kering). Kelas kemiringan lahan lebih dari 40% hanya didapati pada edge habitat karena rentang luas wilayahnya yang diperoleh lebih besar daripada edge habitat. Karakteristik unik selanjutnya adalah perkebunan kelapa sawit. Rata-rata jarak terdekat yang diperoleh adalah 32,9 km. Karakteristik terakhir yang diperoleh adalah hutan lahan kering

dengan rata-rata jarak terdekat 7,7 km. Hutan lahan kering merupakan kelas penutupan lahan yang mendominasi pada edge habitat (Gambar 18). Melalui perbandingan karakteristik core dan edge habitat musim dingin SMA di Kalimantan Barat diperoleh disimpulkan bahwa tidak diperoleh karakteristik dasar penyusun habitat musim dingin SMA. Namun ditemukan beberapa karakteristik yang sama dengan tingkat kepentingan yang tidak terlalu jauh berbeda di Kalimantan Barat, antara lain kawasan lanskap pertanian dengan tipe penutupan lahan sawah dan semak belukar rawa, hutan rawa gambut, lahan terbangun, lahan terbuka, elevasi 0-300 meter dan lebih dari 1000 meter, serta kelas kemiringan lahan kurang dari 25%.

Perbandingan Karakteristik Habitat Musim Dingin SMA di Kalimantan Barat dan Kalimantan Selatan

Habitat suatu spesies disusun atas dua macam habitat,yaitu core dan edge habitat. Kedua habitat ini memiliki karakteristik yang berbeda. Tietje (2000) mengemukakan bahwa core habitat (habitat inti) atau interior merupakan habitat dengan potongan inti dari edge habitat (habitat pinggir) yang menyediakan isolasi dari gangguan luar seperti bising, angin, radiasi surya, dan peningkatan predator. Habitat pinggir (edge habitat) adalah tempat dimana sekumpulan tumbuhan bertemu atau dimana daerah suksesi atau kondisi vegetasi dengan sekumpulan tumbuhan lain (Tietje 2000). Perbandingan karakteristik ini dilakukan dengan membandingkan masing-masing core dan edge habitat di Kalimantan Barat dan Kalimantan Selatan dengan menggunakan uji t-student dan membandingkan secara deskriptif. Hasil yang diperoleh melalui uji t-student

adalah karakteristik habitat musim dingin di Kalimantan Barat dan Kalimantan Selatan berbeda nyata sehingga diperlukan jenis pengelolaan lanskap yang berbeda antara Provinsi Kalimantan Barat dan Kalimantan Selatan.

1. Perbandingan Karakteristik Core Habitat Musim Dingin SMA di Kalbar

Dokumen terkait