• Tidak ada hasil yang ditemukan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil

5.1.1 Kondisi Habitat Harimau

Tipe hutan yang masuk kedalam lokasi penelitian terdiri atas dua yaitu hutan perbukitan dan hutan sub pegunungan. Perbedaan tipe hutan ini dibagi berdasarkan ketinggian pada masing masing lokasi, dimana tipe hutan perbukitan berada pada ketinggian antara 600 – 900 mdpl dan tipe hutan sub pegunungan berada pada ketinggian 900 – 1500 mdpl. Vegetasi dominan yang menyusun habitat pada kedua tipe hutan tersebut adalah famili Dipterocarpaceae (4 jenis), Fabaceae (2 jenis), dan Ebenaceae (2 jenis). Jenis pohon yang mendominasi di lokasi penelitian adalah jenis Meranti, Borneo, dan Damar.

Tabel 3. Hasil analisis vegetasi tingkat pohon pada tipe hutan perbukitan

No Nama lokal Jumlah F FR (%) K KR (%) INP 1 Meranti 15 1 8.89 375 20.00 62.26 2 Borneo 10 1 8.89 250 13.33 23.11 3 Pening-pening kapur 3 0.75 6.67 75 4.00 11.22 4 Asem-asem 1 0.25 2.22 25 1.33 4.01 5 Medang sungai 3 0.5 4.44 75 4.00 9.57 6 Melangir 2 0.5 4.44 50 2.67 20.88 7 Kalek 2 0.5 4.44 50 2.67 7.90 8 Keling 1 0.25 2.22 25 1.33 4.22 9 Ulin 1 0.25 2.22 25 1.33 20.22 10 Rambutan 1 0.25 2.22 25 1.33 6.84 11 Arang-arang 1 0.25 2.22 25 1.33 4.36 12 Beringin hutan 2 0.5 4.44 50 2.67 7.39 13 Damar 6 0.5 4.44 150 8.00 13.62 14 Durian hutan 2 0.5 4.44 50 2.67 8.08 15 Medang kunyit 3 0.5 4.44 75 4.00 9.57 16 Ketapang hutan 2 0.5 4.44 50 2.67 7.88 Jumlah 55 8 1375

Tipe hutan perbukitan memiliki kondisi topografi sebagian besar bergelombang dan sedikit datar yang memudahkan harimau dalam melakukan pergerakan hariannya. Sungai pada hutan perbukitan memiliki lebar antara 20 – 35 m dan mengalir sepanjang tahun. Sungai pada lokasi penelitian merupakan sumber air bagi masyarakat sekitar kawasan dan juga satwa yang ada didalam hutan. Sumber air lainnya yaitu cekungan yang terisi oleh air hujan atau bekas kubangan satwa. Lokasi yang biasa digunakan untuk mengasin bagi satwa

terdapat di pinggir sungai besar. Sekitar lokasi tersebut banyak ditemukan jejak satwa mangsa seperti rusa sambar dan kijang. Harimau melakukan pengintaian di tempat-tempat yang sering didatangi oleh satwa mangsa seperti sungai dan tempat mengasin

Pohon-pohon berukuran sedang hingga besar dengan diameter 100 - 150 cm banyak terdapat pada tipe hutan perbukitan. Bentuk tajuknya yang lebar dan rapat membantu mengurangi panas sinar matahari. Strata tajuk pembentuk cover pada lokasi ini terdiri atas lapisan tajuk utama atau strata A (>25 m), lapisan tajuk pertengahan atau strata B (10-25 m), strata C dan lapisan vegetasi pembentuk tumbuhan bawah atau strata D dan E. Strata tajuk yang berlapis memenuhi kriteria habitat bagi harimau untuk menghindari panas dan dalam melakukan pengintaian.

Gambar 3. Hamparan kawasan hutan Batang hari

Lokasi hutan sub pegunungan memiliki tingkat topografi yang lebih curam dan banyak terdapat tebing batu. Tebing batu ini digunakan kambing hutan yang merupakan satwa mangsa harimau untuk cover. Lokasi hutan sub pegunungan sangat jarang ditemukan sumber air di sepanjang jalur pengamatan. Sumber air kecil biasanya terdapat pada lereng-lereng curam dengan kemiringan hampir 70o dengan beda ketinggian lebih dari 100 m. Sumber air pada lokasi ini tergantung oleh hujan yang akan membuka mata air atau mengisi cekungan-cekungan.

Harimau akan menggunakan sumbaer air tersebut jika tidak menemukan sumber air lainnya.

Kondisi lantai hutan berupa lumut tebal dan serasah yang selalu basah, sehingga tanda-tanda keberadaan harimau pada lokasi ini sangat sulit ditemukan. Kondisi penutupan tajuknya yang rapat membuat udara pada lokasi ini terasa lebih sejuk dan selalu basah. Penutupan tajuk pada lokasi ini berlapis seperti pada hutan perbukitan yang terdiri dari strata A hingga E. Pohon-pohon besar dominan penyusun tajuk hutan diantaranya adalah meranti (Shorea spp), borneo (Dipterocarpus borneensis) dan damar (Agathis damara).

Tabel 4. Hasil analisis vegetasi tingkat pohon pada tipe hutan sub pegunungan

No Nama lokal Jumlah F FR K KR INP

1 Meranti 11 1 8.89 275 14.67 43.14 2 Borneo 8 1 8.89 200 10.67 20.44 3 Kalek 2 0.5 4.44 50 2.67 7.90 4 Pening-pening hitam 3 0.5 4.44 75 4.00 12.06 5 Rambutan 1 0.25 2.22 25 1.33 6.84 6 Beringin hutan 2 0.5 4.44 50 2.67 7.39 7 Medang batu 2 0.25 2.22 50 2.67 7.21 8 Damar 4 0.5 4.44 100 5.33 21.68 9 Kecapi hutan 2 0.5 4.44 50 2.67 11.92 Jumlah 35 5 875 5.1.1.1 Satwa Mangsa

Tingkat keanekaragaman satwa ungulata di kawasan hutan Batang hari cukup tinggi. Variasi ini lebih disebabkan kebutuhan pakan yang berbeda-beda dari tiap jenis satwa karnivora sehingga lokasi tempat ditemukannya satwa mangsa juga berbeda-beda. Satwa mangsa utama harimau di kawasan hutan Batang hari antara lain rusa sambar, kambing hutan, kijang, dan babi jenggot.

Tabel 5. Tingkat perjumpaan satwa mangsa harimau

No Nama Lokal Nama Ilmiah Foto

Independen

Tingkat perjumpaan

Standar deviasi

1 Landak Hystrix braciura 39 2.07 5.22

2 Beruk Macaca nemestrina 56 3.21 5.09

3 Kijang Muntiacus muntjak 16 1.00 1.52

4 Beruang Helarctos malayanus 46 2.68 4.79

5 Babi jenggot Sus Barbatus 33 1.73 5.56

6 Tapir Tapirus indicus 2 0.10 0.45

7 Kancil Tragulus napu 1 0.06 0.27

8 Rusa sambar Cervus unicolor 1 0.05 0.24

(a) (b)

Gambar 4. Kijang (a) dan Babi jenggot (b) merupakan satwa mangsa harimau yang ada di kawasan hutan batang hari.

Berdasarkan jumlah foto independen yang didapat selama perangkap kamera terpasang, satwa mangsa dominant yang ada di kawasan hutan Batang hari adalah beruk (56 foto), beruang (46 foto), landak (39 foto), babi jenggot (33 foto), kijang (16 foto). Selain jenis satwa mangsa utama, beberapa jenis satwa menjadi alternatif sasaran mangsa bagi harimau, seperti pelanduk napu (Tragulus napu), landak (Hystrix brachyura), beruang (Helarctos malayanus), beruk (Macaca nemestrina) dan tapir (Tapirus indicus).

Satwa mangsa yang tertangkap kamera pada lokasi hutan perbukitan adalah beruang madu (Hystrix brachyura), babi jenggot (Sus Barbatus), beruk (Macaca nemestrina), kijang (Muntiacus muntjak), rusa sambar (Cervus unicolor) dan landak (Hystrix brachyura). Sedangkan jenis satwa mangsa yang terdapat pada lokasi hutan sub pegunungan adalah beruang madu (Helarctos malayanus), beruk (Macaca nemestrina), kambing hutan (Capricornis sumatraensis), kijang (Muntiacus muntjak), pelanduk napu (Tragulus napu), tapir (Tapirus indicus) dan landak (Hystrix brachyura). Beruk sering tertangkap kamera karena aktivitas hariannya dilakukan di tanah (terrestrial)

Jenis satwa yang paling sering tertangkap oleh kamera adalah kuau raya (Argusianus argus). Jenis ini merupakan salah satu mangsa potensial bagi harimau. Kuau sering tertangkap pada salah satu titik kamera karena satwa ini membuat gelanggang untuk menarik pasangannya.

Tabel 6. Jenis satwa mangsa potensial pada masing-masing tipe hutan

No Jenis satwa Nama Ilmiah Hutan

perbukitan

Hutan sub pegunungan

1 Beruang madu Helarctos malayanus

2 Musang galing Paguma larvata

3 Musang leher kuning Martes flavigulata

4 Beruk Macaca nemestrina

5 Babi jenggot Sus Barbatus

6 Rusa sambar Cervus unicolor

7 Kambing hutan Capricornis sumatraensis

8 Kijang Muntiacus muntjak

9 Pelanduk napu Tragulus napu

10 Tapir Tapirus indicus

11 Landak Hystrix brachyura

12 Bajing tanah bergaris tiga Lariscus insignis

13 Kuau raya Argusianus argus

14 Sempidan sumatera Lophura inornata

5.1.1.2 Cover

Secara umum struktur vegetasi di kawasan hutan Batang hari memiliki strata tajuk dari lapisan A hingga E. Berdasarkan hasil pengukuran analisis vegetasi diketahui bahwa jenis pohon dominan yang menjadi cover pada habitat harimau sumatra di kawasan hutan batang hari adalah jenis meranti (Shorea spp.), borneo (Dipterocarpus borneensis), dan damar (Agathis spp.). Hutan perbukitan memiliki penutupan tajuk terbuka hingga rapat. Pada jalur bekas logging di hutan perbukitan memiliki penutupan tajuk yang jarang hingga terbuka,

dan di sepanjang jalan banyak ditumbuhi semak belukar yang rapat. Kondisi hutan perbukitan memiliki kerapatan vegetasi yang tinggi pada tingkat pohon, sehingga membantu harimau menghindari panas matahari dan membantu dalam pengintaian. Hutan sub pegunungan juga memiliki tingkat kerapatan pohon yang tinggi dengan komposisi vegetasi pembentuk tumbuhan bawah berupa rotan. Pada lokasi ini harimau menggunakan cover untuk berlindung dari gangguan yang banyak terdapat di hutan perbukitan.

Gambar 6. Lapisan tajuk utama atau strata A pada hutan sub pegunungan

5.1.1.3 Air

Air merupakan salah satu komponen penting penyusun habitat yang berfungsi untuk memenuhi kebutuhan hidup satwaliar. Air menjadi komponen habitat yang penting bagi harimau untuk berendam dan mandi karena satwa ini tidak suka denganudara panas. Sumber air pada lokasi penelitian dapat dibedakan menjadi sungai, kubangan atau cekungan yang terisi air hujan, dan mata air. Sumber air berupa sungai hanya terdapat di tipe hutan perbukitan. Sungai yang terdapat di lokasi ini adalah sungai Batang hari, Anduring, Gumanti, Kandi dan Batarum gadang.

Karakteristik sungai yang ada di lokasi penelitian adalah berarus deras, berbatu, serta memiliki substrat berpasir. Sungai Batang hari memiliki tingkat kekeruhan yang tinggi, airnya berwarna kuning kecoklatan karena substratnya yang berlempung dan berpasir. Sungai Anduring memiliki air yang jernih, berarus deras, dan berbatu. Sungai ini sering menjadi tempat perlintasan satwa. Beberapa kali pergerakan satwa seperti rusa sambar, kijang, dan musang leher kuning terlihat langsung. Selain itu, di tepi sungai anduring ditemukan tempat mengasin bagi satwa. Jejak kaki rusa sambar dan kijang banyak ditemukan di sekitar lokasi tersebut, dan beberapa kali rusa sambar terlihat langsung melakukan aktifitas disana. Sungai Gumanti, sungai Kandi dan sungai Batarum gadang memilki karakter yang tidak jauh berbeda dengan sungai Anduring yang berbatu dan memiliki substrat tanah berpasir, hanya saja pada ketiga sungai tersebut arusnya tidak terlalu deras dan berukuran lebih kecil.

Sungai-sungai yang mengalir sepanjang tahun tersebut cenderung terletak pada tipe hutan perbukitan. Sedangkan pada tipe hutan sub pegunungan hanya terdapat sumber-sumber air kecil, kubangan, dan cekungan yang terisi oleh air hujan. Lokasi hutan sub pegunungan banyak ditemukan sumber-sumber air kecil yang berasal dari mata air. Biasanya sumber air yang kecil ini bersifat sementara dan akan hilang pada saat musim kemarau. Kubangan pada lokasi ini ada yang masih aktif dan ada yang sudah lama tidak dijadikan tempat berkubang bagi satwa.

(a) (b)

(c)

Gambar 8. Karakteristik fisik sungai di lokasi penelitian yang berbatu (a,b dan c), memiliki arus deras (a dan c) dan terbentuk dari substrat tanah berpasir

5.1.2 Karakteristik Habitat Harimau Sumatera

Dokumen terkait