• Tidak ada hasil yang ditemukan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil

5.1.2 Karakteristik Habitat Harimau Sumatera

Strata tajuk pada kawasan hutan yang diteliti meliputi lapisan tajuk utama (>25 m), lapisan tajuk pertengahan (10-25 m). Harimau butuh perlindungan dari panas matahari, sehingga bentuk tajuk yang berlapis pada hutan sangat membantu. Selain itu strata tajuk yang berlapis mengurangi ancaman dari perburuan oleh manusia serta menambah efektifitas dalam perburuan.

Penutupan tajuk tipe hutan perbukitan bervariasi dari mulai terbuka hingga rapat. Pada jalur bekas logging penutupan tajuk berada pada lapisan tajuk pertengahan dan terbuka. Akan tetapi pada jalur ini banyak ditumbuhi oleh semak dan belukar yang yang tidak terlalu rapat, sehingga dapat membantu menyamarkan tubuh harimau dalam melakukan pemangsaan. Walaupun arealnya yang sedikit terbuka dan cenderung lebih panas, tanda-tanda keberadaan harimau seperti jejak kaki (pugmark) dan garukan pada tanah (scrape) lebih banyak ditemukan pada lokasi ini. Begitu pula dengan satwa mangsanya, pada jalur bekas logging juga banyak ditemukan tanda-tanda keberadaannya.

Gambar 9. Jalan bekas logging yang sering dijadikan perlintasan oleh harimau

Berdasarkan kondisi di lokasi pada tiap-tiap tipe habitat, keberadaan jejak harimau lebih mudah dideteksi pada tipe hutan perbukitan daripada tipe hutan sub pegunungan. Pada umumnya kedua tipe hutan tersebut masih dalam kondisi yang baik, hal ini didasari masih dapat ditemukannya satwa dengan perilaku yang sensitif terhadap perubahan lingkungannya, selain itu kawasan hutan Batang hari merupakan daerah tangkapan air bagi daerah sekitarnya dan juga merupakan sumber air bagi sungai Batang hari.

Harimau di tipe hutan sub pegunungan lebih cenderung menggunakan tutupan tajuk untuk menghindari sinar matahari dan menghindari gangguan oleh manusia. Gangguan yang banyak terjadi pada lokasi hutan perbukitan membuat harimau lebih sering melalui lokasi ini. Walaupun tingkat perjumpaan satwa mangsa pada hutan sub pegunungan terbilang rendah, namun jumlah jenis yang terdapat pada lokasi ini tidak jauh berbeda dengan hutan perbukitan. Strata tajuk pada lokasi hutan sub pegunungan didominasi oleh pohon borneo pada lapisan tajuk utama. Lapisan tajuk pertengahan banyak didominasi oleh meranti dan borneo.

Semak belukar banyak ditumbuhi oleh rotan dan pandan yang cukup rapat. Harimau cenderung menghindari jalur ini dan memilih jalur yang sudah ada. Tanda-tanda keberadaan harimau pada lokasi ini sangat sulit ditemukan. Lantai hutannya yang ditutupi oleh lumut tebal dan serasah tidak memungkinkan ditemukannya jejak tapak kaki. Tanda keberadaan yang dapat dijumpai pada lokasi ini hanya sebatas kotoran.

Gambar 11. Kondisi habitat pada tipe hutan sub pegunungan

5.1.2.2 Satwa Mangsa

Satwa mangsa yang berhasil diidentifikasi melalui fofo hasil perangkap kamera adalah sebanyak 9 jenis. Satwa mangsa utama harimau merupakan satwa ungulata dengan biomassa yang besar. Namun tidak jarang harimau memangsa satwa yang lebih kecil ukurannya seperti pelanduk napu, landak, dan beruk. Hal tersebut dilakukannya sebagai alternatif jika sulit mendapatkan mangsa yang lebih besar. Babi jenggot merupakan satwa mangsa yang penyebarannya merata hampir di seluruh lokasi kamera pada tipe hutan perbukitan.

Pola penyebaran satwa mangsa yang ditemukan bersifat acak dan tersebar pada kedua tipe hutan, akan tetapi ada beberapa jenis satwa yang hanya tertangkap pada satu salah satu tipe hutan saja. Rusa sambar dan kambing hutan merupakan satwa mangsa utama harimau, namun selama perangkap kamera aktif, kedua satwa ini hanya satu kali tertangkap kamera dan hanya ada di satu titik lokasi kamera. Rusa sambar tertangkap kamera pada jalur bekas logging di hutan perbukitan, sedangkan kambing hutan tertangkap kamera pada hutan sub pegunungan. Kebutuhan akan habitat bagi satwa mangsa lebih terpenuhi pada tipe hutan perbukitan.

Tempat mengasin (Salt lick) yang digunakan satwa mangsa untuk memenuhi kebutuhan mineralnya ditemukan di pinggir sungai pada tipe hutan ini. Aktifitas yang tinggi terlihat dari beberapa kali perjumpaan langsung yang terjadi. Beberapa jenis satwa yang terlihat langsung melakukan aktifitas di lokasi mengasin dan kubangan adalah kijang dan rusa sambar.

Gambar 12. Tempat mengasin (salt lick) yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan mineral satwa

Tabel 7. Jenis satwa mangsa potensial yang tertangkap oleh kamera selama penelitian.

Jumlah foto independen rusa sambar dan kambing hutan yang menjadi mangsa utama harimau sangat sedikit. Selama penelitian, foto yang berhasil dikumpulkan untuk kedua jenis satwa mangsa tersebut hanya 1 foto. Rusa sambar terfoto pada kamera K16 sedangkan kambing hutan terfoto pada kamera K01. Rusa sambar terfoto di jalur bekas logging pada hutan perbukitan yang masih digunakan oleh masyarakat untuk masuk kedalam hutan. Sepanjang jalur tersebut banyak ditemukan jejak satwa mangsa lainnya seperti babi jenggot, kijang, dan napu.

(a) (b)

Gambar 13. Kambing hutan (a) dan rusa sambar (b) sebagai satwa mangsa utama harimau

No Nama lokal Nama inggris Total Foto Foto

Independen

1 Harimau sumatera Sumatran Tiger 33 23

2 Kucing emas Asian Golden Cat 29 27

3 Kucing batu Marbled Cat 5 5

4 Macan dahan Clouded leopard 43 34

5 Beruang madu Malayan Sun Bear 48 46

6 Ajag Asian wild dog 3 2

7 Musang galing Masked palm civet 8 8

8 Musang leher kuning Yellow throated marten 2 2

9 Beruk Pig tailed macaque 52 56

10 Babi jenggot Bearded Pig 39 33

11 Rusa sambar Sambar Deer 1 1

12 Kambing hutan Serow 2 1

13 Kijang Red muntjac 18 16

14 Pelanduk napu Grater mouse-Deer 1 1

15 Tapir Malayan tapir 4 2

16 Landak Common porcupine 41 39

17 Bajing tanah bergaris tiga Three-striped Ground Squirrel 1 1

18 Kuau raya Great argus 117 51

19 Sempidan sumatera Salvadori's Pheasant 6 5

20 Unidentified 3 3

21 Manusia 29 20

Beruk adalah satwa mangsa yang paling sering tertangkap oleh kamera dan memiliki kelimpahan yang bervariasi pada berbagai kondisi habitat karena tingkat adaptasi yang tinggi terhadap lingkungannya. Kambing hutan tertangkap kamera pada hutan sub pegunungan yang banyak terdapat tebing batu. Tanda-tanda keberadaan kambing hutan seperti gua peristirahatan dan shelter banyak ditemukan di sekitar lokasi tebing.

(a) (b)

Gambar 14. Beruk (a) dan (b) landak adalah satwa mangsa potensial bagi harimau

Tapir yang merupakan satwa mangsa potensial bagi harimau hanya terfoto dua kali pada hutan sub pegunungan, setelah itu tidak pernah tertangkap oleh kamera lagi. Tapir merupakan satwa mangsa potensial bagi harimau yang memiliki biomassa besar, namun satwa ini dijadikan pilihan terakhir dalam hal pemangsaannya.

Tabel 8. Daftar jenis satwa yang tertangkap pada masing-masing lokasi kamera selama penelitian No Nama lokal Nama latin Titik kamera 1 2 3 4 5 6 7 8 9 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22

1 Harimau sumatera Panthera tigris sumatrae √ √ √ √ √ √ √ √

2 Kucing emas Catopuma temminckii √ √ √ √ √ √ √

3 Kucing batu Pardofelis marmorata √ √

4 Macan dahan Neofalis nebulosa √ √ √ √ √ √ √

5 Beruang madu Helarctos malayanus √ √

6 Ajag Cuon alpinus

7 Musang galing Paguma larvata

8 Musang leher kuning Martes flavigulata

9 Beruk Macaca nemestrina √ √ √ √ √ √

10 Babi jenggot Sus barbatus

11 Rusa sambar Cervus unicolor

12 Kambing hutan Capricornis sumatraensis

13 Kijang Muntiacus muntjak

14 Pelanduk napu Tragulus napu

15 Tapir Tapirus indicus

16 Landak Hystrix brachyura √ √

17 Bajing tanah bergaris tiga Lariscus insignis

18 Kuau raja Argusianus argus

19 Sempidan sumatera Lophura inornata

20 Manusia √ √

5.1.3 Populasi Harimau Sumatera

Dokumen terkait