• Tidak ada hasil yang ditemukan

KARAKTERISTIK FILAMEN SUTERA ( Attacus atlas ) PADA USIA KOKON YANG BERBEDA

SKRIPSI YULIANA FAJAR

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

DAFTAR PUSTAKA

Adria & H. Idris. 1997. Aspek biologis hama daun Attacus atlas pada tanaman ylang-ylang. Jurnal Penelitian Tanaman Industri. Vol III (2). Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, Bogor.

Aini, H. N. 2009. Pengaruh beberapa konsentrasi media dan lamanya perebusan kokon Attacus atlas L. terhadap kualitas filamen yang dihasilkan. Skripsi. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Akai, H. 1997. Recent aspects of wild silkmoth and silk research. Makalah Seminar Prospek Pengembangan Ulat Sutera Liar Indonesia dan Prospek Kerjasama Kyoto. Pusat Studi Jepang UGM, Yogyakarta.

Baskoro, A. 2008. Karakteristik kulit kokon segar ulat sutera liar (Attacus atlas) dari perkebunan teh di daerah Purwakarta. Skripsi. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Buatan Guna Indonesia (BGI). 2010. http://www.bgi.co.id/berita- bisnisekonomi/79/mesin-sutra.html [31 Maret 2011]

Awan, A. 2007. Domestikasi ulat sutera liar Attacus atlas (Lepidoptera: Saturniidae) dalam usaha meningkatkan persuteraan nasional. Disertasi. Program Studi Sains Veteriner SPS. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Atmosoedarjo, H., J. Kartasubrata, M. Kaomini, W. Saleh & W. Moerdoko. 2000. Sutera Alam Indonesia. Yayasan Sarana Wana Jaya, Jakarta.

Beck, S. D. 1980. Insect Photoperiodism. 2nd Edit. Academic Press, New York. Cahyadi, D.N. 2008. Pengembangan model sistem pemintalan sutera balai besar

tekstil untuk industri kecil menengah. Arena Tekstil Volume 23. No 2 –

Desember 2008: 52-109.

http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/2320891103.pdf [31 Maret 2011] Chapman, R. F. 1971. The Insects, Structure and Function 2nd Edit. Elsevier

Publishing Co, Inc., New York.

Cook, M. 2005. Silk and silkworm. http://www.wormspit.com/ [31 Maret 2011] Erliyani, 2011. Kualitas filamen sutera liar (Attacus atlas) pada suhu dan waktu

perebusan yang berbeda. Skripsi. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Gusa, D. T., W. N. Jati, B. R. Sidharta. 2002. Perbandingan morfologi serat sutera

Bombyx mori L., Attacus atlas L., dan Samia cynthia ricini (Bsd.). Biota Vol. VII (1): 37-42.

Japan Overseas Cooperation Volunteers (JOVC). 1975. Textbook of Tropical Sericulture. Sibuya.

Kato, H. 2000. Structure and thermal properties of Anaphe, Cricula and Attacus cocoon filaments. Int. J. Wild Silkmoth and Silk 5: 11-20.

Kato, H., T. Hata, T. Takahashi. 1997. Characteristics of wild silk fibers and processing technology for their use. JARQ 31: 287-294.

LIPI. 2000. Koleksi Tanaman Buah Kebun Raya Bogor. LIPI UPT Balai Pengembangan Kebun Raya, Bogor.

Lee, Y. 1999. Silk reeling and testing manual. FAO Agricultural Services Bulletin No. 136.

Lembaga Pengembangan Ekonomi (LPE) Al-Syura. 2003. laporan akhir kegiatan

penelitian “pengembangan komoditi pertanian unggulan di Kabupaten Garut”

http://pdf.usaid.gov/pdf_docs/PNACX738.pdf [31 Maret 2011]

Mulyani, N. 2008. Biologi Attacus atlas L. (Lepidoptera: Saturniidae) dengan pakan daun kaliki (Ricinus communis L.) dan jarak pagar (Jatropha curcas

L.) di laboratorium. Tesis. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Nazar, A. 1990. Beberapa aspek patologi ulat perusak daun (Attacus atlas Linn) pada tanaman cengkeh. Jurnal Penelitian Tanaman Industri. Vol. XVI (1); 35-37. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, Bogor.

Nogueira, G. M., A. C. D. Rodas, C. A. P. Leite, C. Giles, O. Z. Higa, Bronislaw Polakiewicz, M. M. Beppu. 2010. Preparation and characterization of ethanol-treated silk fibroin dense membranes for biomaterials application using waste silk fibers as raw material. Bioresource Technology 101 (2010): 8446-8451.

Peigler, R. S. 1989. A Revision of the Indo-Australian Genus Attacus. The Lepidoptera Research Foundation, Inc. Beverly Hills, California.

Pracaya. 2005. Hama dan Penyakit Tanaman. Penebar Swadaya, Jakarta.

Prachayawarakorn, J. & Klairatsamee W. 2005. Effects of solvents on properties of

Bombyx mori silk grafted by methyl methacrylate (MMA) and methacrylamide (MAA). Songklanakarin J. Sci. Technol., 27 (6): 1233-1242. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan (P3H). 1992. Informasi Teknis No. 27:

Teknik pengelolaan kokon dari benang sutera. Departemen Kehutanan dan Perkebunan Bogor, Bogor.

Radi, J. 1997. Sirsak: Budidaya dan Pemanfaatannya. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

Rukaesih, O. 1990. Petunjuk Praktis Reeling Kokon Sutera. Balai Besar Industri Tekstil, Bandung.

Saleh. 2000. Sutera alam menunggu investor. Mitra Bisnis: 8-9, Minggu III April 2000, Jakarta.

Sampe, B. 1991. Pengaruh beberapa macam alat pengokonan terhadap kualitas kokon. Buletin Penelitian Hutan. 541: 11-15.

Samsijah & Lincah Andadari. 1992. Informasi Teknis No. 25: Petunjuk teknis budidaya ulat sutera (Bombyx mori L.). Departemen Kehutanan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan, Bogor.

Samsijah & Licah Andadari. 1992. Teknik Pengolahan Kokon dan Pembuatan Benang Sutera. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan : Bogor.

Setiorini, N. 2009. Karakteristik kokon ulat sutera liar (Attacus atlas) hasil pengokonan di Laboratorium Lapang Fakultas Peternakan IPB. Skripsi. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Situmorang, J. 1996. An attempt to produce Attacus atlas L., using Barringtonia Leaves as plant fooder. Int. J. of Wild Silkmoth and Silk 1: 25-29.

Solihin, D. D. & A. M. Fuah. 2010. Budidaya Ulat Sutera Alam. Edisi I. Penebar Swadaya, Jakarta.

Triplehorn, C. A. & N. F. Johnson. 2005. Borror and Delong’s Introduction to The Study of Insects 7th Edition. Thomson Learning Inc., Brook/Cole.

Veda, K.I. Nagai, & M. Harikomi. 1997. Silkworm Rearing. Science Publisher Inc, U.S.A.

RINGKASAN

Yuliana Fajar. D14062271. 2011. Karakteristik Filamen Sutera Attacus atlas pada Usia Kokon yang Berbeda. Skripsi. Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan. Institut Pertanian Bogor.

Pembimbing Utama : Dr. Ir. Asnath M. Fuah, M.S. Pembimbing Anggota : Ir. Hotnida C. H. Siregar, M.Si.

Sutera liar dari spesies ulat sutera Attacus atlas telah dikenal sebagai komoditi pertanian yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Komponen utama sutera yang telah banyak digunakan dalam berbagai industri adalah filamen atau serat sutera. Filamen sutera A. atlas diperoleh dari penguraian kulit kokon melalui beberapa tahap pemrosesan. Filamen sutera ini memiliki banyak keunggulan dibandingkan filamen sutera domestik Bombyx mori. Karakter kain sutera liar lebih sejuk saat dipakai, tahan kusut, anti alergi, lebih halus, dan memiliki variasi warna eksklusif. Penggunaan sutera yang meluas, tidak terbatas dalam dunia tekstil saja membuat kualitas sutera penting untuk dipertahankan dan ditingkatkan. Kualitas sutera sangat bergantung kepada karakteristik kokon dan filamennya. Salah satu hal yang diduga dapat mempengaruhi karakteristik kokon dan filamen adalah usia kokon saat diolah. Belum diketahui berapa usia kokon maksimum tanpa mengurangi atau mengubah mutu karakteristik kokon dan filamen. Biasanya pengolahan kokon dilakukan segera setelah dipanen, karena dikhawatirkan kualitas karakteristik filamen menurun. Akibatnya, setelah panen, kokon yang harus segera diolah secara bersamaan cukup banyak, sehingga dapat mengurangi efektivitas pengolahan kokon. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh usia kokon yang berbeda-beda terhadap karakteristik filamen sutera A. atlas.

Penelitian ini menggunakan kokon ulat sutera liar A. atlas yang indukannya berasal dari perkebunan teh Walini, Purwakarta. Pemeliharaan larva dilakukan di Laboratorium Non Ruminansia dan Satwa Harapan, Institut Pertanian Bogor. Perlakuan pada penelitian ini terdiri atas kokon usia 30 hari, kokon usia 45 hari, kokon usia 60 hari, dan kokon usia 75 hari. Setiap taraf perlakuan terdiri atas 3 ulangan, sehingga terdapat 12 unit percobaan. Peubah yang diamati adalah bobot kulit kokon, panjang filamen, bobot filamen, tebal filamen, persentase filamen, dan panjang filamen sekali putus. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan ukuran pemusatan data dan disajikan dalam bentuk tabel.

Hasil analisis data menunjukkan usia kokon terbaik yang ditunjukkan dengan nilai keragaman terendah terdapat pada usia kokon 45 dan 60 hari, akan tetapi nilai maksimum panjang filamen sekali putus yang sangat penting dalam usaha pemintalan terdapat pada usia kokon 30 hari. Jika mengabaikan keberlangsungan reproduktif A. atlas, kokon berusia 30 hari dapat diolah dengan dikeringkan terlebih dahulu untuk menyeragamkan kandungan air kokon. Rata-rata bobot kokon yang diperoleh sebesar 0,8±0,2 g/kokon, panjang filamen 798,47±189,99 m, bobot filamen 0,4±0,14 g, persentase filamen 50,05±11,06 %, ketebalan filamen 4,49±0,84 d, dan panjang filamen sekali putus sebesar 2,69±0,91 m. Kesimpulan yang dapat diambil adalah karakteristik filamen dengan kualitas seragam dan tinggi serta mempertimbangkan kelangsungan regenerasi A. atlas dapat diperoleh pada usia kokon 45-60 hari. Selama penyimpanan kokon dilakukan dalam ruangan bersirkulasi

udara lancar dan dalam tempat yang minim kontak dengan udara, tidak terjadi perubahan berarti dalam karakteristik filamen sutera.

Dokumen terkait